KEPERAWATAN GERONTIK
TEORI MODEL ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA MENJELANG AJAL
DOSEN :
Rahmadaniar AP S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI............................................................................4
2.1 Pengertian Lansia Menjelang Ajal..............................................................4
2.2 Etiologi Lansia Menjelang Ajal..................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis Lansia Menjelang Ajal..................................................5
2.4 Tahapan Lansia Menjelang Ajal.................................................................6
2.5 Pemenuhan Kebutuhan Lansia Menjelang Ajal..........................................9
2.6 Hak Asasi Lansia Menjelang Ajal...............................................................9
2.7 Pertimbangan Khusus Dalam Perawatan..................................................10
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA MENJELANG AJAL . .13
3.1 Pengkajian.................................................................................................13
3.2 Diagnosa....................................................................................................15
3.3 Intervensi...................................................................................................16
3.4 Implementasi.............................................................................................25
3.5 Evaluasi.....................................................................................................25
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................27
4.1 Kesimpulan...............................................................................................27
4.2 Saran..........................................................................................................27
BAB 5 DAFTAR PUSTAKA........................................................................28
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Dalam hal ini perawat sangat dibutuhkan untuk memberi pelayan asuhan
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual
lanjut usia dengan penyakit terminal ataupun tidak terminal dalam menjelang
ajal, perawat juga dituntut untuk membantu anggota keluarga dalam
memenuhi kebutuhan lanjut usia menjelang ajal yang disebabkan oleh
penyakit terminal tidak ada harapan sembuh atau faktor lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian lansia menjelang ajal ?
2. Bagaimana etiologi lansia menjelang ajal ?
3. Bagaimana manifestasi klinis lansia menjelang ajal ?
4. Bagaimana tahapan lansia menjelang ajal ?
5. Bagaimana pemenuhan kebutuhan lansia menjelang ajal ?
6. Bagaimana hak asasi lansia menjelang ajal ?
7. Bagaimana Pertimbangan Khusus Dalam Perawatan lansia mwnjelanh
ajal?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan lansia menjelang ajal ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami teori model asuhan keperawatan lansia
menjelang ajal.
1.3.2 Tujuan Khusus
2
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hak asasi lansia
menjelang ajal.
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Pertimbangan Khusus
Dalam Perawatan lansia mwnjelanh ajal?
8. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori model asuhan
keperawatan lansia menjelang ajal.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang teori model asuhan keperawatan
lansia menjelang ajal serta meningkatkan keterampilan dan wawasan.
1.4.2 Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan tentang teori model asuhan
keperawatan lansia menjelang ajal.
1.4.3 Bagi Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UNUSA
Bahan masukan bagi calon perawat untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dengan teori model asuhan keperawatan lansia
menjelang ajal.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
Menurut Naftali 2017, penyebab menjelang ajal pada lanjut usia salah
satunya juga disebabkan oleh penyakit terminal yang tidak ada harapan untuk
sembuh atau sehat, menurut kamus Kemenkes penyakit terminal adalah suatu
keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi
penderita untuk sembuh. Kondisi tersebut adalah suatu proses yang progresif
menuju kematian berjalan melalui suatu proses penurunan fisik, psikososial
dan spiritual bagi individu, Jenis penyakit terminal diantaranya penyakit-
penyakit kanker/penyakit-penyakit infeksi, Congestif Renal Failure
(CRF), Stroke Multiple Sclerosis, AIDS dan akibat kecelakaan fatal.
Menurut Nugroho, 2008 penyebab lansia menjelang ajal, antara lain:
1. Keganasan, seperti Ca hati, paru-paru, mamae.
2. Penyakit kronis atau penyakit terminal
a. CVD (cerebrovascular diseases)
b. CRV (chronic renal failure (gagal ginjal))
c. Diabetes Melitus (gangguan metabolik)
d. MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler))
e. COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
3. Kecelakaan, seperti hematoma epidural dan sudden death.
2.3 Manifestasi Klinis Lansia Menjelang Ajal
Menurut Nugroho, 2008 tanda klinis lanjut usia menjelang ajal, yaitu:
1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur, biasanya
dimulai dari anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
2. Gerak peristaltik usus menurun.
3. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.
4. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan, dan ujung
hidungnya.
5. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.
6. Denyut nadi mulai tidak teratur.
7. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh adanya
lendir pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien
lanjut usia.
8. Tekanan darah menurun, peredaran darah perifer berhenti.
5
9. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).
6
tahap, kecuali jika perawat memperhatikan secara seksama dan cermat,
berikut 5 tahap menjelang ajal menurut teori Elisabeth Kuebler Ross, 2004:
1. Tahap pertama (penolakan/denial)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu
ditandai dengan komentar, selama tahap ini klien lanjut usia
sesungguhnya mengatakan bahwa mau menimpa semua orang, kecuali
dirinya. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakannya
sehingga ia tidak memperhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan
kepadanya oleh perawat. Ia bahkan telah menekan apa yang telah ia
dengar atau mungkin akan meminta pertolongan dari berbagai macam
sumber professional dan nonprofessional dalam upaya melarikan diri dari
kenyataan bahwa mau sudah ada di ambang pintu.
2. Tahap kedua (marah/anger)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali.
Sering kali klien lanjut usia akan mencela setiap orang dalam segala hal.
Ia mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainnya tentang
apa yang telah mereka lakukan.pada tahap ini, klien lanjut usia lebih
mengaggap hal ini merupakan hikmah, daripada kutukan. Kemarahan ini
merupakan mekanisme pertahanna diri klien lanjut usia lebih mengaggap
hal ini merupakan hikmah, dari pada kutukan. Kemarahan di sini
merupakan mekanisme pertahanan diri kliebn lanjut usia. Pada saat ini,
perawat kesehatan harus hati-hati dalam member penilaiaan sebagai
reaksi yang normal terhadap kematiaan yang perlu diungkapkan.
3. Tahap ketiga (tawar-menawar / bergaining)
Kemarahan biasanya mereda dan klien lanjut usia dapat
menimbulkan kesan dapat menerima apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Akan tetapi pada tahap tawar-menawar ini banyak orang
cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum
maut tiba, dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang
ditinggalkan.Selama tawar-menawar, permohonan yang dikemukakan
hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai
dan harus diselesaikan sebelum mati. Misalnya, klien lanjut usia
7
mempunyai permintaan terakhir untuk melihat pertandingan olahraga,
mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau makan di restoran.
Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membuat klien
lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
4. Tahap keempat (sedih/depresi)
Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan klien lanjut usia
sedang dalam suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan
orang yang dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri.
Bersama dengan itu, ia harus meninggalkan semua hal yang
menyenangkan yang dinikmatinya. Selama tahap ini, klien lanjut usia
cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis. Saatnya bagi
perawat untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang
sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
5. Tahap kelima (menerima/acceptance)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat
ini, klien lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum
selesai dan mungkin dan mungkin tidak ingin bicara lagi karena sudah
menyatakan segala sesuatunya. Tawar-menawar sudah lewat dan lewat
dan tibalah saat kedamaiaan dan ketenangan.Seseorang mungkin saja
lama ada dalam tahap meneriam, tetapi bukan tahap pasrah yang berarti
kekalahan. Dengan kata lain, pasrah pada maut bukan berarti menerima
maut.
8
2.5 Pemenuhan Kebutuhan Lansia Menjelang Kematian
Menurut Nugroho, 2008 pemenuhan kebutuhan lansia menjelang ajal
yaitu:
1. Kebutuan jasmaniah. Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda
padasetiap orang. Tindakan yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien
lanjut usia (mis: sering mengubah posisi tidur, perawatan fisik, dan
sebagainya).
2. Kebutuhan emosi.untuk menggambarkan unggkapan sikap dan perasaan
klien lanjut usia dalam menghadapi kematian.
a. Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat
(ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya bahwa
dirinya tidak mampu mencegah kematian).
b. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya.
Misalnya, lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di
masalalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut berkenaan,
luangkan waktu sejenak. Ingat, tidak semua orang senang
membicarakan kematian.
c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.
9
5. Berhak untuk mengharapkan terus mendapatkan perhatian medis dan
perawatan walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
memberi rasa nyaman.
6. Berhak untuk tidak mati kesepian.
7. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
8. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
9. Berhak untuk tidak di tipu.
10. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam
menerima kematian.
11. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
12. Berhak untuk mempertahakan individualitas dan tidak dihakimi atas
keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
13. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian.
14. Berhak untuk mengharapkan bahwa sesudah tubuh manusia akan di
hormati sesudah mati.
10
c. Seringkali perasaanm ini dialihkan kepada orang lain atau anda
sebagai cara klien lanjut usia bertingkah laku.
3. Tahap III (tawar-menawar)
Menggambarkan proses yang berusaha menawar waktu.
a. Klien lanjut usia untuk mempergunakan ungkapan, seperti
seandainya “ saya…”
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk menghadapi
kematian dengan tawar-menawar.
c. Tanyakan kepentingan yang masih ia inginkan. Cara ademikian
dapat menunjukkan kemampuan perawat untuk mendengarkan
ungkapan perasaannya.
4. Tahap IV (depresi)
Lanjut usia memahami bahwa tidak mungkin menolak lagi kematian
yang tidak dapat dihindarkan itu, dan kini kesedian akan kematian itu
sudah membayanginya.
a. Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingat bahwa
tindakan ini sebenarnya hanya memenuhi kebutuhan petugas.
Jangan takut menyaksikan klien lanjut usia atau keluarganya
menangis. Hal ini merupakan ungkapan pengekpresian
kesedihannya. Anda boleh saja ikut berduka cita.
b. “ apakah saya akan mati?” sebab sebetulnya pertanyaan klien lanjut
usia tersebut hanya sekedar mengisi dan menghabiskan waktu untuk
membincangkan perasaannya, bukannya mencari jawaban. Biasanya
klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia sebenarnya sudah tahu
jawabannya. Biasanya klien lanjut usia menanyakan sesuatu, ia
sebenarnya sudah tahu jawabannya. Apakah anda merasa akan
meninggal dunia?
5. Tahap V menerima
Membedakan antar sikap menerima kematian dan penyerahan terhadap
kematian yang akan terjadi. Sikap meneriama: klien lanjut usia telah
meneriama, dapat mengatakan bahwa kematian akan tiba dan ia tidak
akan menolak. Sikap menyerah: sebenarnya klien lanjut usia tidak
11
menghendaki kematian ini terjadi, tetapi ia tahu bahwa hal ini akan
terjadi. Klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.
a. Luangkan waktu untuk klien lanjut usia (mungkin beberapa kali
dalam sehari). Sikap keluarga akan berbeda dengan sikap klien lanjut
usia. Oleh karena itu, sediakan waktu untuk mendiskusikan mereka.
b. Beri kesempatan kepada klien lanjut usia untuk mengarahkan
perhatiannya sebanyak mungkin. Tindakan ini akan member
ketenangan dan perasaan aman.
12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA MENJELANG AJAL
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan
pendekatan holistik yaitusuatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien
bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja
akan tetapi juga aspek psikososial lainnya.Salah satu metode untuk membantu
perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminalyaitu dengan
menggunakan metode “PERSON”.
P: Personal Strenghat yaitu kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya
hidup, kegiatannya atau pekerjaan.Contoh yang positif : Bekerja ditempat
yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman, Bekerja
dengansiapa saja dalam kegiatan sehari-hari. Contoh yang negatif: Kecewa
dalam pengalaman hidup.
E: Emotional Reaction yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien.
Contoh yang positif : Binggung tetapi mampu memfokuskan
keadaan.Contoh yang negative : Tidak berespon (menarik diri).
R: Respon to Stress yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa
lalu.Contoh yang positif : Memahami masalah secara langsung dan
mencari informasi, Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya:
latihan dan olah raga. Contoh yang negative : Menyangkal masalah,
Pemakaian alcohol.
S: Support System yaitu keluarga atau orang lain yang berarti. Contoh yang
positif : Keluarga, Lembaga di masyarakat. Contoh yang negative: Tidak
mempunyai keluarga.
O: Optimum Health Goal yaitu alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi).
Contoh yang positif : Menjadi orang tua, Melihat hidup sebagai
pengalaman positif. Contoh yang negative : Pandangan hidup sebagai
masalah yang terkuat, Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik.
13
N:Nexsus yaitu bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai
penyakit atau mempunyai gejala yang serius. Contoh yang positif :
Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan. Contoh yang negative :
Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan, Menunda keputusan.
A. Faktor Predisposisi
Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit
terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan
pengkajian yang dilakukan yaitu:
1. Riwayat psikosisial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal,
penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya.
2. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis.
3. Kemampuan koping.
4. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan
support tambahan.
5. Tingkat perkembangan
6. Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.
7. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup.
8. Adanya reaksi sedih dan kehilangan.
9. Pengetahuan klien tentang penyakit.
10. Pengalaman masa lalu dengan penyakit.
11. Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal,
persepsi terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas
kesehatan dan beratnya perjalanan penyakit.
12. Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan.
B. Fokus Sosiokultural
Klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap perkembangan, pola kultur
atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit, penderitaan dan
kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal.
C. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal, yaitu:
1. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian.
2. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian.
3. Support dari keluarga dan orang terdekat.
14
4. Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien
menarik diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup.
1. Penyakit kanker
2. Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis
3. Congestif Renal Failure (CRF)
4. Stroke Multiple Sklerosis
5. Akibat kecelakaan yang fatal.
D. Faktor Perilaku
1. Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami
krisis dan keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung
sehingga secara langsung dapat menganggu fungsi fisik/penurunan daya
tahan tubuh.
2. Respon terhadap diagnose
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah
shock atau tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi
klien dapat berupa emosi kesedihan dan kemarahan.
3. Isolasi social.
3.2. Diagnosa Keperawatan
15
3.3. Intervensi Keperawatan
22
dengarkan dengan penuh perhatian.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien.
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi.
2. D.0082 Distress L.09091 Status Spiritual 1.09276 Dukungan spiritual
spiritual Keyakinan atau sistem nilai berupa kemampuan Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbnag
berhubungan dengan merasakan makna dan tujuan hidup melalui dan terhubung dengan kekuatan yang lebih besar.
menjelang ajal hubungan diri, oranglain, lingkungan atau tuhan. Tindakan :
Kriteria Hasil : Observasi :
1. Perilaku marah pada tuhan dari skala 2 1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian,
(cukup meningkat) menjadi skala 4 (cukup dan ketidakberdayaan.
menurun). 2. Identifikasi pandangan tentang hubungan
2. Verbalisasi menyalahkan diri sendiri drai antara spiritual dan kesehatan.
skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4 Terapeutik :
(cukup menurun). 1. Berikan kesempatan mengekspresikan
23
3. Perasaan takut dari skala 2 (cukup perasaan tentang penyakit dan kematian.
meingkat) menjadi skala 4 (cukup 2. Berikan kesempatan mengekspresikan dan
menurun). meredakan marah secara tepat.
3. Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa
ketidakberdayaan.
4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk
aktivitas spiritual.
Edukasi :
1. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan atau orang lain.
24
1. D.0080 Ansietas 1. Menciptakan suasana terapeutik untuk S : Pasien mengatakan merasa lebih baik
berhubungan dengan menumbuhkan kepercayaan pasien. setelah mengungkapkan perasaan dan
ancaman terhadap 2. Menemani pasien untuk mengurangi persepsi kepada perawat dan kepada
kematian kecemasan. keluarga.
3. Memahami situasi yang membuat O : Pasien masih belum dapat menerima
ansietas dan mendengarkan dengan kondisinya saat ini dan eksperinya
penuh perhatian. tampak sedih ketika bercerita dan
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap mengungkapkan perasaannya sekarang
bersama pasien. kepada perawat dan keluarganya.
5. Memberi anjuran kepada pasien untuk A : Masalah ansietas pada pasien teratasi
mengungkapkan perasaan dan persepsi. sebagian
P : Intervensi 1 dihentikan.
2. D.0082 Distress spiritual 1. Memberikan kesempatan pasien S : Pasien mengatakan merasa lebih baik
berhubungan dengan mengekspresikan perasaan tentang setelah mengungkapkan perasaan dan
menjelang ajal penyakit dan kematian. persepsi, serta amarahnya kepada
2. Memberikan kesempatan pada pasien perawat dan kepada keluarga.
mengekspresikan dan meredakan marah O : Pasien tampak lebih tenang dan
secara tepat. eksperinya tampak damai ketika bercerita
3. Meyakinkan kepada pasien bahwa dan mengungkapkan perasaannya
perawat bersedia mendukung pasien sekarang kepada perawat dan
selama masa ketidakberdayaan. keluarganya. Pasien mampu meredakan
25
4. Menyediakan privasi dan waktu tenang amarah dan dapat menerima kondisi nya
untuk aktivitas spiritual pasien. saat ini dengan ikhlas. Pasien juga dapat
5. Menganjurkan pada pasien untuk berinteraksi dengan anggota keluarga dan
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan tetangga sekitar rumahnya ketika datang
atau orang lain. menjenguk pasien.
A : Masalah ansietas pada pasien sudah
teratasi
P : Intervensi 1 dan 2 dihentikan
---------------------------------------------
26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik penduduk lanjut usia di Indonesia.
https://www.bappenas.go.id/files/data/Sumber_Daya_Manusia_dan_Keb
udayaan/Statistik%20Penduduk%20Lanjut%20Usia%20Indonesia
%202019.pdf. diakses tanggal 11 november 2020
28