BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan Tuberkulosis
b. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Tuberkulosis
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang definisi Tuberkulosis.
b. Mengetahui tentang penyebab Tuberkulosis.
c. Mengetahui manifestasi Tuberkulosis
d. Mengetahui Penatalaksanaan Tuberkulosis
e. Memahami tentang pengkajian fokus asuhan keperawaatan tuberkulosis.
f. Mampu menerapkan asuhan keperawatan Tuberkulosis.
C. METODE PENULISAN
D. SISTEMATIKA PENULISAN
1
BAB II
A. PENGERTIAN
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC )adalah penyakit menular granulomatosa kronik yang
disebabkan oleh kuman Mycobakterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TBC adalah TBC paru, sisanya 15 %
menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam seperti
ginjal, usus, otak, dan lainnya (Icksan dan Luhur, 2008).
Tuberkulosis adalah infeksi pada paru-paru dan kadang-kadang pada struktur -
struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium tuberculosis
(Saputra, 2010).
Tuberkulosis termasuk juga dalam golongan penyakit zoonosis karena selain
dapat menimbulkan penyakit pada manusia, juga dapat menimbulkan penyakit
pada berbagai hewan, seperti sapi, anjng, babi, unggas, biri-biri ,dan hewan
primata, bahkan juga ikan ( Soedarto,2007).
B. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Penyebab TBC adalah kuman Mycobakterium tuberculosis. Mycobacteria
termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
Mycobacterium tuberculosis meliputi M.Bovis, M. Africanum, M. Microti, dan M.
Canettii ( Zulkoni, 2010). Mycobacterium tuberculosis merupakan sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um
(Sudoyo,2007). Mycobacterium tuberculosis adalah suatu basil Gram-positif tahan
asam dengan pertumbuhan sangat lamban ( Tjay dan Rahardja, 2007).
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya karena tidak mengeluarkan
kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi diagnosis TB paru adalah :
1. TB paru :
a. BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto toraks
menyokong TB dan gejala klinis sesuai TB.
b. BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan rotgen dan klinis
sesuai TB dan memberikan perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial
therapy). Pasien golongan ini memerlukan pengobatan yang adekuat
2. TB paru tersangka
2
Diagnosis tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat
(paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada
hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi kelainan rotgen dan klinis
sesuai TB paru. Pengobatan dengan anti TB sudah dapat dimulai.
D. PATOFISIOLOGI
3
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke
organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar cenderung
bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus. Sehingga akan membangkitkan
reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi
imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan
parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin,2001).
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala tuberculosis anak tidak spesifik. Pada anak gejala TBC terbagi menjadi
2, yaitu gejala umum dan gejala khusus.
1. Gejala umum, meliputi :
a. Berat badan anak turun 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik.
b. Demam lama atau berulang tanpa sebab, dapat disertai juga dengan keringat
malam.
c. Batuk lama, lebih dari 3 minggu, tanda cairan di dada, dan nyeri dada.
d. Pembesaran kelenjar di kulit, kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit,
tersering di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha.
e. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang
khas.
f. Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare, benjolan di
abdomen, dan tanda-tanda cairan di abdomen.
2. Gejala khusus, sesuai dengan bagian tubuh yang diserang, misalnya :
a. TBC kulit atau skrofultoderma
b. TBC tulang dan sendi
c. TBC otak dan saraf
F. PENATALAKSANAAN
Diagnosis TBC pada anak sulit sehingga terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis
maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan merupakan gejala utama.
Pengambilan dahak pada anak sulit,sehingga diagnosis TBC anak perlu kriteria lain
4
dengan menggunakan sistem skor (Anonim, 2007).Pemantauan atau monitoring
pengobatan TBC pada anak bisa diliat dari peningkatan berat badan, anak lebih aktif,
perbaikan gejala klinis, seperti tidak demam dan batuk ( Sulaifi,2011).
Pembesaran >1cm,jumlah
kelenjar >1,tidak
limfe,koli,aksila,ing nyeri
uinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi,panggu pembengkak
l,lutut,falang an
Foto thoraks Normal Kesan TB
/tidak
jelas
Jumlah
Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.
5
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah
pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap dihentikan.
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat
pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada
fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik
pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk
paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT anak
berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z);
sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).
Dosis
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama dengan
jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap =
KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam
tablet, yaitu:
Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan
Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid)
yang digunakan pada tahap lanjutan.
6
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan komposisi
dari tablet KDT tersebut.
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75
mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg,
Keterangan:
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak. Dosisnya
seperti pada tabel berikut ini.
7
Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis
TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:
Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Etambutol atau Streptomisin).
Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid (prednison)
dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama pemberian
kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam
jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
8
Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan, karena
penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf pendengaran, dan terdapat
risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak benar terhadap alat suntikan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. KOMPLIKASI
9
b. Kerusakan parenkim berat, SOPT/fibrosis paru
c. Cor Pulmonal
d. Amiloidosis
e. Karsinoma Paru
f. ARDS /sindrom gagal nafas dewasa
10
I. PATHWAY KEPERAWATAN
Mycobacterium Tuberculosis
Memperbanyak Diri
Menginfeksi Paru
Tuberkulosis (TBC)
Bronkus Alveoli
HCL meningkat
Mual, muntah
Anoreksia
Kebutuhan Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
11
J. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengakajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
2) Riwayat Kehamilan
3) Riwayat masa lalu
c. Pemeriksaan Fisik
12
j. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya
K. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
o Kriteria Hasil
1 a. Ketidak efektifan NOC : Airway suction Memast
bersihan jalan napas Respirator Pastika ikan
Batasan Karakteristik : y n adanya
Dipsneu status:Ven kebutuh sumbat
Ortopneu tilation an an
Sianosis Respirator suctioni Menget
Suara tambahan y status: ng ahui
paru( Airway Auskult adanya
rales,whezing) patency asi suara
Kesulitan Aspiration suara tambah
berbicara Control nafas an
13
nafas: spasme ampu Posisik
jalan nafas,sekresi bernafas an semi
bertambah,banyak dengan fowler
nya mudah. Pasang Memak
mukus,keberadaan Menunjuk mayo simalka
eksudat di alveoli kan jalan bila n
nafas perlu ventilas
paten: Lakuka i
tidak n Membu
meras fisioter ka jalan
tercekik,ir api nafas
ama dada
nafas,frek Ajarkan Mobilis
kuensi batuk asi
nafas efektif sekresi
normal,tid Atur pulmon
ak ada asupan aria
suara cairan
nafas Untuk
Berikan
tambahan mengel
bronko
Mampu uarkan
dilator
mengident dahak
bila
ifikasi perlu Mengn
danmence
cerkan
gah faktor
dahak
yang
mengham Melega
bat jalan kan
nafas pernafa
san
14
2 Gangguan pertukaran gas Respirator Aiway
Batasan karakteristik: y status: Manajemen:
• Dipsneu Gas Buka Melega
• Sakit kepala pada saat exchange jalan kan
bangun Respirator nafas pernafa
y status: Posiska san
• Gangguan penglihatan Ventilatio n semi Memak
n fowler simalka
• Gas darah arteri tidak Vital Identifi n
normal tanda kasi ventilas
• Ph arteri tidak normal status pasien i
Ketidaknormalan Kriteria Hasil: perluny Membu
frekuensi, irama, Mendemo a ka jalan
dan kedalaman nstrasikan pemasa nafas
pernafasan. peningkat ngan
•Warna kulit pucat an alat
• Konfusi ventilasi jalan
• Sianosis dan nafas
• Diaphorosis oksigenasi Pasang
• Hipoksia yang mayo
• Cuping hidung adekuat bila
mengembang Bebas dari perlu
• Gelisah tanda- Lakuka Mobilis
• Somnolen tanda n asi
• Takikardi kesulitan fisioter sekresi
Faktor yang berhubungan bernafas api pulmon
: Mendemo dada aria
Ketidakseimbangan ntrasikan Berikan Menceg
perfusi ventilasi batuk pelemb ah
efektif,sua ab iritasi
15
ra nafas udara saluran
bersih,tida Atur nafas
k ada asupan
sianosis cairan
dan Respiratory
dipsnue,m Monitoring :
ampu Awasi Menget
bernafas rata- ahui
dengan rata frekuen
mudah kedala si
Tanda- man,ira pernafa
tanda vital ma san
dalam respiras
batas i
normal Catat Adanya
adanya ketidak
pergera normal
kan an
dada pernafa
Awasi san
suara Menget
nafas ahui
Catat adanya
lokasi sumbat
trakea an
Awasi
pergera
kan
otot
diafrag
ma
16
napas Respirator airway
Batasan karakteristik : y status: manajemen:
Dipsne
Ventilatio Buka Membu
Penurunan
tekanan n jalan ka jalan
inspirasi/ekspirasi
Respirator nafas nafas
Penurunan
pertukaran udara y Status: Posiska Memak
permenit
Airway n semi simalka
Penggunaan otot
pernafasan patency fowler n
tambahan
Vital Pasang ventilas
Nafas fharing
Ortopnea tanda mayo i
Nafas pendek status bila Membu
Faktor yang berhubungan
: Kriteria Hasil : perlu ka jalan
Hiperventilasi Mendemo Lakuka nafas
Deformitus
sebagian tulang ntrasikan n Mobilis
Kelelahan batuk fisioter asi
Obesitas
efektif,sua api sekresi
Hipoventilasi
Nyeri ra nafas dada pulmon
Disfungsi bersih,ida Berikan aria
neuromuskuler
k ada pelemb Menceg
sianosis ab ah
dan udara iritasi
dipsneu,m Atur saluran
ampu asupan pernaas
bernafas cairan an
dengan Terapi Oksigen
mudah. Bersihk Membu
Menunjuk an ka jalan
kan jalan mulut,h nafa
nafas idung,s
paten ekret
Tanda- trakhea
Memud
tanda vital Pertaha
ahkan
dalam nkan
17
batas jalan pernafa
normal nafas san
yang
aten
Atur Memen
oksigen uhi
asi kebutuh
Awasi an
aliran oksigen
oksigen Memak
Pertaha simalka
nkan n
posisi ventilas
pasien i
Observ Menget
asi ahui
tanda- adanya
tanda ganggu
hipoven an
tilasi pernafa
Awasi san
keberad Cemas
aan mening
kecema katkan
san frekuen
pasien si
terhada pernafa
p san
oksigen
asi
Tanda vital
Monitoring :
Awasi Menget
18
TD,nad ahui
i,suhu, keabnor
RR malan
Catat TTV
keberad
aan
fluktuas
i i
tekanan
darah
Awasi Menget
tanda ahui
vital kebutuh
saat an
berbari bernafa
ng,dud s
uk atau
berdiri
Awasi
kualitas
dari
nadi
Awasi Menget
frekuen ahui
si dan pernaas
irama an
pernafa normal
san
Awasi Adanya
suara suara
paru tambah
an
Awasi Kurang
19
sianosis nya
perifer kadar
oksigen
di
perifer
4 Hipertermi NOC : NIC : Menget
Fever
Batasan Karakteristik Fever ahui
treatment :
Kenaikan suhu
Treatment Monito peningk
tubuh r suhu
Temperat atan
seserin
Serangan konvulsi
ure g suhu
Kulit kemerahan mungki
regulation Adanya
n
Perubahan Monito
Vital sign diaporo
RR/meningkat r IWL
monitorin sis
Monito
Takikardi g r warna Adanya
Saat disentuh Kriteria hasil : dan
peningk
suhu
tangan terasa suhu kulit atan
hangat Monito
tubuh suhu
r
Faktor yang berhubungan dalam tekanan
: darah,
rentang
nadi,
Penyakit/trauma normal dan RR
Peningkatan Monito
nadi dan
r
metabolisme RR dalam penuru
Dehidrasi rentang
nan
tingkat
Ketidakmampuan/ normal kesadar
an
penurunan tidak ada Menget
monitor
berkeringat perubahan WBC, ahui
Hb, dan adanya
warna
Hct
kulit dan monitor dehidra
intak e si
tidak ada
dan
pusing output Menget
berikan ahui
antipire
tik cairan
berikan yg
pengob
20
atan masuk
untuk
mengat Menuru
asi nkan
penyeb
ab suhu
demam tubuh
lakukan
tapid
sponge
kolabor
Rehidra
asi
pember si
ian
cairan Menuru
IV nkan
kompre
suhu
s pasien
pada
lipatan
paha
dan
aksila
Temperature
regulation :
Evaluas
monitor
suhu tiap i suhu
minimal 2
jam
monitor
TD, Nadi,
RR
monitor
warna kulit
dan suhu
kulit
monitor
tanda-
tanda
hipertermi
dan
hipotermi Menceg
tingkat
kan intake ah
cairan dan dehidra
nutrisi
selimuti si
21
pasien
untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
berikan Menuru
antipiretik
nkan
jika perlu
suhu
Vital Sign
Monitoring
monitor
TD,
Nadi,
suhu,
dan RR
catat
adanya
fluktuas
i
tekanan
darah
auskult
asi TD
pada
kedua
lengan
dan
banding
kan
monitor
suhu,
warna,
dan
kelemb
aban
kulit
monitor
sianosis
perifer
22
Nyeri akut NOC : NIC : Menget
Batasan karakteristik: Kontrol Kaji ahui
• Laporan secara ferbal nyeri nyeri tingkat
atau nonferbal Tingkat secara nyeri
• Fakta dari observasi nyeri konferh
•Posisi antalgik untuk Kriteria Hasil : ensif
menghindari nyeri Mengetah termasu
• Gangguan tidur ui faktor k
• Gerakan melindungi penyebab lokasi,
• Tingkah laku berhati- nyeri karakte
hati Mengetah ristik,d
• Muka ui urasi,
topeng permulaan frekuen
• Terfokus nyeri si,kualit
pada diri sendiri Melapopr as dan
• Respon kan gejala factor
autonom Melapork presipit
(diaporosis,peruba an kontrol asi.
han rasa Observ Melihat
TD,RR,HR,dan asi ekspres
Melapork
dilatasi pupil) reaksi i pasien
an nyeri
• nonver dalam
berkurang
Gelisah,me bal menaha
/hilang
rintih,menangis,na dari n nyeri
Frekuensi
fas panjang
nyeri ketidak Mencip
• Perubahan dalam nyaman takan
berkkuran
nafsu makan an. ras
g
Faktor yang berhubungan
Ekspresi Gunaka nyaman
: n pasien
wajah saat
Agen injuri( teknik
nyeri
biologis,kimia,fisik,psiklo komuni
gis) kasi
terapiut
23
ik
Evaluas
i
pengala
man
nyeri
pada
masa
lampau
Bantu Menuru
pasien nkan
dan nyeri
keluarg
a untuk
mencari
dan
menem
ukan
dukung
an
Kontrol
lingkun
gan
yang
dapat
mempe
ngaruhi
nyeri
Kurang
i faktor
presifit
asi
nyeri
24
Pilih
dan
lakukan
penang
anan
nyari
(farmak
alogi,
non
farmak
aologi
dan
interper
sonal)
Ajarkan
tentang
teknik
non
farmak
ologi
Berikan
analgeti
k untuk
mengat
asi
nyeri
Ketidakseimbangan NOC : NIC:
Nutrisi kurang dari Nutritiona Nutrition
kebutuhan tubuh l status : Management
Batasan Karakteristik : food and Kaji
BB turun 20% fluid adanya
atau lebih di intake alergi
bawah ideal Kriteria Hasil : makana
25
Melaporkan intake Adanya n.
makanan kurang peningkat Kolabo
Kram pada an berat rasi
abdomen badan dengan
Diare dan atau sesuai ahli
steatorrhea dengan gizi
Nyeri abadomen tujuan. untuk
26
catatan
makana
n
harian.
Kajike
mampu
an
pasien
untuk
mendap
atkan
nutrisi
yang
dibutuh
kan.
Nutrition
Monitoring
Monito
r
adanya
penuru
nan
berat
badan.
Monito
r
lingkun
gan
selama
makan.
Monito
27
r kulit
kering
dan
perubah
an
pigmen
tasi.
Monito
r turgor
kulit.
Monito
r
kekerin
gan,
rambut
kusam,
dan
mudah
patah.
Monito
r mual
dan
muntah
.
Monito
r kadar
albumi
n, total
protein,
Hb, dan
kadar
Ht.
Monito
28
r
makana
n
kesukaa
n.
29
Menunjuk untuk
an mencuc
kemampu i tangan
an untuk saat
mencegah berkunj
timbulnya ung dan
infeksi setelah
Jumlah berkunj
leukosit ung
dalam mening
batas galkan
normal pasien
Menunjuk Cucitan
an gan
perilaku setiap
hidup sebelu
sehat m dan
sesudah
tindaka
n
kepera
watan
Gunaka
n baju,
sarung
tangan
sebagai
alat
pelindu
ng
Pertaha
nkan
lingkun
30
gan
aseptik
selama
pemasa
ngan
alat
Tingkat
kan
intake
nutrisi
Berik
terapi
antibiot
ic bila
perlu
Infection
protection :
Monito
r tanda
dan
gejala
infeksi
sistemi
k dan
local
Monito
r hitung
granulo
sit,
WBC
Batasi
pengunj
31
ung
Pertaha
nkan
teknik
aseptic
pada
pasien
yang
beresik
o
Pertaha
nkan
teknik
isolasi
k/p
32
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tubercolosis. Tuberkulosis tidak hanya menyerang pada
orang dewasa tetapi juga bisa menyerang pada anak-anak. Tuberkulosis tidak
hanya menyerang organ paru-paru saja, tetapi bisa menyerang organ lain
seperti, tulang,otak, dan kulit.
Pengobatann yang diberikan pada TBC adalah Isonoazid (H), Rifampicin (R),
Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomocin ( S). Pada sebagian besar
kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian
obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk menilai
keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata walaupun
gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT tetap
dihentikan.
2. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penularan TBC pada anak adalah
menemukan pasien TBC dengan segera dan segera obati secara teratur dan
tuntas.
33
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 2006. Buku Ajar FisiologiKedokteran, Edisi 11. Jakarta:
PenerbitBukuKedokteran EGC
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakitDalamJilid II Edisi IV. Jakarta:
PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalamFakultasKedokteranUniversitas
Indonesia.
34