Anda di halaman 1dari 6

Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.

2 (2019) 417-422 | 417

PENGARUH POSISI HEAD UP 30 DERAJAT TERHADAP NYERI


KEPALA PADA PASIEN CEDERA KEPALA RINGAN

Arif Hendra Kusumaa*, Atika Dhiah Anggraenib


a
Akper Serulingmas Cilacap
b
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email: arifsermas@gmail.com

Abstrak

Cedera kepala ringan merupakan salah satu klasifikasi dari cedera kepala yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada fungsi persarafan serta penurunan kesadaran pada
seseorang tanpa menimbulkan kerusakan pada organ lainnya. Cedera kepala dapat menyisakan
tanda ataupun gejala somatik yang berupa nyeri kepala. Posisi head up 30 derajat merupakan cara
memposisikan kepala seseorang lebih tinggi sekitar 30 derajat dari tempat tidur dengan posisi
tubuh sejajar dan kaki lurus atau tidak menekuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
posisi head up 30 derajat terhadap nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan. Desain penelitian
menggunakan Quasi Experimental dengan pendekatan Pretest Posttest One Group Design. Jumlah
sampel sebanyak 22 responden. Penelitian ini dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Hasil uji statistik menggunakan uji dependen t-test menunjukkan ada pengaruh posisi head
up 30 derajat terhadap nyeri kepala pada cedera kepala ringan (P value = 0,002; α<0,05). Saran:
penelitan ini dapat menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat
untuk mengatasi nyeri pada pasien cedera kepala ringan.

Kata kunci : posisi head up 30 derajat; nyeri kepala; cedera kepala ringan

Abstract

Mild head injury is one classification of head injuries that can lead to the occurrence of the
damage to the nerve functions as well as a decrease in consciousness on someone without causing
damage to other organs. Head injuries can leave marks or somatic symptoms in the form of headaches.
The position of head up 30 degrees is how to position the head of someone higher up about 30 degrees
from the bed with a parallel body position and legs straight or do not bend. This research aims to know
the influence of head position up 30 degrees against to pain the patient's head a light head injury..
Design research using Quasi Experimental with Pretest Posttest approach One Group Design. The
number of samples as many as 22 respondents. This research was conducted at the RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. The results of statistical tests using test dependent t-test shows there is
the influence of the position of head up 30 degrees to pain head on a mild head injury (P value = 0.002; α
< 0.05). Suggestion: this study can be one of the nursing intervention done by nurses to cope with the
pain of mild head injury patients.

Keywords: Head up position 30 degrees; headache; mild head injury


418 | Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422
ditangani dan tentu nyeri kepala tersebut
PENDAHULUAN menimbulkan perasaan tidak nyaman serta
Cedera kepala ringan merupakan salah akan berpengaruh terhadap aktivitas,
satu klasifikasi dari cedera kepala yang dapat terjadinya gangguan pada pola tidur, pola
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada makan, depresi sampai kecemasan (Saudoni,
fungsi persarafan serta penurunan kesadaran Marco Tulio, 2009). Penatalaksanaan
pada seseorang tanpa menimbulkan terhadap nyeri dapat berupa tindakan
kerusakan pada organ lainnya. Cedera kepala farmakologis dan non farmakologis. Banyak
ringan dapat disebabkan adanya trauma yang terapi non farmakologis yang telah
pada kepala dengan nilai GCS: 14-15, tidak dikembangkan dalam dunia keperawatan,
terdapat penurunan kesadaran, biasanya diantaranya adalah modalitas termal,
terdapat keluhan pusing dan nyeri akut, serta Transcutaneus Electric Nerve Stimulation
lecet atau luka pada kepala maupun terjadi (TENS), akupuntur, relaksasi, distraksi,
perdarahan di otak (Muttaqin, A, 2008). imaginasi terbimbing, biofeedback, hipnosis
Cedera kepala menjadi permasalahan dan terapi musik (Bobak, Irene M., et al.
kesehatan global sebagai penyebab kematian, 2005).
kecacatan dan keterbelakangan mental. Posisi head up 30 derajat ini merupakan
Kedaruratan neurologik yang beragam akan cara meposisikan kepala seseorang lebih
muncul apabila kepala mengalami cedera. tinggi sekitar 30 derajat dari tempat tidur
Hal ini dikarenakan kepala sebagai pusat dengan posisi tubuh sejajar dan kaki lurus
kehidupan seseorang, dimana didalamnya atau tidak menekuk. Posisi head up 30
terdapat otak yang mempengaruhi segala derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan
aktivitas manusia. Oleh karenanya, apabila intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain
terjadi kerusakan akan mengganggu semua itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan
sistem tubuh (Kumar, 2013). oksigen ke otak. Penelitian Aditya N, dkk
Sampai saat ini kejadian cedera kepala (2018) menunjukkan bahwa posisi elevasi
menjadi salah satu penyebab kecacatan dan kepala 30 derajat dapat meningkatkan aliran
kematian terbesar di dunia. Di Amerika darah ke otak dan memaksimalkan aliran
Serikat diperkirakan setiap tahunnya terjadi oksigen ke jaringan otak.
sekitar 200.000 kasus cedera kepala. Angka Informasi yang dapat diperoleh tentang
kematian pada cedera kepala yang dirawat di efek atau manfaat posisi head up 30 derajat
rumah sakit mencapai 52.000 korban jiwa. terhadap nyeri kepala pasien cedera kepala
Dari jumlah tersebut, 10% korban meninggal ringan masih sangat sedikit, tetapi beberapa
sebelum sampai di rumah sakit. Sisanya yang peneliti meyakini bahwa posisi head up 30
di rawat di rumah sakit, sebagian besar derajat dapat berpengaruh terhadap
tergolong cedera kepala ringan yaitu 80%, penurunan nyeri pada pasien cerdera kepala
sedangkan yang 20% merupakan cedera ringan.
kepala sedang dan cedera kepala berat (Stein, Tujuan dalam penelitian ini yaitu
Sherman C., et al, 2002). diketahuinya pengaruh posisi head up 30
Cedera kepala dapat menyebabkan derajat terhadap nyeri kepala pasien cedera
tekanan intrakranial meningkat yang kepala ringan di RSUD Prof. Dr. Margono
diakibatkan oleh edema serebri maupun Soekarjo Purwokerto.
perdarahan di otak. Tanda dari adanya
tekanan intrakranial yang meningkat salah LANDASAN TEORI
satunya yaitu nyeri kepala. Nyeri kepala
Cedera Kepala Ringan
terjadi karena adanya peregangan pada Cedera kepala ringan adalah trauma pada
struktur intrakranial yang peka terhadap nyeri, kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi
serta ketidakadekuatan perfusi jaringan otak. baik secara langsung ataupun tidak langsung
Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada kepala yang dapat mengakibatkan
metabolisme dari aerob ke anaerob (Harun terjadinya penurunan kesadaran ringan
Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. 2014). dengan nilai tingkat kesadaran (GCS) yaitu
Nyeri kepala pada cedera kepala 14-15, klien sadar penuh, atentif dan
merupakan kondisi yang harus segera
Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422 | 419

orientatif. Biasanya terdapat keluhan nyeri (Andarmoyo, 2013). VAS merupakan alat
kepala serta pusing pada klien. Klien juga ukur yang cukup reliable untuk digunakan
mengalami lecet atau luka pada kulit kepala pada pengukuran nyeri akut. VAS telah
maupun perdarahan pada otak (Muttaqin, A, banyak digunakan oleh peneliti
2008). dikarenakan alat ukur ini merupakan alat
ukur yang valid dan reliable untuk
Nyeri Kepala
pengukuran intensitas nyeri, baik nyeri
1. Pengertian
akut maupun kronis (McDowell, 2006).
Nyeri kepala adalah pengalaman yang
tidak menyenangkan baik sensorik Posisi Head Up 30 Derajat
maupun emosional yang diakibatkan oleh 1. Pengertian
kerusakan atau potensial kerusakan Posisi head up 30 derajat merupakan
jaringan otak (Black & Hawks, 2009). posisi untuk menaikkan kepala dari
Nyeri kepala diklasifikasikan atas nyeri tempat tidur dengan sudut sekitar 30
kepala primer dan nyeri kepala sekunder. derajat dan posisi tubuh dalam keadaan
Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala sejajar (Bahrudin, 2008).
tanpa disertai adanya penyebab structural 2. Prosedur Posisi Head Up 30 Derajat
organik. Macam nyeri kepala ini antara Prosedur kerja pengaturan posisi head
lain migrain, nyeri kepala tension dan up 30 derajat adalah sebagai berikut:
nyeri kepala cluster. Sedangkan nyeri a. Meletakkan posisi pasien dalam
kepala sekunder ialah nyeri kepala karena keadaan terlentang
trauma kepala atau posttrauma headace, b. Mengatur posisi kepala lebih tinggi
infeksi otak atau penyakit lainnya (Sjahrir, dan tubuh dalam keadaan datar
2004). c. Kaki dalam keadaan lurus dan tidak
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri fleksi
Terdapat beberapa macam faktor- d. Mengatur ketinggian tempat tidur
faktor yang dapat mempengaruhi persepsi bagian atas setinggi 30 derajat.
individu terhadap nyeri, faktor tersebut Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
antara lain: usia, jenis kelamin, pengaturan posisi head up 30 derajat
pengalaman nyeri masa lalu, sosial budaya, adalah fleksi, ekstensi dan rotasi kepala
nilai agama, lingkungan dan dukungan akan menghambat venous return sehingga
orang terdekat (Potter & Perry, 2005). akan meningkatkan tekanan perfusi
Adapun faktor nyeri menurut Le Mone serebral yang akan berpengaruh pada
dan Burke (2008) adalah kecemasan, peningkatan TIK (Dimitrios dan Alfred,
umur, jenis kelamin, dan budaya. Dari 2002).
beberapa referensi tersebut, peneliti
mengambil usia, jenis kelamin dan budaya
untuk dijadikan variabel konfonding. METODE PENELITIAN
Faktor tersebut dijadikan faktor Penelitian ini menggunakan rancangan
konfonding oleh peneliti karena ketiga Quasi-eksperimental melalui pendekatan One
faktor tersebut merupakan faktor yang Groups Pretest-Posttest Design. Penelitian
melekat pada individu dan tidak akan bisa ini membandingkan rerata nyeri sebelum
dipisahkan. perlakuan diberikan dan sesudah perlakuan
3. Penilaian nyeri Visual Analogue Scale diberikan. Penelitian ini dilakukan di Ruang
(VAS) Cempaka RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Visual Analog Scale (VAS) yaitu Purwokerto pada bulan Maret-April 2018.
skala yang berupa suatu garis lurus yang Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
panjangnya biasanya 10 cm (atau 100 cedera kepala ringan yang dirawat dengan
mm), dengan penggambaran verbal pada jumlah sampel 22 responden. Intrument
setiap ujungnya, seperti angka 0 (tanpa pengukuran skala nyeri menggunakan
nyeri) sampai angka 10 (nyeri terberat). penilaian skala Visual Analogue Scale (VAS).
Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7 = Alasan penggunaan VAS karena skala ini
nyeri sedang dan 7-10 = nyeri berat mudah digunakan bagi pemeriksa, dianggap
420 | Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422
paling efisien dan lebih mudah dipahami oleh Miranda (2014), yang menyebutkan bahwa
pasien, serta telah digunakan dalam kejadian pada laki-laki (78,1%) lebih banyak
penelitian dan pengaturan klinis. dibandingkan perempuan (21,9%).
Seorang laki-laki pada umumnya lebih
Analisa data dalam penelitian ini aktif dan mempunyai perilaku yang
menggunakan uji dependen t-test untuk cenderung beresiko mengalami cedera
melihat perbedaan selisih mean skala nyeri dibandingkan perempuan. Laki-laki juga
sebelum dan sesudah perlakuan. lebih banyak beraktivitas diluar rumah dan di
HASIL DAN PEMBAHASAN jalanan serta sering berada dalam keadaan
yang dapat menimbulkan cedera yaitu
Karakteristik responden mengendarai kendaraan bermotor, buruh
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden bangunan, berada di tempat-tempat yang
Variabel Kelompok f % Mean tinggibahkan perkelahian (Bustan, 2007).
Usia 22 100 30,45 Suku Jawa dalam hasil penelitian
Jenis Laki-laki 13 59,1 merupakan suku yang paling banyak
Kelamin Perempuan 9 40,9 ditemukan yaitu 72,7%. Besarnya jumlah
Suku Jawa 16 72,7 suku Jawa daripada suku non Jawa dalam
Budaya Non Jawa 6 27,3 penelitian ini berkaitan erat dengan tempat
penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah
Berdasarkan tabel diatas usia rata-rata yang mayoritas penduduknya bersuku asli
responden pada penelitian ini adalah 30 Jawa. Peneliti dalam penelitian ini tidak
tahun. Jenis kelamin laki-laki (59,1%) lebih dapat membahas lebih lanjut tentang rerata
banyak daripada perempuan (40,9%) dan penurunan nyeri pada masing-masing suku
mayoritas responden bersuku Jawa (72,7%). dikarenakan kurang beragamnya suku
Hasil penelitian ini sejalan dengan budaya responden dan peneliti tidak
penelitian Rowland, et al (2010) yang melakukan uji multivariat.
mrnunjukkan bahwa angka kejadian cedera Perbedaan rerata skala nyeri kepala
kepala tertinggi dialami pada kelompok usia sebelum dan sesudah pemberian
dewasa muda, namun dapat menimpa pada perlakuan
semua kelompok usia. Penelitian Nyiemas
(2013) yang menyebutkan bahwa kelompok Tabel 2 Perbedaan Rerata Skala Nyeri Kepala
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
usia terbanyak ditemukan pada usia 18-45
tahun. Serta Penelitian Damanik (2013) juga Skala
Mean SD SE P value
menunjukkan bahwa proporsi tertinggi Nyeri
Sebelum 4,77 1,232 0,263
penderita cedera kepala pada kelompok umur 0,002
Sesudah 3,36 1,590 0,339
16-44 tahun. Hasil penelitian lain juga
menyebutkan bahwa cedera kepal lebih
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
sering dialami pada usia remaja dan usia
rerata skala nyeri sebelum dilakukan posisi
dewasa 17-39 tahun (Mock, et al, 2005).
head up 30 derajat sebesar 4,77 sedangkan
Kejadian cedera kepala yang terjadi pada
nilai rerata skala nyeri sesudah diberikan
usia dewasa muda diakibatkan pada usia ini
posisi head up 30 derajat sebesar 3,36. Hasil
seseorang lebih aktif serta produktif.
rerata tersebut terjadi selisih penurunan skala
Mobilitas yang tinggi juga mempengaruhi
nyeri dengan rerata sebesar 1,41. Dari hasil
kejadian tersebut. Selain itu kurangnya
analisis uji dependent t-test didapatkan P
kesadaran akan keselamatan serta mematuhi
value 0,002 (α<0,05), maka dapat
rambu-rambu lalu lintas menjadi penyebab
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
tingginya angka kecelakaan yang menjadi
signifikan antara skala nyeri kepala sebelum
penyebab utamanya (Bustan, 2007).
dan sesudah diberikan intervensi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Nyeri kepala pada cedera kepala dapat
bahwa laki-laki menjadi jenis kelamin
terjadi karena adanya peningkatan tekanan
terbanyak yaitu sebesar 59,1%. Hal ini sesuai
intrakranial. Hal ini merupakan kondisi yang
dengan penelitian Nyiemas (2013) dan
harus segera ditangani dan tentu nyeri kepala
Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422 | 421

tersebut menimbulkan perasaan tidak intervensi standar comfort yang artinya


nyaman serta akan berpengaruh terhadap tindakan dilakukan dalam upaya
aktivitas (Suadoni, 2009). Nyeri kepala mempertahankan atau memulihkan peran
disebabkan oleh adanya peregangan pada tubuh dan memberikan kenyamanan serta
struktur intrakranial yang peka terhadap nyeri, mencegah terjadinya komplikasi. Posisi head
serta ketidakadekuatan perfusi jaringan otak. up 30 derajat merupakan posisi menaikkan
Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan kepala dari tempat tidur dengan sudut sekitar
metabolisme dari aerob ke anaerob. Nyeri 30 derajat dan posisi badan sejajar dengan
kepala terutama muncul pada waktu bangun kaki. Posisi head up 30 derajat memiliki
tidur, hal ini dikarenakan PCO2 pada arterial manfaat untuk menurunkan tekanan
serebral mengalami peningkatan selama tidur. intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain
Sehingga menyebabkan serebral blood flow itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan
meningkat dan tekanan intrakranium oksigen ke otak. Hal ini akan menambah
mengalami meningkat kembali (Harun rileks serta memindahkan fokus perhatian
Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. 2014). pada nyeri yang dialami seseorang. Sehingga
Hasil penelitian ini sejalan dengan muncul kenyaman yang berdampak pada
penelitian Pertami SB, Sulastyawati, Anami nyeri yang berkurang (Batticaca FB, 2008).
P (2017) yang menunjukkan terdapat Hasil penelitian ini sesuai dalam teori dan
pengaruh yang signifikan posisi head-up 30° beberapa hasil penelitian diatas dimana
pada perubahan tekanan intrakranial, terdapat perbedaan yang signifikan rerata
khususnya di tingkat kesadaran dan tekanan skala nyeri kepala antara sebelum dan ssudah
arteri rata-rata pada pasien dengan cedera diberikan perlakuan posisi Head Up 30
kepala. Hasil penelitian Martina, dkk (2017) derajat pada pasien cedera kepala ringan di
juga menunjukkan bahwa posisi Head Up 30 RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
derajat berpengaruh terhadap saturasi Purwokerto. Penurunan skala nyeri ini bisa
oksigen pada pasien stroke. disebabkan oleh posisi Head Up 30 derajat
Posisi head-up 30 derajat bertujuan untuk yang sesuai dengan posisi anatomis tubuh
memenuhi kebutuhan oksigenasi di otak manusia sehingga memberikan rasa nyama
sehingga menghindari terjadinya hipoksia dan menyebabkan respon nyeri pun
pasien, dan tekanan intrakranial menjadi berkurang.
stabil dalam batas normal. Selain itu, posisi
ini lebih efektif untuk mempertahankan KESIMPULAN
tingkat kesadaran karena sesuai dengan Terdapat perbedaan yang signifikan rerata
posisi anatomis dari tubuh manusia yang skala nyeri kepala antara sebelum dan
kemudian mempengaruhi hemodinamik sesudah dilakukan posisi head up 30 derajat
pasien (Batticaca FB, 2008). pada pasien cedera kepala ringan di RSUD
Teori keperawatan comfort yang Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
dikembangkan oleh Kolcaba merupakan dengan nilai P value 0,002 (α<0,05).
suatu rancangan yang memiliki peranan yang Penelitan ini dapat menjadi salah satu
sangat bermanfaat dalam dunia intervensi keperawatan yang dilakukan oleh
keperawatan. Rencana keperawatan yang perawat untuk mengatasi nyeri pada pasien
disusun sebagai tindakan keperawatan dalam cedera kepala ringan. Rumah sakit
upaya pemenuhan kebutuhan akan rasa diharapkan mampu menyusun standar
nyaman yang diperlukan oleh pasien seperti operasional prosedur terkait pemberian posisi
psikologis, sosial dan spiritual, financial, head up 30 derajat untuk pasien cedera
fisiologis, serta lingkungan. Dibutuhkan kepala ringan yang dapat digunakan sebagai
sekurangnya tiga tipe intervensi untuk salah satu acuan perawat dalam memberikan
mencapai suatu kenyamanan yaitu standar intervensi keperawatan yang tepat.
comfort, coaching dan comfort food for the DAFTAR PUSTAKA
soul (Kolcaba, 2003). Aditya Nugroho, Beni & Martono, Martono.
Posisi head up 30 derajat yang dilakukan (2018). Pemenuhan Oksigenasi Otak
dalam penelitian ini merupakan bentuk tipe
422 | Arif Hendra Kusuma, Atika Dhiah Anggraeni / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.2 (2019) 417-422
Melalui Posisi Elevasi Kepala Pada Diakses dari https://akper-
Pasien Stroke Hemoragik By Beni. adihusada.ac.id/jurnal/index.php/AHNJ/
article/view/98
Batticaca FB. (2008). Asuhan Keperawatan
Pada Klien dengan Gangguan Sistem Mock, Charles. (2005). Human resources for
Persarafan. Jakarta: Salemba the Control of Road Traffic Injury.
Medika. Bulletin of the World Health
Organization, Volume 83, Nomor 4,
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M.
294-298.
D., & Perry, S. E. (2005). Buku ajar
keperawatan maternitas. Jakarta: EGC. Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan
keperawatan klien dengan gangguan
Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit
sistem persarafan. Jakarta: Salemba
tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Medika.
Crandall M. (2016). Epidemiology of
Nyiemas, dkk. (2013). Angka Kejadian dan
Traumatic Brain Injury. In Manual of
Outcome Cedera Otak di RS. Hasan
Traumatic Brain Injury Assessment and
Sadikin Bandung Tahun 2008-2010.
Management. 2nd ed. New York: Demos
Bandung: FK Unpad. Diakses dari
Medical Publishing.
inasnacc.org/images/Artikel/vol2no2201
Damanik, R. P. (2011). Karakteristik 3juni/2MoyaPen.pdf.
Penderita Cedera Kepala Akibat
Pertami SB, Sulastyawati, Anami P. (2017).
Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat
Effect of 30° Head-Up Position on
Inap Di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane
Intracranial Pressure Change in
Tebing Tinggi Tahun 2010-2011. Gizi,
Patients with Head Injury in Surgical
Kesehatan Reproduksi dan
Ward of General Hospital of Dr. R.
Epidemiologi, 2(4). Diakses dari
Soedarsono Pasuruan. Public Health of
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/ar
Indonesia: 3(3):89-95. Diakses dari
ticle/view/3671/0
http://stikbar.org/ycabpublisher/index.ph
Grace PA, Neil RB. (2006). At a glance Ilmu p/PHI/article/view/131/pdf
Bedah. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit
Suadoni, M. T. (2009). Raised intracranial
Erlangga.
pressure: Nursing observations and
Harun Rosjidi, C., & Nurhidayat, S. (2014). interventions. Nursing Standard,
Buku Ajar Peningkatan Tekanan 23 (43), 35-40. Diakses dari
Intrakranial & Gangguan Peredaran http://search.proquest.com/docview/219
Darah Otak. 853790?accountid=25704
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and Stein, S. C., Chen, X. H., Sinson, G. P., &
practice: a vision for holistic health care Smith, D. H. (2002). Intravascular
and research. Springer Publishing coagulation: a major secondary insult in
Company. nonfatal traumatic brain injury. Journal
Martina, dkk. (2017). Posisi Head Up 300 of neurosurgery, 97(6), 1373-1377.
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Diakses dari
Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke https://thejns.org/view/journals/j-
Hemoragik Dan Non Hemoragik. Adi neurosurg/97/6/article-p1373.xml
Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2.

Anda mungkin juga menyukai