Anda di halaman 1dari 22

“APLIKASI PENGELOLAAN

PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN


PENDEKATAN KOMPREHENSIF PADA
SETIAP FASE (PREVENTION,
MITIGATION, PLANNING/RESPONSE,
RECOVERY)”

KELOMPOK 6
DEFINISI MANAJEMEN BENCANA
Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu
proses yang dinamis, yang dikembangkan dari fungsi manajemen
klasik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pembagian
tugas, pengendalian dan pengawasan dalam penanggulangan
bencana. Proses tersebut juga melibatkan berbagai macam
organisasi yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan akibat
bencana (Pendidikan et al., 2017)
TAHAP MANAJEMEN BENCANA

01. 02.
Tahap Tanggap
Tahap Pra-Bencana
Dilaksanakan ketika tidak Darurat
terjadi bencana dan terdapat Diterapkan dan dilaksanakan
potensi bencana pada saat sedang terjadi
bencana

03.
Tahap Pasca Bencana
Diterapkan setelah terjadi
bencana
Dalam keseluruhan tahapan
penanggulangan bencana tersebut, ada 3
(tiga) manajemen yang dipakai yaitu:

1. Manajemen risiko bencana


2. Manajemen kedaruratan
3. Manajemen pemulihan
01.
Manajemen Risiko Bencana
Adalah pengaturan/manejemen bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor yang bertujuan mengurangi
risiko saat sebelum terjadinya bencana. Manajemen risiko ini
dilakukan dalam bentuk:
a) Pencegahan bencana : kegiatan yang dilakukan untuk
menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana.
b) Mitigasi : serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi bencana.
c) Kesiapsiagaan : kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana atau peringatan dini kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadi bencana pada
suatu tempat.
02.
Manajemen Kedaruratan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan
bencana dengan penekanan pada faktor-faktor
pengurangan jumlah kerugian dan korban serta
penanganan pengungsi saat terjadinya bencana
dengan fase nya yaitu:
a) Tanggap darurat bencana : kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
03.
Manajemen Pemulihan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana
dengan penekanan pada faktor-faktor yang dapat
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup
yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana,
terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya
bencana dengan fase-fasenya nya yaitu:
a) Rehabilitasi : perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pascabencana.
b) Rekonstruksi : pembangunan kembali semua prasarana
dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana,
baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
MENAJEMEN PENANGGULANGAN
BENCANA DAN PENERAPAN APLIKATIF DI
SETIAP FASE/SIKLUS BENCANA
1. Manajemen Penanggulangan Bencana

Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan


pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Dalam penanggulangan bencana,
kegiatannya juga mengikuti siklus bencana yaitu:
a) Fase Pra Bencana
b) Fase Bencana
c) Fase Pasca Bencana
SIKLUS BENCANA Tanggap Darurat

Saat Bencana

Kesiapsiagaan

Pra Bencana
Mitigasi

Pasca Bencana
Pencegahan
Pemulihan

Rekontruksi
PENERAPAN APLIKATIF MENAJEMEN
PENANGGULANGAN BENCANA DI SETIAP
FASE/SIKLUS BENCANA
a. Fase Pra Bencana
Penanggulangan bencana pada tahap pra bencana dimulai
jauh sebelum terjadi bencana; dan dalam situasi terdapat
potensi terjadinya bencana. Penanggulangan bencana lebih
diprioritaskan pada fase prabencana yang bertujuan untuk
mengurangi resiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang
berada dalam lingkup pra bencana lebih diutamakan.
1. Kesiapsiagaan (Preparedness)
• Pengaktifan pos-pos siaga bencana,
• Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor penanggulangan
bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
• Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
• Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumber daya.
• Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu.
• Penyiapan dan pemasangan sistem peringatan dini (early warning).
• Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
• Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
2. Pencegahan (Prevention)
• Mengidentifikasi ancaman mana yang bisa di cegah dan dihindari dan mana
yang tidak.
• Menentukan ancaman paling besar yang harus dihadapi dan langkah lang
kah untuk menghadapinya.
• Mengelaborasi langkah langkah untuk menghindari ancaman tersebut
dengan cara menghilangkan kerentanan yang relevan dengan ancaman.
• Mengidentifikasi langkah langkah Mitigasi yang dapat dilakukan sesuai
dengan kondisi daerah dan kemampuan masyarakat.
• Menentukan Langkah Pencegahan dan Mitigasi, serta melakukan rencana
aksi.
3. Mitigasi (mitigation)
Mitigasi pasif:
• Penyusunan peraturan perundang-undangan
• Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
• Pembuatan pedoman/standar/prosedur.
Mitigasi aktif:
• Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana dan sebagainya.
• Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan
ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), danperaturan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana.
• Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
• Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang
lebih aman.
b. Fase Bencana
Manajemen penanggulangan bencana pada fase bencana
disebut sebagai fase tanggap darurat. Fase tanggap darurat
merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan
untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna
menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi: pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, kerugian, dan sumber daya; penentuan status
keadaan darurat bencana; penyelamatan dan evakuasi
1. Siaga Darurat
• Setelah ada peringatan maka aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah
siaga darurat. Peringatan mengacu pada informasi yang berkaitan dengan
jenis ancaman dan karakteristik yang diasosiasikan dengan ancaman
tersebut.

2. Pengkajian Cepat
• Tujuan utama pengkajian adalah menyediakan gambaran situasi paska
bencana yang jelas dan akurat. Dengan pengkajian itu dapat
diidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan seketika serta dapat
mengembangkan strategi penyelamatan jiwa dan pemulihan dini
3. Penentuan Status
• Kedaruratan Penentuan status kedaruratan dilakukan setelah pengkajian
cepat dilakukan. Penentuan status dilakukan oleh pemerintah setelah
berkoordinasi dengan tim pengkaji.

4. Search and Rescue (SAR)


• Search and rescue (SAR) adalah proses mengidentifikasikan lokasi korban
bencana yang terjebak atau terisolasi dan membawa mereka kembali pada
kondisi aman serta pemberian perawatan medis.

5. Pencarian, Penyelamatan, Evakuasi (PPE)


• Evakuasi melibatkan pemindahan warga/masyarakat dari zona berisiko
bencana ke lokasi yang lebih aman. Perhatian utama adalah perlindungan
kehidupan masyarakat dan perawatan segera bagi mereka yang cedera.
6. Respon dan Bantuan (Response and Relief)
• Response and relief harus berlangsung sesegera mungkin; penundaan
tidak bisa dilakukan dalam situasi ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memiliki rencana kontinjensi sebelumnya. Relief adalah pengadaan bantuan
kemanusiaan berupa material dan perawatan medis yang dibutuhkan untuk
menyelamatkan dan menjaga keberlangsungan hidup.

7. Pengkajian untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi

• Beberapa minggu sesudah berlangsungnya tanggap darurat, pengkajian


yang lebih mendalam tentang kondisi masyarakat korban bencana harus
dilakukan.
c. Fase Pasca Bencana
Setelah fase bencana /tanggap darurat teratasi, fase
berikutnya adalah fase ‘pasca bencana’. Manajemen
penanggulangan bencana pada fase pasca bencana ini
dibagi menjadi dua tahap, yaitu fase pemulihan/recovery dan
fase rekonstruksi/ rehabilitasi.
1. Fase Pemulihan/Recovery
• Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan
kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi
normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat
berjalan kembali.

2. Fase Rekontruksi/Rehabilitasi
• Tahap untuk membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat
bencana secara lebih baik dan sempurna. Oleh sebab itu
pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang
didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.
SEKIAN
DAN
TERIMA
KASIH 

Anda mungkin juga menyukai