Anda di halaman 1dari 26

ANALISA JURNAL EBN (EVIDENCE BASED NURSING)

PENGARUH KOMPRES HANGAT JAHE TERHADAP PENURUNAN


SKALA NYERI ARTRITIS REUMATOID
PADA LANSIA DI DESA LAU RAKIT DUSUN II
KECAMATAN STM HILIR KAB. DELI SERDANG

Dosen Pengajar : Wasijati, SKp., Msi., M.Kep

Proposal Ini Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Nama : Muhamad Safei
NIM : 11212083

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGRAM PENDIDIKAN SI KEPERAWATAN
NON REGULER STIKES PERTAMEDIKA
JAKARTA 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah Analisa
Jurnal EBN yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid pada lansia di Desa Lau Rakit Dusun
II Kecamataaaaan STM Hilir Kab Delli Serdang“
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Medikal
Bedah dalam Program Studi Pendidikan S1 Keperawatan Non Regular di
STIKes PERTAMEDIKA. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat dapat menambah, memperluas, dan
memperkaya pengetahuan perawat tentang bagaimana menerapkan intervensi
tersebut sebagai evidence base nursing terutama dalam Keperawatan Medikal
Bedah. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu Kelompok berterimakasih bila terdapat masukan yang
konstruktif sebagai perbaikan tugas berikutnya.

Jakarta, 28 oktober 2021

Penulis

Muhamad safei

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BA B I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Tujuan..................................................................................... 4

BAB II ANALISA JURNAL..................................................................... 6

A. Jurnal Utama .......................................................................... 6


B. Jurnal Pendukung................................................................... 6
C. Analisa Pico ........................................................................... 7

BAB III TINJAUAN TEORITIS ................................................................ 9

A. Kompres Hangat Jahe............................................................. 9


B. Nyeri....................................................................................... 10
C. Rematik................................................................................... 13
D. Lansia...................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 21

A. Kesimpulan............................................................................. 21

B. Saran....................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit rematik dan keradangan sendi merupakan penyakit yang


banyak dijumpai di masyarakat, khususnya pada orang yang berumur 40
tahun keatas. Lebih dari 40 persen dari golongan umur tersebut menderita
keluhan nyeri sendi otot. Dalam hal ini masalah rematik dipandang sebagai
salah satu masalah kesehatan utama sejak tahun 2000 (Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara,2010). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2008
penyakit sendi/reumatik/encok/osteoartritis adalah penyakit yang sering
terjadi dengan pertambahan umur terutama setelah berumur 45 tahun ke atas.
Saat ini diperkirakan paling tidak 355 juta penduduk dunia menderita
rematik, yang artinya 1 dari 6 penduduk dunia mengalami penyakit rematik.
Sementara itu, hasil survei di benua Eropa pada tahun 2004 menunjukkan
bahwa penyakit rematik merupakan penyakit kronik yang paling sering
dijumpai. Kurang lebih 50% penduduk Eropa yang berusia diatas 50 tahun
mengalami keluhan nyeri muskuloskeletal paling tidak selama bulan pada
waktu dilakukan survei (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2010).
Berdasarkan American College Of Rheumathology (2013) menyatakan bahwa
sebanyak 52,5 juta atau sekitar 23 persen penduduk dewasa Amerika Serikat
menderita rheumatoid arthritis.
Menurut Kalim (2008), prevalensi rematik di kota Semarang sekitar
46% dan Bali 56%. Prevalensi rheumathoid arthtritis di Sumatera Utara
sebanyak 22,2 % dari total penduduk wilayah daerah (Nainggolan, 2011).
Dinas Kesehatan Kab. Simalungun, Pamatang Raya dari 10 penyakit
terbanyak Reumathoid Arthritis merupakan angka kejadian kedua terbesar
setelah ISPA yang di derita pada lansia yakni sebanyak 829 kunjungan.
Menua (menjadi tua) merupakan suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

1
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 994 dalam
Nugroho. W, 2000).
Seseorang yang sudah mengalami lanjut usia akan mengalami
beberapa perubahan pada tubuh/fisik, psikis/intelektual, sosial
kemasyarakatan maupun secara spiritual atau keyakinan. Salah satu
perubahan tersebut terjadi pada Sistem Muskuloskletal dimana tulang
kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih pendek,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan menjadi
sklerosis, atrofi serabut otot (Wahjudi Nugroho, 2000). Dengan
meningkatnya usia fungsi otot dapat dilatih dengan baik namun usia lanjut
tidak selalu mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya
kejadian reumathoid arthritis ini sampai sekarang belum sepenuhnya
dimengerti (Bjelle, 2004).
Berdasarkan kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik
dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan,
dinyatakan ada 3 keluhan utama pada sistem Muskuloskeletal yaitu : nyeri,
kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu :
pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak (Divisi Geriatri
Bagian/Smf Penyakit Dalam Rsup.H.Adam Malik Medan). Nyeri adalah
proses biologis, psikologis, dan sosial yang kompleks dan faktor penting yang
mempengaruhi fungsi dan kualitas hidup bagi individu dengan arthritis
(Sridhor dkk,2003).
Penatalaksanaan rasa nyeri yang direkomendasikan oleh World Health
Organization menganjurkan pengobatan nyeri pada lansia dilakukan secara
konservatif dan bertahap untuk mengurangi terjadinya efek samping (Kasran
& Rina, 2006). Prinsip utama pada penatalaksanaan rasa nyeri adalah
menghilangkan serangan rasa nyeri. Manajemen nyeri yang efektif bagi lansia
dapat dilakukan dengan pendekatan secara farmakologik dan non
farmakologik (Kasran & Rina, 2006).
Tingginya prevalensi penyakit rheumathoid arthritis secara logis akan
menimbulkan implikasi peningkatan biaya kesehatan dan permasalahan lain
yang timbul selain masalah biaya ekonomi yang besar adalah efek samping
yang diakibatkan pemakaian obat-obat sintetis untuk reumathoid arthritis
seperti golongan NSAID dan Steroid. Perdarahan Saluran Makanan Bagian
Atas (PSMBA) akibat obat-obat rematik dialami oleh 1 dari 50 pasien
pemakainya. Penelitian di RSCM pada tahun 005 oleh Marcellus Simadibrata
dkk terhadap 1192 pasien PSMBA menunjukkan NSAID gastropathy
merupakan PSMBA tersering (70 %) (Dinas kesehatan Provinsi Sumatera
utara, 2010)
Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat
secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri rheumathoid arhtritis yaitu
dengan kompres jahe (Santoso, 2010). Jahe (Zinger Officinale (L) Rosc)
mempunyai manfaat yang beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri,
pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara tradisional, kegunaannya antara
lain untuk mengobati rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot,
tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi ( Ali et al, 2008
dalam Hernani & Winarti, 2000). Beberapa komponen kimia jahe, seperti
gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi
seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, antikarsinogenik (stoilova et al.
2007 dalam Hernani & Winarti, 2010).
Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi
sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin
menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi
perifer (Swarbrick dan Boylan, 2002). Senyawa gingerol telah terbukti
mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif anti inflamasi
dan analgesik (Surch et al. 1999 dalam Hernani & Winarti, 2010).
Berdasarkan penelitian Nurul Fitriyah, FMIPA UI,0 tentang Efek
Ekstrak Etanol 70% Rimpang Jahe Merah (Zingiber Officinale Rosc. Var
Rubrum) Terhadap Peningkatan Kepadatan Tulang Tikus Putih Betina RA
(Rheumathoid Arthritis) Yang Diinduksi oleh Complete Freund s Adjuvant

3
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 56 mg/200 g berat badan
tikus ekstrak jahe merah memiliki persentase penghambatan udem terbesar,
setara dengan natrium diklofenak dosis 1 mg/200 g bb tikus, dan ketiga dosis
ekstrak jahe merah memiliki efek dalam meningkatkan kadar kalsium tulang
setara dengan natrium diklofenak dosis mg/200 g berat badan tikus dan
kontrol normal.
Badan Pusat Statistik 2010 menyatakan bahwa pada tahun 2025
jumlah lansia akan berkisar 34,22 juta jiwa hal ini akan mempengaruhi
tingginya jumlah penderita reumathoid artritis di Indonesia. Hasil sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di
Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun
2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah lansia di Indonesia
akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada
tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2010).
Data penderita rheumathoid arthtritis di lingkungan kerja puskesmas
Tiga Balata pada tahun 2014 yaitu sebanyak 470 penderita ( SPTP Puskesmas
Tiga balata, 2014) yang mengeluh rasa nyeri baik pagi maupun malam serta
efek samping dari penggunaan obat-obat sintesis untuk rheumatoid arthritis
dan tingginya komponen kimia jahe seperti gingerol yang mampu memberi
efek farmakologi dan fisiologi seperti antiinflamasi dan analgesik.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti seberapa
besar pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada penderita
rheumathoid arthritis di lingkungan kerja Puskesmas Tiga Balata.

B. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada
penderita rheumathoid arthritis usia diatas 40 tahun di lingkungan kerja
Puskesmas Tiga Balata tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Responden
Memberikan masukan pengetahuandalam mengatasi nyeri
rheumathoid arthritis, dimana responden dapat mandiri mengolah
jahe sebagai terapi komplementer dalam mengatasi nyeri
rheumathoid arthritis
b. Bagi Praktek Keperawatan
Memberikan masukan pengetahuan terapi komplementer dengan
kompres jahe yang dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan
baik di komunitas maupun di rumah sakit untuk mengurangi
intensitas nyeri pada penderita rheumathoid arthritis.

3. Bagi Pendidikan Keperawatan


Memberikan masukan ilmiah kepada pendidik dan mahasiswa terhadap
manajemen nyeri pada kasus rheumathoid arthritis yaitu melalui
kompres jahe dapat dijadikan sebagai komplementer.

5
BAB II
ANALISA JURNAL

A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal : Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Arthritis Rheumatoid
Pada Lansia Di Desa Lau Rakit Dusun II
Kecamatan STM Hilir Kab. Deli Serdang.
2. Peneliti : Rentawati Purba, Siti Marlina, Adi Arianto
3. Desain Penelitian : One-group pretest-posttest design.
4. Populasi Sampling : Lansia (45-90th) sebanyak 13 orang , 6 orang
laki laki dan 7 orang perempuan. di Desa Lau
Rakit Dusun II Kecamatan STM Hilir Kab.
Deli Serdang.
5. Instrumen Penelitian : Pre – post Eksperimen (observasi) Pemberian
kompres hangat jahe.
6. Uji Statistik : T-test statistical test pengaruh jahe terhadap
penurunan skala nyeri p=0.001 p< 0.05

B. Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal : Pengaruh Terapi Zinger Officinale terhadap
intensitas nyeri low back pain di Posyandu
Margomulyo Desa Ngrancah Kecamatan
Grabag.
2. Peneliti : Margono
3. Desain Penelitian : Quasi Experiment with using the draft
"pretest-posttest Design
4. Populasi Sampling : 2 responden dengan keluhan LBP dengan
intensitas sering dengan skala nyeri berat (7-
8)
5. Instrumen Penelitian : Eksperimen (observasi) Pemberian kompres
hangat jahe.
6. Uji Statistik : Numerik Rating Scale

C. Analisa PICO (Analisa Jurnal Utama)


1. Problem
Penderita arthritis rheumatoid frekuensi mayoritas umur responden
penderita arthritis rheumatoid umur 60-75 tahun adalah 6 orang atau
sama dengan 46.2%, dan frekuensi minoritas umurresponden penderita
arthritis rheumatoid umur 75-90 tahun sebanyak 2 orang atau setara
dengan 15.4%.

2. Intervention
Dilakukan kompres hangat jahe (pre-post) kemudian diukur skala nyeri
lansia selama 15 menit. Kompres hangat jahe dilakukan oleh peneliti
kemudian skala nyeri lansia diukur kembali. Jahe yang digunakan 20
gram, kemudian kulitnya dibuang dan ditumbuk hingga lumat.
Kemudian jahe tersebut direbus sampai mendidih dan pada saat
mengompres bungkus menggunakan handuk kecil. Lakukan setiap
kompres hangat setiap kali lansia mengalami nyeri sendi.

3. Comparisson
a. Judul Jurnal : Pengaruh Kompres serei hangat terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Artritis
Rheumatoid Pada Lanjut Usia
b. Peneliti : Marlina Andriani
c. Desain Penelitian : Eksperimen one-group pretest-posttest
design.
d. Populasi Sample : 20 orang
e. Instrumen Penelitian : Eksperimen

7
f. Uji Statistik : Non eksperimental dengan studi korelasi
g. Hasil Penelitian : Ada pengaruh pemberian kompres serei
hangat terhadap penurunan intensitas
nyeri arthritis rheumatoid pada lanjut usia
dengan rata-rata penurunan intensitas
nyeri yang dirasakan setelah dilakukan
kompres serei hangat 1,95 dan nilai
signifikan 0,000<a 0,05. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh
kompres serei hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri arthritis rheumatoid pada
lanjut usia.

4. Outcome
Menunjukkan adanya pengaruh kompres hangat jahe terhadap
penurunan skala nyeri dengan berlaku ketentua bahwa p-palue lebih
kecil dari a = 0.05 dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS

A. Kompres Hangat Jahe


Jahe (Zingiber officinale Rosc) adalah salah satu bumbu dapur yang
sudah lama dimanfaakan sebagai tanaman obat sebagai bumbu dapur,
rimpang jahe digunakan untuk mengolah masakan dan panganan. Pemakaian
jahe sebagai tanaman obat semakin berkembang dengan pesat seiring dengan
mulai berkembangnya pemakaian bahan-bahan alami untuk pengobatan.
Semula penggunaannya hanya berdasarkan kebiasaan orang tua zaman
dahulu, yang diwariskan secara turun temurun. Namun, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dilengkapi dengan
penelitian yang mendukung. Berdasarkan penelitian dan pengalaman, jahe
sebagai obat dengan rasanya yang panas dan pedas, telah terbukti dalam
menyembuhkan berbagai penyakit. Peluruh masuk angin, sakit pinggang,
encok, muntah-muntah dan nyeri otot. jahe merah biasa digunakan sebagai
campuran obat. Hal ini disebabkan efek farmakologis. Karena jahe
mengandung senyawa gingerol dan shogaol yaitu senyawa panas dan pedas
yang terkandung dalam jahe dan gingerdione, zingeron yang dapat
menghambat prostaglandin dengan cara menghambat enzim sikloogsigenase
yang berperan dalam pembentukan prostaglandin. Menurut Herniani,(2011).
Jahe memiliki efek anti inflamasi non steroid dimana ketika di gunakan
sebagai kompres rasa pedas dan hangat dari jahe tersebut akan mengurangi
peradangan, meredakan nyeri, kaku, dan spasme otot (Damaianti, 2012)
Menurut Hasanah (2008) Jahe (Zingiber Officinale) adalah tanaman
herbal dari famili zingi berance yang di kenal 3 jenis jahe seperti jahe gajah
atau jahe besar, jahe badak yang berwarna putih kekuningan, jahe emprit atau
jahe putih bentuknya agak pipih berserabut lembut, jahe merah, memiliki
kandungan minyak atsiri lebih besar yaitu sekitar 2,58-2, 72% jika dilihat dari
ukuran rimpang yang agak kecil, ruas rata dan sedikit menggembung

9
kemudian kandungan oleoresin lebih banyak dibandingkan dengan jenis jahe
yang lain yang mana berkasiat sebagai antiradang.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang membutuhkan Asmadi, (2008). Kompres adalah
suatu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara memanipulasi suhu
tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit. Kompres cukup berguna dalam
mengatasi aneka penyakit ringan dan gejala-gekalanya. Misalnya pada
demam, memar, bengkak, nyeri otot, gatal-gatal, kram, gangguan psikis, dan
ketegangan syaraf Jaelani,(2009).

B. Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah perasaan kompleks, banyak faktor yang
mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Menurut
international association for the study of pain, nyeri adalah pengalaman
emosional dan sensorik yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial, atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Perasaan nyeri
sebenarnya merupakan peringatan akan adanya kerusakan jaringan,
sehingga mengingatkan manusia untuk menghindarkan diri dari bahaya
yang dapat mengancam nyawa atau berakibat fatal. Satyanegara, (2014).
Nyeri adalah salah satu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat
subyektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, dapat di
anggap sebagai modalitas nyeri. Arif Mutaqqin (2008).

2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri di bagi menjadi 2 yaitu menurut smeltze,S.C bare B.G, (2002)
dalam buku khoerul latif,(2014):
a. Nyeri akut
Nyeri biasanya mereda jika ganguan yang menjadi penyebab teratasi,
onset baru,durasinya kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri menetap, dimana penyebab yang mendasari tidak dapat di
hilangkan.onset terus menerus atau hilang. Durasi nya lebih dari 6
bula.

3. Skala NRS (Numerik rating scale)

Keterangan:
0 : tidak nyeri,
1-3 : nyeri ringan, secara subyek dapat berkomunilasi dengan baik.
4-6 : nyeri sedang, subyek menyeringai dan dapat menunjukan lokasi
nyeri, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : nyeri berat, tidak dapat mengikuti peintah tidak dapat dialihkan
dengan teknik nafas dalam.
10 : nyeri hebat, subyek tidak dapat lagi perkomunikasi.

4. Faktor faktor yang mempengaruhi nyeri


Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri
menurut (Prasetyo,2010) yaitu :

a. Usia

Usia merupakan variable yang penting dalam mempengaruhi nyeri


pada individu, anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam
memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan

11
nyeri, pada pasien lansia sering kali memiliki sumber nyeri lebih dari
satu.
b. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda signifikan dalam
berespon terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri.
d. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan
cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
e. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat
keparahan pada masing-masing individu dalam kaitannya dengan
kualitas nyeri.
f. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi
persepsi nyeri, perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan
meningkatkan respon nyeri sedangkan
g. upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon
nyeri. Ansietas (kecemasan)
h. Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan
tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas.
i. Keletihan
Keletihan dan kelelahan yang dirasakan seseorang akan
meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping
individu.
j. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakanan nyeri akan lebih siap dan
mudah mengantisipasi nyeri dari pada individu yang mempunyai
pengalaman sedikit tentang nyeri.
k. Dukungan keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeriseringkali membutuhkan dukungan,
bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain dan orang terdekat,
walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang
terdekat akan sangat membantu.

C. Rematik
1. Pengertian
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,
nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya
(Adelia, 2011).
Reumatik dapat mengenai siapa saja yang rentan terkena penyakit
reumatik. Hal itu tentu saja tergantung pada jenis reumatik,umumnya
penderita reumatik akan merasa nyeri pada sendi dan tulang dan biasanya
mulai terjadi pada usia pertengahan ( Junaidi, 2006 ).
Rematik adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan di
masyarakat penyakit ini ada yang menyerang sendi dan ada pula yang
hanya menyerang jaringan disekitar sendi (Dalimartha, 2008).

2. Klasifikasi
Menurut (Adelia, 2011) ada 2 jenis rematik yaitu rematik sendi
dan rematik jaringan lunak.
Rematik sendi adalah rematik yang menyerang persendian,
rematik ini dibagi beberapa macam namun yang paling sering dijumpai
adalah :

13
a. Artritis rheumatoid
Artritis rheumatoid belum di ketahui penyebabnya dengan pasti, ada
yang mengatakan mikoplasma, virus, dan lain-lain namun itu semua
belum terbukti, beberapa kasus Artritis rheumatoid berhubungan
dengan stress yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan anggota
keluarga.

b. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih
dengan penyakit yang belum diketahui namun mengakibatkan
kelainan biologis, morfologis dan lainnya. Penyebab penyakit ini
belum diketahu pasti namun ada beberapa faktor resiko yang
berhubungan seperti usia yang lebih dari 40 tahun, jenis kelamin
yaitu dengan wanita yang lebih sering mengalami, suku bangsa,
genetic, kegemukan atau penyakit metabolik, pekerjaan, olah raga,
cidera sendi, kepadatan tulang dan lain-lain

c. Atritis gout
Adalah penyakit yang berhubungan dengan asam urat darah.
Penyakit ini disebabkan karena Kristal monosodium urat
dipersendian meningkat, obesitas, penyakit kulit, kadar trigliserida
yang tinggi, pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton yang meninggi dan
akan menyebabkan asam urat yang ikut meninggi.

Reumatik jaringan lunak menyerang jaringan lunak diluar sendi.


Jenis yang sering ditemukan adalah :
a. Fibrosis lebih sering ditemukan pada wanita usia lanjut, dan
penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
b. Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri
local ditempat perlekatannya.
c. Tenositivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
d. Entesopati timbul akibat menggunakanlengan secara berlebihan,
degenerasi dan radang sendi.
d. Bursitis adalah peradangan bursa yang terjadi ditempat perlekatan
tendon atau otot ke tulang.
e. Nyeri punggung terdapat didaerah pinggang kebawah yang dapat
menjalar sampai kekaki.

3. Gejala
Gejala rematik Menurut Utami (2005) adalah :
a. Nyeri sendi
Merupakan keluhan utama pada rematik. nyeri sendi ada dua macam
yaitu nyeri sendi mekanis dan nyeri inflamasi (nyeri karena radang),
nyeri mekanis biasanya timbul setelah seseorang melakukan kegiatan
atau aktifitas dan akan hilang setelah beristirahat, nyeri inflamasi
biasanya terjadi pada pagi hari ketika sesorang bangun tidur. Nyeri
inflamasi biasanya nyeri hebat ketika digerakan, biasanya nyeri akan
menghilang setelah beberapa saat.

b. Kaku sendi
Gejala ini ditandai dengan sulitnya sendi digerakan, biasanya kaku
sendi terjadi pada pagi hari, pada umumnya terjadi pada sendi,
seperti pinggul, tulang belakang dan lutut.

c. Bengkak pada sendi


Sendi mengalami pembengkakan karena hipertropi tulang, yang
disebabkan karena penumpukan cairan disekitar sendi, kulit
dipersendian bengkak kemerahan, nyeri, dan dapat terjadi kelainan
bentuk.
d. Gangguan fungsi sendi

15
Karena sendi tidak dapat berfungsi secara normal, hal ini juga dapat
terjadi karena seseorang ingin menghilangkan rasa nyeri yang
meradang dengan cara menekuk posisi persendian tersebut.

e. Sendi tidak stabil

f. Sendi berbunyi
Gejala lain seperti berat badan menurun , rasa lelah dan lesu susah
tidur, aktivitas suami istri terganggu, dan gerakan menjadi lambat

4. Patofisiologi
Pada rematik reaksi autoimun terjadi dalam jaringan synovial, proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi, otot akan turut
tertekan karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer& Bare , 2002).

D. Lansia
1. Pengertian
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaan kehidupan,
menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho,2008).
Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami
yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007).Penuaan adalah normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley,2006)
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, figur tubuh yang tidak proporsional
(Ahdaniar dkk, 2014). Proses penuaan akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes
RI; 2004).

2. Karakteristik Lansia
Menurut Maryam (2008). Lansia memiliki kerakteristik sebagai
berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU
No.13 tentang kesehatan)
b. Kebutuhan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spritural, serta dari kondisi
adaftip hingga kondisi mal adaptip.

3. Klasifikasi lansia
Menurut WHO dalam (Maryam, 2008) klasifikasi lansia di
golongkan menjadi 4 yaitu :
a. Usia pertengahan atau middleage yaitu seseorang yang berusia 45-59
tahun
b. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun
d. Lanjut usia tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas 90
tahun

17
4. Perubahan yang dihadapi lansia
a. Perubahan fisik
Sel pada lansia jumlahnya akan berkurang, ukurannya
membesar, cairan tubuh dan cairan intra seluler menurun
(Maryam,2008)
Rata-rata pada lansia jumlah saraf neocortical berkurang
sebesar 1 perdetik, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat
dalam merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu khususnya
dengan stress, mengecilnya syaraf pancaindra, serta menjadi kurang
sensitive terhadap sentuhan (Efendi,2009).
Pada system pendengaran membran timpani atrofil sehingga
terjadi gangguan pendengaran, tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan (Maryam,2008).
System penglihatan timbul sklerosis pada sfingter pupil dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola
(sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan
warna hijau pada skala pemeriksaan (Efendi,2009).
Katup jantung pada system kardiovaskuler menebal dan
kaku, kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh
darah menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat (Maryam,2008).
Pada system pernafasan otot mengalami kehilangan kekuatan
dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas dari silia, paru-paru
kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimal menurun dan
kedalaman nafas menurun (Efendi,2009). Alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus (Maryam,2008).
Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami skerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang
menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor (Efendi,2009).
Pada gastrointestinal, esophagus melebar, asam lambung
menurun, peristaltic menurun sehingga daya absorpsi juga menurun,
ukuran lambung mengecil serta fungus organ aksesoris menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim
pencernaan (Maryam,2008).
System genitourinaria, ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan
urine juga menurun (Maryam,2008). Otot- otot kandung kemih
melemah kapasitasnya menurun hingga 200ml dan menyebabkan
frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine (Efendi,2009).
System endokrin, menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH,
dan LH, aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi
aldosteron, serta sekresi hormone kelamin seperti progsteron,
estrogen dan testosterone ( Efendi, 2009)
System integument kulit menjadi keriput, kulit kepala dan
rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
elastisitas menurun, veskularisasi, rambut memutih, kelenjar keringat
menurun, kuku keras dan rapuh ( Maryam, 2008 ).

b. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, hereditas,
lingkungan, tingkat kecerdasan, dan kenangan (memori) (Effendi,
2009) kemampuan belajar pada lansia masih ada tetapi relative
menurun ( Maryam, 2008 )

19
c. Perubahan psikososial
Pada masa pensiun lansia akan kehilangan sumber financial,
kehilangan status, relasi, dan pekerjaan dan merasakan atau
kesadaran akan kematian (Effendi, 2009). Perubahan psikologis pada
lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
keinginan, depresi, dan kecemasan ( Maryam, 2008 ).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada pengaruh kompres serai hangat terhadap penurunan intensitas
nyeri Arthritis Reumathoid pada lansia Ada pengaruh pemberian kompres
serei hangat terhadap penurunan intensitas nyeri artritis rheumatoid pada
lanjut usia dengan rata-rata penurunan intensitas nyeri yangdirasakan setelah
dilakukan kompres serei hangat 1,95 dan nilai signifikansi 0,000 <α 0,05.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh kompres serei hangat
terhadap penurunan intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut usia.
Adanya pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala
nyeri artritis reumatoid pada lanisa di Desa Lau Rakit Kecamatan STM Hilir
Kabupaten Deli SerdangSkala nyeri pada penderita artritis reumatoid yang
diberikan terapi kompres hangat jahe dengan ketentuan p-value < α= 0,005
dengan demikian berlakuku ketentuan Ha diterima ada pengaruh kompres
hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis reumatoid .

B. Saran
1. Petugas Kesehatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat disosialisasikan kepada
masyarakat dan meningkatkan pelayanan kesehatan terutama kepada
lanjut usia yang mengalami keluhan nyeri sendi dan perlunya
peningkatan penyuluhan kesehatan pada penderita artritis rheumatoid
tentang pengobatan non farmokologi berupa tehnik kompres serei.

2. Diharapkan menjadi bahan informasi bagi mahasiswa/ Tenaga Kesehatan


tentang manfaat kompres hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri
atritis rheumatoid.

21
2. Masyarakat
Bagi masyarakat dapat memberikan salah satu alternative pengobatan
untuk menurunkan intensitas nyeri atritis rheumatoid.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jurnal Pengaruh Terapi Zinger Officinale Terhadap Intensitas Nyeri Low


Back Pain di Posyandu Margomulyo Desa ngrancah kecamatan Grabag,
Margono, Universitas Muhammadiyah Magelang, 2016.

2. Jurnal Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap Penurunan Skala Nyeri


Arthritis Rheumatoid Pada Lansia Di Desa Lau Rakit Dusun II Kecamatan
STM Hilir Kab. Deli Serdang, Rentawati Purba, Siti Marlina, Adi Arianto,
Institut Kesehatan Deli Husada, 2020

3. Jurnal Pengaruh Kompres serei hangat terhadap Penurunan Intensitas Nyeri


Artritis Rheumatoid Pada Lanjut Usia, Marlina Andriani, Program Studi S1
Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar, 2016

4. Makalah Kandungan Obat Yang Terdapat pada Tumbuhan Jahe, Yossi


Febriani, Stikes Bhakti Tunas Husada Tasikmalaya, 2011

5. Makalah MDS dan Konsep Nyeri, Intan Firmallah, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang,2011

6. Makalah Asuhan Keperawatan Rheumatoid Arthritis, Ahmad Abdul Kholiq,


Stikes Muhammadiyah Kudus, 2011

23

Anda mungkin juga menyukai