Di Susun Oleh:
RINA AFRIANI
NIM : 111192125
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kecacatan dan
kematian di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh American
Association of Neurological Surgeons pada tahun 1995, kurang lebih ada
500.000 kasus cedera kepala yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahun.
Dari jumlah tersebut, kira-kira 10% diantaranya meninggal dunia sebelum
tiba di rumah sakit (Japardi, 2004).
Tingkat kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator
kegawatan dan prognosis pada cedera kepala. Pada keadaan kritis pasien
mengalami perubahan psikologis dan fisiologis, oleh karena itu peran
perawat kritis merupakan posisi sentral untuk memahami semua
perubahan yang terjadi pada pasien, mengidentifikasi masalah
keperawatan dan tindakan yang akan diberikan pada pasien. Perubahan
fisiologis yang terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran antara lain
pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan pernafasan, kerusakan
mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas menelan, kemampuan
berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak & Gallo, 2002). Pengkajian
tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa digunakan pada kondisi
emergensi atau kritis sebagian besar menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS).
Di Indonesia, ternyata cedera kepala juga merupakan salah satu
ancaman yang serius, ini dapat ditunjukkan dari data yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2007
bahwa cedera kepala menduduki urutan ke dua penyakit terbanyak
penderita rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia yang menyebabkan
kematian dengan case fatality rate (CFR) 4,37%. Dalam enam tahun
terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI Yogyakarta cukup
tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, tahun 2006 telah terjadi 1.039 kasus
kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2005 dan
setiap tahun sedikitnya 130 meninggal (12%) akibat kecelakaan lalu lintas
di DIY.
2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
murotal Al Quran terhadap hemodinamik dan tingkat kesadaran pasien
cedera kepala.
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal
Adapun judul jurnal utama adalah:
PENGARUH TERAPI MUROTAL AL QUR’AN TERHADAP
HEMODINAMIK DAN GCS PASIEN CEDERA KEPALA.
2. Peneliti
Widaryati.
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murotal Al
Quran terhadap hemodinamik dan tingkat kesadaran pasien cedera
kepala.
4. Populasi
Sampel penelitian sejumlah 12 pasien cedera kepala di RS PKU
Muhammadiyah di Yogyakarta yang menjadi kelompok intervensi
5. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Pra Eksperimental.
6. Instrumen yang digunakan
Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling.
Intervensi yang diberikan adalah terapi murotal Al Qur’an adalah
memperdengarkan murotal Al Qur’an gaya Abdullah Al Matrud.
7. Uji statistic yang digunakan
Analisis data menggunakan uji wilcoxon, karena data tidak
terdistribusi normal
B. Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal pendukung
Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi.
2. Peneliti
Firman Faradisi
3. Hasil penelitian
Pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien.
Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai
thitung sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak artinya
pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan
pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik dan murotal
diperoleh nilai thitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0
ditolak artinya pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan
tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik.
C. Analisa PICO
1. Problem
Murotal Al Qur’an secara signifikan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai GCS. Walaupun disini mengalami peningkatan,
namun ini menunjukkan adanya perbaikan dikarenakan nilai GCS
terendah adalah 3 dan nilai GCS tertinggi adalah 15. Sehingga
walaupun terjadi peningkatan, itu berarti mengalami perbaikan tingkat
kesadaran.
2. Intervention
Intervensi yang diberikan adalah terapi murotal Al Qur’an adalah
memperdengarkan murotal Al Qur’an gaya Abdullah Al Matrud,
dengan tidak menentukan jenis surat, selama 30 menit 3 kali sehari
pada pasien cedera kepala. Sebelum dan sesudah perlakukan dilakukan
pengukuran hemodinamik dan penilaian GCS. Hemodinamik adalah
hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic, frekuensi nadi
dan frekuensi pernafasan. Nilai GCS adalah hasil penilaian tingkat
kesadaran pasien cedera kepala yang dilihat dari aspek kemampuan
membuka mata, kemampuan komunikasi verbal, dan kemampuan
motorik, dengan nilai dalam rentang 3-15.
3. Comparison
Jurnal pembanding yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Judul
PENGARUH STIMULASI SENSORI TERHADAP NILAI
GLASLOW COMA SCALE PADA PASIEN CEDERA
KEPALA DI RUANG NEUROSURGICAL CRITICAL CARE
UNIT RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.
2. Peneliti
1. Valentina Lumbantobing
2. Anastasia Ana
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
di RSUP dr Hasan Sadikin BandungPenelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh terapi slow stroke back massage
dengan minyak essensial lavender terhadap penurunan
intensitas nyeri pada low back pain di Klinik Praktek Perawat
Latu Usadha.
4. Populasi
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden yang
terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (15
responden) dan perlakuan (15 responden).
5. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan
pendekatan Pretest-Posttest Control Group Design.
6. Instrumen yang digunakan
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan non
probability sampling jenis consecutive sampling.
7. Uji statistic yang digunakan
Perbedaan nilai GCS pada kelompok kontrol dan perlakuan
dianalisis dengan dependent t test. Sedangkan pengaruh
stimulasi sensori terhadap nilai GCS dianalisis dengan
menggunakan independet t test.
8. Hasil penelitian
Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh stimulasi
sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala primer
(p=0,041). Dampak dari penelitian ini adalah diharapkan
stimulasi sensori sebagai terapi non-farmakologi bisa
dipertimbangkan menjadi terapi komplementer dalam
penanganan pasien cedera kepala.
4. Outcome
Hasil analisis variable GCS diperoleh nilai signifikansi 0,04.
Sedangkan nilai signifikansi variable tekanan darah sistolik, diastolik,
frekuensi respirasi dan nadi lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan terapi murotal Al Qur’an berpengaruh terhadap nilai GCS,
namun tidak berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan diastolic,
frekuensi respirasi dan nadi.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP PENYAKIT
Cedera Kepala
1. DEFINISI
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi)
dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk
dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan
penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan
(Doenges, 1989). Kasan (2000) mengatakan cidera kepala adalah suatu
gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak.
Cedera kepala menurut Suriadi & Rita (2001) adalah suatu trauma
yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi
akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
Sedangkan menurut Satya (1998), cedera kepala adalah keadaan dimana
struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, durameter,
pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma tumpul
maupun trauma tembus..
2. ETIOLOGI
1. Menurut Hudak dan Gallo (1996 : 108) mendiskripsikan bahwa
penyebab cedera kepala adalah karena adanya trauma yang dibedakan
menjadi 2 faktor yaitu :
a. Trauma primer
Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi
dan deselerasi)
b. Trauma sekunder
Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas,
hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi
sistemik.
2. Trauma akibat persalinan
3. Kecelakaan, kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil, kecelakaan
pada saat olahraga.
4. Jatuh
5. Cedera akibat kekerasan.
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Markum (1999). trauma pada kepala
menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang
terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran
makin besar kerusakan yang timbul, getaran dari benturan akan
diteruskan menuju Galia aponeurotika sehingga banyak energi
yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan
pembuluh darah robek sehingga akan menyebabkan haematoma
epidural, subdural, maupun intracranial, perdarahan tersebut juga
akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak menurun
sehingga suplay oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan
akan menyebabkan odema cerebral. Akibat dari haematoma diatas
akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke
arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan T.I.K
(Tekanan Intra Kranial) merangsang kelenjar pituitari dan steroid
adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat akibatnya
timbul rasa mual dan muntah dan anaroksia sehingga masukan
nutrisi kurang (Satya, 1998).
4. MANIFESTASI KLINIK
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing
7. Nyeri kepala hebat
8. Terdapat hematoma
9. Kecemasan
10. Sukar untuk dibangunkan
11. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal
5. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma
kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya
cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Terapi obat-obatan.
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema
serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.
b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangi
vasodilatasi.
c. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol
20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
d. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin)
atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.
e. Pada trauma berat. karena hari-hari pertama didapat penderita
mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi
natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak
terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer
dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari
selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui
nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP).
f. Pembedahan bila ada indikasi.
6. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.
c. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea /
takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala,
paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari
hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang
berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem
sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama
yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga
sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat
mempengaruhi prognosa klien.
d. Pengkajian persistem
1). Keadaan umum
2). Tingkat kesedaran : composmetis, apatis, somnolen,
sopor, koma
3). TTV
4). Sistem Pernapasan
Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi,
nafas bunyi ronchi.
5). Sistem Kardiovaskuler
Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut
nadi bradikardi kemudian takikardi.
6). Sistem Perkemihan
Inkotenensia, distensi kandung kemih
7). Sistem Gastrointestinal
Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami
perubahan selera
8). SistemMuskuloskeletal
Kelemahan otot, deformasi
9). Sistem Persarafan
Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinitus,
kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan,
gangguan pengecapan .
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, kehilangan pengindraan,
kejang, kehilangan sensasi sebagian tubuh.
a. Nervus cranial
N.I : penurunan daya penciuman
N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan
penglihatan
N.III, N.IV, N.VI : penurunan lapang pandang, refleks
cahaya menurun, perubahan ukuran pupil, bola mta tidak
dapat mengikuti perintah, anisokor.
N.V : gangguan mengunyah
N.VII, N.XII :lemahnya penutupan kelopak mata,
hilangnya rasa pada 2/3 anterior lidah
N.VIII : penurunan pendengaran dan keseimbangan
tubuh
N.IX , N.X , N.XI jarang ditemukan
mata (EYE)
c. Fungsi motorik
Setiap ekstremitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut
yang digunakan secara internasional :
RESPON SKALA
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi cairan
b. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan pusat pernapasan di
medula oblongata
c. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d hiposksia
d. Perubahan persepsi sensori b.d defisit neorologis.
e. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan TIK.
f. Kerusakan mobilitas fisik b.d imobilitas.
g. Resti injury b.d kejang.
h. Resti infeksi b.d kontinuitas yang rusak
i. Resti gangguan intregritas fisik b.d imobilitas
j. Resti kekurangan volume cairan b.d mual-muntah
8. INTERVENSI KEPERAWATAN
5.
masukan cairan
sesuai
kemampuan
klien.
1. Berikan
bronkodilator IV
dan aerosol
sesuai indikasi.
b. Setelah 2. Pantau - Perubahan dapat menandakan
dilakukan frekuensi, irama awitan komplikasi pulmo atau
asuhan dan kedalaman menandakan luasnya
keperawatan pernapasan. keterlibatan otak. Pernapasan
selama 3X24 Catat lambat, periode aprea dapat
jam, ketidakteraturan menandakan perlunya ventilasi
diharapkan pernapasan. mekanis.
klien
mempunyai - Kemampuan mobilisasi penting
pola untuk pemeliharaaan jalan
pernapasan napas. Kehilangan reflek batuk
yang efektif menandakan perlunya jalan
dengan kriteria 3. Catat napas buatan/intubasi.
hasil: kompetensi
- Untuk memudahkan ekspansi
reflek GAG dan
a. paru dan menurunkan adanya
kemampuan
nomal kemugkinan lidah jatuh
untuk
(irama menutupi jalan napas.
melindungi jalan
teratur, RR = napas sendiri. - Mencegah atau menurunkan
16-24 atelektasis.
x/menit).
b. - Memaksimalkan O2 pada darah
pernapasan arteri dan membantu dalam
4. Tinggikan mencegah hipoksia.
cuping
kepala tempat
hidung.
tidur sesuai b. Mene
c.
indikasi. ntuka
dada
n
simetris.
kecu
d.
kupa
normal.
n
PH darah = 5. Anjurkan kllien
untuk bernapas perna
7,35-7,45.
dalam dan batuk pasan
PaO2 = 80-
efektif. ,
100 mmHg.
kesei
PaCO2 = 35- 6. Beri terapi O2
mban
45 mmHg. tambahan. gan
HCO3- = 22-26
asam
m.Eq/L
basa.
Pantau analisa
gas darah,
tekanan
oksimetri.
c. Setelah 1. Kaji status - Hasil dari pengkajian dapat
dilakukan neurologis yang diketahui secara dini adanya
asuhan berhubungan tanda-tanda peningkatan TIK
keperawatan dengan tanda- sehingga dapat menentukn arah
selama 3X24 tanda tindakan selanjutnya serta
jam, peningkatan manfaat untuk menentukan
diharapkan TIK, terutama lokasi, perluasan dan
klien CGS. perkembangan keruskan SSP.
mempunyai
perfusi jaringan - Dapat mendeteksi secara dini
adekuat dengan tanda-anda peningkatan TIK,
kriteria hasil: misalnya hilangnya
autoregulasidapat mengikuti
a. Tingkat kerusakan vaskularisasi selenral
kesadaran lokal. Napas yang tidak teratur
normal dapat menunjukkan lokasi
(composmeti 2. Monitor TTV; adanya gangguan serebral.
s). TD, denyut
b. TTV nadi, suhu, - Posisi kepala dengan sudut 15-
Normal. minimal setiap 45o dari kaki akan
jam sampai meningkatkan dan
120
(TD: /80 memperlancar aliran balik vena
klien stabil.
mmHg, suhu: kepala sehingga mengurangi
36,5-37,50C, kongesti cerebrum, dan
Nadi: 80-100 mencegah penekanan pada
x/menit, RR: saraf medula spinalis yang
16-24 x/m) menambah TIK.
- Deman menandakan adanya
gangguan hipotalamus:
3. Tingggikan peningkatan kebutuhan
posisi kepala metabolik akan meningkatkan
dengan sudut TIK.
o
15-45 tanpa - Mencegah kelibahan cairan
bantal dan posisi yang dapat menambah edema
netral. serebri sehingga terjadi
peningkatan TIK.
- Mengurangi hipokremia yang
dapat meningkatkan
vasoditoksi cerebri, volume
darah dan TIK.
d. Manitol/glise
rol merupakan cairan
4. Monitor suhu hipertonis yang berguna untuk
dan atur suhu menarik cairan dari intreseluler
lingkungan dan ekstraseluler. Lasix untuk
sesuai indikasi. meningkatkan ekskresi natrium
Batasi dan air yang berguna untuk
pemakaian mengurangi edema otak.
selimut dan
kompres bila de
mam.
5. Monitor asupan
dan keluaran
setiap delapan
jam sekali.
6. Berikan O2
tambahan sesuai
indikasi.
1. Berikan obat-
obatan
antiedema
seperti manito,
gliserol dan
losix sesuai
indikasi.
5. Pertahankan
linen tetap
bersih dan bebas
kerutan
6. Bantu untuk
melalukan
latihan rentang
gerak aktif/pasif
7. Anjurkan klien
untuk tetap ikut
serta dalam
pemenuhan
kebutuhan ADL
sesuai
kemampuan
6.
Setelah
g 12. Observ a. Mengetahui
dilakukan
asi tanda-tanda saat terjadinya kejang untuk
asuhan
kejang, waktu antisipasi
keperawatan
selama 3X24
jam,
diharapkan
klien tidak
mengalami
cedera dengan
kriteria hasil:
a.
pemahaman
faktor yang
trlibat dalam
kemungkina
n cedera.
b.
perilaku ,
gaya hidup
untuk
menurunkan
faktor resiko
dan
melindungi
dari cedera
Mengubah
lingkungan
sesuai indikasi
untuk
meningkatkatk
an keamanan
Setelah
h 17. Pertah a. Menurunkan
dilakukan
asuhan
ankan teknik resiko terjadinya infeksi dan
keperawatan
aseptik dan kontaminasi silang
selama 3X24
teknik cuci
jam,
tangan yang
diharapkan
tepat bagi
klien tidak
pasien,
mengalami
pengunjung
infeksi dengan
maupun staf.
kriteria hasil:
a.
tanda-tanda
infeksi,
rubor, kalor,
dolor.
b.
36,5-37,5 oC
c.
penyembuha
n tepat
waktu
d.
dalam
intervensi
dalam
pencegahan
infeksi
PATHWAY
Kecelakaan, jatuh
CEDERA KEPALA
Peregangan Kompresi
Perubahan
duramen dan batang otak Bedrest Akumulasi
perfusi
pembuluh total cairan
jaringan
darah
serebral
Nyeri Bersihan
jalan napas
tidak efektif
Resti gangguan
integritas kulit
Gangguan
mobilisasi
fisik
KOMPRESI
BATANG OTAK
REFLEK MUNTAH
CHYNES
STOKES/ATAXI
A BREATHING
RESTI
KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
POLA NAPAS
TIDAK
EFEKTIF
B. KONSEP INTERVENSI
1. Terapi Murotal
Saat ini telah mulai dikembangkan intervensi-intervensi alternatif yang
merupakan complementary therapy untuk meningkatkan status
kesehatan, salah satunya adalah terapi suara atau terapi musik. Terapi
musik yang saat mulai dikembangkan adalah terapi murotal Al Quran.
Dengan demikian, mendengarkan bacaan Al Qur’an bisa
dipertimbangkan dan dikembangkan untuk menjadi salah satu terapi
suara dalam perawatan pasien cedera kepala. Sebagaimana dengan terapi
musik, rangsangan musik dapat membuka pintu komponen emosional
untuk kesadaran pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi verbal
dan jatuh dalam kondisi koma (Keafsey, 1997). Stimulus musik juga
akan memberikan pesan ke hipotalamus yang selanjutnya mengurangi
sekresi neuropeptida kemudiandilanjutkan ke sistem saraf otonom,
berkurangnya sekresi neuropeptida menyebabkan sistem saraf
parasimpatis pengaruhnya berada di atas sistem saraf simpatis sehingga
menghasilkan suatu kondisi relaks, keadaan ini juga menyebabkan
penurunan pelepasan katekolamin oleh medulla adrenal sehingga terjadi
penurunan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, hambatan pembuluh
darah dan komsumsi oksigen oleh tubuh.(Chiu & Kumar, 2003). Penulis
memberikan penjelasan tentang murotal Al Quran menggunakan terapi
musik karena bacaan Al Quran dianggap sama dengan terapi musik.
Seperti yang disampaikan oleh oleh Musbikin (2007) bahwa bacaan Al
Qur’an dengan murotal merupakan bacaan dengan irama yang teratur,
tidak ada perubahan yang mencolok, nada rendah dan tempo antara 60-
70, sesuai dengan standar musik sebagai terapi. Dengan demikian,
bacaan Al Quran dapat dibandingkan sama dengan irama musik. Bahkan
memiliki nilai spiritual yang jauh lebih besar daripada musik. Terapi
murotal dapat mempengaruhi hemodinamik (tekanan darah, nadi dan
respirasi) dan tingkat kesadaran pasien cedera kepala berdasarkan
0
penjelasan di atas. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengembangkan murotal AL Quran sebagai upaya untuk meningkatkan
status kesehatan dengan melakukan penelitian tentang pengaruh terapi
murotal terhadap hemodinamik dan tingkat kesadaran pasien cedera
kepala.
1
sehingga dapat mencegah kerusakan sel-sel saraf akibat iskemi . Dengan
demikian, kontribusi stimulasi sensori dalam meningkatkan nilai GCS
pasien cedera kepala, selain dengan membantu mengoptimalkan efek
terapeutik dari terapi standar dengan mengatasi efek samping yang
ditimbulkannya, juga melalui beberapa mekanisme neuroprotektif dari
stimulasi sensori. Stimulasi sensori merupakan bagian dari terapi
komplementer yang terbukti memberikan keuntungan dalam proses
pemulihan pasien cedera kepala. Selain memberikan rangsangan pada
sistem RAS dan area kortek otak, ia juga memiliki berbagai mekanisme
neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel otak akibat iskemi. Oleh
karena itu stimulasi sensori dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
intervensi keperawatan dalam upaya meningkatkan proses pemulihan
pasien cedera kepala yang ditandai dengan kenaikan nilai GCS.
2
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adanya pengaruh terapi murotal Al Qur’an terhadap nilai GCS
pada pasien cedera kepala di RS PKU Muhammadiyah Di Yogyakarta.
Tidak adanya pengaruh terapi murotal Al Qur’an terhadap frekuensi nadi,
respirasi dan tekanan darah sistolik diastolik.
B. SARAN
3
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. 1989. Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Car. 2 nd
ed. Philadelpia : F.A. Davis Company.
Firman Faradisi. 2012. Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan.
Jurnal diakses dari:
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/32622252/Efektivitas_Terapi_Murotal_dan
_Terapi_Musik_Klasik_terhadap_Penurunan.pdf?1387918072=&response-
content-
http://digilib.unisayogya.ac.id/2293/1/10-widaryati%20-final.pdf
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/175
4
5