Anda di halaman 1dari 6

RESUME KULIAH UMUM

Nama : Widya Anisa


Nim : 20034081
Dosen Pengampu : Syafriani, S.Si, M.Si, Ph.D
Mata Kuliah : Instrumentasi Kebencanaan
Tanggal KU : 23 Agustus 2022

TUGAS
1. Dr. Jaya Mujaya, M.Si (Potensi Dampak Gempa Bumi Sesar Aktif dan Megathrust di
Sumatera Barat)
2. Dr. Suaidi Ahadi, M.T (Kajian Preksursor Gempabumi)
3. UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

A. UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


Dalam UU ini Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Setiap orang berhak mendapatkan pelindungan
sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana,mendapatkan
pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana,
mendapatkan informasi secara tertulis maupun lisan tentang kebijakan penanggulangan
bencana, berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program
penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial, berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan penanggulangan bencana khususnya yang
berkaitan dengan diri dan komunitasnya dan melakukan pengawasan sesuai dengan
mekanisme yang diatur atas pelaksanaan penanggulangan bencana.
Selain itu setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan
pemenuhan kebutuhan dasar, memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang
disebabkan oleh kegagalan konstruksi. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana
sosial.
Pertimbangan dari undang-undang no 24 tahun 2007
1) Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan termasuk
perlindungan atas bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang
berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,
geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik
yang disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam maupun faktor manusia yang
menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat
pembangunan nasional
3) Bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penanggulangan bencana
yang ada belum dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta
tidak sesuai dengan perkembangan keadaan masyarakat dan kebutuhan bangsa
Indonesia sehingga menghambat upaya penanggulangan bencana secara terencana,
terkoordinasi, dan terpadu
4) Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana

B. Gempa Bumi Sesar Aktif dan Megathrust

 Siklus penanggulangan bencana

1) Tahap Pencegahan dan Mitigasi


Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta
menanggulangi resiko bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa
perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural
maupun kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk
mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis
bangunan tahan bencana. Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi
kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah dengan cara mengubah
paradigma, meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga terbangun masyarakat
yang tangguh. Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah membuat masyarakat
peduli terhadap lingkungannya untuk meminimalkan terjadinya bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah :
 Membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana
 Pembuatan alarm bencana
 Membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu
 Memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat
yang berada di wilayah rawan bencana.

2) Tahap Kesiapsiagaan
Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada
tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi.
Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu memiliki kesiapan
dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut.
Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari
Rencana Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan
akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi
berarti suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada
keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi
mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain :
 Menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan
dan pelatihan personil.
 Menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana
evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana
berulang.
 Melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa
bencana terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan
layanan, dan kerusakan saat bencana terjadi.

3) Tahap Tanggap Darurat


Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap
tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:
 Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
 Jangan panik.
 Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
 Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa
pun.
 Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri

4) Tahap Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa


dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan inti pada tahapan ini adalah:
a. Bantuan Darurat
 Mendirikan pos komando bantuan
 Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
 Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
 Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
 Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
 Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
 Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.

b. Inventarisasi kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang
terjadi, baik bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.

c. Evaluasi kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan
dalam penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam
penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.

d. Pemulihan (Recovery)
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi
lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan
ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena
bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun mental.

e. Rehabilitasi (Rehabilitation)
 Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
 Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
 Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
 Relokasi korban dari tenda penampungan
 Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
 Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
 Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
 Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit
dan pasar mulai dilakukan
 Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan

f. Rekonstruksi
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan
kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya

g. Melanjutkan pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan
besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut

 Potensi Dampak Gempa Bumi Sesar Aktif dan Megathrust di Sumatera Barat
Salah satu dampak dari pergerakan dan interaksi plate tectonic movement
adalah adanya guncangan (gempa) Gempa-gempa dangkal menyebabkan potensi
tsunami. Kecepatan tsunami bergantung terhadap kedalaman laut.
Zona sumber gempa bumi di Sumatera Barat
 Zona subduksi
 Zona sesar metawai
 Zona outerisse
 Zona sesar darat sumatera
Metode polarisasi power rasio Z/H merupakan metode yang digunakan untuk
menentukan waktu kemunculan anomali emisi ULF melalui analisis perbandingan
komponen Z terhadap komponen H medan magnet

C. Preksursor Gempa Bumi


Alat Pendeteksi Gempa
a) Seismograf
Pada dasarnya alat pencatat gempa yang digunakan pihak BMKG bernama
seismograf yang mana fungsinya untuk mengukur pergerakan bumi. Seismograf ini
terdiri dari sensor pendeteksi gerak tanah yang disebut seismometer yang digabung
system perekam (seismogram). Cara kerja alat ini terpaku pada seismometer yang
peka terhadap gerakan naik turun bumi seperti halnya beban yang digantung pada
pegas. Ketika bumi bergerak maka gerakan relative antara berat dan bumi melakukan
gerakan tanah vertical setela itu direkam oleh sistem seismogram.
Seismometer dapat mendeteksi gerakan sekecil 1/10.000.000 cm di lokasi
yang sangat sunyi. Berikut alat pendeteksi gempa :

Seismograf

Skema Pemasangan Alat


b) Fluxgate Magnetometer
BMKG Sumatera Barat yang terletak didaerah sicincin memiliki alat
pendeteksi gempa untuk mengukur kuat medan bumi/geomagnet yang ada di
permukaan bumi pada ketinggian tertentu dengan menggunakan sitem komponen
Fluxgate Magnetometer yang berbentuk silinder dengan kumparan kawat/selenoida
didalam selenoida inidilengkapi bahan material magnetisme (ferromagnetisme).
Prinsip kerja ferromagnetisme ini yang mempunyai permaebilitas tinggi untuk
mendeteksi medan geomagnit yang lemah dan jika terdapat medan magnit dari luar
dalam hal ini magnit bumi akan membangkitkan medan geomagnit yang akan
dideteksi. Berikut elemen geomagnit berdasarkan komponen deklinasi dan inklinasi.

Elemen Geomagnit

Elemen diatas mempunyai hubungan yaitu :

F=( X 2 +Y 2+ Z 2 )1 /2
H=F∗cos ( I )
Z=F∗sin ( I )
X =H∗cos ( D )
Y =H∗sin ( D )
D. Dokumentasi Kuliah Umum (23 Agustus 2022)

Anda mungkin juga menyukai