Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA DALAM PENANGGULANGAN


BANJIR DRINGU DAN PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA

Disusun oleh :
Anis Nurul Fataya M. (P17410201001)
Fitri Eka Setyawati (P17410201002)
Hidayatul Munawaroh (P17410201003)
Titin Rahmatul H (P17410201007)
Nadlifah Hidayati (P17410201011)
Wasitha Nouvaliza H (P17410201012)
Anissa Ayu A (P17410201027)
Anggi Ravika Arifin (P17410201028)
Farhan Isro’ Arobi (P17410201030)
Asma’ul Khusnah (P17410201035)
Ika Misbahatun N (P17410201042)
Anis Zuhrufah (P17410201051)
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan
makalah bertema Pancasila. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda
Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Manajemen Bencana Dalam Penanggulangan Banjir


Dringu dan Pandemi COVID-19 di Indonesia” bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Pada makalah diuraikan pengertian, tujuan, dasar hukum dan langkah-
langkah pemusnahan berkas rekam medis.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Hartaty Sarma


Sangkot, SKM.,MARS. selaku dosen mata kuliah Menejemen Penanggulangan Bencana.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan terkait pemusnahan berkas
rekam medis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran akan dengan senang hati saya terima.

Pasuruan, 07 Maret 2021

Kelompok 2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan


pasca bencana (post event) berupa emergency response dan recovery dari pada
kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster
preparedness. Padahal, apabila kita memiliki sedikit perhatian terhadap
kegiatan-kegiatan sebelum bencana, kita dapat mereduksi potensi bahaya/
kerugian (damages) yang mungkin timbul ketika bencana. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat berupa pendidikan peningkatan
kesadaran bencana (disaster awareness), latihan penanggulangan bencana
(disaster drill), penyiapan teknologi tahan bencana (disaster-proof), membangun
sistem sosial yang tanggap bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan
penanggulangan bencana (disaster management policies)

Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama,
yaitu:

 Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,


serta peringatan dini;
 Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk
meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR),
bantuan darurat dan pengungsian;
 Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.

Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan
pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap
ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali
pemerintah Bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah atau
kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana
memperkecil dampak bencana. Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan
segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang
ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi
dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah
bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana
biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan
memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang
datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan
baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat
manfaat, dan terjadi efisiensi.

Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang
terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula.
Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan
rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi
seperti ketakutan, trauma atau depresi. Dari uraian di atas, terlihat bahwa titik lemah dalam
siklus manajemen bencana adalah pada tahapan sebelum/pra bencana, sehingga hal inilah
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak
bencana yang terjadi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditentukan tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Bagaimana kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana


banjir di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo dan Pandemi COVID-19 di
Indonesia?
2. Bagaimana tanggap masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana banjir
di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo dan Pandemi COVID-19 di
Indonesia?
3. Bagaimana langkah masyarakat dan pemerintah pasca bencana banjir di
Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo dan Pandemi COVID-19 di
Indonesia?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat ditentukan tujuan penulisan makalah ini
adalah :

1. Untuk mengetahui kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi


bencana banjir di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo dan Pandemi
COVID-19 di Indonesia.
2. Untuk mengetahui tanggap masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi
bencana banjir di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo dan Pandemi
COVID-19 di Indonesia.
3. Untuk mengetahui langkah masyarakat dan pemerintah pasca bencana banjir di
Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo dan Pandemi COVID-19 di Indonesia.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN BENCANA

Definisi bencana yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan SumberDaya Mineral
(ESDM) adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia
atau keduanya yang mengakibatkan korban manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana prasarana, dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana alam adalah salah satu factor
yang bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan hidup. Bencana alam bila dilihat dari
penyebabnya, dapat dibedakan sedikitnya menjadi tiga jenis, yaitu geologis, klimatologis, dan
ekstra-terestial. Berikut adalah macam-macam bencana alam yang terjadi di Indonesia,
diantaranya: Tsunami, Banjir, Kebakaran, Longsor, Gunung Berapi, Kekeringan dan Abrasi.

2.2 KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR DRINGU DAN PANDEMI COVID-19

A. Kesiapsiagaan Banjir Di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo


Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang
biasanya tidak tergenangi air dalam jangka waktu tertentu. Banjir biasanya terjadi
karena curah hujan turun terus menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai,
danau, laut, drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung media penopang
air dari curah hujan tadi.
Oleh sebab itu, langkah antisipasi harus dilakukan baik sebelum, saat, dan
pascabencana banjir :
1. Mengetahui istilah-istilah peringatan yang berhubungan dengan bahaya
banjir, seperti Siaga I sampai dengan Siaga IV dan langkah-langkah apa
yang harus dilakukan.
2. Mengetahui tingkat kerentanan tempat tinggal kita, apakah di zona rawan
banjir (bisa menggunakan aplikasi inarisk)
3. Mengetahui cara-cara untuk melindungi rumah kita dari banjir
4. Mengetahui saluran dan jalur yang sering dilalui air banjir dan apa
dampaknya untuk rumah kita
5. Melakukan persiapan untuk evakuasi, termasuk emmahami rute evakuasi
dan daerah yang lebih tinggi
6. Membicarakan dengan anggota keluarga mengenai ancaman banjir dan
merencanakan tempat pertemuan apabila anggota keluarga terpencar-
pencar
7. Mengetahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga
yang terkena banjir.
8. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga dan tetangga
apabila banjir terjadi
9. Membuat persiapan untuk hidup mandiri selama sekurangnya tiga hari,
misalnya persiapan tas siaga bencana, penyediaan makanan dan air minum
10. Mengetahui bagaimana mematikan air, listrik dan gas
11. Mempertimbangkan asuransi banjir
12. Berkaitan dengan harta dan kepemilikan, maka anda bisa membuat catatan
harta kita, mendokumentasikan dalam foto, dan simpan dokumen tersebut
di tempat yang aman
13. Menyimpan berbagai dokumen penting ditempat yang aman.
14. Hindari membangun di tempat rawan banjir kecuali ada upaya penguatan
dan peninggian bangunan rumah
15. Perhatikan berbagai instrumen listrik yang dapat memicu bahaya saat
bersentuhan dengan air banjir
16. Turut serta mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur umum
17. Melibatkan diri dalam pendistribusian bantuan
18. Menggunakan air bersih dengan efisien

B. Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Pandemi COVID-19 di Indonesia

1. Tahap Migrasi (Pencegahan) :Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan


untuk mengurangi serta menanggulangi resiko penularan covid 19. Rangkaian upaya
yang dilakukan dapat berupa perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun
penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman penyebaran covid
19.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun
kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk
mengurangi/menghindari kerumunan agar terhindari dari covid 19. Sedangkan secara
kultural upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah
dengan cara memberi penyuluhan tentang pentingnya 5M yaitu mencakup Mencuci
tangan,Menjaga jarak,Memakai masker, Menghindari kerumunan, Dan Membatasi
Mobilisasi dan Interaksi. Tahap ini dilakukan untuk mengurangi serta menanggulangi
resiko terjadinya bencana. kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini, yaitu :
a) membuat peta denah bencana covid 19
b) Menyiapkan tempat cuci tangan di setiap rumah
c) memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang covid 19 tetapi tetap
menggunakan protokol kesehatan
d) memantau berita tentang perkembangan covid.
2. Tahap Kesiapsiagaan : Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana
akan terjadi. Pada tahap ini alam menunjukkan tanda atau sinyal bahwa bencana akan
segera terjadi. Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu
memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut. Pada tahap
ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana Kontinjensi.
Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi,
tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi berarti suatu proses
identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau
yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah
diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. Secara umum, kegiatan pada
tahap kesiapsiagaan untuk mengantisipasi datangnya virus covid-19 di suatu wilayah
antara lain:
1. menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan
dan pelatihan personil tenaga medis yang ada di wilayah tersebut.
2. menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana
evakuasi untuk daerah yang mungkin akan beresiko terdampak covid-19
3. melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum pandemi
covid-19 mengalami peningkatan dan ditujukan untuk meminimalkan korban
jiwa dan gangguan layanan kesehatan.
3. Tahap Tanggap Darurat : Tahap Tanggap darurat adalah keadaan ketika potensi
ancaman bencana sudah mengarah pada terjadinya bencana, yang ditandai dengan
adanya informasi peningkatan ancaman berdasarkan sistem peringatan dini yang
diberlakukan dan pertimbangan dampak yang akan terjadi di masyarakat. ndang-
undang Nomor 24 tahun 2007 juga menyebut, status keadaan darurat bencana adalah
suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas
dasar rekomendasi badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana. Status
keadaan darurat ditetapkan oleh pemerintah. Pada tingkatan nasional ditetapkan oleh
presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat kabupaten/kota oleh bupati/wali
kota. Hal ini sebagaimana isi surat edaran tentang pembentukan Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) di Daerah, yang
ditandatangani Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada 29 Maret 2020. Surat
edaran diterbitkan dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19 dan
menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020
tentang percepatan penanganan COVID-19 di lingkungan pemerintah daerah. Berikut
ini isi surat terkait status siaga dan darurat Corona di daerah, yang tercantum pada
poin nomor 3:
Pemerintah Daerah dapat menetapkan status keadaan darurat siaga bencana COVID-
19 dan/atau keadaan tanggap darurat bencana COVID-19 di tingkat provinsi dan/atau
kabupaten/kota dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

a. Penetapan status darurat siaga bencana atau tanggap darurat bencana harus
didasarkan pada kajian atau penilaian kondisi daerah perihal penyebaran
COVID- 19 yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota/provinsi.
b. Setelah dilakukan kajian atau penilaian kondisi daerah perihal penyebaran
COVID-19, Gubernur, Bupati/Walikota menetapkan status bencana COVID-
19.

Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap
tanggap darurat pada pandemi covid-19 dapat dilakukan dengan cara 5M, antara lain :
1. Menjaga jarak minimal 1 meter
2. Mencuci tangan sebelum, saat dan sesudah bepergian
3. Menggunakan masker saat bepergian
4. Membatasi Mobilisasi dan Interaksi
5. Menghindari kerumunan.

2.3. TANGGAP SAAT BENCANA BANJIR DRINGU DAN PANDEMI COVID-19

A. Tanggap Banjir di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo


1. Apabila banjir akan terjadi di wilayah Anda, maka simaklah informasi dari
berbagai media mengenai informasi banjir untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
2. Apabila terjadi banjir, segeralah evakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
3. Waspada terhadap arus bawah, saluran air, kubangan, dan tempat-tempat lain
yang tergenang air.
4. Ketahui risiko banjir dan banjir bandang di tempat Anda, misalnya banjir
bandang dapat terjadi di tempat Anda dengan atau tanpa peringatan pada saat
hujan biasa atau deras.
5. Apabila Anda harus bersiap untuk evakuasi: amankan rumah Anda. Apabila
masih tersedia waktu, tempatkan perabot di luar rumah atau di tempat yang aman
dari banjir. Barang yang lebih berharga diletakan pada bagian yang lebih tinggi di
dalam rumah.
6. Matikan semua jaringan listrik apabila ada instruksi dari pihak berwenang. Cabut
alat-alat yang masih tersambung dengan listrik. Jangan menyentuh peralatan yang
bermuatan listrik apabila Anda berdiri di atas/dalam air.
7. Jika ada perintah evakuasi dan Anda harus meninggalkan rumah: Jangan berjalan
di arus air. Beberapa langkah berjalan di arus air dapat mengakibatkan Anda
jatuh.
8. Apabila Anda harus berjalan di air, berjalanlah pada pijakan yang tidak bergerak.
Gunakan tongkat atau sejenisnya untuk mengecek kepadatan tempat Anda
berpijak.
9. Jangan mengemudikan mobil di wilayah banjir. Apabila air mulai naik, abaikan
mobil dan keluarlah ke tempat yang lebih tinggi. Apabila hal ini tidak dilakukan,
Anda dan mobil dapat tersapu arus banjir dengan cepat.
10. Bersihkan dan siapkan penampungan air untuk berjaga-jaga seandainya
kehabisan air bersih.
11. Waspada saluran air atau tempat melintasnya air yang kemungkinan akan dilalui
oleh arus yang deras karena kerap kali banjir bandang tiba tanpa peringatan.

B. Tanggap Pandemi COVID-19 di Indonesia


Satgas penanganan covid 19 mengingatkan paya pencegahan penularan Covid-19 saat
proses evakuasi dan pascaevakuasi di lokasi-lokasi yang terdampak covid-19. Untuk
mencegah penularan covid-19, Satgas merekomendasikan sejumlah hal untuk
diterapkan dalam manajemen bencana saat pandemic covid 19 antara lain :

1. Lakukan pengelompokan
Evakuasi warga berdasarkan penggolongan orang terdampak Covid-19.
Sebaiknya, pasien Covid-19 tidak dirawat di daerah dengan risiko bencana tinggi agar
tidak perlu dilakukan mobilisasi pasien saat bencana terjadi. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah daerah disarankan perlu menyiapkan
protokol evakuasi khusus untuk melakukan evakuasi pasien dan pekerja medisnya.
BPBD perlu berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat, agar memiliki data dan
mengetahui lokasi-lokasi penderita Covid-19 yang tinggal di area terdampak bencana
tersebut.
2. Tanda khusus
Berikan tanda khusus bagi penderita saat evakuasi. Seperti memberikan pita
dengan warna khusus di tangan, serta masker dengan tanda khusus atau tanda lainnya.
Perlu ditetapkan TES dan TEA khusus untuk kasus positif yang terpisah dari
masyarakat yang sehat. Ini juga perlu ditekankan pada pekerja sosial untuk membantu
evakuasi kasus positif Covid-19 dengan dilengkapi APD dan peralatan P3K.

3. Kapasitas tempat evakuasi


Tinjau kembali kapasitas Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat
Evakuasi Akhir (TEA), agar masyarakat bisa menerapkan jaga jarak dan perlu
dilakukan disinfeksi secara rutin sebelum terjadinya bencana.

4. Sosialisasi masif
Lakukan sosialisasi yang massif sebelum pelaksanaan evakuasi. Siapkan
rencana evakuasi dan protocol Kesehatan bagi masyarakat. Seperti menjaga jarak,
menggunakan masker, menjaga kebersihan diri dan sekitarnya saat evakuasi dengan
melakukan sosialisasi akan hal ini sejak dini.

5. Evaluasi kondisi RS
Evaluasi rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 terdampak bencana
alam. Jika terdampak, pihak rumah sakit agar mempertimbangkan merujuk pasien
Covid-19 ke rumah sakit rujukan lain tedekat.

6. Swab antigen massal


Melaksanakan swab antigen massal pada daerah-daerah terdampak bencana.
Pengungsi yang reaktif akan dirujuk ke dinas kesehatan setempat untuk penanganan
lebih lanjut.

7. Sarana prasarana di pengungsian


Di lokasi pengungsian pastikan ketersediaan sarana kebersihan. Seperti air
bersih, peralatan cuci tangan, sabun dan hand sanitizer. Siapkan juga sarana dan
prasarana serta protokol kesehatan dengan menyediakan cadangan alat pelindung diri
(APD) dan termometer sebagai bagian dari peralatan P3K.
8. Libatkan masyarakat
Tak kalah penting juga dalam manajemen bencana saat pandemic ialah
melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah untuk bergotong royong melalui
rencana kesiapsiagaan di masa pandemic covid 19.

2.4. PASCA BANJIR DRINGU DAN PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA


A. Pasca Bencana Banjir di Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo
1. Hindari air banjir karena kemungkinan kontaminasi zat-zat berbahaya dan
ancaman kesetrum.
2. Waspada dengan instalasi listrik.
3. Hindari air yang bergerak.
4. Hindari area yang airnya baru saja surut karena jalan bisa saja keropos dan
ambles.
5. Hindari lokasi yang masih terkena bencana, kecuali jika pihak yang
berwenang membutuhkan sukarelawan.
6. Kembali ke rumah sesuai dengan perintah dari pihak yang berwenang.
7. Tetap di luar gedung/rumah yang masih dikelilingi air.
8. Hati-hati saat memasuki gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat
seperti pada fondasi.
9. Perhatikan kesehatan dan keselamatan keluarga dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih jika Anda terkena air banjir.
10. Buang makanan yang terkontaminasi air banjir.
11. Dengarkan berita atau informasi mengenai kondisi air, serta di mana
mendapatkan bantuan perumahan/shelter, pakaian, dan makanan.
12. Dapatkan perawatan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat.
13. Bersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah dari sisa-sisa kotoran setelah
banjir.
14. Lakukan pemberantasan sarang nyamuk Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
15. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali.
16. Terlibat dalam perbaikan jamban dan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL).
B. Pasca Pandemi COVID-19 di Indonesia
1. Daring sebagai normal yang baru
Pandemi covid-19 membuat masyarakat harus membatasi diri dan mengurangi
tatap muka. Kondisi tersebut yang membuat masyarakat menggunakan
alternatif lain, salah satunya dengan cara mengoptimalisasikan teknologi dan
internet dapat mempercepat perubahan kultur kerja. Momentum pasca
pandemic adlah waktu yang tepat untuk melakukan reformasi system
informasi Kesehatan difasilitas Kesehatan.
2. Penyesuaian protocol kebersihan
Pada sector perhotelan pasca pandemic misalnya dengan cara menerapkan
prtokol kebersihan dan Kesehatan yang ketat dan juga pengecekan suhu yang
diberlakukan kepada pengunjung dan juga karyawan hotel.
3. Masyarakat terpaksa terdidik untuk menerapkan gaya hidup sehat dan gaya
hidup bersih tanpa terkecuali
4. Dikembangkan program untuk menjaga kestimbangan biotik (mahkluk hidup),
abiotic (kehidupan sosial ekonomi), hubungan dan kepedulian sosial.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai