DISUSUN OLEH:
2018/2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa
untuk strategi internasional pengurangan risiko bencana (un-isdr).
Tingginya posisi indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang
terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman
gempa serta enam untuk banjir.
2
kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan
manajemen bencana di indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan
keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang
beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di peroleh berbagai macam
pembahasan atau masalah yang akan di bahas dalam penulisan makalah
ini. Adapun berbagai macam pembahasan dalam makalah ini dapat di
temukan berbagai titik permasalahan yang membentuk suatu pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan bencana dan apa saja jenis bencana?
2. Apa saja tahapan terjadinya bencana?
3. Apa yang di maksud dengan manajemen bencana?
4. Apa saja kegiatan dan tahapan manajemen bencana?
5. Apa saja prinsip-prinsip penanggulangan bencana?
6. Apa saja asas-asas dalam penanggulangan bencana?
7. Tindakan apa saja yang dapat di lakukan pada pertolongan pertama
pada korban bencana?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan bencana dan apa
saja jenis bencana?
2. Untuk mengetahui apa saja tahapan terjadinya bencana
3
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan manajemen bencana
4. Untuk mengetahui apa saja kegiatan dan tahapan manajemen
bencana
5. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip penanggulangan
bencana
6. Untuk mengetahui apa saja asas-asas dalam penanggulangan
bencana
7. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang dapat di lakukan pada
pertolongan pertama pada korban bencana
D. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan penulis dalam
hal menajemen bencana.
2. Pembaca dapat menerapkan upaya penanggulangan bencana,
terutama untuk para petugas kesehatan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
B. TAHAPAN BENCANA
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster,
tahap serangan atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan
tahap rekonstruksi. Dari ke-empat tahap ini, tahap pra disaster
memegang peran yang sangat strategis.
5
1. Tahap pra-disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya
mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau
impact. Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang
sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu
dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak.
Latihan yang diberikan kepada petugas dan masyarakat akan sangat
berdampak kepada jumlah besarnya korban saat bencana
menyerang (impact), peringatan dini dikenalkan kepada masyarakat
pada tahap pra bencana.
2. Tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase)
merupakan fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat
dimana, manusia sekuat tenaga mencoba ntuk bertahan hidup.
Waktunya bisa terjadi beberapa detik sampai beberapa minggu atau
bahkan bulan. Tahap serangan dimulai saat bencana menyerang
sampai serang berhenti.
3. Tahap emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang
pertama.tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama
yang menolong korban bencana adalah masyarakat awam atau
awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat
bencana. Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu
pertama adalah : korban dengan masalah airway dan breathing
(jalan nafas dan pernafasan), yang sudah ditolong dan berlanjut ke
masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam benda
tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma
kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan
pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada minggu ke dua dan
selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karena terkait
6
dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau
personal higiene. Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung
(maag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan serangga.
4. Tahap rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga.
Pada tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan
fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah
budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-
orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang
lebih beradab. Dengan melakukan rekonstruksi budaya kepada
masyarakat korban bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih
baik bila dibanding sebelum terjadi bencana. Situasi ini seharusnya
bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun
kembali indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun,
lebih cerdas hidupnya lebih memiliki daya saing di dunia
internasional.
7
Selanjutnya paradigma manajemen bencana berkembang ke arah
pendekatan pengelolaan risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya
pencegahan dan mitigasi, baik yang bersifat struktural maupun non-
struktural di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana, dan upaya
membangun kesiap-siagaan.
8
Misalnya :
Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
Melarang penambangan batu di daerah yang curam
Melarang membuang sampah sembarangan
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau
upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang
ditimbulkan oleh bencana.
Bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul
sungai, rumah tahan gempa, dll.)
Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan,
pelatihan, dll.)
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna (UU 24/2007)
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan
lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan /
pedoman penanggulangan bencana.
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau
Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana
kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus :
Menjangkau masyarakat (accesible)
Segera (immediate)
9
Tegas tidak membingungkan (coherent)
Bersifat resmi (official)
10
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan
fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari
sebelumnya. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana,
baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan
sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
11
1. Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat”
adalah bahwa dalam penanggulangan bencana harus dilaksanakan
secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
2. Prioritas. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa
apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa
manusia.
3. Koordinasi dan keterpaduan. Yang dimaksud dengan “prinsip
koordinasi” adalah bahwa penanggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud
dengan “prinsip keterpaduan” adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip
berdaya guna” adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan
biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil
guna” adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus
berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat
dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan “prinsip
transparansi” adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan
secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud
dengan “prinsip akuntabilitas” adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemitraan.
7. Pemberdayaan
8. Nondiskriminatif. Yang dimaksud dengan “prinsip
nondiskriminasi” adalah bahwa negara dalam penanggulangan
12
bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik apa pun.
9. Nonproletisi. Yang dimaksud dengan ”nonproletisi” adalah bahwa
dilarang menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan
darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan
pelayanan darurat bencana.
13
kehidupan dan lingkungan. Yang dimaksud dengan ”asas
keserasian” adalah bahwa materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana mencerminkan keserasian lingkungan dan
kehidupan sosial masyarakat.
5. Ketertiban dan kepastian hukum; yang dimaksud dengan “asas
ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya
kepastian hokum.
6. Kebersamaan. Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah
bahwa penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat yang
dilakukan secara gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup. Yang dimaksud dengan “asas
kelestarian lingkungan hidup” adalah bahwa materi muatan
ketentuan dalam penanggulangan bencana mencerminkan
kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan untuk generasi
yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara.
8. Ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang dimaksud dengan “asas
ilmu pengetahuan dan teknologi” adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan
mempercepat proses penanggulangan bencana, baik pada tahap
pencegahan, pada saat terjadi bencana, maupun pada tahap
pascabencana.
14
tentunya akan sangat membantu untuk memberi pertolongan pertama
sebelum proses perujukan ke rumah sakit yang memadai.
15
BAB III
SIMULASI SKENARIO
A. TEMPAT/ WAKTU
1. Tempat
Masih didiskusikan bersama rekan tim
2. Waktu
Masih didiskusikan bersama rekan tim
B. PROPERTI
1. Kostum
a. Warga: samping, daster, kaos oblong, peci
b. Polisi: baju coklat/ polisi
c. BPBD: putih coklet
d. DINKES: putih hitam
e. TRC: baju BTCLS/ olahraga
f. RHA: Masih didiskusikan bersama rekan tim
g. PDAM: biru laut/ biru dongker/ biru
h. PUPR: Masih didiskusikan bersama rekan tim
2. Alat/ bahan
a. Tandu
b.
C. PERAN
1. Warga: M. Andri, Hevy, Tia N, Herman, Risda, Siti Solihat
2. Polisi: Sopiana, Yogi
3. BPBD: Tomy, Syahrul
4. Dinkes: Rizki, Yeni
5. TRC: Siti Alfiani, Sistri, Saepudin
6. RHA: Rika, Verenica, Putriani, Raden
16
D. SKENARIO
Pada hari minggu 13 Desember 2013, pukul 18.00 wib, terjadi bencana
tanah longsor di wilayah ……….. setelah 3 hari diguyur hujan yang
lebat. Informasi dari pemerintah desa setempat dilaporkan terdapat:
20 rumah tinggal rusak berat
5 rumah tertimbun tanah longsor
Beberapa tempat jalan desa tertutup longsor tanah
Korban jiwa: 10 KK kehilangan rumah, terdiri dari dengan 20 jiwa
harus mengungsi, 25 orang mengalami luka: 9 luka berat, 10 luka
sedang, 6 luka ringan
Anak K: ibuuu….!
17
Pak L: di sini ada satu orang
Ibu D: hati-hati!!
Ada banyak korban yang perlu dirawat tetapi karena masyarakat belum
siap korbanya hanya dirawat sebisanya..
Anak M: hujan mulai turun lagi…
Ibu Y: pak kades, hujannya makin lebat, bisa saja ada tanah longsor lagi
Pak kades: ya, benar… mari kita pindah ke wilayah yang aman
Pak A: pintu ini bisa di pakai sebagi tandu,,,, hati –hati , jangan banyak
gerak
18
Di dataran tinggi, jau dari desa yang tertimpa bencana…
Ibu Y: aduh sudah gelap. ,kita harus cari tempat perlindungan
Pak kades: kasihan, banyak orang lapar. Bisa cari makanan dimana ya?/
Ibu C: saya juga lapar pak
Pak L: SATLAK dan SAR datang!!!
SATLAK dan SAR memeriksa keadaan daerah itu dan mulai merawat
yang terluka
Pak H (komandan): periksa keamanan daerah ini
Pak I (petugas SAR): iya pak!!
Pak O (petugas): berapa banyak makanan yang dibutuhkan??
pak O (petugas): sementara jangan izinkan seorang pun pergi dari
wilayah ini
Pak kades: iya pak!!
19
Pak kades: sekarang kita punya buku panduan yang bisa bantu kita
unutk bersiap- siaga
20
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga
diperlukan manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan
terencana. Manajemen bencana merupakan serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Manajemen bencana di mulai dari tahap pra-bencana, tahap
tanggap darurat, dan tahap pasca-bencana. Pertolongan pertama dalam
bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian dan korban
jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip
triage.
B. SARAN
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban
pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan
dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan masyarakat dari tiap
lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Kerusakan Jalan Dan Jembatan. Jakarta: Puslitbang Jalan dan
Jembatan
Udiyana, Nyoman Dwi Maha. Bencana datang Tanpa Rencana, Namun
Penanggulangan Harus
terencana.http://www.academia.edu/3716116/Bencana_datang_Tanpa
_Rencana_Namun_Penanggulangannya_Harus_Terencana. Di akses
tanggal 05 November 2019
23