Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA TUBERKULOSIS (TBC) PADA ANAK

Dosen Pengampu : Zakiyah Yasin, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Fadiah Fiqoh Anjani (720621436)

Noraini (720621410)

Nur Rifda Anis (720621399)

Nur Hasanah (720621426)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA MADURA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan
Anak Sehat dan Sakit Akut yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan Dengan Diagnosa Tuberkulosis (TBC) Pada Anak” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penugasan ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Zakiyah Yasin, S.Kep, Ns., M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Anak Sehat
dan Sakit Akut. Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang penyakit TBC pada anak untuk para pembaca dan juga bagi penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Zakiyah Yasin, S.kep, Ns., M.Kep
selaku dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan tugas ini, semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan
pengetahuan bagi kita semua, Aamiin.

Sumenep, 26 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama
diparu atau diberbagai organ tubuh lainnya. TB paru dapat menyebar ke setiap
bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe dan lainnya
(Smeltzer&Bare, 2015).Beberapa negara berkembang di dunia, 10 sampai 15%
dari morbiditas atau kesakitan berbagai penyakit anak dibawah umur 6 tahun
adalah penyakit TB paru. Saat ini TB paru merupakan penyakit yang menjadi
perhatian global, dengan berbagaiupaya pengendalian yang dilakukan insidens
dan kematian akibat TB paru telahmenurun, namun TB paru diperkirakan masih
menyerang 9,6 juta orangdan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014
(WHO, 2015).

Centres for Desease Control (CDC) melaporkan pada tahun 2015, dalam
laporan District of Columbia terdapat 9.557 kasus TB Paru, meningkat 1,6%
tahun 2014 di Dunia. Dua puluh tujuh negara bagian di dunia dilaporkan
peningkatan jumlah kasus TB paru dari tahun 2014, dan empat negara (California,
Texas, New York, dan Florida) menyumbang 50,6% penderita TB paru dari total
kasus nasional di Amerika Serikat. Tahun 2013, kejadian TB paru terus secara
bertahap menurun antara orang kulit hitam non Hispanik atau Afrika Amerika (-
6,4%), kulit putih non-Hispanik (-12,1%), dan Hispanik atau Latin (-4,0%).
Sementara kejadian TB paru tingkat Asia juga menurun 2013-2015 (-1,0%), pada
tahun 2015 tingkat kejadian TB secara keseluruhan untuk Asia selama tiga kali
lebih tinggi. Angka prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2014 menjadi
sebesar 647 orang dari 100.000 penduduk. Angka penderita TB paru ini
meningkat dari tahun 2013, penderita TB paru pada tahun 2013yang berjumlah
272 dari 100.000 penduduk. Tuberkulosis (TBC) alias TB merupakan penyakit
infeksi yang paling banyak menyebabkan kematian. WHO memperkirakan
kematian akibat TB lebih banyak daripada kematian akibat malaria dan AIDS.
Tidak hanya menyerang orang dewasa, TBC juga dapat terjadi pada anak. Sekitar
10-15 persen kasus TBC di Indonesia terjadi pada anak berusia 0-14 tahun.
Beberapa gejala penyakit TBC pada anak antara lain nafsu makan menurun, BB
turun dan tidak naik atau naik namun tidak sesuai grafik tumbuh, gagal tumbuh,
demam tidak tinggi yang kronik atau berulang dengan penyebab yang tidak jelas,
anak tidak aktif (lemas, letih, malaise kronik), batuk kronik selama kurang lebih 2
minggu, dan riwayat kontak dengan pasien TBC dewasa yang infeksius (dahak
mengandung kuman BTA positif).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yaitu

1. Apa pengertian dari penyakit tuberculosis (TBC) pada anak?


2. Bagaimana etiologi dari penyakit tuberculosis (TBC) pada anak?
3. Apa saja manifestasi klinis penyakit tuberculosis (TBC) pada anak?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tuberculosis (TBC) pada anak?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan penyakit tuberculosis (TBC)
pada anak?

1.3 Tujuan Masalah

Terdapat beberapa tujuan yang di dapat dari rumusan masalah yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui apa pengertian dari tuberculosis (TBC) pada
anak, etiologi, manifestasi klinis, patofisologi, penatalaksanaan atau
pengobatan penyakit tuberculosis (TBC) yang menyerang anak-anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB
paru dan mampu mengaplikasikannya pada penderita TB Paru.
Melaksanakan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun
intervensi, melaksanakan implementasi, dan melakukan evaluasi.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Pengertian

Tuberkulosis yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru


akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. Penamaan “tuberculosis” pertama kali
diciptakan oleh Johnson Schonlein pada tahun 1834 dan didirikan. Penularan
penyakit TB bisa melalui percik renik (droplet) dari penderita yang mengandung
bakteri TBC dan tidak diobati. Penyakit TBC masih banyak ditemukan, sekurang-
kurangnya 500.000 anak menderita TBC setiap tahun di dunia. Di Indonesia,
angka kasus penyakit TBC masih tergolong tinggi dari tahun ke tahun dan
Indonesia mendapat peringkat kedua setelah India.

Beberapa gejala penyakit TBC pada anak antara lain nafsu makan
menurun, BB turun dan tidak naik atau naik namun tidak sesuai grafik tumbuh,
gagal tumbuh, demam tidak tinggi yang kronik atau berulang dengan penyebab
yang tidak jelas, anak tidak aktif (lemas, letih, malaise kronik), batuk kronik
selama kurang lebih 2 minggu, dan riwayat kontak dengan pasien TBC dewasa
yang infeksius (dahak mengandung kuman BTA positif). Dr. Rifan Fauzie,
Sp.A(K), dalam webinar awam dalam rangka Hari Tuberkulosis Sedunia, Minggu,
(28/03/2021) menjelaskan penularan TBC bisa dengan kuman TB terhirup oleh
orang lain melalui saluran pernafasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya dan kuman TB keluar ke udara pada saat penderita TB
batuk, bersin atau berbicara. Apabila daya tahan tubuh lemah, orang tersebut
menjadi sakit TB dan apabila daya tahan tubuh kuat, orang tersebut akan tetap
sehat.

Cara diagnosis TBC pada anak yaitu dengan melihat gejala penyakit yang
dicurigai ke arah TBC, melakukan pemeriksaan fisis yang sesuai dengan gejala
TBC seperti status gizi (gizi kurang, gizi buruk, gagal tumbuh), demam lama lebih
dari 2 minggu, pembesaran kelenjar getah bening regional, pembengkakan sendi
atau tulang, melakukan uji tuberculin (mantaouxtest) seperti penyuntikan protein
tuberculin di bawah kulit, dibaca reaksi kulit dalam 48-72 jam, penilaian diameter
penebalan kulit/indurasi, melakukan tes darah IGRA (Inteferon Gamma Releasing
Assay), melakukan Tes Cepat Molekular (TMC) dan foto rontgen paru.

Pengobatan yang dilakukan untuk penderita TBC adalah dengan terapi


jangka panjang dengan lama antara 6-12 bulan tergantung derajat penyakit, TBC
ringan akan diberikan obat selama 6 bulan sedangkan TBC dengan kerusakan paru
yang luas diberikan selama 9-12 bulan, dan pasien akan diberikan 3 atau 4 macam
obat. Terapi bisa dilakukan melalui pemberian obat yang diberikan setiap bulan
dan tidak boleh terputus karena apabila teputus akan berdampak kuman TBC
menjadi kebal dan hanya dokter yang dapat menentukan penghentian pemberian
obat.

2.2 Etiologi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycrobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh
Robert Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalm keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C
dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil menyebabkan nekrosis jaringan,
sedangkan lemaknya menyababkan sifat tahan asam dan merupakan factor
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. (FKUI, 2005).

TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat


ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme. Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan
jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015). Ketika seseorang penderita TB paru
batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan
jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau
nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,
maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertular virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB
aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker,
mereka yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi
dengan (HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma;
tahanan; etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15
tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).
f. Individu yang tinggal di daerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan
aktivitas yang beresiko tinggi.

2.3 Patofisiologi
Menurut somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup
basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju
alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau kea rah lain dari paru (lobus
atas). Basil juga menyebar melalui system limfe dan aliran darah ke berbagai
tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas.
Selanjutnya system kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan basil dan
jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar bakteri. Infeksi antara Mycobacterium tuberculosis dan system kekebalan
tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah masa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri tas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi
oleh mikrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi
massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari masa tersebut disebut ghon tubercle.
Materi yang terdiri dari atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekritotik yang
selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caeseosa).
Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen,
kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons system imun
tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah
dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif
kembali aktif, pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasii selanjutnya
menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Peru-peru yang terinfeksi
kemudian meradang , mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk
tuberkel dan seterusnya. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak didalam
sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit
(membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan memberikan respons
berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oileh
tuberkel.

2.4 Manifestasi Klinis


Ciri-ciri tuberkulosis pada anak tidak selalu batuk, ini yang membuat
orang tua terkadang sulit mengetahuinya. Berikut adalah gejala-gejala yang umum
bila anak mengalami tuberkulosis.
1. Nafsu makan berkurang atau hilang (anoreksia)
Pada orang dewasa, gejala TBC umumnya adalah batuk-batuk yang
menggangu. Namun, berbeda dengan anak, gejalanya adalah nafsu makan
berkurang bahkan menghilang. Kondisi ini membuat pertumbuhan anak
sedikit terhambat dan tubuhnya lebih kecil dari teman-teman seusia. Anak
juga terlihat lebih kurus dari anak-anak seusianya dan kemungkinan
mengalami gagal tumbuh lebih besar.
2. Permasalahan pada berat badan
Berat badan anak akan turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab
yang jelas atau berat badan tidak naik dengan cukup. Dalam beberapa
kasus TBC pada anak, berat badan tidak naik dalam 1 bulan walaupun
anak telah menjalani upaya perbaikan gizi yang sesuai. Selain berat badan
yang tidak naik-naik atau pertumbuhan yang terhambat, orangtua wajib
memperhatikan beberapa gejala tuberkulosis lainnya.
3. Demam yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari dua minggu.
Berkali-kali kena demam dalam kurun waktu beberapa minggu (panasnya
naik-turun).
4. Batuk yang tidak kunjung sembuh atau tambah parah selama lebih dari
tiga minggu.
5. Berat badan turun atau tidak naik selama dua bulan atau lebih.
6. Berkeringat di malam hari.
7. Anak terlihat lemas, tidak bertenaga, dan tidak aktif.
8. Pembengkakan kelenjar getah bening (biasanya terlihat dari adanya
benjolan di sekitar leher atau bawah rahang anak).
9. Bunyi nafas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat diperkusi.
10. Ekspansi yang buruk pada tempat yang sakit
Tinggal di wilayah persebaran tuberkulosis atau berdekatan dengan orang
yang baru saja terinfeksi. Bila anak menunjukkan ciri-ciri di atas, segera bawa
anak untuk periksa ke dokter atau ke rumah sakit.

2.5 Penatalaksanaan Medis


Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah
eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah terjadinya
komplikasi. Tatalaksana TB anak yaitu :
1. Penanganan pasien TB Anak terdiri dari pemberian terapi obat dan
pemberian gizi yang adekuat.
2. Penyakit penyerta yang sering diderita anak juga harus ditatalaksana
secara bersamaan.
3. Pemberian terapi obat terdiri dari pemberian Obat Anti TB (OAT) dan
terapi pencegahan dengan INH profilaksis.
4. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat dan
diberikan setiap hari baik pada tahap intensif maupun lanjutan.
5. Obat dalam bentuk KDT (Kombinasi Dosis Tetap) harus diberikan secara
utuh, tidak boleh dibelah atau digerus. Obat dapat diberikan dengan cara
ditelan secara utuh atau dilarutkan dengan air sesaat sebelum diminum.
6. Apabila obat diberikan dalam bentuk puyer, harus dibuat terpisah untuk
masing-masing obat. Tidak diperbolehkan mencampur beberapa macam
obat dalam satu puyer.
7. Apabila ada kenaikan berat badan pada Anak, maka dosis menyesuaikan
dengan berat badan terakhir.
8. Pada anak obesitas, dosis KDT sesuai dengan berat badan ideal sesuai
dengan umur.
9. OAT kategori Anak dalam bentuk KDT terdiri dari kombinasi INH,
Rifampisin dan Pirazinamid masing-masing 50mg, 75mg dan 150mg
untuk fase intensif dan kombinasi INH dan Rifampisin masing-masing
50mg dan 75mg untuk fase lanjutan yang diberikan kepada anak sesuai
dengan berat badan anak tersebut.
10. Terapi pencegahan dengan INH diberikan kepada anak Balita yang kontak
dengan pasien TB BTA positif tetapi tidak terinfeksi TB dan anak yang
terinfeksi TB tetapi tidak sakit TB (profilaksis primer dan sekunder).
11. INH profilaksis diberikan dngan dosis 10mg/kgBB/hari selama 6 bulan.
12. Bukti adanya infeksi TB diperoleh dari hasil uji tuberkulin (Mantoux tes)
yang positif yaitu munculnya indurasi dengan diameter ≥ 10mm.
2.6 Pengobatan
Pengobatan yang dilakukan untuk penderita TBC adalah dengan terapi
jangka panjang dengan lama antara 6-12 bulan tergantung derajat penyakit, TBC
ringan akan diberikan obat selama 6 bulan sedangkan TBC dengan kerusakan paru
yang luas diberikan selama 9-12 bulan, dan pasien akan diberikan 3 atau 4 macam
obat. Terapi bisa dilakukan melalui pemberian obat yang diberikan setiap bulan
dan tidak boleh terputus karena apabila teputus akan berdampak kuman TBC
menjadi kebal dan hanya dokter yang dapat menentukan penghentian pemberian
obat. Beberapa efek samping yang dapat terjadi pada saat pemberian obat yaitu
mual, nyeri perut, kuning, gemeteran/tremor, hipersensitivitas, gangguan
penglihatan/pendengaran, cairan tubuh berwarna oranye (urin), namun tidak
semua efek samping dapat terjadi.

Jenis dan dosis obat :


a. Isoniazid
Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman
dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.
Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash,
demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau
dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa
kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat
diteruskan sesuai dosis.
b. Rifampisin
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).
Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,
trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warnam merah atau
jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada
keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut
terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya.
c. Pirazinamid
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis,
atralgia.
d. Streptomisin
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan
kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran.
e. Ethambutol
Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan
penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna
merah dan hijau, maupun optic neuritis.

2.7 Pencegahan Penyakit TBC


Beberapa cara untuk mencegah penyakit TBC pada anak diantaranya :
1. Vaksinasi BCG
Vaksinasi merupakan salah satu faktor penting dalam pencegahan
penyakit. Vaksin merupakan mikroorganisme, baik sel utuh maupun
bagian sel yang bersifat toksik, yang sudah dilemahkan dan dimasukan
ke tubuh untuk merangsang tubuh membentuk antibodi. BCG
merupakan jenis vaksin yang secara spesifik merangsang pembentukan
antibodi terhadap bakteri TB.
2. Pemberian makanan yang bergizi dan seimbang. Makanan yang
bergizi dan seimbang akan meningkatkan imunitas yang membantu
memerangi bakteri penyebab TB.
3. Jaga lingkungan tetap bersih, tidak lembab, dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah. Lingkungan dengan kriteria tersebut dapat
mencegah perkembangbiakan bakteri penyebab TB sehingga
menurunkan kemungkinan tertular.
4. Cari sumber penularan. TB dapat mudah menular melalui udara.
Sehingga dengan mengetahui orang yang jadi sumber penularan,
penularan penyakit dapat ditekan. Sumber penularan dapat dari orang
dewasa serumah, dan orang dewasa di lingkungan sekolah.
5. Obati sumber penularan dengan tuntas. Bila sudah mengetahui sumber
penularan, maka upayakan untuk mengobati orang tersebut. Cegah
penularan dengan etika batuk serta menggunakan masker selama 2
bulan pertama pengobatan.
BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian Keperawatan
Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada tuberkulosis
adalah:
1) Data pasien: Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari
usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki
dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal
di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke
dalam rumah sangat minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di usia berapa
pun, namun usia paling umum adalah 1–4 tahun. Anak-anak lebih sering
mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan
perbandingan 3:1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama
ditemukan pada usia< 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada
usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana
TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).
2) Riwayat kesehatan: Keluhan yang sering muncul antara lain:
a. Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.
b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
c. Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
d. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
f. Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelectasis.
g. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit
ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menularan.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal
dan fibrosa.

3.3 Pemeriksaan Penunjang


1. Sputum Kultur Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan
Mycrobacterium Tuberculosse pada stadium aktif.
2. Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
3. Darah: leukositosis, LED meningkat.

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
2. Hipertermia behubungan dengan dehidrasi.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
4. Resiko penyebaran infeksipada orang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
6. Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
3.5 Intervensi
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
defisiensi pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat.
Intervensi :
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik.
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional: agar keluarga mengetahui jalan terjadinya penyakit
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
2) Rasional: keluarga mampu mengetahui tanda gejala penyakitnya.
- Gambarkan proses penyakit
Rasional: keluarga mampu mengetahui proses penyakitnya
- Identifikasi kemungkinan penyebab.
Rasional: keluarga mengetahui penyebab penyakitnya
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya
Rasional: agar pasien mengetahui kodisinya saat ini
3) Hipertermia behubungan dengan dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan masalah hipertermi teratasi Kriteria hasil:
4) Suhu 36-37 0C - Tidak ada keluhan demam - Turgor kulit kembali > 2
detik - Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
1) Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vita terutama suhu.
Rasional: untuk memantau peningkatan suhu tubuh pasien
- Monitor intake dan output setiap 8jam Rasional: untuk mengatasi dehidrasi.
- Berikan kompres hangat
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh.
2) Anjurkan banyak minum
Rasional: untuk mengatasi dehidrasi
- Anjurkan memakai pakaian tipis dan menyerap keringat
Rasional: agar sirkulasi udara ke tubuh efektif
3) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik
Rasional: mengatasi dehidrasi dan menurunkan suhu tubuh Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengeluarkan
sekresi pada jalan napas.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan
jalan napas kembali normal.
Kriteria hasil :
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah,
tidak ada pursed lips).
- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama dan
frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal).
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
napas.
Intervensi :
- Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu Rasional:
pasien bisa bernapas dengan lega.
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Rasional: memudahkan pasien
untuk bernapas.
- Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan Rasional: dilakukan
pemasangan alat jika pasien kesulitan bernapas.
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu Rasional: mengencerkan dan mengeluarkan
sekret di jalan napas.
- Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction Rasional: mengeluarkan
sekret agar jalan napas bersih.
- Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Rasional: mengetahui tipe pernapasan pasien
- Monitor repirasi status O2 Rasional: memantau kebutuhan oksigen pasien
4) Resiko penyebaran infeksi orang lainberhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak terjadi penyebaran infeksi. Kriteria hasil :
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
- Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yang mempengaruhi penularan
serta penatalaksanaannya.
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi :
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional: mengetahui tindakan yang akan dilakukan
- Monitor kerentanan terhadap infeksi Rasional: mencegah terjadinya penyebaran
infeksi.
- Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko Rasional: menghindari
kuman yang menyebar lewat udara.
- Pertahankan teknik isolasi
Rasional: mencegah penyebaran bakteri oleh penderita
- Dorong masukan nutrisi yang cukup Rasional: menurunkan risiko infeksi akibat
mal nutrisi.
- Instruksikan pasien untuk meminum antibiotik sesuai resep.
Rasional: dengan minum antibiotik rutin, membuat TB menjadi tidak menular
dalam waktu > 2 bulan.
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Rasional: keluarga
mengetahui tanda dan gejala infeksi.
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
- Bebas dari gejala dan distress pernapasan
Intervensi:
- Kaji tipe pernapasan pasien Rasional: TB menyebabkan efek luas pada
paru dari bagian kecil ronkpneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis
efusi pleural untuk fibrosis luas.
- Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna kulit
Rasional: pengaruh jalan napas dapat menggnggu oksigen organ vital dan
jaringan.
- Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas.
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen
- Kolaborasi medis pemeriksaan ACP dan pemerian oksigen Rasional:
mencegah pengeringan membran mukosa dan membantu mengencerkan
secret.
6) Resiko penyebaran infeksi pada diri sendiri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen. Tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan risiko penyebaran
infeksi terhadap diri sendiri tidak terjadi
Kriteria hasil:
- Pasien mampu mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan risiko penularan
Intervensi:
- Kaji patologi penyakit Rasional: membantu pasien menyadari pentingnya
mematuhi pengobatan untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
- Tekanan pentingnya tidak mengehentikan terapi obat.
Rasional: periode singkat berakhir setelah 2-3 hari setelah terapi awal,
tetapi risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
- Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi yang
seimbang Rasional: mencegah mal nutrisi, karenaa mal nutrisi dapat
meningkatkan risiko penyebaran infeksi
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
nutrisi pada pasien terpenuhi.
Kriteris hasil :
- Adanya peningkatan berat badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda – tanda malnutrisi
- Tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan Rasional: mengetahui jenis makanan yang
cocok untuk pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien Rasional: memberikan diit yang tepat
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake zat besi Rasional: agar
tubuh pasien tidak lemah.
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Rasional:
agar tubuh pasien tidak lemah
- Berikan substansi gula Rasional: sebagai pemenuhan energi tubuh.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Rasional: memantau
adekuatnya asupan nutrisi pada pasien.
BAB IV
WOC TEORI

Sembuh
Infeksi pasca-primer Bakteri dormant
dengan fibrotik

Bakteri muncul
beberapa tahun kemudian

Edema trakeal, Peningkatan Penurunan jaringan efektif paru,


produksi secret, Pecahnya atelektasis, kerusakan membrane Reaksi sistemis: anoreksia,
alveolar kapiler mual, muntah, demam dan
pembuluh darah napas kelemahan

Reaksi infeksi/inflamasi, membentuk kavitas dan


merusak parenkim paru

Batuk produktif,batuk darah, Intake nutrisi kurang,


Komplikasi TB paru: Efusi tubuh makin kurus,
sesak napas, penurunan
pleura, pneumothoraks kurangnya informasi

kemampuan batuk efektif


Sesak napas,

Ketidakefektifan
bersihan Pola napas tak efektif dan
jalan napas Gangguan
pertukaran gas
penggunaan otot bantu
Gambar 2.1 Patofisiologi TB paru (Muttaqin, 2008)
BAB V
ASKEP KASUS

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Aprilia
2. Tempat tgl lahir/usia : Kangayan 3 April 2011
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat: Batu putih
7. Tgl masuk : 23 Maret 2021 (jam10:00)
8. Tgl pengkajian : 23
9. Diagnosa medik : DHF + Thypoid
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. T
b. U s i a : 35 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Tani
e. Agama : Islam
f. Alamat: Batu putih
2. Ibu
a. Nama : Ny. N
b. U s i a : 30 thn
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Pedagang
e. Agama : Islam
f. Alamat: Batu putih
C. Identitas Saudara Kandung
No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS
KESEHATAN
1. Bahrul alam 15 Saudara kandung Sehat

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat kesehatan sekarang:


Keluhan utama:Klien dating ke IGD dengan keluhan panas selama 5
hari,pusing,mual dan muntah
Riwayat keluhan utama:Ibu pasien mengatakan bahwa demam naik turun
dan meningkat pada sore dan malam hari
Keluhan pada saat pengkajian

B. Riwayat kesehatan lalu:


1. Prenatal care:
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu:
b. Riwayat terkena radiasi:
c. Riwayat berat badan selama hamil:
d. Riwayat imunisasi TT:
e. Golongan darah ibu:
f. Golongan darah ayah:
2. Natal
a. Tempat melahirkan:
b. Jenis persalinan
c. Penolong persalinan
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan:
3. Post natal
a. Kondisi bayi:
APGAR:
b. Anak pada saat lahir mengalami:
c. Klien pernah mengalami penyakit:
Pada umur:
Diberikan obat oleh:
d. Riwayat kecekalakaan
C. Riwayat kesehatan keluarga:

Genogram:

Ket

B. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)


N
o Jenis
immunis asi Waktu pemberian
Frekuensi Reaksi
setelah pemberian
Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.

C. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : kg
b. Tinggi badan : cm.
c. Waktu tumbuh gigi : ...............
2. Perkembangan tiap tahap usia anak saat a. Berguling :
bulan
a. Duduk : bulan
b. Merangkak : bulan
c. Berdiri : tahun
d. Berjalan tahun
e. Senyum kepada orang lain pertama kali tahun
f. Bicara pertama kali tahun
Dengan menyebutkan : ....................................................................
h. Berpakaian tanpa bantuan : ............................................................

D. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
2. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian
: ........................................................................
b. Jumlah pemberian : ........................................................................
c. Cara pemberian
: ........................................................................
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

E. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama : ...........................................
di : .........................
2. Lingkungan berada
di : ............................................................................
3. Rumah dekat dengan : .................................... , tempat
bermain .............
4. Kamar
klien : ...........................................................................................
5. Rumah ada
tangga : ................................................................................
6. Hubungan antar anggota
keluarga : ........................................................
7. Pengasuh
anak : ....................................................................................

F. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam
keluarga : .............................................................
2. Kegiatan
keagamaan : ............................................................................

G. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : anak demam sejak 5 hari
yang lalu, muntah da pusing
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi
anak : .........................
..........................................................................................................
c. Perasaan orang tua saat ini : kecemasan
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : ................................................
e. Yang akan tinggal dengan anak : .....................................................
f. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
................................................................................................................

H. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan
b. Menu makan
c. Frekuensi
d. Pantangan makan
e. Cara makan a. baik
b. sayuran, nasi daging dan susu
c. sehari 3x
d.-
e. makan sendiri a. Tidak selera makan dan makan sedikit
b. bubur
c.tidak berselera / tidak tentu
d.-
e. disuapi

2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jenis minuman
b. Frekuensi minum
c. Kebutuhan cairan
d. Cara pemenuhan a.Air putih dan susu
b. 1 liter per hari
c.
d. a.Air putih dan susu
b. kurang dari 500ml
c.
d.

3. Eliminasi (BAB&BAK)
BAB
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan
b. Frekuensi (waktu)
c. Konsistensi
d. Kesulitan
e. Obat pencahar a.Kamar mandi (toilet)
b. pagi hari sehari 1x
c.
d.
e. a. kamar mandi(toilet)
b.sehari kadang tidak bab
c.
d
e.

BAK

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


a. Tempat pembuangan
b. Frekuensi (waktu)
c. Warna
d. Bau
e. Volume
f. Kesulitan a. kamar mandi
b. –
c. putih
d. –
e.
f. a. kamar mandi
b.-
c. kuning gelap
d. pesing
e.
f.

4. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jam tidur
- Siang
- Malam
b. Pola tidur
c. Kebiasaan sebelum tidur
d. Kesulitan tidura. –siang normal – malam rewel
b. teratur
c. minum air dan berdo’a
d. - a. –siang normal –malam tidur rewel
b. tidak teratur
c. tidak minum dan berdo’a
d. demam, rewel, muntah

5. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Program olah raga
b. Jenis dan frekuensi
c. Kondisi setelah olah raga

6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi
o Cara
o Frekuensi
o Alat mandi
b. Cuci rambut
o Frekuensi
o Cara
c. Gunting kuku
o Frekuensi
o Cara
d. Gosok gigi
o Frekuensi
o Cara a. – mandi sendiri
-
- canting
b. setiap mandi
c. 2 minggu sekali
d. setiap mandi 2x sehari a. –tidak mandi (dilap)
-
-Kain lap dan baskom
b. tidak cuci rambut
c.
d.. – 1x sehari (tidak teratur)

7. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Kegiatan sehari-hari
b. Pengaturan jadwal harian
c. Penggunaan alat Bantu aktifitas
d. Kesulitan pergerakan
Tubuh A. bermain B. istirahat

8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah
b. Waktu luang
c. Perasaan setelah rekreasi
d. Waktu senggang klg
e. Kegiatan hari libur a. senang
b. bermain
c. –
d. bermain
e.- a. lemas
b. istirahat
c.-
d. istirahat
e.-

I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
2. Kesadaran : komposmentis
3. Tanda – tanda vital
: ............................................................................
a. Tekanan darah: 80mmHg
b. Denyut nadi :40x / menit
c. Suhu :38o C
d. Pernapasan : 15x/ menit
4. Berat Badan :
5. Tinggi Badan :
Inspeksi
Keadaan rambut & Hygiene kepala :
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : ............................................................................
c. Mudah rontok : ............................................................................
d. Kebersihan rambut
: ............................................................................
Palpasi
Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada
Nyeri tekan : ada / tidak ada : ada,
Tekstur rambut : kasar/halus : halus
6. Muka Inspeksi
a. Simetris / tidak : simetris
b. Bentuk wajah : oval
c. Gerakan
abnormal : ........................................................................
d. Ekspresi wajah : meringis kesakitan, lelah
Palpasi : .........................................................................
Nyeri tekan / tidak : ........................................................................
Data lain : ........................................................................
7. Mata Inspeksi
a. Pelpebra : Edema / tidak Radang / tidak
b. Sklera : Icterus / tidak
c. Conjungtiva : Radang / tidak Anemis / tidak
d. Pupil : Isokor / anisokor
i. Myosis / midriasis
ii. Refleks pupil terhadap cahaya :...................................
e. Posisi mata : .....................................................
Simetris / tidak : ......................................................
f. Gerakan bola mata : ............................................
g. Penutupan kelopak mata : ....................................
h. Keadaan bulu mata : ............................................
i. Keadaan visus : ............................................
j. Penglihatan : -Kabur / tidak
-Diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : .........................................................
Data lain : ........................................................................
8. Hidung & Sinus Inspeksi
a. Posisi hidung : ...................................................................
b. Bentuk hidung: ....................................................................
c. Keadaan septum : ....................................................................
d. d. Secret / cairan : ....................................................................
e. Data lain : ....................................................................
9. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga
: .................................................................
b. Ukuran / bentuk telinga
: .................................................................
c. Aurikel
: .................................................................
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu
: .................................................................
Palpasi
Nyeri tekan / tidak Pemeriksaan
Uji pendengaran
a. Rinne : .................................................................
b. Weber : .................................................................
c. Swabach : .................................................................

Pemeriksaan vestibuler : .................................................................


Data lain : .................................................................
10. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Keadaan gigi :
- Karang gigi / karies : -
- Pemakaian gigi palsu : -
b. Gusi
Merah / radang / tidak : ............................................................
c. Lidah
Kotor / tidak : ............................................................
d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : ............................................................
- Basah / kering / pecah : ............................................................
- Mulut berbau / tidak : ............................................................
- Kemampuan bicara : ............................................................
Data lain : ............................................................
11. Tenggorokan
a. Warna mukosa
: ............................................................................
b. Nyeri tekan : ............................................................................
c. Nyeri menelan: ............................................................................
12. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar thyroid : Membesar / tidak Palpasi
b. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak
c. Kaku kuduk / tidak : ......................................................................
d. Kelenjar limfe : Membesar atau tidak
Data lain: membesar
13. Thorax dan pernapasan
a. Bentuk dada : .................................................
b. Irama pernafasan :
c. Pengembangan di waktu bernapas: .................................................
d. Tipe pernapasan : .................................................
Data lain : ........................................................................
Palpasi
a. Vokal fremitus
: ........................................................................
b. Massa / nyeri : ........................................................................
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler / Bronchial / Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : Ronchi / Wheezing / Rales

Perkusi
Redup / pekak / hypersonor / tympani
Data lain : ........................................................................
14. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : ........................................................................
Perkusi
Pembesaran jantung : ........................................................................
Auskultasi
a. BJ I : ..........................................................................................
b. BJ II : ..........................................................................................
c. BJ III : ..........................................................................................
d. Bunyi jantung tambahan : .................................................................
Data lain : ........................................................................
15. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : ............................................................................
b. Ada luka / tidak : ............................................................................
Auskultasi
Peristaltik : ............................................................................
Palpasi
a. Hepar : ............................................................................
b. Lien : ............................................................................
c. Nyeri tekan : ............................................................................
Perkusi
a. Tympani : ............................................................................
b. Redup : ............................................................................
c. Data lain : ............................................................................
16. Genitalia dan Anus
: ............................................................................
17. Ekstremitas Ekstremitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : ........................................................
- Pergerakan abnormal : ........................................................
- Kekuatan otot kanan / kiri : ........................................................
- Tonus otot kanan / kiri : ........................................................
- Koordinasi gerak : ........................................................
b. Refleks : ............................................................................
c. Sensori
- Nyeri : ........................................................
- Rangsang suhu : ........................................................
- Rasa raba : ........................................................

Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : ........................................................
- Kekuatan kanan / kiri : ........................................................
- Tonus otot kanan / kiri : ........................................................
b. Refleks : ............................................................................
c. Sensori
- Nyeri : ........................................................
- Rangsang suhu : ........................................................
- Rasa raba : ........................................................
Data lain : ............................................................................
18. Status Neurologi.
Saraf – saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) :
penghidu : ...................................................
b. Nervus II (Opticus) :
Penglihatan : ...................................................
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : ..........................................................
- Gerakan kelopak mata : ..........................................................
- Pergerakan bola mata : ..........................................................
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : .......................................
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : ..........................................................
- Refleks dagu : ..........................................................
- Refleks cornea : ..........................................................
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : ..........................................................
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : .....................................
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : ..........................................................
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)
- Refleks menelan : ..........................................................
- Refleks muntah : ..........................................................
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : ...................................
- Suara : ..........................................................
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : ...............................
- Mengangkat bahu : ..........................................................
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : ..........................................................
Tanda – tanda peradangan selaput otak
a. Kaku kuduk : ..........................................................
b. Kernig Sign : ..........................................................

c. Refleks Brudzinski : ..........................................................


d. Refleks Lasequ : ..........................................................
Data lain : ..........................................................

J. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun ) Dengan


menggunakan DDST
1. Motorik kasar
: ...................................................................................
2. Motorik halus
: ...................................................................................
3. Bahasa : ...................................................................................
4. Personal social
: ...................................................................................

K. Test Diagnostik Laboratorium


.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

L. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS

● Pasien mengeluh nyeri pada perut


● Skala nyeri 5
● Pasien mengatakan nyeri sering dan terus menerus

DO

● Wajah tampak meringis dan gelisah


● TD 80 mmHg
●S: 36 C
●N

Nyeri akut
Prostagladin

Miometrium terangsang


Kontraksi uterus

Disminorea

Nyeri

DS

● Px Mengatakan tidak nyaman saat bera↓ktivitas karena nyeri

DO
• TD:80 mmHg
• S:36’c
• RR:
• Pasien terlihat pucat berbaring di tempat tidur dan memegang
perutnya
Nyeri

Perasaan tidak nyaman

Aktivitas terganggu

Gangguan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman
DS
• Pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri
• Pasien mengatakan kurang puas dwngan tidurnya
DO
• TD 80 mmHg
• S: 36 C
• N
Disminorea

Nyeri

Sulit tidur

Merasa puas dengan tidurnya
Gangguan pola tidur

Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1. Nyeri akut b.d. nyeri haid d.d. tampak meringis dan lelah
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan rasa nyeri haid
ditandai dengan merasa tidak merasa tidak yman beraktifitas karena nyeri
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri haid ditandai
dengan mengeluh sulit tidur dan puas tidur
4. ............................................................................................................
......

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


(Nursing Care Plan)

NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri haid ditandai dengan tampak
meringis dan gelisah Mengurangi nyeri disminore Teknin relaksasi

Observasi:
-Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif di gunakan
-Identifikasi kesediaan,kemampuan dan penggunaan teknik sebelumnya
-Monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik:

-Ciptakan linkungan yang tenang dan tampa gangguan dengan


pencahayaan dan suhu ruang yang nyaman,jika memungkinkan

-Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi

-Gunakan nada suara lembut,irama lambat dan berirama

-Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgenetik atau


tindakan lainnya,jika sesuai.

Edukasi:
-Anjurkan posisi yang nyaman
-Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

-Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik relaksasi yang dipilih

-Demonstarasikan dan latih teknik relaksasi(mis nafas dalam


perenggangan atau imajinasi terbimbing)

Kolaborasi:

Pemberian analgetik
Relaksasi memberikan ketenangan pasien dalam mengurangi rasa
nyeri
2

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : ............................. No. RM : ........................


Umur : ............................. Dx Medis : ........................

Hari/Tgl Dx.
Keperawatan Jam Implementasi TTD /
Nama Evaluasi TTD/Nama

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

A. Identitas Pasien
Nama Pasien : .................................................................................
No RM : .................................................................................
Tempat Tanggal Lahir: .................................................................................
Umur : .................................................................................
Agama : .................................................................................
Alamat: .................................................................................
Jenis Kelamin : .................................................................................
Diagnosa Medis : .................................................................................
Tanggal Pengkajian : .................................................................................
Nama Penanggujawab: .................................................................................
Hubungan dengan
pasien : .................................................................................

B. Data Fokus
DS : .................................................................................
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
...... DO : .................................................................................
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
...... Riwayat Penyakit
Sekarang: .................................................................................
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
...... Riwayat Penyakit Dahulu
: .................................................................................
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
C. Terapi Medis
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......

D. Data Penunjang
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......

E. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab

F. Diagnosa Keperawatan
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......
........................................................................................................................
......

G. Rencana Asuhan Keperawatan dan Evaluasi


(Format sesui pada Nursing Care Plan)

BAB VI
WOC KASUS
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis.
Jenis-Jenis Tuberculosis :
- Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
- Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
- Tuberculosis pada sistem saraf
Gejala-Gejala Tuberculosis:
1. Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
2. Gejala lain yang sering dijumpai :
Dahak bercampur darah, batuk darah

7.2 Saran
Bagi pembaca agar dapat memotivasi perawat untuk meningkatkan untuk
lebih giat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
paru DO, juga pembuatan intervensi, implementasi dan implementasi tidak
terfokus pada masalah prioritas saja, agar lebih meningkatnya kualitas pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien. Dan bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam asuhan keperawatan pada
kasusTB paru DO yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Haris, F. A. (2020). PENGALAMAN ORANG TUA DALAM MERAWAT
ANAK DENGAN TBC (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).
Nursalam, D. K., Dian, N., & Ns, S. (2007). Asuhan keperawatan pada pasien
terinfeksi HIV. Jakarta: Salemba Medika.
SARI, Y. P. (2009). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG EDELWEIS RSUD
PANDANARANG BOYOLALI (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Setiana, I. A. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah TBC Pada
Keluarga Tn. S Di Desa Srowot RT 01/RW 03 Kecamatan Kalibagor
Kabupaten Banyumas (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).

Anda mungkin juga menyukai