i
Apt. Liziyyannida, S.,Farm.
FARMAKOLOGI KEPERAWATAN
Riwayat Pendidikan
2019 Magister Farmasi Klinis UNAIR
2016 – 2017 Profession Of Pharmacist, Pharmacy Faculty of
Padjadjaran University, Bandung - West Java. (IPK
3,53)
2. Kontraindikasi obat
3. PENANDAAN KEMASAN
(LABEL)
1.
2.
3.
“Obat dengan penanda huruf K dalam lingkaran merah,
yang dikenal dengan Obat Keras, seharusnya hanya dapat
diserahkan dengan resep dokter (ethical drugs), namun
beberapa obat keras ternyata dapat diserahkan apoteker
kepada pasien tanpa resep. Inilah yang dikenal dengan
OWA”
REFERENSI OBAT OWA TELAH DI ATUR PADA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN BERIKUT :
Kepmenkes no 347 tahun 1990.
Kepmenkes no 924 tahun 1993.
Kepmenkes no 925 tahun 1993.
Kepmenkes no 1176 tahun 1999.
4.
5.
4.
CARA
PENGGUN
AAN OBAT
RESEP DAN DOSE OBAT
2) Dosis pencegahan, yaitu jumlah yang dibutuhkan untuk melindungi agar pasien tidak
terkena penyakit.
3) Dosis terapi yaitu dosis obat yang digunakan untuk terapi jika pasien sudah terken
penyakit.
4) Dosis lazim, yaitu dosis yang secara umum digunakan untuk terapi.
5) Dosis maksimal, yaitu dosis obat maksimal yang dapat digunakan untuk pengobatan
penyakit, yang bila dosis maksimal dilampaui akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
6) Dosis letaal yaitu dosis yang melebihi dosis terapi dan mengakibatkan efek yang tidak
diinginkan yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
7) Dosis pemeiharaan (maintance) yaitu dosis yang digunakan untuk memantau dan memelihara
efek suatu terapi obat
Dosis untuk anak diperhitungkan dari dosis orang dewasa (DD) dengan
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika memperhitungkan dosis obat untuk lansia antara lain
adalah:
1) Tingkat sensitifitas tubuh dan organ pada lansia lebih meningkat daripada pasien usia dewasa. Hal
ini terjadi dikarenakan menurunnya kualitas dan fungsi sirkulasi darah pada pasien dengan usia lanjut.
3) Menurunnya fungsi hati dan ginjal sehingga sisa obat yang bersifat toksis tidak bisa disaring
dengan baik oleh ginjal dan hati.
4) Kecepatan eliminasi obat menurun, sehingga memungkinkan residu obat terendap di tubuh.