Anda di halaman 1dari 24

ANALISA JURNAL EBN DALAM INTERVENSI KEPERAWATAN ANAK

“PERAWATAN METODE KANGURU”

Disusun oleh:
Kelompok 4B

Diana Putri 21120020


Elsa Dwi Farida 21120022
Ema Eriana 21120023
Muhammad Arif 21120040
Ni Putu Ayu Tias A 21120043
Revita 21120049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Analisa
Jurnal EBN Dalam Intervensi Keperawatan Anak Dengan Tema “Perawatan
Metode Kanguru” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Perawat Metode Kanguru bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu Dosen Tim
Keperawatan Anak dan Dosen Pembimbing kami Ns. Dewi Susanti, M.Kep
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Serta kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA dan semoga makalah
ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

Jakarta, 27 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II ANALISA JURNAL
BAB III PEMBAHASAN
A. Identifikasi Jurnal ......................................................................................... 4
B. Rangkuman : .............................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang
usia masa gestasi disebut Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Depkes RI,
2008). Angka kesakitan dan angka kematian pada neonatus di negara
berkembang ditemukan tinggi dengan penyebab utama berkaitan dengan bayi
berat lahir rendah. Setiap tahun didunia prevalensi kelahiran BBLR sekitar 20
juta (WHO, 2012).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk


mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB adalah
jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000
kelahiran hidup. Angka kematian Bayi (AKB) 15 per 1000 KH menurut
SDKI tahun 2017. Kematian bayi di desa/kelurahan 0-1 per tahun sebanyak
83.447, di Puskesmas kematian bayi 7-8 per tahun sebanyak 9.825, dan angka
kematian bayi di rumah sakit 18 per tahun sebanayak 2.868. Penyebab
kematian bayi tertinggi disebabkan oleh komplikasi kejadian intraparum
tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan kardiovaskular 21.3%, BBLR
dan premature 19%, kelhiran kongenital 14, 8%, akibat tetanus neonatorum
1,2%, infeksi 7.3% dan akibat lainnya 8.2%.

Bayi dengan BBLR sering mengalami masalah akibat hipotermi dan


hambatan dalam meningkatkan berat badan. Di Indonesia perawatan BBLR
masih memprioritaskan pada penggunaan inkubator, tetapi keberadaan
incubator masih terbatas di rumah sakit saja. Selain jumlahnya yang terbatas
inkubator juga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi serta memerlukan
tenaga terampil untuk mengoperasikannya. Selain itu dengan menggunakan
inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya sehingga menghalangi kontak
langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan bagi tumbuh kembang
bayi (Depkes RI, 2008).

1
Dengan demikian perlu adanya intervensi untuk mengurangi angka kesakitan
dan kematian neonatus serta menurunkan biaya perawatan hal tersebut sangat
penting untuk meningkatkan kesehatan di negara berkembang (Depkes RI,
2008). Dampak BBLR sangat serius terhadap kualitas generasi mendatang.
Permasalahan jangka panjang kemungkinan terjadi akibat dari BBLR antara
lain gangguan perkembangan penglihatan (retinopati), pendengaran, penyakit
paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan frekuensi kelainan bawaan serta
sering masuk rumah sakit. Komplikasi langsung pada BBLR yaitu hipotermi,
gangguan cairan dan elektrolit, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas,
paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intreventrikuler apnea of
prematurity dan anemia (Depkes RI, 2008). Dampak tersebut dapat dikurangi
dengan pemberian perawatan yang berkualitas, namun biaya, sumber daya
terbatas dan mahalnya perawatan teknologi tinggi yang diperlukan untuk
neonatus BBLR, maka sangat penting untuk menguji pendekatan alternatif
mengurangi pemisahan antara ibu dan bayi berkelanjutan, penerimaan biaya
dan kemudahan dalam pelaksanaannya (Ningsih, 2016).

Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan cara yang efektif untuk


memenuhi kebutuhan BBLR yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu
ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang
(Depkes RI, 2008).

B. Tujuan
Tujuan dari Analisa Jurnal EBN dalam Jurnal Intervensi Keperawatan ini
adalah untuk mengetahui peningkatan berat badan bayi dengan BBLR serta
merekomendasikan bagi para perawat anak yang bisa dijadikan salah satu
terapi komplementer dalam pemberian asuhan terhadap anak.

2
BAB II
ANALISA JURNAL

Exsposure Variable
Jumlah
Peneliti Tipe Studi Usia Anak (variable independent
Partisipan
dependen)
Newborn Perawatan
Dhini Anggraini, Quasi 20 Kenaikan Berat
dengan Metode Kanguru
Eldarita Fitri Eksperimen Responden Badan pada Bayi
BBLR
Perawatan
Yeyen Putriana, Newborn Peningkatan Berat Metode Kanguru
Quasi 30
Warjidin dengan Badan Dan Suhu dan Terapi
Eksperimen Responden
Aliyanto BBLR pada Bayi Murottal

Dyah Puji Astuti, Newborn Peningkatan Berat Penerapan


Quasi 28
Siti Mutoharoh, dengan Badan Bayi Lahir Metode Kanguru
Eksperimen Responden
Rina Priyanti BBLR Rendah
Newborn Perawatan
Deswita, Besral, Quasi 16
dengan Respon Fisiologis Metode kanguru
Yeni Rustina Eksperimen Responden
BBLR
Fenny Fernando,
Ayu Gustia Newborn
Quasi 26 Suhu pada Bayi Metode Kanguru
Ningsih, Melia dengan
Eksperimen Responden BBLR
Pebrina, Honesty BBLR
Diana Morika
Yuanita Syaiful, Newborn
Pre 19 Keberhasilan Perawatan
Lilis Fatmawati, dengan
Eksperimental Responden Pemberian ASI Metode Kanguru
Mukhlisotin BBLR

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Identifikasi Jurnal
No Sub Topik Penjelasan
1. Judul Metode Kangguru Pada Bayi Baru Lahir Rendah
2. Pertanyaan P (Populasi/Masalah) : Newborn (BBLR)
Klinis I (Intervensi) : Memberikan Metode Kanguru terhadap bayi
baru lahir/newborn dengan BBLR
C (Comparation) : Antara yang diberikan metode kanguru dan
yang tidak diberikan metode kanguru
O (Outcome) : Memastikan adanya pengaruh peningkatan berat
badan bayi
3. Target Populasi New Born dengan BBLR
4. Rekomendasi Metode perawatan kanguru dianjurkan agar BBLR mengalami :
Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kenaikan
Berat Badan Pada Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Dhini
Anggraini Dhilon, Eldarita Fitri, 2019). Efektivitas Perawatan
Metode Kangguru (PMK) dan Terapi Murottal terhadap
Peningkatan Berat Badan dan Suhu pada Bayi BBLR (Yeyen
Putriana, Warjidin Aliyanto, 2018), Pengaruh Penerapan
Metode Kanguru dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Baru
Lahir Rendah (BBLR) DI Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gombong (Dyah Puji Astuti, Siti Mutoharoh, Rina Priyanti,
2015). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Respon
Fisiologis Bayi Prematur (Deswita, Besral, Yeni Rustina,
2011), Perawatan Metode Kanguru Meningkatkan
Keberhasilan Pemberian ASI Pada BBLR (Yuanita Syaiful,
Lilis Fatmawati, Mukhlisotin, 2018).
5. Pembahasan Bukti terdiri dari 6 jurnal, dengan jumlah desain Quasi
Exsposure Eksperimen sebanyak 5 dan 1 untuk Desain Pre Eksperimental,
(variable yang sesuai dengan kriteria inklusi kami dan mampu menjawab
dependen) pertanyaan PICO kami. Jurnal-Jurnal ini membahasas tentang:
Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kenaikan

4
Berat Badan Pada Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Dhini
Anggraini Dhilon, Eldarita Fitri, 2019), Efektivitas Perawatan
Metode Kangguru (PMK) dan Terapi Murottal terhadap
Peningkatan Berat Badan dan Suhu pada Bayi BBLR (Yeyen
Putriana, Warjidin Aliyanto, 2018), Pengaruh Penerapan
Metode Kanguru dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Baru
Lahir Rendah (BBLR) DI Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gombong (Dyah Puji Astuti, Siti Mutoharoh, Rina Priyanti,
2015), Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Respon
Fisiologis Bayi Prematur (Deswita, Besral, Yeni Rustina,
2011), Perawatan Metode Kanguru Meningkatkan
Keberhasilan Pemberian ASI Pada BBLR (Yuanita Syaiful,
Lilis Fatmawati, Mukhlisotin, 2018).

Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan


salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap
kematian bayi khususnya pada masa perinatal. BBLR berakibat
panjang terhadap tumbuh kembang anak dimasa yang akan
datang. Dampak dari bayi berat lahir rendah ini adalah
pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki
penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang
berat lahirnya normal. Selain itu, bayi BBLR dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang
tinggi (Proverawati, 2010).

Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan


membutuhkan infrastruktur yang mahal serta staf yang
memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali menjadi
pegalaman yang sangat menganggu bagi keluarga. Oleh karena
itu, perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan
kesehatan dinegara manapun. Analisis terkini menunjukkan
bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru lahir dapat dicegah per
tahun dengan menggunakan intervensi yang tidak mahal dan
tepat guna. Salah satu intervensi tersebut adalah perawatan

5
metode kangguru (HTAI, 2008 ).

Perawatan metode kanguru (PMK) adalah suatu metode


perawatan bayi baru lahir dengan meletakkan bayi diantara
kedua payudara ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu
dengan kulit bayi. Pengertian lain tentang PMK adalah
merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok
dan topi), diletakkan secara tegak/vertikel tengkurap didada
antara kedua payudara ibunya (ibunya telanjang dada)
kemudian diselimuti. Metode kanguru dapat dilakukan dengan
dua cara. Pertama secara terus menerus dalam 24 jam atau
disebut juga dengan kontinu dan keduanya secara intermiten
atau dengan cara selang seling (Deswita, dkk 2011)

Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kenaikan


Berat Badan Pada Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Bayi lahir dengan BBLR merupakan salah satu faktor risiko


yang mempunyai kontribusi terhadap kematian. Dampak dari
bblr ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan
memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada
bayi yang berat lahirnya normal (Proverawati, 2010).

Metode kanguru mampu: meningkatkan hubungan emosi ibu–


anak, menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan
bayi, meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan
lebih baik., mengurangi stress pada ibu dan bayi,
mengurangi lama menangis pada bayi, memperbaiki keadaan
emosi ibu dan bayi, meningkatkan produksi asi, menurunkan
resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit,
mempersingkat masa rawat di rumah sakit, dimana kondisi
tersebut sangat mendukung peningatkatan berat badan bayi
BBLR secara optimal, yaitu adanya peningkatan produksi ASI
dan suhu tubuh yang kondusif (Siti,2010).
Efektivitas Perawatan Metode Kangguru (PMK) dan Terapi
Murottal terhadap Peningkatan Berat Badan dan Suhu pada

6
Bayi BBLR

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berisiko tinggi


mengalami masalah kesehatan. Angka kematian bayi di
Indonesia adalah 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012)
dengan penyebab 29% karena BBLR. Perawatan BBLR selain
dari perawatan dalam inkubator adalah Perawatan Metode
Kangguru (PMK), pijat, dan terapi musik klasik. Peneliti
Hariati S (2010) menyarankan memberikan terapi musik
berasaskan kearifan lokal. Masyarakat Indonesia telah
mengenal dan menerapkan pembacaan ayat-ayat alquran
(terapi murottal) sebagai terapi bagi orang sakit.

Pengaruh Penerapan Metode Kanguru dengan Peningkatan


Berat Badan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) DI Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

Salah satu cara perawatan pada bayi untuk meningkatkan berat


badan pada bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) dan
prematur yaitu dengan cara metode kanguru, dengan cara ini
detak jantung bayi stabil dan pernapasannya lebih teratur,
sehingga penyebaran oksigen ke seluruh tubuhnya pun lebih
baik. Selain itu, cara ini mencegah bayi kedinginan. Bayi lebih
tenang, lebih jarang menangis, dan kenaikan berat badannya
menjadi lebih cepat (Luize. 2003) (Fandizal, 2007).

Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dengan


sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam
posisi seperti kanguru. Dengan metode ini mampu memenuhi
kebutuhan asasi bayi baru lahir prematur dengan menyediakan
situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu. Sehingga
memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia
luar. Perawatan kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan
pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama serta denyut
jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi. Perawatan kulit

7
ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan
mengisapnya, hal ini mempererat ikatan antara ibu dan bayi
serta membantu keberhasilan pemberian ASI (Henderson,
2006). Di samping efek sentuhan kulit, metode tersebut akan
membuat bayi lebih tahan sakit daripada dengan digendong
memakai jarit. Berat badannya pun akan cepat naik (Azzam,
2009).

Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Respon


Fisiologis Bayi Prematur

Kelahiran prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah


adalah penyebab terbesar angka kematian bayi. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa bayi prematur mempunyai
kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstra uterin
akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-
paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaannya.

Bayi prematur secara umum belum mempunyai kematangan


dalam sistem pertahanan tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Bayi prematur yang mempunyai berat lahir
rendah cenderung mengalami hipotermi. Hal ini disebabkan
karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga sangat
mudah dipengaruhi oleh suhu tubuh lingkungan.

Efektifitas Metode Kanguru Terhadap Suhu pada Bayi Berat


Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang


terlahir dengan berat kurang dari 2500gram. BBLR masih terus
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara
global karena efek jangka pendek maupun panjangnya terhadap
kesehatan (WHO, 2014)

Pada metode kanguru tidak terjadi proses kehilangan panas

8
baik melalui radiasi, konveksi, evaporasi, maupun konduksi,
sedangkan dengan inkubator masih dapat terjadi proses
kehilangan panas melalui radiasi yang dapat mencapai
>50%. 10 Penggunaan inkubator di negara berkembang
memerlukan perhatian khusus terutama terhadap ketersediaan
sumber listrik yang memadai, tenaga terlatih untuk supervisi,
pemeliharaan, dan perbaikan alat, sterilisasi inkubator, dan
jumlah inkubator. Seringkali dijumpai satu inkubator
digunakan untuk lebih dari satu bayi karena jumlahnya
terbatas, hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi
nosokomial (WHO, 2012).

Manfaat perawatan metode kanguru (PMK) dapat mencegah


terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberi
kehangatan kepada bayinya secara terus menerus dengan cara
kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi. Selain itu manfaat
Perawatan Metode Kanguru (PMK), dapat meningkatkan
ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi, memudahkan bayi
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, mencegah infeksi dan
memperpendek masa rawat inap sehingga dapat mengurangi
biaya perawatan (PERINASIA, 2013).

Perawatan Metode Kanguru Meningkatkan Keberhasilan


Pemberian ASI Pada BBLR

Penyebab BBLR sering mengalami masalah nutrisi khususnya


dalam pemberian ASI adalah ibu lebih fokus memberikan
perawatan intensif yang dibutuhkan bayi (IDAI, 2010). ASI
pada bayi prematur sulit untuk diberikan dan ibu yang
melahirkan prematur sering mengalami kegagalan.
Penyebabnya pada ibu adalah stres, perasaan bersalah, kurang
percaya diri, informasi ASIP yang kurang. Sedangkan
penyebab pada bayi prematur adalah reflek hisap dan menelan
belum ada atau kurang, peristaltik usus lambat, energi untuk
menghisap kurang, kapasitas lambung yang kecil, dan sering

9
terjadi refluks (Maryunani, 2013). Salah satu upaya yang
dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam
pemberian ASI pada BBLR adalah dengan perawatan metode
kanguru (PMK) (Depkes, 2008).

6. Implementasi Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan
Applicability & salah satu faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap
Feasibility kematian bayi khususnya pada masa perinatal. BBLR berakibat
panjang terhadap tumbuh kembang anak dimasa yang akan
datang.

Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan


membutuhkan infrastruktur yang mahal serta staf yang
memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali menjadi
pegalaman yang sangat menganggu bagi keluarga. Oleh karena
itu, perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan
kesehatan dinegara manapun. Analisis terkini menunjukkan
bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru lahir dapat dicegah per
tahun dengan menggunakan intervensi yang tidak mahal dan
tepat guna. Salah satu intervensi tersebut adalah perawatan
metode kangguru.

Metode kangguru adalah metode perawatan dini dengan


sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam
posisi seperti kangguru. Dengan metode ini mampu memenuhi
kebutuhan asasi bayi baru lahir BBLR dengan menyediakan
situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga
memberikan peluang untuk dapat beradaptasi dengan baik
dengan dunia luar. Perawatan metode kangguru ini telah
terbukti dapat meningkatkan berat badan bayi, menurunkan
stess fisiologis ibu dan bayi serta memudahkan dan membantu
keberhasilan pemberian ASI.
penerapan perawatan metode kangguru dilakukan 60 menit 2x
sehari, hal itu saja mampu meningkatkan berat badan bayi
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi tanpa perawatan metode

10
kangguru, apalagi bila diterapkan metode ini selama 24
jam/hari selama 10 hari.

Outcome Hasil perawatan metode kanguru pada BBLR menunjukan


Measure And adanya peningkatan berat badan pada BBLR yang diketahui
Process rata-rata pretest sebesar 2068,50 gram, pada saat posttest
Measures meningkat menjadi 2516,50 gram, sehingga terjadi
peningkatan sebesar 448,0 gram/ 10 hari jauh lebih tinggi
dibandingkan tanpa metode kangguru yaitu 198,9 gram/10
hari.

Staff And Family Staff pelayanan kesehatan memberikan edukasi mengenai


Education perawatam metode kangguru dengan baik dan benar melalui
(Pendidikan Staf pengimplemtasian metode kangguru secara langsung. Dengan
Dan Keluarga edukasi yang diberikan, diharapkan orang tua mengerti dan
memahami bagaimana penerapan metode kangguru dilakukan
secara tepat.

B. Rangkuman :
1. Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Kenaikan Berat
Badan Pada Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perawatan metode


kangguru terhadap kenaikan berat badan pada bayi lahir dengan berat
badan rendah. Sampel penelitian ini sebanyak 20 responden, dengan 10
responden sebagai kelompok eksperimen, dan 10 responden sebagai
kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol memberikan bukti bahwa setelah
diberikan metode kanguru, berat badan bayi kelompok eksperimen
berbeda dengan kelompok yang tidak diterapkan metode kangguru, yaitu
kenaikan berat badan bayi kelompok eksperimen memiliki rata- rata yang

11
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelompok yang tidak
diterapkan metode kanguru.
Perawatan metode kangguru bermanfaat menstabilkan suhu tubuh bayi,
stabilitas denyut jantung dan pernafasan, prilaku bayi lebih baik, kurang
menangis, dan sering menyusu, penggunaan kalori berkurang, kenaikan
berat badan bayi lebih baik, waktu tidur bayi lebih lama, hubungan ibu –
dan bayi lebih baik, dan akan mengurangi terjadinya infeksi pada bayi.
Metode kangguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke
kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kangguru. Dengan
metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir BBLR
dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu,
sehingga memberikan peluang untuk dapat beradaptasi dengan baik di
dunia luar. Perawatan metode kangguru ini telah terbukti dapat
meningkatkan berat badan bayi, menurunkan stess fisiologis ibu dan bayi
serta memudahkan dan membantu keberhasilan pemberian ASI (Dyah,
2015)

2. Efektivitas Perawatan Metode Kangguru (PMK) dan Terapi Murottal


terhadap Peningkatan Berat Badan dan Suhu pada Bayi BBLR

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi eksperiment.


Sampel dalam penelitian ini ada 30 responden dengan sampel pada
kelompok control dan intervensi masing masing 15 bayi. Variabel
independent penelitian ini terapi PMK dan terapi murottal variabel
dependennya BBLR.

Hasil penelitian merekomendasikan kepada tenaga kesehatan dan keluarga


bayi untuk memberikan terapi murottal (surat yasin kepada bayi) BBLR
sebagai perawatan komplementer untuk meningkatkan berat badan
menjaga suhu tubuh bayi selama 30 menit setiap hari setelah dilakukan
PMK (Perawatan Metode Kangguru). Sherwood (2004) mengemukakan
bahwa peningkatan berat badan dapat terjadi melalui mekanisme

12
keseimbangan energi positif. Keseimbangan energi positif terjadi akibat
jumlah energi dari pemasukan makanan lebih besar dibandingkan dengan
jumlah pemakaian energi yang berasal dari kerja eksternal dan fungsi
internal. Ekstra energi akan disimpan dan tidak digunakan oleh tubuh
sehingga akan tersimpan dalam jaringan adiposa dan pada akhirnya
meningkatkan energi (Standley, 2002). Mekanisme kehilangan energi
pada bayi prematur dijelaskan oleh Wilson dan Hockenberry (2003) yang
mengemukakan bahwa bayi yang sangat prematur menghabiskan 70%
atau lebih waktunya untuk tidur aktif. Tidur aktif membutuhkan banyak
pemakaian energi dibandingkan dengan tidur yang tenang. Banyaknya
pemakaian energi tersebut terjadi karena frekuensi jantung biasanya lebih
tinggi pada saat bayi pada periode bangun tetapi lebih bervariasi selama
bayi pada periode tidur aktif. Tekanan darah lebih tinggi pada saat bayi
kondisi bangun. Aliran darah otak lebih banyak selama tidur aktif (lebih
banyak pada fase tidur tenang selama tidur aktif. Oksigen arteri dan
karbondiaksida lebih rendah pada tidur aktif daripada tidur tenang atau
kondisi bangun. Hipoventilasi dan koordinasi yang rendah pada gerakan
dinding dada dan gerakan perut terjadi pada periode tidur aktif. Kondisi
apneu <20 detik lebih sering pada periode aktif daripada tidur tenang pada
bayi premature (Tukral, 2008).

Dampak BBLR sangat serius terhadap kualitas generasi mendatang.


Permasalahan jangka panjang kemungkinan terjadi akibat dari BBLR
antara lain gangguan perkembangan penglihatan (retinopati),
pendengaran, penyakit paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan
frekuensi kelainan bawaan serta sering masuk rumah sakit. Komplikasi
langsung pada BBLR yaitu hipotermi, gangguan cairan dan elektrolit,
hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, paten duktus arteriosus, infeksi,
perdarahan intreventrikuler apnea of prematurity dan anemia (Depkes RI,
2008). Perawat atau bidan memberikan pendidikan kesehatan sebelum
PMK dimulai dan setelah proses PMK, ibu dan bayi dibiarkan saja dalam
ruangan tanpa memperhatikan respon psikologis ibu maupun respon bayi

13
selama proses PMK berlangsung.

3. Pengaruh Penerapan Metode Kanguru dengan Peningkatan Berat


Badan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) DI Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gombong

Menurut hasil penelitian ini membuktikan keefektifan metode kanguru


untuk meningkatkan berat badan bayi dengan BBLR. Berdasarkan
kerangka konsep penelitian, penerapan metode kanguru dapat
meningkatkan berat badan bayi secara optimal. Hal ini dikarenakan
seorang bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) metode kanguru
memiliki keuntungan-keuntungan yang salah satunya meningkatkan
pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik.
Rata-rata peningkatan metode kanguru berdasarkan uji statistik dinyatakan
signifikan, hal ini berarti metode kanguru pantas dijadikan rekomendasi
bagi orang tua, pelayanan kesehatan untuk menangani masalah BBLR
dengan menerapkan metode kanguru. Selain itu dalam penelitian ini
penerapan metode kanguru dilakukan hanya 30 menit/hari, hal itu saja
mampu meningkatkan berat badan bayi lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi yang tidak diterapkan metode kanguru, apalagi bila diterapkan
metode ini selama 24 jam/harinya.

Selain itu, pada metode kanguru risiko bayi mendapat infeksi lebih kecil,
karena flora normal kulit ibu tentu lebih baik daripada yang tidak
menggunakan metode kanguru. Lebih lanjut pada bayi baru lahir yang
sakit atau kecil (berat lahir < 2500 gram), membutuhkan penambahan
kehangatan tubuh untuk mempertahankan suhu normal. Bayi berat badan
rendah dapat dengan cepat terjadi hipotermi dan untuk menghangatkan
kembali membutuhkan waktu yang lama. Risiko komplikasi dan kematian
meningkat secara bermakna bila suhu lingkungan tidak optimal. Menurut
Departemen Kesehatan RI (2003) ada lima cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh pada bayi berat lahir rendah salah satunya

14
adalah dengan metode kanguru.

4. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Respon Fisiologis


Bayi Prematur

Hasil analisis yang lebih detail memperlihatkan bahwa fungsi fisiologis


bayi prematur sebelum dan sesudah PMK menunjukkan terdapat
peningkatan suhu tubuh bayi kearah normal setelah diberikan PMK.
Pada hari pertama terjadi peningkatan suhu tubuh sebesar 0,23°C, hari
kedua terjadi peningkatan sebesar 0,27°C, sedangkan pada hari ketiga
terjadi peningkatan suhu tubuh sebesar 0,3°C setelah diberikan PMK.

Ketika dilakukan analisis yang lebih detail terlihat bahwa dari 16


responden semua bayi mengalami kenaikan denyut jantung kearah
normal sesudah pemberian PMK, tidak ada yang suhu tubuhnya tetap
ataupun menurun setelah pemberian PMK.

PMK juga berdampak terhadap peningkatan denyut jantung. Hasilnya


denyut jantung bayi prematur kearah normal setelah pemberian PMK.
Hari pertama, denyut jantung meningkat sebesar 2,88 kali per menit,
hari kedua meningkat 2,00 kali permenit, dan hari ketiga menigkat
sebesar 1,13 kali per menit,terlihat bahwa dari 16 responden
sebanyak 10 bayi mengalami denyut jantung kearah normal sesudah
pemberian PMK, dan ada 6 bayi yang mengalami penurunan denyut
jantung. Bayi yang mengalami kenaikan denyut jantung rata-rata
denyut jantung sebelum PKM lebih rendah (mean = 150 kali per
menit). Sedangkan, pada bayi yang mengakami penurunan denyu
jantung, rata-rata denyut jantung bayi sebelum PKM lebih tinggi
(mean = 156,6 kali per menit)

Selain meningkatkan suhu tubuh ke arah normal dan peningkatan


denyut jantung, PMK juga berdampak terhadap kenaikan saturasi

15
oksigen. Hari pertama terjadi peningkatan saturasi oksigen sebesar
0,56%, hari kedua meningkat sebesar 0,44%, sedangkan hari ketiga
meningkat sebesar 0,50%.

Ketika dilakukan analisi yang lebih rinci terlihat bahwa dari 16


responden sebanyak 13 bayi mengalami peningkatan saturasi oksigen
dan ada 3 bayi yang mengalami penurunan saturasi oksigen sesudah
dilakukan PMK bayi yang mengalami peningkatan saturasi oksigen ,
rata-rata saturasi oksigen sebelum PMK lebih rendah (mean 93%).
Sedangkan, bayi yang mengalami penurunan saturasi oksigen, rata-
rata saturasi oksigen sebelum pemberian PMK lebih tinggi (mean =
97%).

Terlihat peningkatan respon fisiologis bayi prematur secara


keseluruhan selama 3 hari antara sebelum dan sesudah PMK yaitu
suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan saturasi oksigen. Secara
signifikan, PMK dapat menaikkan suhu tubuh bayi prematur kearah
suhu normal sebesar 0,27°C dengan nilai p=0,000.

PMK juga secara signifikan dapat meningkatkan denyut jantung kearah


normaml sebesar 2,0 kali per menit dengan nilai p=0,002. Sedangkan,
saturasi O2 juga dapat ditingkatkan oleh PMK sebesar 0,5% dengan nilai
p=0,023.

5. Efektifitas Metode Kanguru Terhadap Suhu pada Bayi Berat Lahir


Rendah (BBLR)

BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan


secara global mencapai 15% bayi di seluruh dunia (lebih dari 20 juta
jiwa). Sangat penting Terapi pendamping menggunakan metode kangguru
yang bisa digunakan untuk mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh
ibu dapat memberikan kehangatan kepada bayinya secara terus menerus

16
dengan cara kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi.

Tujuan penelitian ini mempelajari pengaruh metode kangguru terhadap


peningkatan suhu pada bayi BBLR. Jenis penelitian ini quasi eksperimen
,dengan rancangan studi rancangan yang berupaya untuk mengungkapkan
hubungan sebab akibat dengan melibatkan kelompok kontrol Bayi BBLR
yang melakukan perawatan dengan inkubator dan kelompok eksperimen
Bayi BBLR yang melakukan perawatan dengan metode kanguru dengan
rancangan post test only
Pada penelitian ini Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,01 maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata suhu aksila
setelah dilakukan metode kanguru pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan perawatan


metode kanguru diperoleh rata-rata suhu aksila pada bayi BBLR ±36,7 ºC
sedangkan kelompok control dengan metode inkubator rata-rata suhu
aksila ±36,4 ºC. Ada perbedaan ±0,4 ºC antara suhu aksila pada metode
kanguru dan metode inkubator. Pada kelompok intervensi tidak ada bayi
yang mengalami hipotermi setelah PMK dilakukan 24 jam dan seluruh
bayi suhunya 36,5 ºC – 37 ºC. Namun pada kelompok control ada 7 bayi
yang suhu tubuhnya dibawah 36,5 ºC.

Pelaksanaan metode kanguru topi digunakan untuk menutup bagian


kepala bayi dan skin to skin ibu kepada bayi menyebabkan suatu
fenomena bahwa suhu ibu akan meningkat bila bayi kedinginan dan bayi
telah hangat maka suhu ibu akan menurun kembali berbeda dengan
inkubator yang suhunya sudah diatur. Pada umumnya inkubator memilki
geometri dan dimensi sederhana dengan dinding tunggal. Dinding tersebut
terbuat dari kaca sehingga kurang mampu membantu tercapainay NTE
(Neutral Thermal Environment)karena aliran udara dapat langsung
mengenai tubuh bayi sehingga tubuh bayi dapat kehilangan panas.

17
6. Perawatan Metode Kanguru Meningkatkan Keberhasilan Pemberian
ASI Pada BBLR

Salah satu penyebab kematian bayi terbesar adalah bayi lahir kurang bulan
dan bayi berat lahir rendah. Sedangkan penyebab kematian BBLR adalah
masalah nutrisi karena belum maturnya fungsi organ pencernaan.
Pemberian nutrisi melalui ASI pada BBLR tidak mudah, karena masalah
reflek hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap
kurang, volume gaster kecil, sering terjadi refluk dan peristaltik usus
lambat. Perawatan metode kanguru bermanfaat dalam pemberian ASI
secara langsung karena bayi selalu berada di dekat payudara ibu,
menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit sehingga intensitas pemberian
ASI lebih sering dilakukan dan sangat dianjurkan pada bayi prematur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh perawatan
metode kanguru terhadap keberhasilan pemberian ASI. Desain penelitian
ini adalah pra eksperimental satu kelompok pra tes-pos tes desain.
Populasi penelitian ini adalah BBLR yang di rawat di ruang NICU RSUD
Ibnu Sina Gresik. Sampel yang digunakan adalah 19 responden yang
diambil secara purposif sampling, sesuai kriteria inklusi. Intervensi
perawatan metode kanguru dilakukan 3 jam selama 2 minggu.

Salah satu upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam


pemberian ASI pada BBLR adalah dengan cara mendekap bayi di dada
ibu (metode kanguru). Cara ini memudahkan dalam pemberian ASI
(Depkes, 2008). Perawatan metode kanguru (PMK) dapat dengan mudah
memberikan ASI secara langsung. Hal tersebut dikarenakan bayi selalu
berada dalam dekapan dan berada di dekat payudara ibu, menempel dan
terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap saat bayi
lapar. Selain itu tanda-tanda bayi mulai lapar seperti adanya gerakan-
gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya
gerakan bayi untuk mencari puting susu ibu juga dapat dirasakan oleh ibu
(Maryunani, 2013).

18
Keberhasilan laktasi dapat di lihat dari serangkaian proses mulai dari ASI
di produksi sampai proses menghisap atau menelan ASI. Nutrisi bayi
dapat terpenuhi jika produksi ASI cukup. Menurut Perinasia (2011) ASI di
nilai cukup bila: status gizi baik, reflek hisap dan menelan baik, bayi
tampak puas dan tidur nyenyak setelah menyusu, frekuensi kencing bayi
6-8 x/hari, frekuensi menyusu bayi lebih sering (8-12 x/hari), bayi tampak
sehat, warna kulit dan turgor baik, bayi cukup aktif.

Perawatan metode kanguru akan bermanfaat dalam frekuensi ibu


memberikan ASI akan lebih teratur dan tepat waktu, karena bayi selalu
berada dalam dekapan ibu dan bila bayi sudah merasa haus atau
memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri puting susu ibu dalam
baju kangurunya, hal tersebut juga membantu bayi meningkatkan
kemampuan dalam menyusu karena reflek menghisap bayi akan selalu
terasa dan terlatih serta hubungan batin ibu dan bayi akan lebih baik lagi
karena kontak langsung yang diberikan ibu kepada bayinya.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan metode kanguru merupakan salah satu teknologi tepat guna yang
sederhana, murah dan dapat digunakan ketika fasilitas untuk perawatan
BBLR sangat terbatas. Metode kanguru ternyata tidak hanya sekedar
menggantikan inkubator, namun juga memberi berbagai keuntungan yang
tidak bisa diberikan oleh inkubator. Keuntungan menggunakan metode
kanguru antara lain meningkatnya hubungan ibu-bayi, stabilisasi suhu tubuh
bayi, stabilisasi laju denyut jantung dan pernapasan, pertumbuhan dan
peningkatan berat badan yang lebih baik, mengurangi stres baik pada ibu
maupun bayi, tidur bayi lebih lama, memperpanjang masa ‘kewaspadaan’
(alert) bayi, mengurangi lama menangis, memperbaiki keadaan emosi ibu dan
bayi, meningkatkan produksi ASI, menurunkan kejadian infeksi, dan
mempersingkat masa rawat di rumah sakit. Metode kanguru mampu
memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan
situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim sehingga memberi peluang bagi
BBLR untuk beradaptasi dengan baik di dunia luar.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Disarankan kepada Kepada tenaga kesehatan agar meningkatkan
penyuluhan kesehatan terkait manfaat dan pelaksanaan metode kangguru
agar terjadi peningkatan berat badan yang optimal.

2. Bagi Profesi Perawat


Disarankan kepada perawat auntuk mengedukasi ibu yang mempunyai
bayi dengan berat badan lahir rendah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dhilon, D.A, & FitrI, E. (2019). Pengaruh Perawatan Metode Kangguru


Terhadap Kenaikan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(Bblr) Di Rs Sekabupaten Kampar Tahun 2018. Jurnal Doppler Vol 3
No 1 Tahun 2019 ISSN 2580-3123.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/view
/420

Putriana, Y & Aliyanto, W. (2018). Efektivitas Perawatan Metode Kangguru


(PMK) dan Terapi Murottal terhadap Peningkatan Berat Badan dan
Suhu pada Bayi BBLR. Jurnal Kesehatan Vol 9 No 1.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/731

Astuti, D.P, dkk. (2015). Pengaruh Penerapan Metode Kanguru dengan


Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) DI Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Involusi Kebidanan, Vol
5, No. 9 Hal. 65-78.
http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/involusi/article/view/62/0

Deswita, dkk. (2011). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap Respons


Fisiologis Bayi Prematur. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/131

Fernando Fenny, dkk. (2019). Efektifitas Metode Kanguru Terhadap Suhu Pada
Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr). Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol
10 No 1
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/view/306

Syaiful, Y, dkk. (2018). Perawatan Metode Kanguru Meningkatkan Keberhasilan


Pemberian ASI pada BBLR. Journals Of Ners Community Vol 09 No 1
Hal. 34-42. http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/635

Anda mungkin juga menyukai