Anda di halaman 1dari 4

PAPER

“PEMBANGUNAN MENGURANGI KERENTANAN BENCANA”

Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana
(post event) berupa emergency response dan recovery dari pada kegiatan sebelum bencana
berupa disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal, apabila kita memiliki
sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi
bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika bencana. Kegiatan-kegiatan yang
dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan peningkatan kesadaran bencana
(disaster awareness), latihan penanggulangan bencana (disaster drill), penyiapan teknologi
tahan bencana (disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap bencana, dan
perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana (disaster management policies).
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama,
yaitu:
a. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta
peringatan dini;
b. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan
penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan
pengungsian;
c. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan
pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap
ini merupakan modal dalam menghadapi Keputusan Kabadiklat Kemhan Nomor : KEP/ /
/2016 Tanggal : 2016 bencana dan pasca bencana.
Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-
langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau
bagaimana memperkecil dampak bencana. Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan
segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama
berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan
perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat
terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan
tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang
sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena
bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada
tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan
rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi
seperti ketakutan, trauma atau depresi. Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam
siklus manajemen bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak
bencana yang terjadi.
1) Upaya mengurangi kerentanan bencana
Tahap Pencegahan dan Mitigasi
a) membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana.
b) pembuatan alarm bencana.
c) membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu.
d) memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat
yang berada di wilayah rawan bencana

TAHAP REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI


Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan
inti pada tahapan ini adalah:
a. Bantuan Darurat
 Mendirikan pos komando bantuan
 Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
 Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
 Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
 Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
 Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
 Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
b. Inventarisasi kerusakan
 Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang
terjadi, baik bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
c. Evaluasi kerusakan
 Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan
dalam penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam
penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
d. Pemulihan (Recovery)
 Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi
lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya.
Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban
yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun
mental.
e. Rehabilitasi (Rehabilitation)
 Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
 Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
 Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
 Relokasi korban dari tenda penampungan
 Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
 Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
 Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
 Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit
dan pasar mulai dilakukan
 Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
f. Rekonstruksi
 Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya
g. Melanjutkan pemantauan
 Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan
besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana
tersebut.

2) Dalam keseluruhan tahapan Penanggulangan Bencana tersebut, ada 3 (tiga)


manajemen yang dipakai yaitu :

1. Manajemen Risiko Bencana


Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-
faktor yang mengurangi risiko secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan
menyeluruh pada saat sebelum terjadinya bencana dengan fase-fase antara lain :
o Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana
o Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana
o Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini
yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang
2. Manajemen Kedaruratan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-
faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta penanganan pengungsi secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh pada saat terjadinya bencana
dengan fase nya yaitu :
o Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana
3. Manajemen Pemulihan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan pada faktor-
faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang
terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana
secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana
dengan fase-fasenya nya yaitu :
o Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana
o Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana

Anda mungkin juga menyukai