Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL

 
 
PENGARUH POSISI HEAD UP 30 DERAJAT
TERHADAP NYERI KEPALA PADA PASIEN
CEDERA KEPALA RINGAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
AMIDALIA, S.Kep
ARDENI YULIANTI, S.Kep
DALINA, S.Kep
DEDI EKA PUTRA, S.Kep
DESI NOVITA SARI, S.Kep
DESRIANI MUSFITASARI, S.Kep
 
PENDAHULUAN

 Cedera kepala menjadi permasalahan kesehatan


global sebagai penyebab kematian, kecacatan dan
keterbelakangan mental. Cedera kepala dapat
menyebabkan tekanan intrakranial meningkat yang
diakibatkan oleh edema serebri maupun perdarahan
di otak. Tanda dari adanya tekanan intrakranial yang
meningkat salah satunya yaitu nyeri kepala
 Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk
menurunkan tekanan intrakranial pada pasien cedera
kepala.
SKENARIO

 Seorang laki-laki inisial Tn.AB berumur 34 thn datang ke IGD RSUD


Teluk Kuantan pada tanggal 24 Juli 2021 pada pukul10.00 wib dengan
keluhan utama nyeri pada kepala. Dari rangkaian data pengkajian di atas
penulis menemukan data-data sebagai berikut:, nyeri kepala, (P: saat
bergerak, Q:menusuk-nusuk, R:Kepala, S:6/Sedang, T:Selalu), Pasien post
kecelakaan lalu lintas, pasien tampak meringis menahan sakit dan sering
memegangi kepalanya. Terdapat luka robek dikepa, luka-luka lecet pada
tangan dan kaki, kesadaran composmentis, Berdasarkan keterangan orang
yang mengantarkan pasien ke rumah sakit pasien tidak ada kehilangan
kesadaran saat kecelakaan terjadi. akral dingin, mual (+), muntah (-),
pasien mengatakan sulit beraktifitas karena nyeri. TTV: TD: 130/90
mmhg, N 100 x/menit, Rr 20 x/menit, suhu 36,40C BB:52 kg, TB:152 cm.
Dengan pengobatan di Ruang IGD yaitu: infus RL 20 tts/I, inj ceftrioxone
1x1 gr, ketorolac inj 2x1, ondansetron inj 2x1.
RUMUSAN

P I C O
Nyeri Posisi Head Up 30 Guide Imagery Menghilangkan
Derajat Nyeri

 Rumusan masalah “Apakah Posisi Head Up 30 Derajat efektif


menghilangkan nyeri dibandingkan dengan Guide Imagery?”
 Key word : Nyeri, Guide Imagery, Posisi Head Up 30 Derajat
  
METODE PENELUSURAN BUKTI

 Arif Hendra Kusumaa* , Atika Dhiah Anggraenib.


Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10
No.2 (2019) 417-422 |
 Yesi Pusparini. JURNAL SEHAT MASADA
Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-
2344
  
HASIL PENELUSURAN / TELAAH JURNAL

NO JURNAL VALIDITY IMPORTANCE APPLICABILITY


(RESULT) (CONCLUSION)
1 Arif Hendra Desain penelitian rerata skala nyeri Terdapat perbedaan
Kusumaa* , Atika menggunakan Quasi sebelum dilakukan yang signifikan
Dhiah Anggraenib. Experimental dengan posisi head up 30 rerata skala nyeri
Jurnal Ilmu pendekatan Pretest derajat sebesar kepala antara
Keperawatan dan Posttest One Group 4,77 sedangkan sebelum dan sesudah
Kebidanan Vol.10 Design. Jumlah sampel nilai rerata skala dilakukan posisi
No.2 (2019) 417-422 sebanyak 22 responden. nyeri sesudah head up 30 derajat
Penelitian ini dilakukan di diberikan posisi pada pasien cedera
RSUD Prof. Dr. Margono head up 30 derajat kepala ringan di
Soekarjo Purwokerto. Uji sebesar 3,36. Hasil RSUD Prof. Dr.
statistik menggunakan uji rerata tersebut Margono Soekarjo
dependen t-test terjadi selisih Purwokerto dengan
penurunan skala nilai P value 0,002
nyeri dengan (α<0,05).
rerata sebesar
1,41. D
2 Yesi Pusparini. Penelitian eksperimen ini menggunakan Hasil penelitian Hasil penelitian
JURNAL SEHAT desain pre eksperimen One Group Pretest- tentang pengaruh diperoleh p value
MASADA Volume Posttest without control dengan teknik guide imagery =0,000< α 0,05
XI Nomor 1. menggunakan waktu longitudital terhadap perubahan sehingga Ho
Januari 2017 prospektif yaitu menggunkan hubungan intensitas nyeri pada ditolak dengan
ISSN: 1979-2344 sebab – akibat dengan cara melibatkan pasien cedera kepala H1
satu kelompok subjek. Kelompok subjek ringan di RS Dustira diterima,artinya
diobservasi sebelum dilakukan intervensi. Kota Cimahi adalah ada pengaruh
kemudian diobservasi lagi setelah diketahuinya nilai guide imagery
intervensi. 21Sample adalah sebagian yang presentasi skala untuk
diambil dari keseluruhan objek yang nyeri sebelum menurunkan
diteliti dan dianggap mewakili seluruh dilakukan intervensi nyeri
populasi.22 Metode pengambilan sample sebesar 66,7% (skala
dalam penelitian ini adalah Non Random 3)dan 33,3%
(Non Probability) Sampling dengan (skala2).
metode quota sample, yaitu tehnik Diketahuinya nilai
penentuan sample dengan menentukan rata – rata skala
ciri-ciri tertentu sampai dengan jumlah nyeri setelah
quota yang telah ditentukan. Sampel dilakukan intervensi
penelitian ini berjumlah 101 orang.Uji sebesar 93,3% (skala
yang digunakan adah uji Wilcoxon 1) dan 6,7% (skala1)
DISKUSI

 Kelebihan posisi head up 30 derajat yaitu salah satu alternative untuk mengurangi nyeri.
Posisi head up 30 derajat merupakan posisi menaikkan kepala dari tempat tidur dengan sudut
sekitar 30 derajat dan posisi badan sejajar dengan kaki. Posisi head up 30 derajat memiliki
manfaat untuk menurunkan tekanan intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi
tersebut juga dapat meningkatkan oksigen ke otak. Hal ini akan menambah rileks serta
memindahkan fokus perhatian pada nyeri yang dialami seseorang. Sehingga muncul
kenyaman yang berdampak pada nyeri yang berkurang. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Batticaca FB (2008) bahwa Posisi head-up 30 derajat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi di otak sehingga menghindari terjadinya hipoksia pasien, dan tekanan intrakranial
menjadi stabil dalam batas normal. Selain itu, posisi ini lebih efektif untuk mempertahankan
tingkat kesadaran karena sesuai dengan posisi anatomis dari tubuh manusia yang kemudian
mempengaruhi hemodinamik pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pertami
SB, Sulastyawati, Anami P (2017) yang menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan
posisi head-up 30° pada perubahan tekanan intrakranial, khususnya di tingkat kesadaran dan
tekanan arteri rata-rata pada pasien dengan cedera kepala. Terapi ini juga dapat dilakukan
dimana saja baik di klinik, puskesmas maupun rumah sakit. Sedangkan kekurangan dari
terapi ini adalah pasien memerlukan pemahaman yang baik tentang proses terapi ini. Terapi
ini juga memerlukan orang lain (tidak bisa sendiri) untuk menuntun pasien dalam
menghilangkan nyeri.
 Kelebihan guide imagery adalah salah satu alternative untuk menurunkan menghilangkan
nyeri, mudah untuk dilakukan. Guide imagery adalah proses menggunakan kekuatan
pikiran dengan mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara
kesehatan/relaksasi melalui komunikasi dalam tubuh yang melibatkan semua indra (visual,
sentuhan, pedoman, penglihatan, dan pendengaran). Dengan begitu terbentuklah
keseimbangan antara pikiran, tubuh dan jiwa. Imajinasi terbimbing yang sederhana adalah
“ penggunaan imajinasi dengan sengaja untuk memperoleh relaksasi atau menjauhkan dari
sensasi yang tidak diinginkan. Terdapat beberapa teori yang mendasari guided imagery
termsuk teori gate control. Hal ini sesuai dengan penelitian Tusek and Cwynar yang
menyebutkan bahwa respon relaksasi dapat dirasakan jika digunakan dan dipraktekan
secara terus menerus. Sehingga walaupun pasien masih dalam keadaan nyeri kepala
sedang jika melakukan guide imagery relaxation secara terus menerus akan mengalami
penurunan intensitas nyeri. Guide imagery relaxation juga dapat meningkatkan self care
pasien selama di rumah terapi ini mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan biaya
serta tidak ada efek samping.Terapi ini juga dapat dilakukan dimana saja baik di klinik,
puskesmas maupun rumah sakit. Sedangkan kekurangan dari terapi ini adalah pasien
memerlukan pemahaman yang baik tentang proses terapi ini. Terapi ini juga memerlukan
orang lain (tidak bisa sendiri) untuk menuntun pasien dalam menghilangkan nyeri.
KESIMPULAN

 Berdasarkan hasil penelusuran jurnal tentang posisi


head up 30 dan guide imagery dapat disimpulkan
bahwa kedua terapi efektif untuk menurunkan
nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

 Batticaca FB. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

 Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., & Perry, S. E. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.

 Crandall M. (2016). Epidemiology of Traumatic Brain Injury. In Manual of Traumatic Brain Injury Assessment and
Management. 2nd ed. New York: Demos Medical Publishing.

 Damanik, R. P. (2011). Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Di
RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011. Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi, 2(4).
Diakses dari https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/ar ticle/view/3671/0

 Grace PA, Neil RB. (2006). At a glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

 Harun Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial & Gangguan Peredaran Darah
Otak.

 Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and research. Springer Publishing
Company.

Anda mungkin juga menyukai