Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MANAJEMEN BENCANA


KEJADIAN / BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR

DISUSUN OLEH:

Syahrul Ramadhan M Andri Bangun B


Putriani Rupha G Tia Nur Octavia D
Raden Muhamad F F Tomy Murgiyana
Risda Agustina Verenica Dewi Fitriani
Rizli Sinta A Yeni Noviyanti
Saepudin Yogi Prayoga
Sistri Wiladinata Rika Fitriani
Siti Alfiyani H Herman
Siti Solihat Hevy Novalita
Sopiana

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) KHARISMA


KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan Km 1 (By Pass), Kabupaten Karawang, Jawa Barat


413116

2018/2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa
untuk strategi internasional pengurangan risiko bencana (un-isdr).
Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang
terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman
gempa serta enam untuk banjir.

Badan nasional penanggulangan bencana (bnpb) selama januari 2013


mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di indonesia. Bnpb juga
mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian
tersebut. Kejadian bencana belum semua dilaporkan ke bnpb. Dari 119
kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak
sedang, 10.945 rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut,
bnpb telah melakukan penanggulangan bencana baik kesiapsiagaan
maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap
darurat banjir dan longsor sejak akhir desember 2012 hingga sekarang,
bnpb telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar rp 180 milyar ke
berbagai daerah di indonesia yang terkena bencana.

Namun, penerapan manajemen bencana di indonesia masih terkendala


berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi
kebencanaan, baik di tingkat masyarakat umum maupun di tingkat
pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan informasi spasial

2
kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan
manajemen bencana di indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan
keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang
beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.

Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam


sistem manajemen bencana di indonesia sehingga perlu diperbaiki dan
ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana
yang terjadi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di peroleh berbagai macam
pembahasan atau masalah yang akan di bahas dalam penulisan makalah
ini. Adapun berbagai macam pembahasan dalam makalah ini dapat di
temukan berbagai titik permasalahan yang membentuk suatu pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan bencana dan apa saja jenis bencana?
2. Apa saja tahapan terjadinya bencana?
3. Apa yang di maksud dengan manajemen bencana?
4. Apa saja kegiatan dan tahapan manajemen bencana?
5. Apa saja prinsip-prinsip penanggulangan bencana?
6. Apa saja asas-asas dalam penanggulangan bencana?
7. Tindakan apa saja yang dapat di lakukan pada pertolongan pertama
pada korban bencana?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan bencana dan apa
saja jenis bencana?
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan terjadinya bencana

3
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan manajemen bencana
4. Untuk mengetahui apa saja kegiatan dan tahapan manajemen
bencana
5. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip penanggulangan
bencana
6. Untuk mengetahui apa saja asas-asas dalam penanggulangan
bencana
7. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang dapat di lakukan pada
pertolongan pertama pada korban bencana

D. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan penulis dalam
hal menajemen bencana.
2. Pembaca dapat menerapkan upaya penanggulangan bencana,
terutama untuk para petugas kesehatan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN JENIS BENCANA


Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
menyebutkan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan
oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, undang-
undang nomor 24 tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi. Dan
wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atauserangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia
yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat, dan teror.

B. TAHAPAN BENCANA
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster,
tahap serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan
tahap rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster
memegang peran yang sangat strategis.

5
1. Tahap pra-disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya
mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau
impact. Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang
sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu
dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak.
Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat akan sangat
berdampak kepada jumlah besarnya korban saat bencana
menyerang (impact), peringatan dini dikenalkan kepada masyarakat
pada tahap pra bencana.
2. Tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)
merupakan fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat
dimana, manusia sekuat tenaga mencoba ntuk bertahan hidup.
Waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau
bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat bencana menyerang
sampai serang berhenti.
3. Tahap emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang
pertama.tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama
yang menolong korban bencana adalah masyarakat awam atau
awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat
bencana. Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu
pertama adalah : korban dengan masalah airway dan breathing
(jalan nafas dan pernafasan), yang sudah ditolong dan berlanjut ke
masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam benda
tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma
kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan
pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada minggu ke dua dan
selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karena terkait

6
dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau
personal higiene. Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung
(maag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan serangga.
4. Tahap rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga.
Pada tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan
fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah
budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-
orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang
lebih beradab. Dengan melakukan rekonstruksi budaya kepada
masyarakat korban bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih
baik bila dibanding sebelum terjadi bencana. Situasi ini seharusnya
bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun
kembali indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun,
lebih cerdas hidupnya lebih memiliki daya saing di dunia
internasional.

C. DEFINISI MANAJEMEN BENCANA


Penanggulangan bencana atau yang sering didengar dengan manajemen
bencana (disaster management) adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Konsep manajemen bencana saat ini telah mengalami pergeseran
paradigma dari pendekatan konvensional menuju pendekatan holistik
(menyeluruh). Pada pendekatan konvensial bencana itu suatu peristiwa
atau kejadian yang tidak terelakkan dan korban harus segera
mendapatkan pertolongan, sehingga manajemen bencana lebih fokus
pada hal yang bersifat bantuan (relief) dan tanggap darurat (emergency
response).

7
Selanjutnya paradigma manajemen bencana berkembang ke arah
pendekatan pengelolaan risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya
pencegahan dan mitigasi, baik yang bersifat struktural maupun non-
struktural di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana, dan upaya
membangun kesiap-siagaan.

Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan


paradigma manajemen bencana tersebut, pada bulan januari tahun 2005
di kobe-jepang, diselengkarakan konferensi pengurangan bencana dunia
(world conference on disaster reduction) yang menghasilkan beberapa
substansi dasar dalam mengurangi kerugian akibat bencana, baik
kerugian jiwa, sosial, ekonomi dan lingkungan. Substansi dasar tersebut
yang selanjutnya merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005-
2015 yaitu :
1. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional
maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh
kelembagaan yang kuat.
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta
menerapkan sistem peringatan dini
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan membangun
kesadaran kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana pada semua tingkat masyarakat.
4. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana
5. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif

D. TAHAPAN DAN KEGIATAN DALAM MANAJEMEN


BENCANA
1. Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika
mungkin dengan meniadakan bahaya).

8
Misalnya :
 Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
 Melarang penambangan batu di daerah yang curam
 Melarang membuang sampah sembarangan
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau
upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.
Bentuk mitigasi :
 Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul
sungai, rumah tahan gempa, dll.)
 Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan,
pelatihan, dll.)
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna (UU 24/2007)
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan
lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan /
pedoman penanggulangan bencana.
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau
Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana
kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus :
 Menjangkau masyarakat (accesible)
 Segera (immediate)

9
 Tegas tidak membingungkan (coherent)
 Bersifat resmi (official)

5. Tanggap Darurat (response)


Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
6. Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa :
 Pangan
 Sandang
 Tempat tinggal sementara
 kesehatan, sanitasi dan air bersih
7. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena
bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada
keadaan semula. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki
prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar
puskesmas, dll).
8. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.Upaya langkah yang diambil setelah kejadian
bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya,
fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan
kembali roda perekonomian.
9. Rekonstruksi (reconstruction)

10
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan
fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari
sebelumnya. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana,
baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan
sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan


masyarakat kita berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian
harta benda. Dan yang terpenting dari manajemen bencana ini
adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan
bencana sehingga korban yang tidak kita harapan dapat
terselamatkan dengan cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan
pasca bencana dapat dilakukan dengan secepatnya.

Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis


masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam,
menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan bencana,
penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada
kearifan lokal yang berbentuk peraturan nagari dan peraturan
daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah pentingnya dalam
manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama
pada daerah rawan bencana.

E. PRINSIP-PRINSIP PENANGGULANGAN BENCANA


Prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana berdasarkan pasal 3 uu
no. 24 tahun 2007, yaitu:

11
1. Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat”
adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan
secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
2. Prioritas. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa
apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia.
3. Koordinasi dan keterpaduan. Yang dimaksud dengan “prinsip
koordinasi” adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud
dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip
berdaya guna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil
guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus
berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan “prinsip
transparansi” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud
dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemitraan.
7. Pemberdayaan
8. Nondiskriminatif. Yang dimaksud dengan “prinsip
nondiskriminasi” adalah bahwa negara dalam penanggulangan

12
bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
9. Nonproletisi. Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa
dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan
darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan
pelayanan darurat bencana.

F. ASAS-ASAS DALAM PENANGGULANGAN BENCANA


Penanggulangan bencana berdasarkan pasal 3 uu no. 24 tahun 2007
berasaskan :
1. Kemanusiaan. Yang dimaksud dengan “asas kemanusiaan”
termanifestasi dalam penanggulangan bencana sehingga undang-
undang ini memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak
asasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk indonesia secara proporsional.
2. Keadilan. Yang dimaksud dengan”asas keadilan” adalah bahwa
setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Yang
dimaksud dengan “asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang
membedakan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status sosial.
4. Keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Yang dimaksud
dengan “asas keseimbangan” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan
keseimbangan kehidupan sosial dan lingkungan. Yang dimaksud
dengan “asas keselarasan” adalah bahwa materi muatan ketentuan
dalam penanggulangan bencana mencerminkan keselarasan tata

13
kehidupan dan lingkungan. Yang dimaksud dengan ”asas
keserasian” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana mencerminkan keserasian lingkungan dan
kehidupan sosial masyarakat.
5. Ketertiban dan kepastian hukum; yang dimaksud dengan “asas
ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya
kepastian hokum.
6. Kebersamaan. Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah
bahwa penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat yang
dilakukan secara gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan “asas
kelestarian lingkungan hidup” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan
kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan untuk generasi
yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara.
8. Ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang dimaksud dengan “asas
ilmu pengetahuan dan teknologi” adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan
mempercepat proses penanggulangan bencana, baik pada tahap
pencegahan, pada saat terjadi bencana, maupun pada tahap
pascabencana.

G. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN BENCANA


Peran penting bidang kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam
penanggulangan dampak bencana, terutama dalam penanganan korban
trauma baik fisik maupun psikis. Keberadaan tenaga kesehatan

14
tentunya akan sangat membantu untuk memberi pertolongan pertama
sebelum proses perujukan ke rumah sakit yang memadai.

Pengelolaan penderita yang mengalami cidera parah memerlukan


penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin
bisa menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu sangatlah
penting, karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah
dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai initial assessment (penilaian
awal) dan triase. Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hidup dasar pada penderita trauma (basic trauma
life support) maupun advanced trauma life support.
Triage Adalah tindakan mengkategorikan pasien menurut kebutuhan
perawatan dengan memprioritaskan mereka yang paling perlu
didahulukan. Paling sering terjadi di ruang gawat darurat, namun Triage
juga dapat terjadi dalam pengaturan perawatan kesehatan di tempat lain
di mana pasien diklasifikasikan menurut keparahan kondisinya.
Tindakan ini dirancang untuk memaksimalkan dan mengefisienkan
penggunaan sumber daya tenaga medis dan fasilitas yang terbatas.

15
BAB III

SIMULASI SKENARIO

A. TEMPAT/ WAKTU
1. Tempat
Masih didiskusikan bersama rekan tim
2. Waktu
Masih didiskusikan bersama rekan tim

B. PROPERTI
1. Kostum
a. Warga: samping, daster, kaos oblong, peci
b. Polisi: baju coklat/ polisi
c. BPBD: putih coklet
d. DINKES: putih hitam
e. TRC: baju BTCLS/ olahraga
f. RHA: Masih didiskusikan bersama rekan tim
g. PDAM: biru laut/ biru dongker/ biru
h. PUPR: Masih didiskusikan bersama rekan tim
2. Alat/ bahan
a. Tandu
b.

C. PERAN
1. Warga: M. Andri, Hevy, Tia N, Herman, Risda, Siti Solihat
2. Polisi: Sopiana, Yogi
3. BPBD: Tomy, Syahrul
4. Dinkes: Rizki, Yeni
5. TRC: Siti Alfiani, Sistri, Saepudin
6. RHA: Rika, Verenica, Putriani, Raden

16
D. SKENARIO
Pada hari minggu 13 Desember 2013, pukul 18.00 wib, terjadi bencana
tanah longsor di wilayah ……….. setelah 3 hari diguyur hujan yang
lebat. Informasi dari pemerintah desa setempat dilaporkan terdapat:
 20 rumah tinggal rusak berat
 5 rumah tertimbun tanah longsor
 Beberapa tempat jalan desa tertutup longsor tanah
 Korban jiwa: 10 KK kehilangan rumah, terdiri dari dengan 20 jiwa
harus mengungsi, 25 orang mengalami luka: 9 luka berat, 10 luka
sedang, 6 luka ringan

Anak K: ibuuu….!

Tiba-tiba, rumah tetangganya ambruk diseret tanah longsor. Ibu Y


berlari untuk menyelamatkan dua anak tetangganya yang sedang
bermain
Ibu Y: cepat, kemari!!!!, A, cepat ke pos kampling dan pukul kentongan
Pak A: ya, bu!!!!

Mendengar suara kentongan, penduduk desa berkumpul di pos


kamling….
Pak J: ada yang memukul kentongan pak, pasti ada bahaya!
Pak kades: apa yang terjadi???
Pak A: pak kades ada tanah longsor!!

Ibu Y dan anak-anak itu juga pergi k epos kampling.


Pak kades: ibu, bagaimana anak-anak itu???
Ibu Y: baik, tapi ibu mereka tertimbun tanah longsor
Pak kades: kita harus selamatkan dia, siapa bisa bantu??

Beberapa orang masih terjebak…..

17
Pak L: di sini ada satu orang
Ibu D: hati-hati!!

Pak kades meminta pak A untuk menelpon polisi


Pak kades: kita butuh bantuan, cepat hubungi polisi
Pak A: teleponnya mati pak…

Tapi hubungan telpon terputus, lalu….


Pak A: saya pergi ke desa lain pak
Pak kades: ide bagus pak A!!

Pak A pergi ke desa sebelah unutk mencari telepon


Pak A: pak W, ada bencana , bisa pakai telponnya??
Pak W: tentu
Pak A: polisi, cepat datang ada tanah longsor
Polisi: kami segera dating!!

Masyarakat terus melakukan pencarian sambil menunggu bantuan


datang….
Anak K: ibu, baik-baik saja kan?
Pak L: ini yang terakhir
Ibu Y: aduh, parah. Gimana merawatnya…

Ada banyak korban yang perlu dirawat tetapi karena masyarakat belum
siap korbanya hanya dirawat sebisanya..
Anak M: hujan mulai turun lagi…
Ibu Y: pak kades, hujannya makin lebat, bisa saja ada tanah longsor lagi
Pak kades: ya, benar… mari kita pindah ke wilayah yang aman
Pak A: pintu ini bisa di pakai sebagi tandu,,,, hati –hati , jangan banyak
gerak

18
Di dataran tinggi, jau dari desa yang tertimpa bencana…
Ibu Y: aduh sudah gelap. ,kita harus cari tempat perlindungan
Pak kades: kasihan, banyak orang lapar. Bisa cari makanan dimana ya?/
Ibu C: saya juga lapar pak
Pak L: SATLAK dan SAR datang!!!

SATLAK dan SAR memeriksa keadaan daerah itu dan mulai merawat
yang terluka
Pak H (komandan): periksa keamanan daerah ini
Pak I (petugas SAR): iya pak!!
Pak O (petugas): berapa banyak makanan yang dibutuhkan??
pak O (petugas): sementara jangan izinkan seorang pun pergi dari
wilayah ini
Pak kades: iya pak!!

Tiba-tiba, terjadi tanah longsor susulan…


Ibu U: aduh rumah saya terseret
Untung semua orang selamat karena sudah mengungsi ke tempat yang
aman

Setelah beberapa waktu berlalu…


Pak A: ini daftar bantuan yang telah kita terima…

Masyarakat mulai melakukan langkah pencegahan untuk menghindari


bencana. Mereka mengamati daerah sekitar. Dan sadar akan penyebab
bencana tanah longsor….
Pak kades: kita harus menghentikan penebangan hutan…

Lalu menanam banyak pohon unutk memperkuat tanah. Masyarakat


bekerja sama untuk membentuk kelompok penanggulangan bencana di
desanya.

19
Pak kades: sekarang kita punya buku panduan yang bisa bantu kita
unutk bersiap- siaga

Bertahun-tahun kemudian walaupun hujan deras dating,, desa ini tetap


aman karena masyarakat sudah mempunyai persiapan dan kesadaran
akan bahaya bencana terhadap desa mereka.

20
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga
diperlukan manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan
terencana. Manajemen bencana merupakan serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Manajemen bencana di mulai dari tahap pra-bencana, tahap
tanggap darurat, dan tahap pasca-bencana. Pertolongan pertama dalam
bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian dan korban
jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip
triage.

B. SARAN
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban
pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan
dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan masyarakat dari tiap
lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2011).  Indonesia Negara Rawan


Bencana. http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/1
10810_indonesia_tsunami.shtml. Di akses tanggal 19 November 2019
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007. Pengenalan
Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia.(2 th ed).
Jakarta: Direktorat Mitigasi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2008). Peraturan Kepala
Badan   Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
Tentang   Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana. Jakarta: BNPB
Kamus Kesehatan. http://kamuskesehatan.com/arti/triage/. Di akses tanggal
05 November 2019
Ledysia, Septiana. (2013). Januari 2013, Indonesia Dirundung 119
Bencana. http://news.detik.com /read /2013
/02/02/002615/2159288/10/januari-2013-indonesia-dirundung-119-
bencana. Di akses tanggal 05 November 2019
Pusat Data, Informasi dan Humas. (2010). Sistem Penangulangan
Bencana. http://bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-
bencana. Diakses tanggal 05 November 2019
Pusat Data, Informasi dan Humas. (2012). Definisi dan Jenis
Bencana. http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-
bencana. Diakses tanggal 05 November 2019
Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Jakarta: DPR RI dan Presiden
RI
Sudiharto. (2011). Manajemen Disaster.
http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-content /uploads/
2011/06/ Manajemen Disaster .pdf. Di akses tanggal 05 November
2019
Sinurat, Hulman., & Adiyudha, Ausi. (2012). Sistem Manajemen
Penanggulangan Bencana Alam Dalam Rangka Mengurangi Dampak

22
Kerusakan Jalan Dan Jembatan. Jakarta: Puslitbang Jalan dan
Jembatan
Udiyana,  Nyoman Dwi Maha. Bencana datang Tanpa Rencana, Namun
Penanggulangan Harus
terencana.http://www.academia.edu/3716116/Bencana_datang_Tanpa
_Rencana_Namun_Penanggulangannya_Harus_Terencana. Di akses
tanggal 05 November 2019

23

Anda mungkin juga menyukai