DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
Dampak Buruk Bencana”. Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan dan penulis dalam
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam
proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh sebab itu, penulis
dengan rendah hati menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar
dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam
terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta
ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga mencatat akibatnya ada
sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. kejadian bencana belum semua
dilaporkan ke BNPB. Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal,
113.747 orang menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak
sedang, 10.945 rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah
darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir
Desember 2012 hingga sekarang, BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar
masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat
masyarakat umummaupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan
keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang beredar memiliki
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
B. Tujuan Penulisan
wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat turut serta dalam upaya
penanggulangan bencana.
C. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan penulis dalam hal Aplikasi
Bencana
PEMBAHASAN
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.Bencana non alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwaatau rangkaian peristiwa nonalam yang antara
sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster, tahap
serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap
rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster memegang peran yang sangat
strategis.
a. Tahap Pra-Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai saat
sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini dipandang
oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap pra bencana
ini masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak.
Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat akan sangat berdampak
kepada jumlah besarnya korban saat bencana menyerang (impact), peringatan dini
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (Impact phase) merupakan fase
mencoba ntuk bertahan hidup. Waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai
beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat bencana
c. Tahap Emergensi
Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong korban bencana
adalah masyarakat awam atau awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan
dengan masalah Airway dan Breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah
ditolong dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam
benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka
bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau
gas. Pada minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda
karena terkait dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau
personal higiene. Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung (maag), diare,
d. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah,
sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap rekonstruksi
ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita
melakukan re-orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih
bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi
bencana. Situasi ini seharusnya bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk
membangun kembali Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun, lebih
Konsep manajemen bencana saat ini telah mengalami pergeseran paradigma dari
konvensial bencana itu suatu peristiwa atau kejadian yang tidak terelakkan dan korban
pada hal yang bersifat bantuan (relief) dan tanggap darurat (emergency response).
pengelolaan risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya pencegahan dan mitigasi, baik
diselengkarakan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Conference
mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan
kegiatan untuk tahun 2005‐2015 yaitu: 7
serta menerapkan sistem peringatan dini
tingkat masyarakat.
4. Mengurangi faktor‐faktor penyebab risiko bencana.
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif
penanggulangan bencana meliputi tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap
pascabencana.
Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang
pencegahan;
pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
yang berwenang5.
bencana.5
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
meliputi:
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
atas bayi, balita, anak-anak, ibu yang sedang mengandung atau menyusui;,
Tahap tindakan dalam tanggap daruratdibagi menjadi dua fase yaitu fase akut
dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi disebut fase
penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak
2-3 minggu.
3) Pasca Bencana
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
2. prioritas. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi
4. berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna”
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-
hal yang membedakan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan,
5. ketertiban dan kepastian hukum; Yang dimaksud dengan “asas ketertiban dan
sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi kepentingan bangsa dan
negara.
8. ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang dimaksud dengan “asas ilmu pengetahuan
pascabencana
cepat dan pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin bisa menghindari kematian.
Pada penderita trauma, waktu sangatlah penting, karena itu diperlukan adanya suatu
cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai Initial assessment (penilaian
ini diterapkan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hidup dasar pada penderita
trauma (Basic Trauma Life Support) maupun Advanced Trauma Life Support.
memprioritaskan mereka yang paling perlu didahulukan. Paling sering terjadi di ruang
lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat
kejadian dan tindakan ini harus dinilai lang terus menerus karena status triage pasien
dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara Mettag (triage Tagging System)
atau sistem triage penuntun lapangan Star (Simple Triage and Rapid Transportasi)
ventilasi, perfusi, dan status mental untuk memastikan kelompok korban seperti yang
memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau
dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport
segera. Star merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan umum. Metode
1. Prioritas 1 – Merah
2. Prioritas 2 – Kuning
mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau
kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera
punggung.
3. Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai
4. Prioritas 0 – Hitam
mematikan.
1. Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan tidak
mungkin diresusitasi.
atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat).
3. Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang dipastikan tidak akan
mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat (cedera abdomen tanpa shok,
cedera dada tanpa gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera
4. Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidak membutuhkan
psikologis).
BAB III
PENUTUP
1.1 Simpulan
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana di mulai dari tahap prabecana,
kerugian dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan
prinsip triage.
1.2 Saran
umum. Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Bencana dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia. (2th ed). Jakarta: Direktorat Mitigasi.
Sinurat, Hulman., & Adiyudha, Ausi. 2012. Sistem Manajemen Penanggulangan Bencana
Alam Dalam Rangka Mengurangi Dampak Kerusakan Jalan Dan Jembatan. Jakarta:
Kamus Kesehatan. Udiyana, Nyoman Dwi Maha. Bencana datang Tanpa Rencana,