Dosen Pengampu
Disusun Oleh
Npm : 198520204
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
pihak untuk menghadapi risiko bencana. Seluruh capaian ini juga diakui oleh
kerugian dan korban yang cukup besar. Terakhir adalah dikeluarkannya status
bencana nasional untuk bencana non-alam akibat pandemi corona virus disease
yang terdeteksi pada akhir Tahun 2019 (lebih dikenal sebagai Covid-19). Pandemi
bencana nasional.
Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
Penanganan Bencana
3 Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang
terjadi
bencana.
dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun kultural (non
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:membuat
peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana, pembuatan
alarm bencana, membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu, memberi
Tahap Kesiapsiagaan
tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera
terjadi. Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu
memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut. Pada
tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana
akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi
berarti suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada
keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi
mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak
terjadi.
evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada
tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana
antara lain:
2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang
apa pun.
1. Bantuan Darurat
koordinasi.
5. Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
Inventarisasi kerusakan
Evaluasi kerusakan
Pemulihan (Recovery)
yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak
hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana
Rehabilitasi (Rehabilitation)
Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
pengelolaan lingkungan
5. Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
pendampingan.
Rekonstruksi
Melanjutkan pemantauan
akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
dan menyeluruh pada saat sebelum terjadinya bencana dengan fase-fase antara
lain :
tepat guna dan berdaya guna. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini yaitu
Manajemen Kedaruratan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
Manajemen Pemulihan
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
penanggulangan bencana. Hal yang mengundang tanda tanya saat ini adalah
hilangnya narasi BNPB dalam daftar inventarisasi masalah (DIM) dalam usulan
undang? Kita semua mesti mencermati, bahwa peran BNPB sedang ingin diubah
yaitu:
1. Aspek Legislasi
UU Penanggulangan Bencana
kecil.
Bencana
Perpres No. 3 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 83
Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 54 Tahun
PP No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga
Keppres No. 111 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Kepres No. 3 Tahun 2001
Pengungsi.
Terdapat banyak sekali Peraturan Kepala (Perka) BNPB sejak pertama kali
Perka BNPB No. 1 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri.
Perka BNPB No. 2 Tahun 2019 tentang kode etik dan perilaku pegawai BNPB.
Perka BNPB No. 4 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
2. Aspek Kelembagaan
Dalam penanganan bencana, kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan
non formal. Secara formal, focal point lembaga pemerintah di tingkat pusat
Daerah (BPBD).
Dari sisi non formal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk
tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri dari unsur
internasional. Pada tingkat lokal, dikenal Forum PRB Yogyakarta dan Forum PRB
3. Aspek Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya dilihat sebagai isu lokal atau nasional saja
menjadi lebih baik. Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan pemerintah Indonesia
Indonesia:
Dana Kontijensi
Dana On-call
1. Prabencana
situasi daat tidak ada bencana dan situasi terdapat potensi bencana. Saat situasi
pemulihan.
3. Pascabencana
Peran BNPB justru harus diperkuat mulai dari sebelum kejadian bencana
Jadi, upaya penanggulangan bencana adalah sebuah sistem yang terdiri dari
Pendekatan yang dipilih tentu harus didukung oleh keilmuan yang berbeda,
sektoral.
Transdisiplin Sains
Pada forum diskusi yang diadakan di kantor CSIS pada 11 Desember 2018,
Surono, ahli vulkanologi berpendapat, “Jika ada seorang yang akan menjadi
profesor gunung api, maka harus pernah meneliti di Indonesia.” Pesan pertama
gunung api di dunia, termasuk yang tergolong aktif. Pesan kedua adalah bahwa
masih sangat terbatas ahli yang mau menekuni dan mempelajari setiap karakter
Jika dicermati, makna dari pesan “Mbah Rono” tersebut adalah kita butuh
gunung api, sehingga dengan begitu bisa diupayakan mitigasi yang baik dengan
aneka inovasi. Secara holistis, luas sekali dimensi ilmu yang diperlukan untuk
mitigasi bencana, dari geologi, oseanografi, vulkanologi, topografi dan sosial
sense terhadap upaya mitigasi bencana. Begitu juga kebutuhan ilmu dan
teknologi untuk adaptasi agar dampak dan risiko bencana dapat diminimalkan.
Begitu juga saat kejadian dan pascabencana, perlu ilmu tentang struktur
darurat, tapi satu kesatuan sistem yang memerlukan beragam ilmu, beragam
tingkat lembaga dan jenis teknologi dan inovasi, beragam pendekatan dan
beragam kepakaran.
bencana akan memberikan rasa aman bagi investor dalam berinvestasi. Untuk
Afirmasi Kebijakan
Kegagalan deteksi tsunami Palu dan Selat Sunda adalah bagian dari
pembelajaran yang tidak boleh lagi terjadi. Setiap lembaga atau badan merasa
Untuk itu, penulis yakin hal penting yang diperlukan adalah pertama, perlu
sistem satu komando dari semua badan, dan lembaga terkait kebencanaan,
berbasis bencana. Ketiga, perlu kebijakan keuangan dan tata kelola manajemen
kebencanaan.
ekonomi, maka data kebencanaan harus dalam satu komando dan satu ruang
kendali. Informasi iklim, oseanografi, geologi bekerja serentak dalam satu sistem
data terintegrasi (Big Data). Perubahan iklim dalam ruang spasial dinamik,
termasuk darat dan laut menjadi data realtime dari pusat data. Begitu juga
informasi curah hujan yang berpotensi menyebabkan longsor, banjir, dan angin
kencang. Kemudian juga peta rawan kering dan bencana kebakaran. Satu
dan lempeng laut, sungai, posisi di dua lintang, struktur batuan, sejarah dan
budaya menjadi laboratorium alam bagi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
kebencanaan.
Afirmasi ketiga adalah keuangan dalam manajemen kebencanaan. Alokasi dana
dalam skema pooling fund sebesar Rp1 triliun dan usulan Rp15 triliun untuk
kebutuhan dan kemanfaatan. Kelembagaan yang terlibat dan aktif dalam riset
melihat ada upaya untuk melemahkan dan mengecilkan peran dan fungsi
tidak hanya ke dalam ruang tanggap darurat, tetapi juga jaminan keselamatan
dari risiko dan kejadian bencana. Trandisiplin manajemen kata kuncinya adalah
sistem manajemen yang kuat, dari mitigasi, aksi cepat tanggap dan rehab
Doni Monardo menjadi Kepala BNPB akan sangat tepat dengan kualitas dan
justru mengerdilkannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi
(banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi
pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik
B. Saran
Rekomendasi pertama adalah mengimplementasikan penanggulangan bencana
yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2019. Luhut
mengacu pada kearifan lokal harus dijalankan secara sistematis, intensif dan
tingkat kerawanan gempa dan tsunami pada tiap daerah yang bersumber dari
penanggulangan bencana tak lepas dari peran serta pemerintah di daerah. Selain
DAFTAR PUSTAKA
https://bpbd.ntbprov.go.id/pages/penanganan-bencana
https://fiskal.kemenkeu.go.id/strategi-drfi/parb
https://bnpb.go.id/definisi-bencana
https://sistemkesehatan.net/tata-kelola-bencana-dan-penguatan-bnpb/
http://bpbd.pamekasankab.go.id/penanggulangan/
http://bpbd.grobogan.go.id/berita/Mitigasi-Bencana
https://bpbd.kotabogor.go.id/edukasi/detail/9