Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN TBC PADA ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah


pasien TBC di Indonesia merupakan ke 3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina.
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang setiap tahun mortalitasnya cukup
tinggi. Berdasarkan WHO 2007 menyatakan jumlah penderita tuberculosis di
Indonesia sekitar 528.000.
Pada anak, TBC dikenal dengan istilah “flek paru-paru”. Tuberkulosis pada anak
juga mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan orang dewasa, baik
dalam aspek diagnosis, pengobatan, pencegahan, maupun TBC pada kasus khusu,
seperti anak dengan infeksi HIV ( Anonim, 2011). Pemeriksaan dahak pada anak
masih sulit dilakukan karena anak kecil sulit mengeluarkan dahak. Akibatnya,
kesulitan dan keraguan dalam aspek diagnosis ini sering menimbulkan terjadinya
overdiagnosis dan over treatmen dalam pengobatan TBC ( Anonim,2011 ).
TBC anak lokasinya pada setiap bagian paru sedangkan pada dewasa di daerah
apeks dan infra klavikular.Kemudian terjadi pembesaran limfe,penyembuhan dengan
perkapuran, pada anak lebih banyak terjadi penyebaran homogen ( Sulaifi, 2011).
Usia anak merupakan usia yang rawan terhadap penularan penyakit tuberkulosis
sehingga apabila terinfeksi mereka lebih mudah terkena penyakit tuberkulosis.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan Tuberkulosis
b. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Tuberkulosis
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang definisi Tuberkulosis.
b. Mengetahui tentang penyebab Tuberkulosis.
c. Mengetahui manifestasi Tuberkulosis
d. Mengetahui Penatalaksanaan Tuberkulosis
e. Memahami tentang pengkajian fokus asuhan keperawaatan tuberkulosis.
f. Mampu menerapkan asuhan keperawatan Tuberkulosis.
C. METODE PENULISAN
D. SISTEMATIKA PENULISAN

1
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. PENGERTIAN
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC )adalah penyakit menular granulomatosa kronik yang
disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC paru, sisanya 15 %
menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam seperti
ginjal, usus, otak, dan lainnya (Icksan dan Luhur, 2008).
Tuberkulosis adalah infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada struktur -
struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis
(Saputra, 2010).
Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis karena selain
dapat menimbulkan penyakit pada manusia, juga dapat menimbulkan penyakit
pada berbagai hewan, seperti sapi, anjng, babi, unggas, biri-biri ,dan hewan
primata, bahkan juga ikan ( Soedarto,2007).

B. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Penyebab TBC adalah kuman Mycobakterium tuberculosis. Mycobacteria
termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
Mycobacterium tuberculosis meliputi M.Bovis, M. Africanum, M. Microti, dan M.
Canettii ( Zulkoni, 2010). Mycobacterium tuberculosis merupakan sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um
(Sudoyo,2007). Mycobacterium tuberculosis adalah suatu basil Gram-positif tahan
asam dengan pertumbuhan sangat lamban ( Tjay dan Rahardja, 2007).
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya karena tidak mengeluarkan
kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi diagnosis TB paru adalah :
1. TB paru :
a. BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto toraks
menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB.
b. BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rotgen dan klinis
sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial
therapy). Pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat

2. TB paru tersangka

2
Diagnosis tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat
(paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada
hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rotgen dan klinis
sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat dimulai.

3. Bekas TB (tidak sakit)


Ada riwayat TB pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau
gambaran rotgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA
(-). Kelompok ini tidak perlu diobati.

Berdasarkan terapi WHO membagi menjadi 4 kategori, yaitu:


a. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan
kasus baru dengan batuk TB berat.
b. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan
sputum BTA positif.
c. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru
yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam
kategori I
d. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik. (Kusuma, Hardy,2012)

D. PATOFISIOLOGI

Mycobakterium tuberkulosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan


ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus. Apabila
bakteri tuberkulosis dalam jumlah yang bermakna bisa menembus mekanisme
pertahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati saluran nafas bawah, maka
pejamu akan melakukan respon imun dan peradangan. Karena respon ini akibat
diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut
menderita tuberkulosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain
adalah mereka yang mengidap infeksi tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi
aktif.
Basil mycobakterium sangat sulit dimatikan apabila telah mengkolonisasi
saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih untuk mengepung dan
mengisolasi basil bukan untuk mematikan. Respon selular melibatkan sel T serta
makrofag. Makrofag mengelilingi basil di ikuti sel T dan jaringan fibrosa
membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya mengalami
kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x
toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan/perkejuan.
Mikro organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan
menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan meskipun sudah dibungkus secara
efektif, basil dapat bertahan hidup di dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terhirup oleh orang sehat, akan menempel pada saluran
nafas atau paru-paru. Kuman menetap dijaringan paru akan bertumbuh dan

3
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke
organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar cenderung
bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus. Sehingga akan membangkitkan
reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi
imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan
parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin,2001).

E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejala tuberculosis anak tidak spesifik. Pada anak gejala TBC terbagi menjadi
2, yaitu gejala umum dan gejala khusus.
1. Gejala umum, meliputi :
a. Berat badan anak turun 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
b. Demam lama atau berulang tanpa sebab, dapat disertai juga dengan keringat
malam.
c. Batuk lama, lebih dari 3 minggu, tanda cairan di dada, dan nyeri dada.
d. Pembesaran kelenjar di kulit, kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,
tersering di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha.
e. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang
khas.
f. Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan di
abdomen, dan tanda-tanda cairan di abdomen.
2. Gejala khusus, sesuai dengan bagian tubuh yang diserang, misalnya :
a. TBC kulit atau skrofultoderma
b. TBC tulang dan sendi
c. TBC otak dan saraf

Seorang anak juga perlu dicurigai menderita TBC apabila :


a. Mempunyai kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA positif.
b. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG ( dalam 3-7 hari).
(Anonim,2006 ).

F. PENATALAKSANAAN

Diagnosis TBC pada anak sulit sehingga terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis
maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama.
Pengambilan dahak pada anak sulit,sehingga diagnosis TBC anak perlu kriteria lain

4
dengan menggunakan sistem skor (Anonim, 2007).Pemantauan atau monitoring
pengobatan TBC pada anak bisa diliat dari peningkatan berat badan, anak lebih aktif,
perbaikan gejala klinis, seperti tidak demam dan batuk ( Sulaifi,2011).

Tabel 1. Sistem Skoring Gejala dan pemeriksaan Penunjang TBC


(Anonim,2007)
Parameter 0 1 2 3 Jum
lah

Kontak TB Tidak Lapporan BTA positif


jelas keluarga,B
TA negatif
atau tidak
tahu,BTA
tidak jelas
Uji Tuberkulin Negatif Positif(>10mm,
atau>5mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Badan/status Bawah garis Klinis gizi
gizi merah KMS buruk(BB/
atau U<60%)
BB/U<80%
Demam tanpa sebab >2 minggu

Batuk >3 minggu

Pembesaran >1cm,jumlah
kelenjar >1,tidak
limfe,koli,aksila,ing nyeri
uinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi,panggu pembengkak
l,lutut,falang an
Foto thoraks Normal Kesan TB
/tidak
jelas
Jumlah

Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.

5
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.

Panduan obat TB pada anak

Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat
pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada
fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik
pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk
paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT anak
berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z);
sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).

Dosis

 INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari


 Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari
 Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000 mg/hari
 Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250 mg/hari
 Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000 mg/hari

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan
jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap =
KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam
tablet, yaitu:

 Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan
Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
 Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid)
yang digunakan pada tahap lanjutan.

6
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan komposisi
dari tablet KDT tersebut.
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75
mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg,

Tabel 2. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak

Berat Badan(KG) 2 Bulan Tiap hari 4 Bulan Tiap Hari


RHZ(75/50/150) RH975/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet

Keterangan:

 Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit


 Anak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa
 Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
 OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum.

Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak. Dosisnya
seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak

JENIS OBAT BB <10 BB10-20 KG(KOMBIPAK) BB20-32 KG


KG

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

7
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg

Tabel 4. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak

Jenis Obat BB <10 BB10-20 KG(KOMBIPAK) BB20-32 KG


KG

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis
TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:

 Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol atau Streptomisin).
 Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
 Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison)
dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian
kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam
jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.

8
Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan, karena
penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan terdapat
risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat suntikan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik pada penderita tuberculosis antara lain adalah :


1. Uji Tuberkulin
Merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah anak sudah terinfeksi
tuberkel basilus atau tidak. Metodenya dengan Uji Mantoux, yang menggunakan
derifat protein murni ( PPD,Purified protein derifatif ). Dosisnya adalah 5 unit
tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, diinjeksi secara Intradermal. Pembacaan
dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter melintang dari
durasi yang terjadi. Hasil positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4
mm negatif,5-9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas
positif.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan pemeriksaan tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan
radiologis. Tidak cukup pemeriksaan radiologis tetapi juga perlu data klinis.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosa tuberkulosis.
Pemeriksaan bakteriologis ialah : bilasan lambung, sekret bronkus, sputum ( pada
anak yang besar ), cairan pleura.
4. Uji Bacillus Calmette-Guerin (BCG)
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji tuberkulin. Bila
ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar kurang
dari 7 hari setelah penyuntikan perlu dicurigai adanya tuberkulosis.

H. KOMPLIKASI

Tuberkulosis bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.


Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis
b. Efusi Pleura
c. Empiema
d. Laringitis
e. Poncet’s arthropathy
2. Komplikasi Lanjut
Menurut Sudoyo, 2007 :
a. Obstruksi jalan nafas, SOFT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis).

9
b. Kerusakan parenkim berat, SOPT/fibrosis paru
c. Cor Pulmonal
d. Amiloidosis
e. Karsinoma Paru
f. ARDS /sindrom gagal nafas dewasa

Menurut Zulkoni, 2010 :

a. Hemoptisis berat ( perdarahan dari saluran nafas bawah ).


b. Kolaps spontan, karena kerusakan jaringan paru.
c. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,tulang,persendian,ginjal dan
sebagainya.

10
I. PATHWAY KEPERAWATAN

Mycobacterium Tuberculosis

Masuk ke Sal. Pernapasan mll droplet udara Risiko Penyebaran


Infeksi
Menuju Alveoli

Memperbanyak Diri

Menginfeksi Paru

Tuberkulosis (TBC)

Bronkus Alveoli

Infeksi oleh bakteri Peningkatan Metabolisme Infeksi oleh bakteri


M. Tuberculosis M. Tuberculosis
Peningkatan Leukosit
Sistem imun tubuh Kerusakan Alveoli

Reaksi Inflamasi Pelepasan interleukin-1 Kerusakan Alveolus

Fagosit menelan antigen Mencetuskan Hipotalamus Daerah pertukaran


mencapai set point O2 dan CO2
Limfosit normal melisis basil
dan jaringan normal Peningkatan Suhu Tubuh Gangguan Gangguan pertukaran
Pertukanran CO2 dan O2
Penumpukan eksudat di Sal. Pernafasan Hipertermi Gas
CO2 dan PO2
Sputum di Sal. nafas Obstruksi jalan nafas
oleh sputum Hipoventilasi Reaksi Anaerob
Reaksi antibodi meningkat
Ketidak efektifan Dyspnea
Aktivasi sensori nervus vagus Proasam Laktat
Bersihan Jalan Nafas
Ke medula oblongata Pola Nafas
Tidak Efektif Nyeri Akut
Batuk

Penekanan pada abdomen

HCL meningkat

Mual, muntah

Anoreksia

Kebutuhan Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
11
J. PENGKAJIAN FOKUS

1. Pengakajian

a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat Kehamilan
3) Riwayat masa lalu
c. Pemeriksaan Fisik

d. Pola pemeliharaan kesehatan

1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru


2) Kebiasaan merokok atau minum alkohol
3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang
kurang.
e. Pola nutrisi metabolic
1) Nafsu atau selera makan menurun
2) Mual
3) Penurunan berat badan
4) Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik
f. Pola eliminasi
1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat
tuberculosis paru
g. Pola aktivitas dan latihan
1) Kelemahan umum/ anggota gerak
2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
h. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
i. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk

12
j. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya

K. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
o Kriteria Hasil
1 a. Ketidak efektifan NOC : Airway suction  Memast
bersihan jalan napas  Respirator  Pastika ikan
Batasan Karakteristik : y n adanya
 Dipsneu status:Ven kebutuh sumbat
 Ortopneu tilation an an
 Sianosis  Respirator suctioni  Menget
 Suara tambahan y status: ng ahui
paru( Airway  Auskult adanya
rales,whezing) patency asi suara
 Kesulitan  Aspiration suara tambah
berbicara Control nafas an

 Batuk tidak efektif Kriteria hasil:  Awasi  Untuk


atau efektif  Mendemo status memnu

 Produksi Sputum nstrasikan oksigen hi

 Gelisah batuk pasien kebutuh

 Perubahan efektif,sua Udara way an

frekuensi ra nafas manajemen: oksigen

pernafasan bersih,tida  Buka

Faktor yanng k ada jalan

behubungan: sianosis,di nafas,g


 Membu
 Disfungsi psneu,ma unakan
ka jalan
neuromokuler,hip mpu teknikk
nafas
erplasi dinding mengeluar at chin

bronkus kan mengan

 Obtruksi jalan sputum,m g

13
nafas: spasme ampu  Posisik
jalan nafas,sekresi bernafas an semi
bertambah,banyak dengan fowler
nya mudah.  Pasang  Memak
mukus,keberadaan  Menunjuk mayo simalka
eksudat di alveoli kan jalan bila n
nafas perlu ventilas
paten:  Lakuka i
tidak n  Membu
meras fisioter ka jalan
tercekik,ir api nafas
ama dada
nafas,frek  Ajarkan  Mobilis
kuensi batuk asi
nafas efektif sekresi
normal,tid  Atur pulmon
ak ada asupan aria
suara cairan
nafas  Untuk
 Berikan
tambahan mengel
bronko
 Mampu uarkan
dilator
mengident dahak
bila
ifikasi perlu  Mengn
danmence
cerkan
gah faktor
dahak
yang
mengham  Melega
bat jalan kan
nafas pernafa
san

14
2 Gangguan pertukaran gas  Respirator Aiway
Batasan karakteristik: y status: Manajemen:
• Dipsneu Gas  Buka  Melega
• Sakit kepala pada saat exchange jalan kan
bangun  Respirator nafas pernafa
y status:  Posiska san
• Gangguan penglihatan Ventilatio n semi  Memak
n fowler simalka
• Gas darah arteri tidak  Vital  Identifi n
normal tanda kasi ventilas
• Ph arteri tidak normal status pasien i
 Ketidaknormalan Kriteria Hasil: perluny  Membu
frekuensi, irama,  Mendemo a ka jalan
dan kedalaman nstrasikan pemasa nafas
pernafasan. peningkat ngan
•Warna kulit pucat an alat
• Konfusi ventilasi jalan
• Sianosis dan nafas
• Diaphorosis oksigenasi  Pasang
• Hipoksia yang mayo
• Cuping hidung adekuat bila
mengembang  Bebas dari perlu
• Gelisah tanda-  Lakuka  Mobilis
• Somnolen tanda n asi
• Takikardi kesulitan fisioter sekresi
Faktor yang berhubungan bernafas api pulmon
:  Mendemo dada aria
Ketidakseimbangan ntrasikan  Berikan  Menceg
perfusi ventilasi batuk pelemb ah
efektif,sua ab iritasi

15
ra nafas udara saluran
bersih,tida  Atur nafas
k ada asupan
sianosis cairan
dan Respiratory
dipsnue,m Monitoring :
ampu  Awasi  Menget
bernafas rata- ahui
dengan rata frekuen
mudah kedala si
 Tanda- man,ira pernafa
tanda vital ma san
dalam respiras
batas i
normal  Catat  Adanya
adanya ketidak
pergera normal
kan an
dada pernafa
 Awasi san
suara  Menget
nafas ahui
 Catat adanya
lokasi sumbat
trakea an
 Awasi
pergera
kan
otot
diafrag
ma

3 Ketidak efektifan pola NOC : NIC

16
napas  Respirator airway
Batasan karakteristik : y status: manajemen:
 Dipsne
Ventilatio  Buka  Membu
 Penurunan
tekanan n jalan ka jalan
inspirasi/ekspirasi
 Respirator nafas nafas
 Penurunan
pertukaran udara y Status:  Posiska  Memak
permenit
Airway n semi simalka
 Penggunaan otot
pernafasan patency fowler n
tambahan
 Vital  Pasang ventilas
 Nafas fharing
 Ortopnea tanda mayo i
 Nafas pendek status bila  Membu
Faktor yang berhubungan
: Kriteria Hasil : perlu ka jalan
 Hiperventilasi  Mendemo  Lakuka nafas
 Deformitus
sebagian tulang ntrasikan n  Mobilis
 Kelelahan batuk fisioter asi
 Obesitas
efektif,sua api sekresi
 Hipoventilasi
 Nyeri ra nafas dada pulmon
 Disfungsi bersih,ida  Berikan aria
neuromuskuler
k ada pelemb  Menceg
sianosis ab ah
dan udara iritasi
dipsneu,m  Atur saluran
ampu asupan pernaas
bernafas cairan an
dengan Terapi Oksigen
mudah.  Bersihk  Membu
 Menunjuk an ka jalan
kan jalan mulut,h nafa
nafas idung,s
paten ekret
 Tanda- trakhea
 Memud
tanda vital  Pertaha
ahkan
dalam nkan

17
batas jalan pernafa
normal nafas san
yang
aten
 Atur  Memen
oksigen uhi
asi kebutuh
 Awasi an
aliran oksigen
oksigen  Memak
 Pertaha simalka
nkan n
posisi ventilas
pasien i
 Observ  Menget
asi ahui
tanda- adanya
tanda ganggu
hipoven an
tilasi pernafa
 Awasi san
keberad  Cemas
aan mening
kecema katkan
san frekuen
pasien si
terhada pernafa
p san
oksigen
asi
Tanda vital
Monitoring :
 Awasi  Menget

18
TD,nad ahui
i,suhu, keabnor
RR malan
 Catat TTV
keberad
aan
fluktuas
i i
tekanan
darah
 Awasi  Menget
tanda ahui
vital kebutuh
saat an
berbari bernafa
ng,dud s
uk atau
berdiri
 Awasi
kualitas
dari
nadi
 Awasi  Menget
frekuen ahui
si dan pernaas
irama an
pernafa normal
san
 Awasi  Adanya
suara suara
paru tambah
an
 Awasi  Kurang

19
sianosis nya
perifer kadar
oksigen
di
perifer
4 Hipertermi NOC : NIC :  Menget
Fever
Batasan Karakteristik  Fever ahui
treatment :
 Kenaikan suhu
Treatment  Monito peningk
tubuh r suhu
 Temperat atan
seserin
 Serangan konvulsi
ure g suhu
 Kulit kemerahan mungki
regulation  Adanya
n
 Perubahan  Monito
 Vital sign diaporo
RR/meningkat r IWL
monitorin sis
 Monito
 Takikardi g r warna  Adanya
 Saat disentuh Kriteria hasil : dan
peningk
suhu
tangan terasa  suhu kulit atan
hangat  Monito
tubuh suhu
r
Faktor yang berhubungan dalam tekanan
: darah,
rentang
nadi,
 Penyakit/trauma normal dan RR
 Peningkatan  Monito
 nadi dan
r
metabolisme RR dalam penuru
 Dehidrasi rentang
nan
tingkat
 Ketidakmampuan/ normal kesadar
an
penurunan  tidak ada  Menget
 monitor
berkeringat perubahan WBC, ahui
Hb, dan adanya
warna
Hct
kulit dan  monitor dehidra
intak e si
tidak ada
dan
pusing output  Menget
 berikan ahui
antipire
tik cairan
 berikan yg
pengob

20
atan masuk
untuk
mengat  Menuru
asi nkan
penyeb
ab suhu
demam tubuh
 lakukan
tapid
sponge
 kolabor
 Rehidra
asi
pember si
ian
cairan  Menuru
IV nkan
 kompre
suhu
s pasien
pada
lipatan
paha
dan
aksila

Temperature
regulation :
 Evaluas
 monitor
suhu tiap i suhu
minimal 2
jam

 monitor
TD, Nadi,
RR
 monitor
warna kulit
dan suhu
kulit
 monitor
tanda-
tanda
hipertermi
dan
hipotermi  Menceg
 tingkat
kan intake ah
cairan dan dehidra
nutrisi
 selimuti si

21
pasien
untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
 berikan  Menuru
antipiretik
nkan
jika perlu
suhu
Vital Sign
Monitoring
 monitor
TD,
Nadi,
suhu,
dan RR
 catat
adanya
fluktuas
i
tekanan
darah

 auskult
asi TD
pada
kedua
lengan
dan
banding
kan

 monitor
suhu,
warna,
dan
kelemb
aban
kulit
 monitor
sianosis
perifer

22
Nyeri akut NOC : NIC :  Menget
Batasan karakteristik:  Kontrol  Kaji ahui
• Laporan secara ferbal nyeri nyeri tingkat
atau nonferbal  Tingkat secara nyeri
• Fakta dari observasi nyeri konferh
•Posisi antalgik untuk Kriteria Hasil : ensif
menghindari nyeri  Mengetah termasu
• Gangguan tidur ui faktor k
• Gerakan melindungi penyebab lokasi,
• Tingkah laku berhati- nyeri karakte
hati  Mengetah ristik,d
• Muka ui urasi,
topeng permulaan frekuen
• Terfokus nyeri si,kualit
pada diri sendiri  Melapopr as dan
• Respon kan gejala factor
autonom  Melapork presipit
(diaporosis,peruba an kontrol asi.
han rasa  Observ  Melihat
TD,RR,HR,dan asi ekspres
 Melapork
dilatasi pupil) reaksi i pasien
an nyeri
• nonver dalam
berkurang
Gelisah,me bal menaha
/hilang
rintih,menangis,na dari n nyeri
 Frekuensi
fas panjang
nyeri ketidak  Mencip
• Perubahan dalam nyaman takan
berkkuran
nafsu makan an. ras
g
Faktor yang berhubungan
 Ekspresi  Gunaka nyaman
: n pasien
wajah saat
Agen injuri( teknik
nyeri
biologis,kimia,fisik,psiklo komuni
gis) kasi
terapiut

23
ik
 Evaluas
i
pengala
man
nyeri
pada
masa
lampau
 Bantu  Menuru
pasien nkan
dan nyeri
keluarg
a untuk
mencari
dan
menem
ukan
dukung
an
 Kontrol
lingkun
gan
yang
dapat
mempe
ngaruhi
nyeri
 Kurang
i faktor
presifit
asi
nyeri

24
 Pilih
dan
lakukan
penang
anan
nyari
(farmak
alogi,
non
farmak
aologi
dan
interper
sonal)
 Ajarkan
tentang
teknik
non
farmak
ologi
 Berikan
analgeti
k untuk
mengat
asi
nyeri
Ketidakseimbangan NOC : NIC:
Nutrisi kurang dari  Nutritiona Nutrition
kebutuhan tubuh l status : Management
Batasan Karakteristik : food and  Kaji
 BB turun 20% fluid adanya
atau lebih di intake alergi
bawah ideal Kriteria Hasil : makana

25
 Melaporkan intake  Adanya n.
makanan kurang peningkat  Kolabo
 Kram pada an berat rasi
abdomen badan dengan
 Diare dan atau sesuai ahli
steatorrhea dengan gizi
 Nyeri abadomen tujuan. untuk

 Keengganan untuk  Berat menent

makan badan uka

 Membran mukosa ideal jumlah

dan bibir pucat sesuai kalori

 Luka,inflamasi dengan dan

pada rongga mulut tinggi nutrisi


badan. yang
 Mudah merasa
kenyang  Mampu dibutuh
mengident kan
 Kehilangan BB
ifikasi pasien.
dengan makan
kebutuhan  Berikan
cukup
nutrisi. makana
 Tonus otot jelek
 Tidak ada n yang
 Suara usus
tanda- terpilih
hiperaktif
tanda (sudah
 Kehilangan
malnutrisi dikonsu
rambut yang
. ltasikan
cukup banyak
 Tidak dengan
Faktor yanng
terjadi ahli
berhubungan :
penurunan gizi).
Ketidakmampuan
berat  Ajarkan
pemasukan atau
badan pasien
mencerna zat-zat gizi
yang bagaim
berhubungan dengan
berarti. ana
faktor biologis,psikologis,
membu
atau ekonomi
at

26
catatan
makana
n
harian.
 Kajike
mampu
an
pasien
untuk
mendap
atkan
nutrisi
yang
dibutuh
kan.

Nutrition
Monitoring
 Monito
r
adanya
penuru
nan
berat
badan.

 Monito
r
lingkun
gan
selama
makan.
 Monito

27
r kulit
kering
dan
perubah
an
pigmen
tasi.
 Monito
r turgor
kulit.
 Monito
r
kekerin
gan,
rambut
kusam,
dan
mudah
patah.
 Monito
r mual
dan
muntah
.
 Monito
r kadar
albumi
n, total
protein,
Hb, dan
kadar
Ht.
 Monito

28
r
makana
n
kesukaa
n.

Resiko penyebaran NOC : NIC :


infeksi  Immune Infection
Faktor- faktor resiko : status Control
 Prosedur invasif  Knowledg (Kontrol
 Ketidakcukupan e:infectio Infeksi)
pengetahuan n control  Bersihk
untuk  Risk an
menghindari control lingkun
paparan patogen Kriteria hasil : gan
 Malnutrisi  Klien setelah
 Peningkatan bebas dari dipakai
paparan tanda dan pasien
lingkungan gejala lain
patogen infeksi  Pertaha
 Imonosupresi  Mendeskr nkan

 Tidak adekuat ipsikan teknik

pertahanan proses isolasi

sekunder penularan  Batasi


penyakit, pengunj
factor ung
yang bila
mempeng perlu
aruhi  instruks
penularan, ikan
serta pada
penatalaks pengunj
anaannya ung

29
 Menunjuk untuk
an mencuc
kemampu i tangan
an untuk saat
mencegah berkunj
timbulnya ung dan
infeksi setelah
 Jumlah berkunj
leukosit ung
dalam mening
batas galkan
normal pasien
 Menunjuk  Cucitan
an gan
perilaku setiap
hidup sebelu
sehat m dan
sesudah
tindaka
n
kepera
watan
 Gunaka
n baju,
sarung
tangan
sebagai
alat
pelindu
ng
 Pertaha
nkan
lingkun

30
gan
aseptik
selama
pemasa
ngan
alat
 Tingkat
kan
intake
nutrisi
 Berik
terapi
antibiot
ic bila
perlu

Infection
protection :
 Monito
r tanda
dan
gejala
infeksi
sistemi
k dan
local
 Monito
r hitung
granulo
sit,
WBC
 Batasi
pengunj

31
ung
 Pertaha
nkan
teknik
aseptic
pada
pasien
yang
beresik
o
 Pertaha
nkan
teknik
isolasi
k/p

32
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tubercolosis. Tuberkulosis tidak hanya menyerang pada
orang dewasa tetapi juga bisa menyerang pada anak-anak. Tuberkulosis tidak
hanya menyerang organ paru-paru saja, tetapi bisa menyerang organ lain
seperti, tulang,otak, dan kulit.
Pengobatann yang diberikan pada TBC adalah Isonoazid (H), Rifampicin (R),
Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomocin ( S). Pada sebagian besar
kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian
obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai
keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun
gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap
dihentikan.
2. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penularan TBC pada anak adalah
menemukan pasien TBC dengan segera dan segera obati secara teratur dan
tuntas.

33
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. 2001.Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Jakarta:EGC

Syaifuddin.2011.Anatomi Fisiologi.Ed.4. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedoteran. Jilid 1. Ed.3.Jakarta : EGC

Hardy, Kusuma. 2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA, NIC-NOC.


Yogyakarta : Media Hadry

Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar FisiologiKedokteran, Edisi 11. Jakarta:
PenerbitBukuKedokteran EGC

Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid II Edisi IV. Jakarta:
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUniversitas
Indonesia.

34

Anda mungkin juga menyukai