BAB I
PENDAHULUAN
sering disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa. Pada tahun 1993, WHO telah
utama. Pada tahun 1995, hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada
maka angka kejadian tuiberkulosis pada anak belum diketahui pasti, namun bila
tuberkulosis pada anak akan tinggi pula. Hal ini terjadi karena setiap orang
dewasa dengan BTA positif akan menularkan pada 10-15 orang dilingkungannya,
rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman
1
2
ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni
rumah.
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti
Indriati, 2015).
TB Paru:
positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
positif.
pengobatan.
yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum
pasien buruk.
penyakitnya, yaitu:
kelenjar adrenal.
4. Tipe Pasien
Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
atau kultur).
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
pengobatan.
Kasus lain :
2.3 Etiologi
adalah:
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia
7
dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
tersebut.
8
2.4 Patofisiologi
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal,
padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat
terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari
9
paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan
perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini
dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini
Pathway
10
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2016).
11
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali
(Ardiansyah, 2012):
1. Demam
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
5. Malaise
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin
2.6 Komplikasi
nafas.
2. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
1. Diagnosis TB paru
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
indikasinya.
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas
penyakit.
paru.
a) Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
2.8 Penatalaksanaan
1. Tujuan Pengobatan
2. Prinsip pengobatan
berikut:
lanjutan.
15
resistensi obat.
2) Tahap Lanjutan
Tuberkulosis di Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
16
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
(HRZE)
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam
c) Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid,
KDT. Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1)
penulisan resep
17
1. Pengkajian
a. Identitas
yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
penularannya.
18
e. Riwayat psikososial
yang lain
makan menurun.
3) Pola eliminasi
menganggu aktivitas
istirahat.
19
penyakit menular.
2. Diagnosa Keperawatan
alveoler-kapiler
20
3. Rencana Keperawatan
Definisi : Ketidakmampuan untuk Respiratory status : Airway 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
dari saluran pernafasan untuk Aspiration Control 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Batasan Karakteristik : efektif dan suara nafas yang 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
Dispneu, Penurunan suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan dilakukan.
Kelainan suara nafas (rales, mudah, tidak ada pursed lips) 6. Gunakan alat yang steril sitiap
Kesulitan berbicara paten (klien tidak merasa 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
Batuk, tidak efekotif atau tidak tercekik, irama nafas, frekuensi napas dalam setelah kateter dikeluarkan
Mata melebar normal, tidak ada suara nafas 8. Monitor status oksigen pasien
Perubahan frekuensi dan irama mencegah factor yang dapat 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen
menghirup asap rokok, perokok 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
23
NaCl Lembab
keseimbangan.
dalam oksigenasi dan atau pengeluaran exchange 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
karbondioksida di dalam membran Respiratory Status : ventilation atau jaw thrust bila perlu
Keletihan paru dan bebas dari tanda tanda 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
kebingungan bersih, tidak ada sianosis dan 8. Lakukan suction pada mayo
AGD Normal bernafas dengan mudah, tidak 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
warna kulit abnormal (pucat, Tanda tanda vital dalam 12. Monitor respirasi dan status O2
Hipoksemia
sakit kepala ketika bangun 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
26
alveolar biot
(gerakan paradoksis)
suara tambahan
27
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
untuk keperluan metabolisme tubuh. Adanya peningkatan berat badan menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Berat badan 20 % atau lebih di Berat badan ideal sesuai dengan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Dilaporkan adanya intake makanan Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
28
yang kurang dari RDA (Recomended kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
Daily Allowance) Tidak ada tanda tanda malnutrisi 5. Berikan substansi gula
Membran mukosa dan konjungtiva Tidak terjadi penurunan berat 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
mengunyah makanan
Miskonsepsi
Nyeri abdominal dengan atau tanpa 4. Monitor interaksi anak atau orangtua
Pembuluh darah kapiler mulai rapuh 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
mencerna makanan atau 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
jaringan konjungtiva
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
makan), dan demam ringan yang biasanya terjadi pada siang hari. Berkeringat
malam dan ansietas umum sering tampak. Dispnea, batuk purulen produktif
disertai nyeri dada, dan hemoptsis adalah juga temuan yang umum.
3.2 Saran
diantaranya adalah :
(TB Paru).
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.