Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan : III (Ketiga)

Hari / Tanggal : Sabtu / 30 Maret 2019


Dosen : Veri Yanti, ST, MT. (VER)

“SIKLUS MANAJEMEN BENCANA


(DISASTER MANAGEMENT CYCLE)”

I. PENDAHULUAN
Manajemen bencana merupakan Suatu proses terencana yang dilakukan
untuk mengelola bencana dengan baik dan aman. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi.

MANAJEMEN BENCANA

PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA

MANAJEMEN MANAJEMEN MANAJEMEN


RISIKO BENCANA KEDARURATAN PEMULIHAN

MITIGASI - PENCARIAN REHABILITASI DAN


- PERTOLONGAN REKONSTRUKSI
PENCEGAHAN - PENYELAMATAN
- PERUMAHAN
- PERLINDUNGAN
KESIAPSIGAAN - INFRASTRUKTUR
- SOSIAL
- EKONOMI
- LINTAS SEKTORAL

Gambar 1. Tahapan Manajemen Bencana

7
Siklus Manajemen Bencana adalah penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi Tahap
Pra bencana, Tahap saat bencana, tahap pasca bencana.

II. MEKANISME MANAJEMEN BENCANA


Manajemen bencana tersusun atas dua mekanisme, yakni mekanisme
internal atau informal dan mekanisme eksternal atau formal.
1. Mekanisme internal atau informal
Adalah unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana yang secara umum
menjalankan fungsi pertama dan utama dalam manajemen bencana dan
biasanya dinamakan mekanisme manajemen bencana alamiah, hal ini terdiri
dari keluarga, organisasi sosial informal (pengajian, pelayanan kematian,
kegiatan gotong royong, arisan dan sebagainya) dan juga masyarakat lokal
2. Mekanisme eksternal atau formal
Adalah organisasi yang sengaja dibuat untuk tujuan manajemen bencana,
seperti organisasi manajemen bencana di Indonesia yang antara lain seperti
BAKORNAS PB, SATKORLAK PB dan SATLAK PB.

III. SIKLUS MANAJEMEN BENCANA


Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi tiga
tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana,
pada saat bencana dan pasca bencana. Siklus manajemen bencana bukanlah suatu
siklus yang terpotong antara tiap tahapan bencana.
Siklus manajemen bencana merupakan kegiatan yang dilakukan secara
berkelanjutan dan membutuhkan kolaborasi dan kerjasama dari berbagai pihak.
Siklus manajemen bencana dapat dilihat pada Gambar 2.

8
SAAT
BENCANA
Kesiapsiagaan Tanggap
Darurat
PRA
BENCANA
Pencegahan
dan Pemulihan
Mitigasi PASCA
BENCANA

Gambar 2. Siklus manajemen bencana

IV. TAHAP PRA BENCANA


Dalam tahapan pra bencana ini meliputi aktivitas, kesiapsiagaan dan
peringatan dini.
1. Pencegahan (Prevention)
Usaha yang dilakukan untuk melakukan pencegahan bencana apabila
mungkin dengan meniadakan bahaya. Contoh kegiatan pencegahan antara
lain melarang pembakaran hutan dalam perladangan, melarang
penambangan batu di daerah curam, melarang membuang sampah
sembarangan dan lain sebagainya
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Mitigasi merupakan serangkaian usaha yang dijalankan untuk mengurangi
risiko bencana baik secara pembangunan fisik, ataupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Kegiatan mitigasi ini bisa dijalankan melalui pelaksanaan penataan ruangan;
pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan dan

9
penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, pelatihan baik secara
konvensional ataupun modern
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan merupakan proses kegiatan yang dijalankan untuk melakukan
antisipasi bencana dengan cara melakukan pengorganisasian dan langkah
yang tepat guna dan berdaya guna
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan dini merupakan proses kegiatan pemberian peringatan segera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana di
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang atau usaha untuk memberikan
tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini ini harus mengakses masyarakata (accesible),
segera (immediate), tegas tidak membingungkan (coherent), bersifat resmi
(official)

V. TAHAP SAAT BENCANA


Pada tahapan saat bencana ini meliputi tanggap darurat dan bantuan
darurat.
1. Tanggap Darurat (response)
Tanggap darurat merupakan proses aktivitas yang dijalankan dengan segera
pada saat kejadian bencana untuk mengatasi dampak buruk yang
ditimbulkan. Ini mencakup aktivitas penyelamatan dan evakuasi korban,
harta benda, pemenuhan keperluan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsian dan pemulihan sarana prasarana. Dibawah ini adalah beberapa
aktivitas yang dijalankan pada tahap tanggap darurat, antara lain yaitu:
- Melakukan pengkajian yang tepat pada lokasi, kerusakan dan sumber
daya
- Menentukan status kondisi darurat bencana
- Menyelamatkan dan mengevakuasi masyarakat terkena bencana
- Memenuhi kebutuhan dasar

10
- Melindungi terhadap kelompok rentan
- Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
2. Bantuan Darurat (relief)
Ini adalah usaha untuk memberikan bantuan berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar dalam bentuk sandang, pangan, tempat tinggal
sementara, kesehatan, sanitasi dan juga air bersih

VI. TAHAP PASCA BENCANA


Dalam proses ini meliputi pemulihan, rehabilitasi, dan juga rekonstruksi.
1. Pemulian (Recovery)
Pemulihan yaitu rangkaian aktivitas untuk mengembalikan keadaan
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfugsikan kembali kelembagaan, prasarana dan sarana dengan
melakukan usaha rehabilitasi.
2. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi merupakan perbaikan dan pemulihan seluruh aspek pelayanan
publik atau masyarakat sehingga tingkat yang memadai pada wilayah pasca
bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar seluruh aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pasca bencana
3. Rekonstruksi (reconstrustion)
Rekonstruksi yaitu perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah
nyata yang terencana dengan baik, konsisten dan berkelanjutan untuk
membangun kembali secara permanen seluruh prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan baik pada tingkat pemerintahan ataupun masyarakat dengan
sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran dan
partisipasi masyarakat sipil dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat di
wilayah pasca bencana. Lingkup jalannya rekonstruksi terdiri dari program
rekonstruksi fisik dan program rekonstruksi non fisik.

11
VII. SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA DI INDONESI
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara
serius sejak terjadinya gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan
sekitarnya pada 2004. Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat
komprehensif dan multi dimensi. Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya
terus meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap penanggulangan bencana
harus dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana adalah
urusan semua pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional
penanggulangan bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara
lain:
1. Legislasi
Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk hukum di bawahnya antara
lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Kepala
Badan, serta peraturan daerah.
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara formal,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point
lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point
penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal
dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di
Indonesia. Di tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang
terdiri unsur masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan
lembaga internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB
Yogyakarta dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.
3. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi melibatkan
internasional. Komunitas internasional mendukung Pemerintah Indonesia
dalam membangun manajemen penanggulangan bencana menjadi lebih
12
baik. Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan Pemerintah Indonesia terhadap
masalah bencana sangat tinggi dengan dibuktikan dengan penganggaran
yang signifikan khususnya untuk pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana dalam pembangunan. Berikut beberapa pendanaan yang terkait
dengan penanggulangan bencana di Indonesia:
a. Dana DIPA (APBN/APBD)
b. Dana Kontijensi
c. Dana On-call
d. Dana Bantual Sosial Berpola Hibah
e. Dana yang bersumber dari masyarakat
f. Dana dukungan komunitas internasional

VIII. REFERENSI
1. UU No 2004 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
2. Aninomous, 2012, Manajemen Bencana di Indonesi, BNPB
3. Wignyo Adiyoso, 2018, Manajemen Bencana, Pengantar dan Isu - Isu
Strategis, Bumi Aksara.
4. www.seputarpengetahuan.co.id/2018/05/pengertian-manajemen-
bencana-tujuan-mekanisme-siklus
diunduh tanggal 28 Maret 2019 Pukul 3.12

13

Anda mungkin juga menyukai