Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

VENTRICULAR SEPTAL DEFEC (VSD) PADA ANAK

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronis
& Terminal yang diampu oleh Ibu Hosnu Inayati, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Ema Eltiana 720621418


2. Nurul Umami 720621433
3. Melliyanti 720621439
4. Syaiful Rifqi 720621438

PROGRAM STUDI S1

KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS

WIRARAJA MADURA TAHUN

AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan- Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT. Atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN VENTRICULAR SEPTAL DEFEC


(VSD) PADA ANAK.”

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini , supaya makalah
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar
besarnya,semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua

Sumenep, 05 Oktober 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

DAFTAR TABEL .........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ........................................................................................


1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3.Tujuan .....................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Ventricular Septal Defect (VSD).............................................


2.2.Etiologi Ventricular Septal Defect (VSD).................................................
2.3. Manifestasi Klinis Ventricular Septal Defect (VSD).................................
2.4. Penatalaksanaan Ventricular Septal Defect (VSD)....................................
2.5.Pathway/WOC Ventricular Septal Defect (VSD)......................................

BAB 3 CASE STUDY

Case Study ....................................................................................................


Asuhan Keperawatan Ventricular Septal Defect (VSD) pada Anak ................
1. Biodata ..............................................................................................
2. Riwayat Kesehatan ............................................................................
3. Analisis Data .....................................................................................
4. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas .............................................
5. Intervensi...........................................................................................
6. Catatan Perkembangan.......................................................................

BAB 4 PENUTUP

3.1.Kesimpulan .............................................................................................
3.2.Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Identitas Saudara Kandung.............................................................

Tabel 1.2 Riwayat Imunisasi .........................................................................

Tabel 1.3 Nutrisi............................................................................................

Tabel 1.4 Cairan ............................................................................................

Table 1.5 BAB ..............................................................................................

Tabel 1.6 BAK ..............................................................................................

Tabel 1.7 Istirahat Tidur ................................................................................

Tabel 1.8 Olahraga ........................................................................................

Tabel 1.9 Personal Hygiene ...........................................................................

Tabel 1.10 Aktivitas/Mobilitas Fisik..............................................................

Tabel 1.11 Rekreasi.......................................................................................

Tabel 1.12 Analisis Data ...............................................................................

Tabel 1.13 Rencana Asuhan Keperawatan .....................................................

Tabel 1.14 Catatan Perkembangan.................................................................

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek Septum Ventrikel atau Penyakit
jantung bawaan merupakan kelainan anatomi jantung yang sudah ada sejak bayi
lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir (Hidayat , 2008). Kelainan
jantung ini tidak selalu menunjukkan gejala segera setelah lahir, bahkan mungkin
saja sampai dewasa gejala tersebut tidak tampak. Tidak jarang gejala baru ditemukan
setelah bayi berusia beberapa bulan atau kadang beberapa tahun (Nursalam,
Rekawati Susilaningrum, & SriUtami, 2008). Dampak PJB terhadap angka kematian
bayi dan anak cukup tinggi sehingga dibutuhkan tatalaksana PJB yang cepat, tepat,
dan spesifik (Kasron, 2016).

American Heart Associations (AHA) tahun 2016 menyebutkan penyakit


jantung kongenital (PJK) terjadi pada 1% kelahiran hidup dengan prevelensi yang
sama diseluruh dunia, sekitar seperempat dari 40.000 anak yang lahir dengan PJK
(Yudhistira, 2019).

Hasil Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa prevalensi penyakit jantung


pada penduduk semua umur tertinggi di Kalimantan Utara (2,2%). Profil Dinas
kesehatan Provinsi Sumatera Barat (2017) menyebutkan bahwa kematian bayi di
Provinsi Sumatera Barat sebanyak 700 orang yang tesebar di 19 Kab/Kota dengan
penyumbang kematian tertinggi dari Kota Padang sebanyak 89 orang, Kab.Solok 84
orang, Sijunjung 80 orang, dan Pasaman Barat 79 orang. (Riskesdas) 2018,)

Pada anak yang mengalami PJB ditemukan tanda-tanda serius yang terjadi
selama masa bayi, dapat berupa sianosis, tidak mau makan, sesak napas, keringat
berlebihan, dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Gangguan pertumbuhan
seperti berat bayi tidak bertambah akibat nutrisi tidak adekuat pada bayi, anak
menjadi kurus dan mudah sakit, terutama karna infeksi saluran pernapasan.
Sedangkan untuk perkembangannya, yang sering mengalami gangguan adalah aspek

1
motoriknya terutama motorik kasar, dan perkembangan psikososial (Nursalam,
Rekawati Susilaningrum,& Sri Utami,2008).

PJB pada anak, terutama yamg sianotik dapat mengakibatkan kegawatan


apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal jantung dan serangan sianosis
(sianotic spell) dan berakhir dengan kematian (Nursalam, Rekawati Susilaningrum,
& Sri Utami,2008).

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah memenuhi


kebutuhan dasar pasien, bukan hanya sampai disitu saja karena sebagai edukator
perawat berperan sebagai pemberi informasi kepada keluarga tentang penjelasan
penyakit dan memberitahukan tentang yang harus diwaspadai saat kondisi anak
makin memburuk, perawat juga perlu memberikan dukungan moral kepada pasien
untuk tetap semangat dalam menjalani proses pengobatan hingga akhir selain itu
perawat juga berperan dalam kuratif, bekerja sama dengan tim medis lainnya dalam
pengobatan dan pemulihan pasien penyakit jantung bawaan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka kami dapat merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek Septum
Ventrikel ?
2. Bagaimana Etiologi Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek Septum
Ventrikel ?
3. Apa Manifestasi Klinis Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek Septum
Ventrikel ?
4. Bagaimana patofisiologis Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek
Septum Ventrikel ?
5. Bagaimana penatalaksanaan Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek
Septum Ventrikel ?
6. Bagaimana pathway/woc Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek
Septum Ventrikel ?

2
1.3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang trend dan issue yang sedang
berkembang di masyarakat tentang penyakit yang terkait dengan sistem
kardiovaskular. Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek
Septum Ventrikel
2. Untuk Mengetahui Etiologi Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek
Septum Ventrikel
3. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Ventricular Septal Defect (VSD)
atau Defek Septum Ventrikel
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Ventricular Septal Defect (VSD)
atau Defek Septum Ventrikel
5. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Ventricular Septal Defect (VSD)
atau Defek Septum Ventrikel
6. Untuk Mengetahui Pathway/Woc Ventricular Septal Defect (VSD)
atau Defek Septum Ventrikel

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ventricular Septal Defect (VSD)


Ventricular Septal Defect (VSD) atau Defek Septum Ventrikel adalah cacat
jantung bawaan akibat adanya lubang pada jantung yang terjadi bayi lahir
(kongenital). (Rahayuningsih, 2016)
Defek septum ventrikel (DSV) merupakan salah satu jenis penyakit jantung
bawaan (PJB) yang ditandai oleh adanya defek pada septum
ventrikel. (Rahayuningsih, 2016)
Kelainan jantung ini berada di dinding (septum) pemisah ruang bawah atau
bilik jantung (ventrikel), dan memungkinkan darah mengalir dari kiri ke sisi kanan
jantung. Normalnya, sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru untuk
mendapatkan oksigen dan sisi kiri memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh
tubuh. VSD memungkinkan darah beroksigen bercampur dengan darah
terdeoksigenasi sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah dan peningkatan
aliran darah di arteri paru-paru. Hal ini membuat jantung dan paru-paru harus bekerja
lebih keras.
Dalam ukuran kecil, VSD bisa saja tidak menimbulkan gejala, dan dapat
menutup dengan sendirinya. Sementara itu, VSD berukuran sedang dan besar
kemungkinan membutuhkan operasi sedini mungkin, untuk mencegah
komplikasi. Defek septum ventrikel terjadi selama kehamilan jika dinding yang
terbentuk di antara kedua ventrikel tidak sepenuhnya berkembang, sehingga
meninggalkan lubang. (Rahayuningsih, 2016).

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan anatomi jantung yang


sudah ada sejak dalam kandungan (Nursalam, Rekawati Susilaningrum, & Sri
Utami, 2008).

Kasron (2016) mengatakan bahwa PJB digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik

PJB Asianotik adalah penyakit jantung bawaan yang tidak disertai dengan
warna kebiruan pada mukosa tubuh. Yang termasuk dalam PJB Asianotik

4
adalah :
1. Ventrikel Septal Defect (VSD), yaitu adanya defect atau celah antara
ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Defek septum ventrikel adalah suatu
lubang pada septum ventrikel. Septum ventrikel adalah dinding yang
memisahkan jantung bagian bawah (ventrikel kiri dan ventrikel kanan)
(Kasron, 2016).
2. Atrial Septal Defect (ASD), yaitu adanya defect atau celah antara
atrium kiri dan kanan. Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect
(ASD) adalah gangguan septum atau sekat antara rongga atrium kanan
dan kiri, septum tersebut tidak menutup secara sempurna dan membuat
aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur (Kasron, 2016).
3. Patent Duktus Arteriosus (PDA), yaitu kegagalan menutupnya ductus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteripulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah
(Kasron, 2016).
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
PJB Sianotik adalah penyakit jantung bawaan yang disertai dengan
warna kebiru-biruan pada mukosa tubuh.
Beberapa macam PJB Sianotik di antaranya adalah :
1. Tetraloggi Of Fallot (TF), yaitu kelainan jantung yang timbul sejak
bayi dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan, yaitu VSD,
stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan overiding aorta.
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi
secara kongenital dimaa secara khusus mempunyai empat kelainan
anatomi pada jantungnya (Kasron,2016).
2. Transposisi Arteri Besar (TAB) atau Transposition of the Great
Arteries (TGA), yaitu kelainan yang terjadi karena pemindahan letak
aorta dan arteri pulmonalis, sehingga aorta keluar dari ventrikel kanan
dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri.

PJB pada anak, terutama yang sianotik, dapat mengakibatkan


kegawatan apabila tidak ditangani secara benar, seperti gagal jantung dan

5
serangan sianosis (sianotic spell).

2.2. Etiologi Ventricular Septal Defect (VSD)

Menurut Kasron (2016) penyebab PJB menurut penggolongannya, yaitu :


Penyebabnya tidak diketahui. VSD lebih sering ditemukan pada anak- anak dan
seringkali merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya
sangat kecil,tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya
sebelum anak berumur 18 tahun.

Faktor kelainan genetik dan lingkungan diduga menjadi faktor utama yang
menyebabkan menderita kondisi ini Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi kelainan
fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan
jantung lainnya.

Factor prenatal yang mungkin berhubungan dengan Ventricular Septal


Defect (VSD) yaitu :

a. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil

Rubella adalah penyakit akibat infeksi virus, yang menimbulkan gejala ruam
merah pada kulit. Meski sama-sama menyebabkan ruam kemerahan di kulit,
rubella berbeda dengan campak. Selain disebabkan oleh virus yang
berbeda, gejala rubella lebih ringan dibanding campak.

Walaupun tergolong ringan, rubella dapat memberikan dampak yang


serius bila menular pada ibu hamil, terutama pada trimester pertama kehamilan.
Kondisi tersebut bisa menyebabkan keguguran. Jika kehamilan terus
berlangsung, bayi dapat terlahir tuli, menderita katarak, atau mengalami
kelainan jantung.

Rubella atau campak Jerman disebabkan oleh infeksi virus Rubella yang
menular dari satu orang ke orang lain. Seseorang bisa terserang rubella ketika
menghirup percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin.

6
Di samping itu, seseorang juga dapat tertular rubella bila kontak langsung
dengan benda yang terkontaminasi air liur penderita. Virus Rubella juga dapat
menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya melalui aliran darah.

b. Gizi ibu hamil yang buruk

Gizi buruk pada masa kehamilan juga bisa meningkatkan risiko


terjadinya penyakit jantung bawaan pada janin. Penyakit ini biasanya terjadi
ketika ibu hamil kekurangan asupan protein, vitamin, dan mineral, termasuk
zat besi.

c. Ibu yang alkoholik

alkohol yang dikonsumsi ibu akan masuk ke dalam peredaran darah ibu
lalu akan masuk ke peredaran darah janin melaluiplasenta (ari-ari). Kadar
alkohol pada janin akan lebih tinggi daripada ibu karena janin masih kesulitan
memecah dan membuang alkohol dalam tubuhnya karena fungsi organ
tubuhnya belum maksimal. Alkohol yang terdapat pada tubuh janin akan
sangat mengganggu pertumbuhan janin.

Alkohol dalam tubuh janin akan mengganggu pengiriman oksigen dan


nutrisi bagi janin dan akan merusak berbagai organ dalam tubuhnya, misalnya
ginjal, jantung, otak, dan lain-lain. Semakin banyak Anda mengkonsumsi
alkohol, maka akan semakin tinggi risiko anak Anda mengalami kelainan ini.

d. Usia ibu diatas 40 tahun

e. Ibu menderita diabetes

Ibu hamil dengan riwayat sakit gula atau diabetes melitus merupakan
faktor risiko terjadinya penyakit jantung bawaan pada bayi. Riwayat penyakit
gula tersebut bisa yang hanya terjadi saat seorang Ibu hamil yang
disebut diabetes masa kehamilan atau diabetes melitus yang sudah terjadi
sebelum seorang wanita hamil. Risiko terjadinya penyakit jantung bawaan
semakin meningkat pada yang mendapatkan terapi insulin secara rutin.

Penelitian menunjukkan hubungan antara kejadian penyakit jantung


bawaan dengan Ibu yang mendapatkan terapi insulin pada diabetes melitus

7
sekitar 2.5 hingga 12 %. Penyakit jantung bawaan yang terjadi bisa berupa
kelainan dinding jantung seperti ventricular septal defect (VSD), transposisi
arteri besar, stenosis aorta, hipertensi pembuluh darah paru-paru,
dan hypertrophic cardiomyopathy.

2.3. Patofisiologis Ventricular Septal Defect (VSD)

Defek septum ventrikel menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan


resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal
melalui defek septum. Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi
pembuluh darah paru. Dengan demikian, tekanan di ventrikel kanan meningkat
akibat adanya pirau dari kiri ke kanan. Hal ini akan mengakibatkan resiko terjadinya
endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertrofi otot ventrikel kanan sehingga
akan berdampak pada peningkatan beban kerja jantung sehingga atrium kanan tidak
dapat mengimbangi peningkatan beban kerja jantung, terjadi pembesaran atrium
kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang
tidak sempurna.

Pada VSD berukuran kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal
sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti. Pada VSD berukuran
sedang dan besar terjadi pirau yang bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
Pada beberapa hari pasca lahir belum terdapat pirau kiri ke kanan karena resistensi
vaskuler paru masih tinggi, hal ini menyebabkan bising baru terdengar beberapa hari
hingga beberapa minggu setelah bayi lahir. Pirau kiri ke kanan (aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan) karena tekanan ventrikel kiri lebih tinggi dari
ventrikel kanan, akibatnya terjadi penambahan volume darah di ventrikel kanan dan
menyebabkan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, kemudian menyebabkan
hipertrofi ventrikel kanan.jika tekanan di ventrikel kanan terlalu tinggi maka aliran
darah dapat berbalik dari kanan ke kiri (ventrikel kanan ke ventrikel kiri) kemudian
darah kaya O2 bercampur dengan darah kaya CO2 mengakibatkan darah yang
dialirkan ke seluruh tubuh kekurangan oksigen akan menyebabkan anak mengalami
sianosis. Pada defec besar terjadi perubahan hemodinamik akibat peningkatan

8
tekanan terus – menerus pada ventrikel kanan yang diteruskan ke arteri pulmonalis
(aspiani, 2014)

2.3 Manifestasi Klinis Ventricular Septal Defect (VSD)

Menurut Kasron (2016), tanda gejalanya adalah :

a. Sesak nafas, takipnue (nafas cepat).

b. Bayi mengalami kesulitan ketika menyusu.

c. Keringat yang berlebihan.

d. Berat badan tidak bertambah.

e. Infeksi saluran pernafasan berulang

Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan


gejala yang menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan,
sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas
berulang, dan terdengarnya bising jantung, dapat merupakan petunjuk awal
terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.

a. Gangguan pertumbuhan.

Pada PJB nonsianotik dengan pirau kiri ke kanan, gangguan


pertumbuhan timbul akibat berkurangnya curah jantung. Pada PJB sianotik,
gangguan pertumbuhan timbul akibat hipoksemia kronis. Gangguan
pertumbuhan ini juga dapat timbul akibat gagal jantung kronis pada pasien
PJB.

b. Sianosis.

Sianosis timbul akibat saturasi darah yang menuju sistemik rendah.


Sianosis mudah dilihat pada selaput lendir mulut, bukan di sekitar mulut.
Sianosis akibat kelainan jantung ini (sianosis sentral) perlu dibedakan pada
sianosis perifer yang sering didapatkan pada anak yang kedinginan.
Sianosis perifer lebih jelas terlihat pada ujungujung jari.

c. Toleransi latihan.

9
Toleransi latihan merupakan petunjuk klinis yang baik untuk
menggambarkan status kompensasi jantung ataupun derajat kelainan
jantung. Pasien gagal jantung selalu menunjukkan toleransi latihan
berkurang. Gangguan toleransi latihan dapat ditanyakan pada orangtua
dengan membandingkan pasien dengan anak sebaya, apakah pasien cepat
lelah, napas menjadi cepat setelah melakukan aktivitas yang biasa, atau
sesak napas dalam keadaan istirahat. Pada bayi dapat ditanyakan saat bayi
menetek.

d. Bising jantung.

Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam


menentukan penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini
yang merupakan alasan anak dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat menentukan jenis
kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung pada
pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan.

2.4. Penatalaksanaan Ventricular Septal Defect (VSD)


Pasien dengan VSD besar perlu ditolong dengan obat-obatan untukmengatasi
gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretik, misalnya lasix. Bila obat
dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernapasan dan
pertambahan berat badan, maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.
Tindakan bedah sangat menolong; karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup
berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis
untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil (Hidayat, 2008).
Dengan berkembangnya ilmu kardiologi anak, banyak pasien dengan
penyakit jantung bawaan dapat diselamatkan dan mempunyai nilai harapan hidup
yang lebih panjang. Umumnya tata laksana penyakit jantung bawaan meliputi tata
laksana non-bedah dan tata laksana bedah. Tata laksana non-bedah meliputi tata
laksana medikamentosa dan kardiologi intervensi.
Tata laksana medikamentosa umumnya bersifat sekunder sebagai akibat
komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat adanya kelainan lain yang

1
menyertai. Dalam hal ini tujuan terapi medikamentosa untuk menghilangkan gejala
dan tanda di samping untuk mempersiapkan operasi. Lama dan cara pemberian obat-
obatan tergantung pada jenis penyakit yang dihadapi. Sedangkan tata laksana bedah
yang dilakukan adalah bedah jantung.

1
2.4 Pathway/ WOC Ventricular Septal Defect (VSD)
VSD
Arus kebocoran dari faktor Eksogen
faktor Endogen
ven. Kiri cth : ibu menderita penyakit infeksi
ke kanan Defek kelainan kromosom Sindrom Down

Darah dari ven. Kiri B6


Kebocoran Septum
dan kananB1
bercampur
B2 B5

B3 kelemahan
B4
Tekanan ventrikel naik Aliran darah ke pembuluh darah turun

Jantung bekerja lebih keras Volume


Kompensasi jantung
cairan tubuh Intoleran
Tekanan ventrikel naik Hipertropi ven. kanan Sel–sel otot kekurangan O2 dan nutrisisi
Kekuatan kontraksi otot Dehidrasi
jantung turun Deficit Nutrisi
Aktivita
Aliran darah ke paru Gangguan
meningkat Pertukaran Gas
Atrium kanan tidak dapat mengimbangi Ketidakmampu
Metabolism terganggu an
Hipovolemia
Volume ke paru – paru meningkat mengabsorbsi
Kinerja ventrikel kiri turun
Sesak napas Takikardi ATP turun
Hipertensi pulmonal
Difusi O2 Perubahan Menyusui Tidak Efektif Tubuh lemas dan mudah lelah
+ CO2 di alveolus frekuensi jantung
Perubahan permeabilitas di membrane alveoli ke kapiler
terganggu

Penurunan Curah Jantung Bayi


Asupan
mudah
nutrisi
tertidur

1
BAB 3

CASE STUDY

Pasien anak laki-laki berumur 1 bulan dirawat diruang HCU Anak, masuk
melalui IGD RSUP Dr. M. Anwar sumenep pada Sabtu, 16 Februari 2019 pada
pukul
16.48 WIB melalui rujukan RS Ibu dan Anak estu ibu. Pasien masuk dengan keluhan
sesak nafas bertambah sejak 3 hari yang lalu, batuk berdahak sejak 15 hari yang lalu,
tidak ada kebiruan pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, muntah bila minum
asi lewat dot,riwayat tersedak ada, tidak ada riwayat demam.

Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Kamis, 17 Februari 2019 pukul
09.00 WIB, pasien dengan rawatan hari ke-5, anak tampak sesak nafas, terpasang O2
binasal 2 liter permenit, terpasang NGT, dan terpasang monitor. Anak tampak pucat,
bibir sedikit kering. Didapati tanda-tanda vital suhu : 36oC, RR: 20 kali/menit, nadi :
90 kali/menit, BBl : 3400 sedangkan saat sakit BB : 3700, Tinggi badan : 52 cm,
lingkar kepala : 35cm. Ibu pasien mengatakan anak sulit menyusu karena lemah saat
menghisap.

Data penunjang yang didapatkan hasil laboratorium yaitu hemoglobin 10,0


g/dl, leukosit 19.140/mm3, eritrosit 2,89juta, trombosit: 460.000/mm3, hematokrit
30%. An.A mendapatkan terapi Ceftriaxon 2x180mg, gentamicin 2x18mg, IVFD
KAEN IB 21tts/menit, dan binasal 2Liter.

1
ASUHAN KEPERAWATAN VSD PADA ANAK

1. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama Panggilan : Bayi. T
2. Tempat tgl lahir/usia : Sumenep, 16 Januari 2019 / 1 Bulan
3. Jenis kelamin : Laki - laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum Sekolah
6. Alamat : Jl. Cendrawasih
7. Tgl masuk : 16 Februari 2019
8. Tgl pengkajian : 17 Februari 2019
9. Diagnose Medik : Ventricular Septal Defect (VSD)
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. B
b. Usia : 35 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Swasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Cendrawasih
2. Ibu
a. Nama : Ny. L
b. Usia : 30 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Cendrawasih

1
C. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan


(Tidak memiliki
saudara kandung,
karena klien
adalah anak
pertama)
Tabel 1.1 Identitas Saudara Kandung

2. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : sesak nafas, batuk berdahak
Riwayat Keluhan Utama : saat pasien di bawa ke rumah sakit ibu
pasien mengatakan, bahwa anak sesak nafas, batuk berdahak dan anak sulit
menyusu karena lemah saat menghisap.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Parental Care
a. Ibu Memeriksakan Kehamilannya : diklinik terdekat
Keluhan Selama Hamil yang Dirasakan Oleh Ibu : (tidak terkaji)
b. Riwayat Terkena Radiasi : (tidak terkaji)
c. Riwayat Berat Badan Selama Hamil : (tidak terkaji)
d. Riwayat Imunisasi TT : (tidak terkaji)
e. Golongan Darah Ibu : B
f. Golongan Darah Ayah : B
2. Natal
a. Tempat Melahirkan : Rumah sakit
b. Jenis Persalinan : Normal
c. Penolog Persalinan : bidan dan perawat
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu saat melahirkan dan setelah
melahirkan : (tidak terkaji)
3. Post Natal
a. Kondisi Bayi : (tidak terkaji)

1
APGAR : A : 10, P : 7, G : 9, A : 8, R : 4
b. Anak Pada Saat Lahir Mengalami : (tidak ada masalah)
c. Klien Pernah Mengalami penyakit : (tidak
terkaji) Pada umur : (tidak terkaji)
Dibrikan Obat Oleh : (tidak terkaji)
d. Riwayat Kecelakaan : (tidak terkaji)
C. Riwayat Kesehatan
Keluarga Genogram :

: laki – laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal satu rumah

: Garis Keturunan

D. Riwayat Imunisasi (Imunisasi Lengkap)

No Jenis Waktu Frekuensi Reaksi Setelah Frekuensi


immunisasi pemberian pemberian
1. Hepatitis B Setelah bayi 0.5 ml (tidak ada) (tidak terkaji)
lahir <24jam
2. BCG dan Bayi berumur 1 0,2 ml lebam (tidak terkaji)
polio 1 bulan

1
3. DPT-HB-Hib Bayi berumur 3
2 dan polio 3 bulan
4. DPT-HB-Hib Bayi berusia 4
3 polio 4 dan bulan
IPV/polio
suntik
5. Campak / MR Bayi berumur 9
bulan
Tabel 1.2 Riwayat Imunisasi

E. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : 3.700 gr
b. Tinggi badan : 52 cm
c. Waktu Tumbuh Gigi : (tidak terkaji)
2. Perkembangan Tiap Tahap Usia Anak Saat :
a. Berguling : (tidak terkaji)
b. Duduk : (tidak terkaji)
c. Merangkak : (tidak terkaji)
d. Berdiri : (tidak terkaji)
e. Berjalan : (tidak terkaji)
f. Senyum Pada Orang Lain Pertama Kali : (tidak terkaji)
g. Berpakaian Tanpa Bantuan : dibantu orang tua
F. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI : Tidak normal, karena bayi sulit menyusu karena lemah
saat menghisap
2. Pemberian Susu Formula :
a. Alasan Pemberian : (tidak terkaji)
b. Jumlah Pemberian : (tidak terkaji)
c. Cara Pemberian : (tidak terkaji)
G. Riwayat Psikososial
1. Tinggal Bersama : orang tua Di : rumah
2. Lingkungan Berada Di : padat penduduk

1
3. Rumah Dekat Dengan : sawah Tempat Bermain : halaman
4. Kamar Klien : satu kamar dengan orang tua
5. Rumah Ada Tangga : tidak ada
6. Hubungan Antar Anggota Keluarga : baik
7. Pengasuh Anak : ibu dari anak itu sendiri
H. Riwayat Spiritual
1. Support Sistem Dalam Keluarga : orang tua
2. Kegiatan Kagamaan : (tidak terkaji)
I. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : sakit
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : (tidak terkaji)
c. Perasaan orang tua saat ini : cemas dan panik
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : (tidak terkaji)
e. Yang akan tinggal dengan anak : orang tua
f. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap : (tidak terkaji)
J. Aktivitas Sehari – Hari
1. Nutrisi
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
b. Menu makan (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
c. Frekuensi (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
d. Pantangan makan (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
e. Cara makan (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
Tabel 1.3 Nutrisi

2. Cairan
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jenis minuman ASI ASI
b. Frekuensi minum susu 7 – 9 x/hari 5 x/hari
c. Kebutuhan cairan Normal Berkurang
d. Cara pemenuhan Menyusu NGT
Tabel 1.4 Cairan

1
3. Eliminasi (BAB & BAK)
BAB
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan pempers pempers
b. Frekuensi (waktu) 4 x/hari 2 x/hari
c. Konsistensi tetap berkurang
d. Kesulitan Tidak kesulitan Tidak kesulitan
e. Obat Pencahar (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
Tabel 1.5 Eliminasi BAB

BAK
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan pempers Pempers
b. Frekuensi (waktu) 4 – 6 kali sehari 3 kali sehari
c. Warna Kuning muda Kuning muda
d. Bau Pesing Pesing
e. volume Normal Sedikit
f. Kesulitan Tidak kesulitan Tidak kesulitan
Tabel 1.6 Eliminasi BAK

4. Istirahat Tidur

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


a. Jam tidur 14 – 16 jam/hari 12 – 15 jam/hari
b. Pola tidur Baik Menangis
c. Kebiasaan sebelum (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
tidur
d. Kesulitan tidur Tidak kesulitan Kesulitan
Tabel 1.7 Istirahat Tidur

5. Olahraga
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Program olah raga (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
b. Jenis dan frekuensi (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)

1
c. Kondisi setelah olah (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
raga
Tabel 1.8 Olahraga

6. Personal Hygiene
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi Dimandikan oleh Dimandikan oleh
- Cara ibunya 3x/hari ibunya 2x/hari
- Frekuensi menggunakan bak menggunakan
- Alat mandi mandi tissue
b. Cuci rambut Keramas dilakukan Tidak keramas
- Frekuensi oleh ibunya
- cara 2x/minggu
menggunakan bak
mandi
c. Gunting kuku Memotong kuku Memotong kuku
- frekuensi dibantu oleh dibantu oleh
- cara ibunya 1x/minggu ibunya
1x/minggu
d. Gosok gigi (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
- frekuensi
- cara
Tabel 1.9 Prsonal Hygiene

7. Aktivitas/Mobilitas Fisik
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Kegiatan sehari – hari (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
b. Pengaturan jadwal (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
harian
c. Penggunaan alat bantu (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
aktivitas
d. Kesulitan pergerakan (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
tubuh
Tabel 1.10 Aktivitas/Mobilitas Fisik

2
8. Rekreasi
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
b. Waktu luang (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
c. Perasaan setelah (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
rekreasi
d. Waktu senggang klg (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
e. Kegiatan hari libur (Tidak terkaji) (Tidak terkaji)
Tabel 1.11 Rekreasi

K. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis (menangis)
3. TTV
a. Tekanan Darah : (Tidak Terkaji)
b. Denyut Nadi : 90 x/mnt
c. Suhu : 36 ⁰C
d. Pernafasan : 20x/mnt
4. Berat Badan : 3700 gr
5. Tinggi Badan : 52 cm
6. Kepala :
Inspeksi
Keadaan Rambut & Hygiene Kepala :
a. Warna Rambut : Hitam
b. Penyebaran : merata
c. Mudah Rontok : (tidak terkaji)
d. Kebersihan Rambut :
bersih Palpasi
Benjolan : tidak ada
Nyeri Tekan : tidak ada
Tekstur Rambut : halus
7. Muka inspeksi
a. Simetris/Tidak : simetris

2
b. Bentuk Wajah : oval
c. Grakan Abnormal : (tidak terkaji)
d. Ekspresi Wajah : lemah ketika dilakukan
pemeriksaan Palpasi
Nyeri Tekan/Tidak :
Data Lain : tidak ada
8. Mata Inspeksi
a. Palpebra : Edema/tidak radang/tidak
b. Sclera : tidak ikterik
c. Conjungtiva : anemis
d. Pupil : isokor/anisokor
a) Myosis/Midris :
b) Reflek Pupil Terhadap Cahaya (tidak terkaji)
e. Posisi Mata : simetris kanan dan kiri
f. Gerakan Bola Mata : normal
g. Penutupan Kelopak Mata : normal
h. Keadaan Bulu Mata : normal
i. Keadaan Visus : normal
j. Penglihatan : kabur/tidak
Diplopia/tidak
Palpasi : (tidak terkaji)
Tekanan Bola Mata : (tidak
terkaji) Data Lain : tidak ada
9. Hidung & Sinus Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : simetris
c. Keadaan septum : simetris
d. Secret /cairan :
e. Data lain : (tidak ada)
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi Telinga : simetris

2
b. Ukuran/Bentuk Telinga : simetris
c. Aurikel : normal
d. Lubang Telinga : bersih
e. Pemakaian Alat bantu :
tidak Palpasi
Nyeri tekan / tidak pemeriksaan
Uji Pendengaran
a. Rinne : normal
b. Weber : normal
c. Swabach : normal
Pemeriksaan Vetibuler
:
Data lain : tidak ada
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
Keadaan Gigi : (tidak terkaji)
Karang Gigi/Karies : (tidak
terkaji)
Pemakaian Gigi Palsu : (tidak terkaji)
b. Gusi
Merah / Radang / Tidak : pink
c. Lidah
Kotor / Tidak : bersih
d. Bibir
Cyanosis / pucat / tidak :
Mukosa bibir : sedikit
kering Mulut berbau / tidak :
Kemampuan bicara : belum bisa bicara
Data lain : tidak ada
12. Tenggorokan
a. Warna Mukosa : (tidak terkaji)
b. Nyeri Tekan : tidak ada
c. Nyeri Menelan : ada
2
13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar Thyroid : membesar/tidak
b. Kelenjar Thyroid : teraba / tidak
c. Kaku Kuduk / tidak : (tidak terkaji)
d. Kelenjar limfe : membesar atau
tidak Data lain : tidak ada
14. Thorax dan Pernafasan
a. Bentuk Dada : simetris kiri dan kanan
b. Irama Pernafasan : dispnea
c. Pengembangan di Waktu Benafas : iya
d. Tipe Pernafasan : inspirasi
e. Lingkar dada : 36 cm
Data lain : tidak ada
Palpasi
a. Vocal Fremitus : sama kiri dan kanan
b. Massa / Nyeri :
abnormal Auskultasi
a. Suara Nafas : bronchial
b. Suara Tambahan :
ronchi Perkusi
a. sonor
Data lain : tidak ada
15. Jantung
Palpasi
Ictus Cordis : teraba 1 cm
Perkusi
Pembesaran Jantung : (tidak terkaji)
Auskultasi
a. Irama jantung tidak teratur (takikardia)
b. Bunyi Jantung tambahan :
murmur Data Lain : tidak ada

2
16. Abdome
n
Inspeksi
a. Membuncit : tidak
b. Ada luka / tidak :
Auskultasi
Peristaltic : (tidak terkaji)
Palpasi
a. Hepar : (tidak terkaji)
b. Lien : (tidak terkaji)
c. Nyeri Tekan : (tidak terkaji)
Perkusi
a. Tympani : timpani
b. Redup : tidak ada
Data lain : tidak
ada
17. Genitalia Anus : (Tidak terkaji)
18. Ekstremitas Atas
a. Motoric
- Pergerakan kanan/kiri : (Tidak terkaji)
- Pergerakan abnormal : (Tidak terkaji)
- Kekuatan otot kanan / kiri : (Tidak terkaji)
- Tonus otot kanan / kiri : (Tidak terkaji)
- Koordinasi gerak : (Tidak terkaji)
b. Reflek : normal
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang Suhu : (Tidak terkaji)
- Rasa Raba : akral teraba hangat
Data lain : telapak dan kuku tangan tampak pucat, CRT > 2
detik Ekstremitas Bawah
a. Motoric
- Gaya Berjalan : (Tidak terkaji)
- Kekuatan Kanan/Kiri : (Tidak terkaji)
2
- Tonus Otot Kanan/Kiri : (Tidak terkaji)
b. Reflek : (Tidak terkaji)
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang Suhu : (Tidak terkaji)
- Rasa Raba : akral teraba
hangat Data lain : CRT > 2 detik
19. Status Nurologi
Saraf – Saraf
Cranial
a. Nervus I (Olfactorinus) : penghidu : normal
b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normal
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducents)
- Kontriksi pupil : normal
- Gerakan kelopak mata : normal
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas /sensori : ada
- Reflex dagu : ada
- Reflex corna : ada
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimic : menangis
- Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : normal
f. Nervus VIII (Acuticus)
Fungsi Pendengaran : normal
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Reflex menelan : normal
- Reflex muntah : normal
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal
- Suara : normal
h. Nervus XI (Asssorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : normal
- Mengangkat bahu : normal

2
i. Nervus XII (hypoglossus)
- Devisi Lidah : normal
Tanda – tanda Peradangan Selaput Otak
a. Kaku kuduk : normal
b. Kening sign : normal
c. Reflex brudzinski : normal
d. Reflex lasequ :
normal Data lain : tidak
ada
L. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6 Tahun) dengan menggunakan
DDST
1. Motoric kasar : (tidak terkaji)
2. Motoric halus : (tidak terkaji)
3. Bahasa : (tidak terkaji)
4. Personal social : (tidak terkaji)
M. Test Diagnostik Laboratorium
Tes Laboratorium Darah :
Hemoglobin 10,0 g/dl (normal : 10,6-16,7g/dl), leukosit 19.140/mm3
(normal 6.000-18.000), eritrosit 2,89 (normal 3,1-5,0), trombosit
460.000/mm3 (normal 150.000-450.000), hemaktrokrit 30% (normal 32-
50%)
Pemeriksaan rontgen :
Pemeriksaan sinar x pada thorax menunjukkan penurunan darah
pulmonal , atrium dan ventrikel kiri tampak membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.
Elektrokardiogram:
Terdapat Hipertrofi ventrikel kiri

N. Terapi Saat Ini (Ditulis dengan Rinci)


Ceftriaxone 2x180 mg, gentamicin 2x18 mg, IVFD KAN IB 21tts/mnt, dan
binasal 2 liter

2
3. Analisis Data

Data Masalah Penyebab


DS : ketidak seimbangan
- Dispnea fentilasi-perkusi

DO :
- Bunyi nafas tambahan Dispnea
( ronchi) Ganguan pertukaran gas
- Pola nafas abnorbal
(lambat 20x/mnit) Pola nafas abnormal
- Warna kulit abnormal
(pucat)
Gangguan pertukaran gas
DS: takikardi
- Ortopnea

DO: perubahan frekuensi


- Takikardia Penurunan curah jantung
jantung
- Murmur jantung
- HB : 10,0
- RR : 20 x/menit Penurunan curah jantung

DS : Ketidak adekuatan refleks


- kecemasan menghisap bayi
DO:
- bayi tidak mampu
melekat pada payu Bayi menangis saat di
Menyusui tidak efektif
dara ibu Susui
- bayi tidak menghisap
terus-menerus
- bayi menangis saat di
Menyusui tidak efektif
susui

2
- bayi menolak untuk
meng hisap

DS : defisit nutrisi
- ibu klien mengatakan
nafsu makan pada asi
menurun Kekurangan Intake Cairan

DO : Defisit nutrisi
- Berat badan menurun Merasa lemah
(berat badan susah
naik)
- Membran mukosa
pucat
Tabel 1.12 Analisis Data

4. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidak Seimbangan Fentilasi-Perfusi d.d
Disepnea
2. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Frekuensi Jantung d.d Takikardia
3. Menyesui Tidak Efektif b.d Ketidak Adekuatan Reflek Menghisap Bayi d.d
Bayi Menghisap Tidak Terus Menerus
4. Deficit Nurisi b.d Ketidak Mampuan Mengabsorsi Nutrien d.d Membrane
Mukosapucat

2
5. Intervensi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

(Nursing Care Plan)

Hari/tgl Diagnose
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
17 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Terapi oksigen
Februari gas pemeriksaan 1 x 24 jam Observasi:  Untuk mendeteksi tanda
2019 di harapkan pertukaran - Monitor kecepatan aliran oksigen tanda bahaya
gas meningkat dengan - Monitor posisi alat oksigen  Untuk memantau apakah
kriteria hasil : - Monitor efektifitas terapi oksigen masih terdapat bunyi
- Dispnea menurun - Monitor integritas mukosa hidung ronkhi atau tidak
- Bunyi nafas tambahan akibat pemasangan oksigen
(ronchi) menurun Trapeutik:  Untuk membantu pasien
- Warna kulit abnormal - Bersihkan secret pada mulut, hidung bernafas dan ekspansi
(pucat) membaik dan trakea, jika perlu dada serta ventilasi
- Pola nafas membaik - Pertahankan kepatenan jalan napas lapangan paru basilar
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Edukasi :  Untuk memudahkan

3
- Anjarkan keluarga cara menggunakan pasien bernafas
oksigen di rumah
Kolaborasi :
 Untuk menjaga cairan
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
tubuh pasien
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat
terpenuhi
aktivitas/tidur
 Bekerjasama dalam
pemberian obat
pengaencer lendir
17 Penurunan Curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
Februari Jantung pemeriksaan 1 x 24 jam Observasi:
2019 di harapkan Curah - Identifikasi tanda/gejala primer  Penurunan curah jantung
Jantung Meningkat penurunan curah jantung dapat diidentifikasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi tanda/gejala sekunder melalui gejala yang
- Enjection fraction penurunan curah jantung muncul meliputi
(EF) membaik - Monitor intake dan output cairan dipsnea,kelelahan,
- Cardiac index (CI) - Monitor saturasi oksigen edema,ortopnea, dan
membaik - Monitor nilai laboratorium adanya peningkatan
- Dyspnea menurun jantung Terapeutik: CPV
- Ortopnea menurun - Posisikan pasien semi fowler atau

3
- Takikardia fowler  Untuk mengetahui ada
menurun - Fasilitasi pasien dan keluarga untuk tidaknya aliran oksigen
- Murmur jantung modifikasi gaya hidup sehat yang maasuk
menurun - Berikan oksigen untuk  Untuk mengetahui nilai
mempertahankan saturasi oksigen yang diperlukan untuk
>94% menegakkan diagnose
Edukasi: yang sesuai
- Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi  Untuk memberikan
- Ajarkan keluarga mengukur intake kenyamanan pada pasien
dan output cairan harian dan membuat sirkulasi
Kolaborasi : darah berjalaan dengan
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika baik
perlu
 Gaya hidup yang sehat
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung
dapat membantu
perubahan pola hidup
sehingga pasien dapat
tetap ada dalam ruang

3
lingkup sehat

 Antiaritmia obat untuk


menangani kondisi
aritmia atau ketika
denyut jantung berdetak
terlalu cepat/lambat dan
tidak teratur
17 Menyusui Tiidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
Februari Efektif pemeriksaan 1x 24 jam Observasi :
2019 dihrapkan Starus - Identifikasi kesiapan dan kemampuan  Untuk mengetahui
Menyusui Membaik menerima informasi kesiapan dan kemampuan
dengan kritreia hasil : - Identifikasi tujuan atau keinginan untuk menerima informasi
- Perlekatan bayi pada menyusui
payudara ibu  Untuk meningkatkan
meningkat Terapeutik : keinginan dalam
- Hisapan bayi - Sediakan materi dan media menyusui
meningkat pendidikan kesehatan
- Bayi rewel menurun - Dukung ibu meningkatkan
 Untuk memberikan
- Kecemasan maternal kepercayaan diri dalam menyusui

3
menurun - Libatkan system pendukung misal pengetahuan cara menjaga
suami kesehatan
Edukasi:
 Untuk meningkatkan rasa
- Berikan konseling menyusui
percaya diri ibu dalam
- Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu
memberikan ASI
dan bayi
- Ajarkan 4 posisi menyusui dan
 Untuk memberikan
perlekatan dengan benar
dukungan pada si ibu
- Ajarkan perawatan payudara
antepartum dengan mengkompres
dengan kapas yang telah diberikan
minyak kelapa  Untuk menambah
pengetahan ibu dengan
- Ajarkan perawatan payudara
adanya konseling
postpartum misal memeras ASI
 Untuk menambah
pemahaman ibu dan bayi
 Untuk memberikan rasa
nyaman dan aman pada
saat menyusui

3
 Agar ibu dapat menjaga
kesehatan dan kebersihan
terhadap payudaranya
 Untuk menambah dan
memebrikan rasa nyaman
17 Deficit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi  Untuk menegtahui status
Februari pemeriksaan 1x 24 jam Observasi : nutrisi
2019 dihrapkan Starus Nutrisi - Identifikasi status nutrisi  Untuk memberiakan
Membaik dengan kritreia - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis kenyaman terhadap klien
hasil : nutrient  Untuk mengurangi rasa
- Berat badan membaik - Identifikasi perlunya penggunaan sakit klien
- Nafsu makan selang nasogastric  Untuk mengatuhi hasil
membaik - Monitor hasil pemeriksaan perubahan yang di dapat
- Frekuensi makan laboratorium
membaik Terapeutik :
- Hentikan pemberian makanan melalui  Untuk melatih kerja
selang nasogastric jika asupan oral lambung pada psien
dapat ditoleransi

Table.1.13 rencana asuhan keperawatan

3
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama pasien : Bayi T

No RM :

Umur : 1 Bulan

Dx medis : Ventricular Septal Defect (VSD)

Hari/tgl Dx medis jam Implementasi TTD/Nama Evaluasi TTD/Nama


17 Gangguan pertukaran gas 10.00 Observasi: S: membantu pasien
februari wib 1. Memonitor kecepatan O: sudah tidak ada bunyi
2019 aliran oksigen ronchi
2. Memonitor posisi alat A: masalah gangguan
oksigen pertukaran gas teratasi
3. Memonitor efektifitas sebagian
terapi oksigen P: intervensi 9 dan 10
4. Memonitor integritas dilanjutkan
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Trapeutik:

3
5. Membersihkan secret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
6. Mempertahankan
kepatenan jalan
napas
7. Memberikan oksigen
tambahan, jika perlu
Edukasi :
8. Mengajarkan keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi :
9. Mengkolaborasi penentuan
dosis oksigen
10. Mengkolaborasi
penggunaan oksigen saat
aktivitas/tidur

3
17 Penurunan Curah Jantung 10.00 Observasi: S: ortopnea pada pasien
februari wib 1. Mengidentifikasi teratasi
2019 tanda/gejala primer O: takikardia teratasi
penurunan curah jantung A: curah jantung
2. Mengidentifikasi meningkat
tanda/gejala sekunder P: intervensi dilanjutkan
penurunan curah jantung
3. Memonitor intake dan
output cairan
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Memonitor nilai
laboratorium jantung
Terapeutik:
6. Memposisikan pasien semi
fowler atau fowler
7. Memfasilitasi pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
8. Memberikan oksigen untuk

3
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi:
9. Menganjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
10. Mengajarkan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi :
11. Mengkolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
12. Merujuk ke program
rehabilitasi jantung

3
17 Menyusui tidak efektif 10.00 Observasi : S: pasien bisa menyusu
februari wib 1. Mengidentifikasi kesiapan kembali dengan normal
2019 dan kemampuan menerima O: kelemahan dalam
informasi menghisap berkurang
2. Mengidentifikasi tujuan atau A: masalah menyusui
keinginan menyusui tidak efektif teratasi
sebagian
Terapeutik : P: intervensi
3. Menyediakan materi dan 10 dilanjutkan
media pendidikan kesehatan
4. Mendukung ibu
meningkatkan kepercayaan
diri dalam menyusui
5. Melibatkan system
pendukung misal suami
Edukasi:
6. Memberikan konseling
menyusui
7. Menjelaskan manfaat

4
menyusui bagi ibu dan bayi
8. Mengajarkan 4 posisi
menyusui dan perlekatan
dengan benar
9. Mengajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
10. Mengajarkan perawatan
payudara postpartum misal
memeras ASI
17 Defisit nutrisi 10.00 Observasi : S: memnuhi nutrisi
februari wib 1. Mengidentifikasi status pasien
2019 nutrisi O: kebutuhan nutrisi
2. Mengidentifikasi kebutuhan terpenuhi
kalori dan jenis nutrient A: masalah deficit nutrisi
3. Mengidentifikasi perlunya teratasi sebagian
penggunaan selang P: intervensi dilanjutkan
nasogastric

4
4. Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
5. Menghentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi

Table.1.14 Catatan Perkembangan

4
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Defek septum ventrikel (ventricular septal defect VSD) merupakan penyakit
jantung bawaan yang paling sering ditemukan pada bayi dan anak. (Irwanto et al.,
2017)
Defek septum ventrikel (DSV) adalah salah satu bentuk penyakit jantung
bawaan (PJB) yang paling sering ditemukan. (Rinaldi et al., 2016)
Kelainan jantung ini berada di dinding (septum) pemisah ruang bawah atau
bilik jantung (ventrikel), dan memungkinkan darah mengalir dari kiri ke sisi kanan
jantung. Normalnya, sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru untuk
mendapatkan oksigen dan sisi kiri memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh
tubuh. VSD memungkinkan darah beroksigen bercampur dengan darah
terdeoksigenasi sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah dan peningkatan
aliran darah di arteri paru-paru. Hal ini membuat jantung dan paru-paru harus bekerja
lebih keras.

4.2. Saran
Diharapkan penyusun dapat mengkaji asuhan keperawatan dengan baik lagi,
sering berlatih untuk menyusun asuhan keperawatan dan lebih memperdalam teori –
teori asuhan keperawatan lainnhya. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan
asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

4
DAFTAR PUSTAKA

Irwanto, F. H., Puspita, Y., & Yuliansyah, R. (2017). Penutupan Defek Septum
Ventrikel Secara Transtorakalis Minimal Invasif dengan Panduan
Transesophageal Echocardiography (TEE). Jurnal Anestesi Perioperatif, 5(2),
134. https://doi.org/10.15851/jap.v5n2.1113

Rahayuningsih, S. E. (2016). Hubungan antara Defek Septum Ventrikel dan Status


Gizi. Sari Pediatri, 13(2), 137. https://doi.org/10.14238/sp13.2.2011.137-41

Rinaldi, A., Kaunang, E. D., & Tangkilisan, H. A. S. (2016). Hubungan antara Besar
Defek, Massa dan Fungsi Ventrikel Kiri dengan N-Terminal Pro Brain
Natriuretic Peptide pada Anak dengan Defek Septum Ventrikel. Sari Pediatri,
17(6), 413. https://doi.org/10.14238/sp17.6.2016.413-7

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonsia.

Yudhistira, S. (2019). "Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Penyakit


Jantung Bawaan Ventricel Septal Defect (VSD) di Ruangan HCU Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2019."

Anda mungkin juga menyukai