Anda di halaman 1dari 40

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ANALISA JURNAL EBN


TERAPI MUROTAL ALQURAN TERHADAP
HEMODINAMIK DAN GCS PADA PASIEN CEDERA KEPALA

Di Susun Oleh:
RINA AFRIANI
NIM : 111192125

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kecacatan dan
kematian di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh American
Association of Neurological Surgeons pada tahun 1995, kurang lebih ada
500.000 kasus cedera kepala yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahun.
Dari jumlah tersebut, kira-kira 10% diantaranya meninggal dunia sebelum
tiba di rumah sakit (Japardi, 2004).
Tingkat kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator
kegawatan dan prognosis pada cedera kepala. Pada keadaan kritis pasien
mengalami perubahan psikologis dan fisiologis, oleh karena itu peran
perawat kritis merupakan posisi sentral untuk memahami semua
perubahan yang terjadi pada pasien, mengidentifikasi masalah
keperawatan dan tindakan yang akan diberikan pada pasien. Perubahan
fisiologis yang terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran antara lain
pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan pernafasan, kerusakan
mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas menelan, kemampuan
berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak & Gallo, 2002). Pengkajian
tingkat kesadaran secara kuantitatif yang biasa digunakan pada kondisi
emergensi atau kritis sebagian besar menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS).
Di Indonesia, ternyata cedera kepala juga merupakan salah satu
ancaman yang serius, ini dapat ditunjukkan dari data yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2007
bahwa cedera kepala menduduki urutan ke dua penyakit terbanyak
penderita rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia yang menyebabkan
kematian dengan case fatality rate (CFR) 4,37%. Dalam enam tahun
terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI Yogyakarta cukup
tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, tahun 2006 telah terjadi 1.039 kasus
kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2005 dan
setiap tahun sedikitnya 130 meninggal (12%) akibat kecelakaan lalu lintas
di DIY.

2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
murotal Al Quran terhadap hemodinamik dan tingkat kesadaran pasien
cedera kepala.
BAB II

ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal
Adapun judul jurnal utama adalah:
PENGARUH TERAPI MUROTAL AL QUR’AN TERHADAP
HEMODINAMIK DAN GCS PASIEN CEDERA KEPALA.
2. Peneliti
Widaryati.
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murotal Al
Quran terhadap hemodinamik dan tingkat kesadaran pasien cedera
kepala.
4. Populasi
Sampel penelitian sejumlah 12 pasien cedera kepala di RS PKU
Muhammadiyah di Yogyakarta yang menjadi kelompok intervensi
5. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Pra Eksperimental.
6. Instrumen yang digunakan
Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling.
Intervensi yang diberikan adalah terapi murotal Al Qur’an adalah
memperdengarkan murotal Al Qur’an gaya Abdullah Al Matrud.
7. Uji statistic yang digunakan
Analisis data menggunakan uji wilcoxon, karena data tidak
terdistribusi normal
B. Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal pendukung
Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi.
2. Peneliti
Firman Faradisi
3. Hasil penelitian
Pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien.
Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai
thitung sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak artinya
pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan
pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik dan murotal
diperoleh nilai thitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05) sehingga H0
ditolak artinya pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan
tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik.

C. Analisa PICO
1. Problem
Murotal Al Qur’an secara signifikan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai GCS. Walaupun disini mengalami peningkatan,
namun ini menunjukkan adanya perbaikan dikarenakan nilai GCS
terendah adalah 3 dan nilai GCS tertinggi adalah 15. Sehingga
walaupun terjadi peningkatan, itu berarti mengalami perbaikan tingkat
kesadaran.
2. Intervention
Intervensi yang diberikan adalah terapi murotal Al Qur’an adalah
memperdengarkan murotal Al Qur’an gaya Abdullah Al Matrud,
dengan tidak menentukan jenis surat, selama 30 menit 3 kali sehari
pada pasien cedera kepala. Sebelum dan sesudah perlakukan dilakukan
pengukuran hemodinamik dan penilaian GCS. Hemodinamik adalah
hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic, frekuensi nadi
dan frekuensi pernafasan. Nilai GCS adalah hasil penilaian tingkat
kesadaran pasien cedera kepala yang dilihat dari aspek kemampuan
membuka mata, kemampuan komunikasi verbal, dan kemampuan
motorik, dengan nilai dalam rentang 3-15.
3. Comparison
Jurnal pembanding yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Judul
PENGARUH STIMULASI SENSORI TERHADAP NILAI
GLASLOW COMA SCALE PADA PASIEN CEDERA
KEPALA DI RUANG NEUROSURGICAL CRITICAL CARE
UNIT RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.
2. Peneliti
1. Valentina Lumbantobing
2. Anastasia Ana
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala
di RSUP dr Hasan Sadikin BandungPenelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh terapi slow stroke back massage
dengan minyak essensial lavender terhadap penurunan
intensitas nyeri pada low back pain di Klinik Praktek Perawat
Latu Usadha.
4. Populasi
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden yang
terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (15
responden) dan perlakuan (15 responden).
5. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan
pendekatan Pretest-Posttest Control Group Design.
6. Instrumen yang digunakan
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan non
probability sampling jenis consecutive sampling.
7. Uji statistic yang digunakan
Perbedaan nilai GCS pada kelompok kontrol dan perlakuan
dianalisis dengan dependent t test. Sedangkan pengaruh
stimulasi sensori terhadap nilai GCS dianalisis dengan
menggunakan independet t test.
8. Hasil penelitian
Hasil uji statistik menunjukkan adanya pengaruh stimulasi
sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala primer
(p=0,041). Dampak dari penelitian ini adalah diharapkan
stimulasi sensori sebagai terapi non-farmakologi bisa
dipertimbangkan menjadi terapi komplementer dalam
penanganan pasien cedera kepala.
4. Outcome
Hasil analisis variable GCS diperoleh nilai signifikansi 0,04.
Sedangkan nilai signifikansi variable tekanan darah sistolik, diastolik,
frekuensi respirasi dan nadi lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan terapi murotal Al Qur’an berpengaruh terhadap nilai GCS,
namun tidak berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik dan diastolic,
frekuensi respirasi dan nadi.
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT
Cedera Kepala
1. DEFINISI
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi)
dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk
dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan
penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan
juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan
(Doenges, 1989). Kasan (2000) mengatakan cidera kepala adalah suatu
gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak.
Cedera kepala menurut Suriadi & Rita (2001) adalah suatu trauma
yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi
akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
Sedangkan menurut Satya (1998), cedera kepala adalah keadaan dimana
struktur lapisan otak dari lapisan kulit kepala tulang tengkorak, durameter,
pembuluh darah serta otaknya mengalami cidera baik yang trauma tumpul
maupun trauma tembus..

2. ETIOLOGI
1. Menurut Hudak dan Gallo (1996 : 108) mendiskripsikan bahwa
penyebab cedera kepala adalah karena adanya trauma yang dibedakan
menjadi 2 faktor yaitu :

a. Trauma primer
Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi
dan deselerasi)
b. Trauma sekunder
Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas,
hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi
sistemik.
2. Trauma akibat persalinan
3. Kecelakaan, kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil, kecelakaan
pada saat olahraga.
4. Jatuh
5. Cedera akibat kekerasan.

3. PATOFISIOLOGI
Menurut Markum (1999). trauma pada kepala
menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar, kerusakan yang
terjadi tergantung pada besarnya getaran makin besar getaran
makin besar kerusakan yang timbul, getaran dari benturan akan
diteruskan menuju Galia aponeurotika sehingga banyak energi
yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan
pembuluh darah robek sehingga akan menyebabkan haematoma
epidural, subdural, maupun intracranial, perdarahan tersebut juga
akan mempengaruhi pada sirkulasi darah ke otak menurun
sehingga suplay oksigen berkurang dan terjadi hipoksia jaringan
akan menyebabkan odema cerebral. Akibat dari haematoma diatas
akan menyebabkan distorsi pada otak, karena isi otak terdorong ke
arah yang berlawanan yang berakibat pada kenaikan T.I.K
(Tekanan Intra Kranial) merangsang kelenjar pituitari dan steroid
adrenal sehingga sekresi asam lambung meningkat akibatnya
timbul rasa mual dan muntah dan anaroksia sehingga masukan
nutrisi kurang (Satya, 1998).

4. MANIFESTASI KLINIK
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing
7. Nyeri kepala hebat
8. Terdapat hematoma
9. Kecemasan
10. Sukar untuk dibangunkan
11. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal

5. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma
kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya
cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Terapi obat-obatan.
a. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema
serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.
b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangi
vasodilatasi.
c. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol
20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
d. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin)
atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.
e. Pada trauma berat. karena hari-hari pertama didapat penderita
mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi
natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak
terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer
dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari
selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui
nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP).
f. Pembedahan bila ada indikasi.

6. PENGKAJIAN

a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.
c. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea /
takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala,
paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari
hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang
berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem
sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama
yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga
sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat
mempengaruhi prognosa klien.
d. Pengkajian persistem
1). Keadaan umum
2). Tingkat kesedaran : composmetis, apatis, somnolen,
sopor, koma
3). TTV
4). Sistem Pernapasan
Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi,
nafas bunyi ronchi.
5). Sistem Kardiovaskuler
Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut
nadi bradikardi kemudian takikardi.
6). Sistem Perkemihan
Inkotenensia, distensi kandung kemih
7). Sistem Gastrointestinal
Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami
perubahan selera
8). SistemMuskuloskeletal
Kelemahan otot, deformasi
9). Sistem Persarafan
Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope, tinitus,
kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan,
gangguan pengecapan .
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status
mental, perubahan pupil, kehilangan pengindraan,
kejang, kehilangan sensasi sebagian tubuh.
a. Nervus cranial
N.I : penurunan daya penciuman
N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan
penglihatan
N.III, N.IV, N.VI : penurunan lapang pandang, refleks
cahaya menurun, perubahan ukuran pupil, bola mta tidak
dapat mengikuti perintah, anisokor.
N.V : gangguan mengunyah
N.VII, N.XII :lemahnya penutupan kelopak mata,
hilangnya rasa pada 2/3 anterior lidah
N.VIII : penurunan pendengaran dan keseimbangan
tubuh
N.IX , N.X , N.XI jarang ditemukan

b. Skala Koma glasgow (GCS)


N KOMPONEN NILAI HASIL
O
1 Tidak berespon
2 Suara tidak dapat dimengerti, rintihan
3 Bicara kacau/kata-kata tidak tepat/tidak
1 VERBAL
nyambung dengan pertanyaan
4 Bicara membingungkan, jawaban tidak tepat
5 Orientasi baik
1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Fleksi abnormal
4 Menarik area nyeri
2 MOTORIK 5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
1 Tidak berespon
2 Rangsang nyeri
3 Dengan perintah (rangsang suara/sentuh)
3 Reaksi membuka 4 Spontan

mata (EYE)

c. Fungsi motorik
Setiap ekstremitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut
yang digunakan secara internasional :
RESPON SKALA
Kekuatan normal 5
Kelemahan sedang 4
Kelemahan berat (antigravity) 3
Kelemahan berat (not antigravity) 2
Gerakan trace 1
Tak ada gerakan 0

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi cairan
b. Pola napas tidak efektif b.d kerusakan pusat pernapasan di
medula oblongata
c. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d hiposksia
d. Perubahan persepsi sensori b.d defisit neorologis.
e. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan TIK.
f. Kerusakan mobilitas fisik b.d imobilitas.
g. Resti injury b.d kejang.
h. Resti infeksi b.d kontinuitas yang rusak
i. Resti gangguan intregritas fisik b.d imobilitas
j. Resti kekurangan volume cairan b.d mual-muntah
  
8. INTERVENSI KEPERAWATAN

N TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O.
Setelah 1. - Ronki, mengi menunjukan
a.
dilakukan jalan napas aktivitas sekret yang dapat
asuhan menimbulkan penggunaan otot-
keperawatan otot asesoris dan meningkatkan
selama 3X24 kerja pernapasan.
jam,
- Membantu memaksimalkan
diharapkan
ekspansi paru dan menurunkan
klien dapat
upaya pernapasan.
mempertahana
kan patensi 2. - Pengisapan dan membersihkan
napas dengan semifowler.
jalan napas dan akumulasi dari
kriteria hasil : sekret. Dilakukan dengan hati-
a. hati untuk menghindari
vesikuler terjadinya iritasi saluran dan
b. reflek vagal.
spuntum 3.
c. penghisapan - Posisi semi prone dapat
cairan lendir dengan membantu keluarnya sekret dan
adekuat. hati-hati selama mencegah aspirasi. Mengubah
10-15 menit. posisi untuk merangsang
Catat sifat-sifat, mobilisi sekret dari saluran
warna dan bau pernapasan.
sekret. Lakukan
- Membantu mengencerkan
bila tidak ada
sekret, meningkatkan
retak pada
pengeluaran sekret.
tulang basal dan
robekan dural. - Meningkatkan ventilasi dan
membuang sekret serta
4. relaksasi otot halus/spsponsne
semi bronkus.
pronelateral/miri
ng atau
terlentang setiap
dua jam.

5.
masukan cairan
sesuai
kemampuan
klien.
1. Berikan
bronkodilator IV
dan aerosol
sesuai indikasi.
b. Setelah 2. Pantau - Perubahan dapat menandakan
dilakukan frekuensi, irama awitan komplikasi pulmo atau
asuhan dan kedalaman menandakan luasnya
keperawatan pernapasan. keterlibatan otak. Pernapasan
selama 3X24 Catat lambat, periode aprea dapat
jam, ketidakteraturan menandakan perlunya ventilasi
diharapkan pernapasan. mekanis.
klien
mempunyai - Kemampuan mobilisasi penting
pola untuk pemeliharaaan jalan
pernapasan napas. Kehilangan reflek batuk
yang efektif menandakan perlunya jalan
dengan kriteria 3. Catat napas buatan/intubasi.
hasil: kompetensi
- Untuk memudahkan ekspansi
reflek GAG dan
a. paru dan menurunkan adanya
kemampuan
nomal kemugkinan lidah jatuh
untuk
(irama menutupi jalan napas.
melindungi jalan
teratur, RR = napas sendiri. - Mencegah atau menurunkan
16-24 atelektasis.
x/menit).
b. - Memaksimalkan O2 pada darah
pernapasan arteri dan membantu dalam
4. Tinggikan mencegah hipoksia.
cuping
kepala tempat
hidung.
tidur sesuai b. Mene
c.
indikasi. ntuka
dada
n
simetris.
kecu
d.
kupa
normal.
n
PH darah = 5. Anjurkan kllien
untuk bernapas perna
7,35-7,45.
dalam dan batuk pasan
PaO2 = 80-
efektif. ,
100 mmHg.
kesei
PaCO2 = 35- 6. Beri terapi O2
mban
45 mmHg. tambahan. gan
HCO3- = 22-26
asam
m.Eq/L
basa.
 Pantau analisa
gas darah,
tekanan
oksimetri.
c. Setelah 1. Kaji status - Hasil dari pengkajian dapat
dilakukan neurologis yang diketahui secara dini adanya
asuhan berhubungan tanda-tanda peningkatan TIK
keperawatan dengan tanda- sehingga dapat menentukn arah
selama 3X24 tanda tindakan selanjutnya serta
jam, peningkatan manfaat untuk menentukan
diharapkan TIK, terutama lokasi, perluasan dan
klien CGS. perkembangan keruskan SSP.
mempunyai
perfusi jaringan - Dapat mendeteksi secara dini
adekuat dengan tanda-anda peningkatan TIK,
kriteria hasil: misalnya hilangnya
autoregulasidapat mengikuti
a. Tingkat kerusakan vaskularisasi selenral
kesadaran lokal. Napas yang tidak teratur
normal dapat menunjukkan lokasi
(composmeti 2. Monitor TTV; adanya gangguan serebral.
s). TD, denyut
b. TTV nadi, suhu, - Posisi kepala dengan sudut 15-
Normal. minimal setiap 45o dari kaki akan
jam sampai meningkatkan dan
120
(TD: /80 memperlancar aliran balik vena
klien stabil.
mmHg, suhu: kepala sehingga mengurangi
36,5-37,50C, kongesti cerebrum, dan
Nadi: 80-100 mencegah penekanan pada
x/menit, RR: saraf medula spinalis yang
16-24 x/m) menambah TIK.
- Deman menandakan adanya
gangguan hipotalamus:
3. Tingggikan peningkatan kebutuhan
posisi kepala metabolik akan meningkatkan
dengan sudut TIK.
o
15-45 tanpa - Mencegah kelibahan cairan
bantal dan posisi yang dapat menambah edema
netral. serebri sehingga terjadi
peningkatan TIK.
- Mengurangi hipokremia yang
dapat meningkatkan
vasoditoksi cerebri, volume
darah dan TIK.
d. Manitol/glise
rol merupakan cairan
4. Monitor suhu hipertonis yang berguna untuk
dan atur suhu menarik cairan dari intreseluler
lingkungan dan ekstraseluler. Lasix untuk
sesuai indikasi. meningkatkan ekskresi natrium
Batasi dan air yang berguna untuk
pemakaian mengurangi edema otak.
selimut dan
kompres bila de
mam.

5. Monitor asupan
dan keluaran
setiap delapan
jam sekali.

6. Berikan O2
tambahan sesuai
indikasi.
1. Berikan obat-
obatan
antiedema
seperti manito,
gliserol dan
losix sesuai
indikasi.

d. Setelah 1. Kaji - Informasi yang penting untuk


dilakukan respon sensori keamanan kllien , semua sistem
asuhan terhadap panas sensori dapat terpengaruh
keperawatan atau dingin, raba dengan adanya perubahan yang
selama 3X24 atau sentuhan. melibatkan kemampuan untuk
jam, Catat menerima dan berespon sesuai
diharapkan perubahan- stimulus.
klien perubahan yang
mengalami terjadi. - Hasil pengkajian dapat
perubahan menginformasikan susunan
persepsi fungsi otak yang terkena dan
sensori dengan membantu intervensi sempurna.
kriteria hasil: - Merangsang kembali
a. kemampuan persepsi-sensori.
kesadaran - Gangguan persepsi sensori dan
normal. E4 2. Kaji buruknya keseimbangan dapat
M6V5. persepsi klien, meningkatkan resiko terjadinya
b. baik respon injury.
alat indera balik dan
baik. koneksi
kemampuan
Klien e. Pendekatan
klien
kooperatif antar disiplin
beroerientasi
kembali dan dapat
terhadap orang,
dapat menciptakan
tempat dan
berorientasi rencana
waktu.
pada orang, penatalaksana
waktu dan an
3. Berikan terintregasi
tempat. yang
stimulus yang berfokus
berarti saat pada
penurunan peningkatan
kesadaran. evaluasi, dan
fungsi fisik,
4. Berikan kognitif dan
keamanan klien ketrampilan
dengan perseptual.
pengamanan sisi
tempat tidur,
bantu latihan
jalan dan
lindungi dari
cidera.
o Rujuk pada ahli
fisioterapi ,
terapi deuposi,
wicara, terapi
kognitif.

e. Setelah 1. Tentukan - Informasi akan memberikan


dilakukan riwayat nyeri, data dasar untuk membantu
asuhan lokasi, dalam menentukan
keperawatan intensitas, pilihan/keeferktifan intervensi.
selama 3X24 keluhan dan
jam, nyeri durasi. - Perubahan TTV merupakan
berkurang atau indikator nyeri.
terkendali 2. Monitor - Meningkatkan dan melancarkan
dengan kriteria TTV. aliran balik darah vena dari
hasil: kepala sehingga dapat
mengurangi edema dan TIK.
a.
nyeri 3. Buat posisi - Latihan napas dapat membantu
terkontrol. kepala lebih pemasukan O2 kebih banyak ,
b. tinggi (15-45o). terutama untuk oksigenasi otot.
tenang, tidak
gelisah. 7. Respon yang tidak
menyenangkan
Pasien dapat menambah ketegagngan
cukup istirahat. saraf dan mamase akan
4. Ajarkan mengalihkan rengsang
latihan teknik terhadap nyeri.
relaksasi seperti
latihan napas
dalam.
c. Kura
ngi stimulus
yang tidak
menyenangkan
dari luas dan
berikan tindakan
yang
menyenangkan
seperti masase.

f.. Setelah 1. Periksa kembali - Mengidentifikasi


dilakukan kemampuan dan kemungkinan kerusakan yang
asuhan keadaan secara terjadi secara fungsional dan
keperawatan fungsional pada mempengaruhi pilihan
selama 3X24 kerusakan yang intervensi yang akan dilakukan
jam, terjadi
diharapkan - Seseorang dalam setiap
klien mampu kategori mempunyai resiko
melakukan kecelakaan, namun dengan
aktifitas fisik 2. Kaji kategori nilai 2-4 menpunyai
tingkat
dan ADL resiko yang terbesar untuk
kemampuan
dengan kriteria terjadinya bahaya.
mobilitas
hasil: dengan skala 0-
4
a.
pulih 0: Klien tidak
kembali bergantung
pasca akut orang lain.
dalam 1: Klien butuh
mempertaha sedikit
nkan fungsi bantuan.
gerak. 2: Klien butuh
b. bantuan - Dapat meningkatkan sirkulasi
komplikasi , sederhana. seluruh tubuh dan mencegah
seperti 3: Klien butuh adanya tekanan pada organ
dekubitus, bantuan atau yang menonjol.
bronkopnem peralatan
onia yang banyak.
tromboplebit 4: Klien butuh - Mempertahankan fungsi sendi
is dan sangat dan mencegah resiko
kontraktur bergantung tromboplebitis.
sendi. pada orang - Meningkatkan sirkulasi dan
lain. meningkatkan elastisitas kulit
Mampu dan menurunkan resiko
mempertahank terjadinya ekskariasi kilit
3. Atur posisi klien
an
dan ubah posisi - Mempertahankan mobilisasi
keseimbangan
secara teratur dan fungsi sendi/posisi normal
fungsi tubuh.
tiap dua jam ekstremitas dan menurunkan
sekali bila tidak terjadinya vena statis
ada kejang atau
setelah empat 8. Meningkatkan
jam pertama. kesembuhan dan
membentuk kekuatan
4. Bantu klien otot
melakukan
gerakan sendi
secara teratur.

5. Pertahankan
linen tetap
bersih dan bebas
kerutan

6. Bantu untuk
melalukan
latihan rentang
gerak aktif/pasif

7. Anjurkan klien
untuk tetap ikut
serta dalam
pemenuhan
kebutuhan ADL
sesuai
kemampuan
6.

Setelah
g 12. Observ a. Mengetahui
dilakukan
asi tanda-tanda saat terjadinya kejang untuk
asuhan
kejang, waktu antisipasi
keperawatan
selama 3X24
jam,
diharapkan
klien tidak
mengalami
cedera dengan
kriteria hasil:
a.
pemahaman
faktor yang
trlibat dalam
kemungkina
n cedera.
b.
perilaku ,
gaya hidup
untuk
menurunkan
faktor resiko
dan
melindungi
dari cedera
Mengubah
lingkungan
sesuai indikasi
untuk
meningkatkatk
an keamanan

13. Pertah a. Menurunkan


ankan terjadinya trauma
penghalang
tempat tidur
terpasang

14. Jauhka a. Menurunkan


n benda-benda terjadinya trauma
yang dapat
melukai klien

15. Pertah a. Menurunkan


ankan agar lidah terjadinya trauma
tidak tergigit

16. Berika a. Mengendalik


n obat sesuai an kejang
dengan indikasi,
misal
antikonvulsan

Setelah
h 17. Pertah a. Menurunkan
dilakukan
asuhan
ankan teknik resiko terjadinya infeksi dan
keperawatan
aseptik dan kontaminasi silang
selama 3X24
teknik cuci
jam,
tangan yang
diharapkan
tepat bagi
klien tidak
pasien,
mengalami
pengunjung
infeksi dengan
maupun staf.
kriteria hasil:
a.
tanda-tanda
infeksi,
rubor, kalor,
dolor.
b.
36,5-37,5 oC
c.
penyembuha
n tepat
waktu
d.
dalam
intervensi
dalam
pencegahan
infeksi

Pantau suhu secara Peningkatan suhu merupakan


teratur salah satu indikator terjadinya
infeksi
Ubah posisi klien Mencegah kerusakan kulit
dengan sering.
Pertahankan linen
tetap kering dan
bebas dari kerutan.
Batasi/hindari Menurunkan resiko kontaminasi
prosedur invansif
Beri antibiotik Mengidentifikasi infeksi
sesuai indikasi
i.. Setelah Inspeksi seluruh Kulit biasanya cenderung rusak
dilakukan area kulit. Catat karena perubahan sirkulasi
asuhan adanya kemerahan perifer, tekanan
keperawatan
selama 3X24
jam,
diharapkan
klien tidak
mengalami
infeksi dengan
kriteria hasil:
a. Mengidentifi
kasi faktor
resiko
individual.
b. Mengungkap
kan
pemahaman
tentang
kebutuhan
tindakan
Berpartisipasi
pada tingkat
kemampuan
untuk
mencegah
kerusakan
kulit.
Lakukan perubahan Meningkatkan sirkulasi pada kulit
posisi sesering dan mengurangi tekanan pada
mungkin daerah tulang yang menonjol
Pertahankan linen mengurangi/mencegah adanya
tetap kering, bersih iritasi kulit
dan bebas kerutan
Tinggikan Meningkatkan arus balik vena,
ekstremitas bawah mencegah/mengurangi
secara periodik pembentukan edema
Masase penonjolan Meningkatkan sirkulasi ke
tulang dengan jaringan, meningkatkan tonus
lembut vaskuler dan mengurangi edema
menggunakan jaringan
krim/lotion
j. Setelah Ukur haluaran dan Penurunan haluaran urin dan BJ
dilakukan BJ urin. Catat akan menyebabkan hipovolemia.
asuhan ketidakseimbangan
keperawatan input dan output.
selama 3X24
jam,
diharapkan
klien tidak
mengalami
infeksi dengan
kriteria hasil:
a. TTV dalam
batas normal
TD 120/80
mmHg, nadi
60-
100x/menit,
suhu 36,5-
37,5 oC, RR
16-
24x/menit
b. Nadi perifer
teraba kuat
c. Haluaran urin
adekuat

Dorong masukan Memperbaiki kebutuhan cairan


cairan peroral
sesuai toleransi
Pantau tekanan Pengurangan dalam sirkulasi
darah dan denyut volume cairan dapat mengurangi
jantung tekanan darah, mekanisme
kompensasi awal takikardi untuk
meningkatkan curah jantung dan
tekanan darah sistemik
Palpasi denyut Denyut yang lemah, mudah
perifer hilang dapat menyebabkan
hipovolemi
Kaji membran Merupakan indikator dari
mukosa, turgor kekurangan volume cairan dan
kulit, dan rasa haus sebagai pedoman untuk
penatalaksaan rehidrasi
Berikan tambahan Memperbaiki kebutuhan cairan
cairan parenteral
sesuai indikasi
Setelah dilakukan 9. Pantau frekuensi, - Perubahan dapat
asuhan keperawatan irama dan kedalaman menandakan awitan
selama 3X24 jam, pernapasan. Catat komplikasi pulmo
diharapkan klien ketidakteraturan atau menandakan
mempunyai pola pernapasan. luasnya keterlibatan
pernapasan yang efektif otak. Pernapasan
dengan kriteria hasil: lambat, periode aprea
dapat menandakan
f. Pola perlunya ventilasi
napas nomal (irama mekanis.
teratur, RR = 16-24 10. Catat kompetensi
x/menit). reflek GAG dan - Kemampuan
g. Tida kemampuan untuk mobilisasi penting
k ada pernapasan melindungi jalan napas untuk pemeliharaaan
cuping hidung. sendiri. jalan napas.
h. Perg Kehilangan reflek
erakan dada simetris. batuk menandakan
i. Nila perlunya jalan napas
i GDA normal. buatan/intubasi.
11. Tinggikan kepala
PH darah = 7,35-
tempat tidur sesuai - Untuk memudahkan
7,45.
indikasi. ekspansi paru dan
PaO2 = 80-100
mmHg. menurunkan adanya
PaCO2 = 35-45 kemugkinan lidah
jatuh menutupi jalan
mmHg. 12. Anjurkan kllien
napas.
HCO3- = 22-26 untuk bernapas dalam
m.Eq/L dan batuk efektif. - Mencegah atau
13. Beri terapi O2 menurunkan
tambahan. atelektasis.
- Memaksimalkan O2
pada darah arteri dan
14. Pantau analisa membantu dalam
gas darah, tekanan mencegah hipoksia.
oksimetri.
- Menentukan
kecukupan
pernapasan,
keseimbangan asam
basa.

Setelah dilakukan 1. Kaji status neurologis - Hasil dari pengkajian


asuhan keperawatan yang berhubungan dapat diketahui secara
selama 3X24 jam, dengan tanda-tanda dini adanya tanda-
diharapkan klien peningkatan TIK, tanda peningkatan
mempunyai perfusi terutama CGS. TIK sehingga dapat
jaringan adekuat dengan menentukn arah
kriteria hasil: tindakan selanjutnya
serta manfaat untuk
c. Tingkat kesadaran menentukan lokasi,
normal perluasan dan
(composmetis). perkembangan
d. TTV Normal. keruskan SSP.
(TD: 120/80 mmHg,
suhu: 36,5-37,50C, 2. Monitor TTV; TD, - Dapat mendeteksi
Nadi: 80-100 x/menit, denyut nadi, suhu, secara dini tanda-anda
RR: 16-24 x/m) minimal setiap jam peningkatan TIK,
sampai klien stabil. misalnya hilangnya
autoregulasidapat
mengikuti kerusakan
vaskularisasi selenral
lokal. Napas yang
tidak teratur dapat
menunjukkan lokasi
adanya gangguan
serebral.
3. Tingggikan posisi
kepala dengan sudut - Posisi kepala dengan
15-45o tanpa bantal sudut 15-45o dari
kaki akan
meningkatkan dan
memperlancar aliran
balik vena kepala
sehingga mengurangi
kongesti cerebrum,
dan mencegah
penekanan pada saraf
medula spinalis yang
menambah TIK.
- Deman menandakan
dan posisi netral. adanya gangguan
hipotalamus:
peningkatan
kebutuhan metabolik
akan meningkatkan
TIK.
- Mencegah kelibahan
cairan yang dapat
menambah edema
4. Monitor suhu dan atur
serebri sehingga
suhu lingkungan sesuai
terjadi peningkatan
indikasi. Batasi
TIK.
pemakaian selimut dan
kompres bila de mam. - Mengurangi
hipokremia yang
dapat meningkatkan
5. Monitor asupan dan vasoditoksi cerebri,
keluaran setiap volume darah dan
delapan jam sekali. TIK.
- Manitol/gliserol
merupakan cairan
hipertonis yang
6. Berikan O2 tambahan berguna untuk
sesuai indikasi. menarik cairan dari
intreseluler dan
ekstraseluler. Lasix
untuk meningkatkan
ekskresi natrium dan
air yang berguna
7. Berikan obat-obatan untuk mengurangi
antiedema seperti edema otak.
manito, gliserol dan
losix sesuai indikasi.

Setelah dilakukan 5. Kaji respon - Informasi yang


asuhan keperawatan sensori terhadap panas penting untuk
selama 3X24 jam, atau dingin, raba atau keamanan kllien ,
diharapkan klien sentuhan. Catat semua sistem sensori
mengalami perubahan perubahan-perubahan dapat terpengaruh
persepsi sensori dengan yang terjadi. dengan adanya
kriteria hasil: perubahan yang
melibatkan
c. Ting kemampuan untuk
kat kesadaran normal. menerima dan
E4 M6V5. berespon sesuai
d. Fun
stimulus.
gsi alat-alat indera
baik. - Hasil pengkajian
e. Klie dapat
n kooperatif kembali menginformasikan
dan dapat berorientasi susunan fungsi otak
pada orang, waktu yang terkena dan
dan tempat. 6. Kaji persepsi
membantu intervensi
klien, baik respon balik
sempurna.
dan koneksi
kemampuan klien - Merangsang kembali
beroerientasi terhadap kemampuan persepsi-
orang, tempat dan sensori.
waktu.
- Gangguan persepsi
sensori dan buruknya
7. Berikan stimulus keseimbangan dapat
yang berarti saat meningkatkan resiko
penurunan kesadaran. terjadinya injury.
8. Berikan
keamanan klien
dengan pengamanan - Pendekatan antar
sisi tempat tidur, bantu disiplin dapat
latihan jalan dan menciptakan rencana
lindungi dari cidera. penatalaksanaan
terintregasi yang
9. Rujuk pada ahli berfokus pada
fisioterapi , terapi peningkatan evaluasi,
deuposi, wicara, terapi dan fungsi fisik,
kognitif. kognitif dan
ketrampilan
perseptual.

Setelah dilakukan 5. Tentukan riwayat - Informasi akan


asuhan keperawatan nyeri, lokasi, memberikan data
selama 3X24 jam, nyeri intensitas, keluhan dan dasar untuk
berkurang atau durasi. membantu dalam
terkendali dengan menentukan
kriteria hasil: 6. Monitor TTV. pilihan/keeferktifan
intervensi.
c. Pela
poran nyeri - Perubahan TTV
terkontrol. 7. Buat posisi merupakan indikator
d. Pasi kepala lebih tinggi (15- nyeri.
o
en tenang, tidak 45 ).
- Meningkatkan dan
gelisah.
melancarkan aliran
e. Pasi
balik darah vena dari
en dapat cukup
kepala sehingga dapat
istirahat.
mengurangi edema
8. Ajarkan latihan dan TIK.
teknik relaksasi seperti
- Latihan napas dapat
membantu pemasukan
O2 kebih banyak ,
terutama untuk
latihan napas dalam. oksigenasi otot.
- Respon yang tidak
menyenangkan
9. Kurangi stimulus menambah
yang tidak ketegagngan saraf dan
menyenangkan dari mamase akan
luas dan berikan mengalihkan
tindakan yang rengsang terhadap
menyenangkan seperti nyeri.
masase.

Setelah dilakukan 8. Periksa kembali - Mengiden


asuhan keperawatan kemampuan dan tifikasi kemungkinan
selama 3X24 jam, keadaan secara kerusakan yang terjadi
diharapkan klien fungsional pada secara fungsional dan
mampu melakukan kerusakan yang terjadi mempengaruhi pilihan
aktifitas fisik dan ADL intervensi yang akan
dengan kriteria hasil: dilakukan
c. Klie - Seseorang dalam
9. Kaji tingkat
n mampu pulih setiap kategori
kemampuan mobilitas
kembali pasca akut mempunyai resiko
dengan skala 0-4
dalam kecelakaan, namun
mempertahankan 0: Klien tidak dengan kategori nilai
fungsi gerak. bergantung orang lain. 2-4 menpunyai resiko
d. Tida 1: Klien butuh sedikit yang terbesar untuk
k terjadi komplikasi , bantuan. terjadinya bahaya.
seperti dekubitus, 2: Klien butuh bantuan
bronkopnemonia sederhana.
tromboplebitis dan 3: Klien butuh bantuan
kontraktur sendi. atau peralatan yang
e. Ma banyak.
mpu 4: Klien butuh sangat
mempertahankan bergantung pada
keseimbangan fungsi orang lain.
tubuh.

10. Atur posisi klien - Dapat meningkatkan


dan ubah posisi secara sirkulasi seluruh
teratur tiap dua jam tubuh dan mencegah
sekali bila tidak ada adanya tekanan pada
kejang atau setelah organ yang menonjol.
empat jam pertama.
11. Bantu klien - Mempertahankan
melakukan gerakan fungsi sendi dan
sendi secara teratur. mencegah resiko
tromboplebitis.
- Meningkatkan
12. Pertahankan
sirkulasi dan
linen tetap bersih dan
meningkatkan
bebas kerutan
elastisitas kulit dan
menurunkan resiko
terjadinya ekskariasi
kilit
- Mempertahankan
13. Bantu untuk mobilisasi dan fungsi
melalukan latihan sendi/posisi normal
rentang gerak ekstremitas dan
aktif/pasif menurunkan
terjadinya vena statis
- Meningkatkan
kesembuhan dan
14. Anjurkan klien membentuk kekuatan
untuk tetap ikut serta otot
dalam pemenuhan
kebutuhan ADL sesuai
kemampuan

Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda - Mengetah


asuhan keperawatan kejang, waktu ui saat terjadinya
selama 3X24 jam, kejang untuk
diharapkan klien tidak antisipasi
mengalami cedera 2. Pertahankan - Menurun
dengan kriteria hasil: penghalang tempat kan terjadinya trauma
c. Pern tidur terpasang
yataan pemahaman 3. Jauhkan benda-benda - Menurun
faktor yang trlibat yang dapat melukai kan terjadinya trauma
dalam kemungkinan klien
cedera. 4. Pertahankan agar lidah - Menurun
d. Men tidak tergigit kan terjadinya trauma
unjukkan perilaku , 5. Berikan obat sesuai - Mengend
gaya hidup untuk dengan indikasi, misal alikan kejang
menurunkan faktor antikonvulsan
resiko dan
melindungi dari
cedera
e. Men
gubah lingkungan
sesuai indikasi untuk
meningkatkatkan
keamanan
Setelah dilakukan 2. Pertahankan - Menurun
asuhan keperawatan teknik aseptik dan kan resiko terjadinya
selama 3X24 jam, teknik cuci tangan infeksi dan
diharapkan klien tidak yang tepat bagi pasien, kontaminasi silang
mengalami infeksi pengunjung maupun
dengan kriteria hasil: staf.
e. Tida 3. Pantau suhu - Peningkat
k ada tanda-tanda secara teratur an suhu merupakan
infeksi, rubor, kalor, salah satu indikator
dolor. terjadinya infeksi
f. Suh 4. Ubah posisi klien - Mencega
u tubuh 36,5-37,5 oC dengan sering. h kerusakan kulit
g. Men Pertahankan linen tetap
capai penyembuhan kering dan bebas dari
tepat waktu kerutan.
h. Ber 5. Batasi/hindari - Menurun
partisipasi dalam prosedur invansif kan resiko
intervensi dalam kontaminasi
pencegahan infeksi 6. Beri antibiotik - Mengiden
sesuai indikasi tifikasi infeksi
Setelah dilakukan 1. Inspeksi seluruh area - Kulit
asuhan keperawatan kulit. Catat adanya biasanya cenderung
selama 3X24 jam, kemerahan rusak karena
diharapkan klien tidak perubahan sirkulasi
mengalami infeksi perifer, tekanan
dengan kriteria hasil: 2. Lakukan perubahan - Meningka
a. Mengidentifikasi posisi sesering tkan sirkulasi pada
faktor resiko mungkin kulit dan mengurangi
individual. tekanan pada daerah
b. Mengungkapkan tulang yang menonjol
pemahaman tentang 3. Pertahankan linen tetap - menguran
kebutuhan tindakan kering, bersih dan gi/mencegah adanya
c. Berpartisipasi pada bebas kerutan iritasi kulit
tingkat kemampuan 4. Tinggikan ekstremitas - Meningka
untuk mencegah bawah secara periodik tkan arus balik vena,
kerusakan kulit. mencegah/mengurangi
pembentukan edema
5. Masase penonjolan - Meningka
tulang dengan lembut tkan sirkulasi ke
menggunakan jaringan,
krim/lotion meningkatkan tonus
vaskuler dan
mengurangi edema
jaringan
Setelah dilakukan 1. Ukur haluaran - Penuruna
asuhan keperawatan dan BJ urin. Catat n haluaran urin dan BJ
selama 3X24 jam, ketidakseimbangan akan menyebabkan
diharapkan klien tidak input dan output. hipovolemia.
mengalami infeksi 2. Dorong masukan - Memperb
dengan kriteria hasil: cairan peroral sesuai aiki kebutuhan cairan
d. TTV toleransi
dalam batas normal 3. Pantau tekanan - Penguran
TD 120/80 mmHg, darah dan denyut gan dalam sirkulasi
nadi 60-100x/menit, jantung volume cairan dapat
suhu 36,5-37,5 oC, mengurangi tekanan
RR 16-24x/menit darah, mekanisme
e. Nadi kompensasi awal
perifer teraba kuat takikardi untuk
f. Haluara meningkatkan curah
n urin adekuat jantung dan tekanan
darah sistemik
4. Palpasi denyut - Denyut
perifer yang lemah, mudah
hilang dapat
menyebabkan
hipovolemi
5. Kaji membran - Merupaka
mukosa, turgor kulit, n indikator dari
dan rasa haus kekurangan volume
cairan dan sebagai
pedoman untuk
penatalaksaan
rehidrasi
6. Berikan - Memperb
tambahan cairan aiki kebutuhan cairan
parenteral sesuai
indikasi

PATHWAY

Kecelakaan, jatuh

CEDERA KEPALA

Ekstra kranial Tulang kranial Intrakranial

Terputusnya kontinuitas Terputusnya Jaringan otak rusak


jaringan kulit, otot dan kontinuitas jaringan (kontusio, laserasi)
vaskuler tulang
Perubahan
outoregulasi
-Perdarahan Gangguan Resti
suplai darah infeksi
-Hematoma Kejang

Peningkatan TIK Iskemia


Resti injuri Penurunan
Hipoksia kesadaran

Peregangan Kompresi
Perubahan
duramen dan batang otak Bedrest Akumulasi
perfusi
pembuluh total cairan
jaringan
darah
serebral

Nyeri Bersihan
jalan napas
tidak efektif
Resti gangguan
integritas kulit
Gangguan
mobilisasi
fisik

KOMPRESI
BATANG OTAK

HIPOTALAMUS MENEKAN PUSAT MENEKAN N.II MELAMAHNYA


SARAF DI MEDULA RANGSANG
OBLONGATA PERNAPASAN
TEMPERATUR PAPILEDEMA
TIDAK
TERKONTROL AKTIVASI GANGGUAN PCo2 Dalam Darah
CEMORESEPTOR PERSEPSI SENSORI : Meningkat
TRINGER ZONE PENGLIHATAN
HIPERTERMIa (CTZ)
TERJADI
VASODILATASI
STIMULASI
RESEPTOR
ASIDOSIS
LAMBUNG
Respiratori

REFLEK MUNTAH
CHYNES
STOKES/ATAXI
A BREATHING
RESTI
KEKURANGAN
VOLUME CAIRAN
POLA NAPAS
TIDAK
EFEKTIF
B. KONSEP INTERVENSI
1. Terapi Murotal
Saat ini telah mulai dikembangkan intervensi-intervensi alternatif yang
merupakan complementary therapy untuk meningkatkan status
kesehatan, salah satunya adalah terapi suara atau terapi musik. Terapi
musik yang saat mulai dikembangkan adalah terapi murotal Al Quran.
Dengan demikian, mendengarkan bacaan Al Qur’an bisa
dipertimbangkan dan dikembangkan untuk menjadi salah satu terapi
suara dalam perawatan pasien cedera kepala. Sebagaimana dengan terapi
musik, rangsangan musik dapat membuka pintu komponen emosional
untuk kesadaran pasien yang tidak bisa melakukan komunikasi verbal
dan jatuh dalam kondisi koma (Keafsey, 1997). Stimulus musik juga
akan memberikan pesan ke hipotalamus yang selanjutnya mengurangi
sekresi neuropeptida kemudiandilanjutkan ke sistem saraf otonom,
berkurangnya sekresi neuropeptida menyebabkan sistem saraf
parasimpatis pengaruhnya berada di atas sistem saraf simpatis sehingga
menghasilkan suatu kondisi relaks, keadaan ini juga menyebabkan
penurunan pelepasan katekolamin oleh medulla adrenal sehingga terjadi
penurunan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, hambatan pembuluh
darah dan komsumsi oksigen oleh tubuh.(Chiu & Kumar, 2003). Penulis
memberikan penjelasan tentang murotal Al Quran menggunakan terapi
musik karena bacaan Al Quran dianggap sama dengan terapi musik.
Seperti yang disampaikan oleh oleh Musbikin (2007) bahwa bacaan Al
Qur’an dengan murotal merupakan bacaan dengan irama yang teratur,
tidak ada perubahan yang mencolok, nada rendah dan tempo antara 60-
70, sesuai dengan standar musik sebagai terapi. Dengan demikian,
bacaan Al Quran dapat dibandingkan sama dengan irama musik. Bahkan
memiliki nilai spiritual yang jauh lebih besar daripada musik. Terapi
murotal dapat mempengaruhi hemodinamik (tekanan darah, nadi dan
respirasi) dan tingkat kesadaran pasien cedera kepala berdasarkan

0
penjelasan di atas. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengembangkan murotal AL Quran sebagai upaya untuk meningkatkan
status kesehatan dengan melakukan penelitian tentang pengaruh terapi
murotal terhadap hemodinamik dan tingkat kesadaran pasien cedera
kepala.

2. Pemberian Stimulasi Sensori

Pemberian stimulasi sensori yang dilakukan dengan memberikan


stimulasi melalui daerah mulut pada hewan tikus menunjukan adanya
perbaikan sistem aliran darah dimana stimulasi tersebut mampu
mengembalikan darah ke dalam sistem sirkulasi korteks yang secara
efektif mengkompensasi adanya sumbatan yang dapat menyebabkan stroke
(Society for Neuroscience, 2010). Menurut (Strotmann dkk., 1999)
stimulasi sensori olfaktori melalui aroma terapi dapat menstimulasi
pengeluaran G-Protein sehingga dapat meningkatkan antibodi, penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang ditemukan oleh (Takeda dkk., 2008)
bahwa dengan memberikan rangsangan melalui olfaktori terhadap 13
orang dewasa dapat merilekskan tubuh, sekretori imunoglobulin
meningkat, melancarkan peredaran darah. Penelitian lain yang menemukan
bahwa stimulasi pada organ pendengaran terbukti dapat merangsang sel-
sel saraf di otak dimana dengan perangsangan melalui terapi musik yang
diberikan pada pasien trauma kepala berat dapat meningkatkan status
kesadaran pasien (Asrin, 2007). Salah satu terapi yang diberikan pada
pasien dengan cedera kepala adalah dengan memberikan neuroprotektor.
Tujuan pemberian neuroprotektor adalah menyelematkan jaringan yang
terkena iskemia, membatasi area yang infark agar tidak meluas,
memperlama time window, dan meminimalisir cedera reperfusi. Efek
neuroprotektif lain dari stimulasi sensori adalah penghambatan
pengeluaran glutamate. Penelitian Pang.J, dkk (2003) stimulasi sensori
dapat menghambat terajadinya hiperemia dan pengeluaran glutamat,

1
sehingga dapat mencegah kerusakan sel-sel saraf akibat iskemi . Dengan
demikian, kontribusi stimulasi sensori dalam meningkatkan nilai GCS
pasien cedera kepala, selain dengan membantu mengoptimalkan efek
terapeutik dari terapi standar dengan mengatasi efek samping yang
ditimbulkannya, juga melalui beberapa mekanisme neuroprotektif dari
stimulasi sensori. Stimulasi sensori merupakan bagian dari terapi
komplementer yang terbukti memberikan keuntungan dalam proses
pemulihan pasien cedera kepala. Selain memberikan rangsangan pada
sistem RAS dan area kortek otak, ia juga memiliki berbagai mekanisme
neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel otak akibat iskemi. Oleh
karena itu stimulasi sensori dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
intervensi keperawatan dalam upaya meningkatkan proses pemulihan
pasien cedera kepala yang ditandai dengan kenaikan nilai GCS.

2
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adanya pengaruh terapi murotal Al Qur’an terhadap nilai GCS
pada pasien cedera kepala di RS PKU Muhammadiyah Di Yogyakarta.
Tidak adanya pengaruh terapi murotal Al Qur’an terhadap frekuensi nadi,
respirasi dan tekanan darah sistolik diastolik.

B. SARAN

Agar perawat menggunakan terapi murotal Al Qur’an untuk


mengintervensi pasien cedera kepala sehingga dapat mempercepat
peningkatan kesadaran pasien. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
menentukan pengaruh murotal Qur’an terhadap hemodinamik pasien
.

3
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. 1989. Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Car. 2 nd
ed. Philadelpia : F.A. Davis Company.

Long; B and Phipps W. 1985. Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing


Process Approach. St. Louis : Cv. Mosby Company.

Firman Faradisi. 2012. Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan.
Jurnal diakses dari:

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/32622252/Efektivitas_Terapi_Murotal_dan
_Terapi_Musik_Klasik_terhadap_Penurunan.pdf?1387918072=&response-
content-

Diperoleh pada tanggal 15 September 2020

Widaryati. 2016. Pengaruh Terapi Murotal Al Quran Terhadap Hemodinamik


Dan GCS Pasien Cedera Kepala. Jurnal diakses dari :

http://digilib.unisayogya.ac.id/2293/1/10-widaryati%20-final.pdf

Diperoleh pada tanggal 15 September 2020

Valentina B.M.L, dkk. 2015. Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai


Glasgow Coma Scale Pada Pasien Cedera Kepala Di Ruang Neurosurgical
Critical Care Unit RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Diakses dari:

https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/175

Diperoleh pada tanggal 15 September 2020

4
5

Anda mungkin juga menyukai