Anda di halaman 1dari 15

ANALISA JURNAL EBN ( EVIDANCE BASED NURSING )

PENGARUH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MADU DALAM PROSES


PERAWATAN ULKUS DIABETIKUM PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE II DI RSUD DR.CHASBULLAH ABDULMAJID KOTA
BEKASI

DI SUSUN OLEH :

TRI ANJARWATI

PROGRAM STUDY PERAWATAN NURSE SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PERTAMEDIKA JAKARTA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkatdan rahmatnya penulismasih diberi
kesehatan, sehingga penulis penulis dapat menyelesaikan makalh ini, nakalah berjudul
“PENGARUH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MADU DALAM PROSES PERAWATAN
ULKUS DIABETIKUM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI RSUD
DR.CHASBULLAH ABDULMAJID KOTA BEKASI”. Makalh ini di susun untuk
memenuhi tugas mahasiswa dalam mata kuliah keperawatan Medical bedah di praktek
profesi keperawatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Seluruh dosen penanggung jawab keperawatan medical bedah


2. Rekan rekan perawat dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini

Saya menyadarai makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karna itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat saya harpakan demi kesempurnaan makalh ini dimasa yang akan
datang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan perawat umumnya, dan
semakin menambah pengetahuan mahasiswa.

Depok, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………..……………………….. 1

A. Latar Belakang……………………………………..………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………..…………………………... 3
C. Tujuan………………………………………….…………………………….. 4
D. Manfaat……………………………………….……………………………… 4

BAB II ANALISA JURNAL………………………………………………………… 5

A. Jurnal Utama ………………………………………………………………… 5


B. Jurnal Pendukung……………………………………………………………. 6
C. Analisa Pico…………………………………………………………….……. 6

BAB III TINJAUAN TEORI……………………………………………….………… 8

A. Konsep Penyakit……………………………………………………………..... 8
1. Pengertian ………………………………………………………………….8
2. Jenis Jenis Diabetes Melitus………………………………………………. 8
3. Tanda Dan Gejala…………………………………………………………. 9
4. Penyebab………………………………………………………………….. 10
B. Konsep Intervensi…………………………………………………….………. 10

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………... 11

A. Kesimpulan…………………………………………………………………… 11
B. Saran………………………………………………………………………….. 11

DAFTAR PUSAKA…………………………………………………………………... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dunia modern pada saat zaman ini memicu terjadinya perubahan gaya hidup
pada masyrakat didalamnya. Salah satu perubahan gaya hidup dan pola hidup adalah
dengan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat yang banyak mempengaruhi kadar
gula darah seperti makan cepat saji. Minum minuman bersoda dan jenis makanan
yang lainnya. Hal ini menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan terjadinya
penyakit degeneratif dalam hal ini seperti diabetes melitus. Peningkatan kadar gula
darah dalam darah atau hiperglikemi adalah kondisi terjadinya abnormalitas
metabolisme, karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler, dan
neuropati ( Nurarif & kusuma, 2015 ).

Diabetes melitus memiliki klasifikasi yaitu diabetes melitus tipe I tipe II, tipe
spesifik lain dan diabetes melitus tipe gestasional. Diabetes Melitus tipe I terjadi
akibatkerusakan sel islet pankreas dan kekurangan sirkulasi insulin total. Diabetes
Melitus tipe II trjadi akibat resistensiinsulin dengan kelainan pada sekresi insulin
kompensasi, Diabetes Melitus tipe lain merupakan diabetes melitus yang berhubungan
dengan keadaan atau sindrom lain, misalnya kelainan genetika pada sel beta,
gangguan endokrin induksi obata atau bahan kimia, infeksi, penyakit pankreas
eksokrin, dan diabetes melitus, gestasional terjadi pada wanita yang tidak mengalami
diabetes melitus sebelum kehamilannya, hiperglikemia terjadi selama kehamilan
akibat sekresi hormon hormon plasenta. ( buku ajar keperawatan medikal bedah,
EGC, 2016 ).

Diabetes melitus tipe II adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi
meski tersedia insulin endogen, diabetes melitus tipe II merupakan bentuk paling
umum diabetes melitus yang disebabkan karena resistensi insulin di jaringan perifer.
Hati memproduksi glukosa lebih dari normal, karbohidrat dalam makanan tidak di
metabolisme dengan baik dan akhirnya pankreas mengeluarkan jumlah insulin kurang
dari yang dibutuhkan ( Porth, 2011 ).

Berdasarkan data IDF ( indonesia developement forum ) diabetes atlas, pada


tahun 2013 penderita diabetes melitus di tanah air mencapai 8.554.155 orang. Bahkan
angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga mencapai 9,1 juta orang. Kata
ketua perkumpulan endrokologi indonesia (Perkeni ).

Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9 % menjadi
8,5 % kenaikan prevelensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup

1
antara lain meroko konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi
buah dan sayur ( RISKESDAS 2018).

Gejala khas penyakit Diabetes Melitus yaitu poliuri, polidipsi, polifagia,


lemas, dan gejala lain seperti rasa kesemutan, pruritus ( gatal gatal ) , mata kabur gigi
mudah goyah dan lepas, ibu hamil sering mengalami keguguran dan kematian janin
dalam kandungan, impotensi pada peria dan pruritus pada vulva wanita ( Riyadi &
sukarmin, 2009 ).

Diabetes melitus terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor genetik, obesitas,
kurang gerak, faktor makanan, hingga dapat terjadi komplikasi taerjadinya luka pada
kaki. Pada penderita DM dapat pula terjadi gangguan berupa kerusakan sistem syaraf
( neuropati ) yang terbagi menjadi tiga kelompok ( kerusakan sistem saraf perifer,
kerusakan sistem saraf otonom, dan kerusakan sistem saraf motorik ). Dan
menyebabkan ganggren dampak selanjutnya yang terjadi pada pasien DM adalah
komplikasi akut dan komplikasi kronik.

` ulkus adalah hilangnya seluruh ketebalan epitel sehingga jaringan ikat


dibawahnya terbuka yang disebabkan oleh peradangan yang menembus membran
mukosa atau kulit , sedangkan traumatik merupakan suatu kejadian yang berhubungan
dengan adanya trauma ( Bakar, 2012, Harty dan Ogston, 2012 ). Ulkus juga dapat
diartikan sebagai kerusakan epitel oragn mulut yang dapat menyebabkan terbukanya
ujung saraf bebas pada lamina propia dan menyebabkan rasa sakit pada penderita
( scully dan felix, 2005 dalam ekaputra, 2015 ).

Berdasarkan angka prevalansi penderita Diabetes Melitus di indonesia


mempunyai resiko besar 15 % terjadinya ulkus kaki diabetik, komplikasi amputasi
sebanyak 30 % angka mortilitas 32 % dan ulkus diabetik merupakan sebab perawatan
rumah sakit terbanyak sebanyak 80% untuk diabetes melitus. Penderita Ulkus
Diabetes di indonesia memerlukan biaya yang tinggi sebesar 1,3 juta sampai 1,6 juta
perbulan dan 43,5 juta pertahun untuk seorang penderita ( Hastuti, 2009 ).

Amputasi tungkai bawah paling banyak karena luka kaki diabetes, jumlah
penderita diabetes melitus dengan luka kaki terus meningkat 15-16 kali lebih besar
untuk amputasi. Deteksi dini dan penanganan yang tepat pada luka dapat mencegah
85 % amputasi. Obserfasi selama ini yang dilihat bahwa penyakit diabetes melitus
terus mengalami jumlah peningkatan jumlah penderita dari tahun ke tahun, kemudian
pada sebagian besar kasus diabetes melitus disertai dengan timbulnya luka pada kaki.
Kebanyakan pada penderita diabetes melitus yang mengalami luka jika tidak
dilakukan perawatan luka dengan baik dan benar, sehingga menyebabkan amputasi
dan kematian ( Adi, 2010 ).

Perawatan luka tertutup dengan modern dressing memiliki tingkat


penyembuhan lebih cepat dibandingkan dengan yang di tutup dengan kasa. Modern
dressing mampu untuk mempertahankan lingkungan lembab yang seimbang dengan

2
permukaan luka. Pemilihan dressing yang tepat dapat menjaga kelembapan
( Broussard dan Powers, 2013 ).

Perawatan luka pada pasien diabetes melitus dapat dilakukan dengan tepai non
farmakologis. Madu merupakan non farmakologis yang bisa diberikan dalam
perawatan luka diabetes melitus. Sifat anti bakteri dari madu membantu mengatasi
infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta
meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga
merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan
juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit ( e-jurnal pustaka
kesehatan,vol2 (n0.3) september , 2014 ).

Dalam madu terdapat kandungan zat gula berupa fruktosa dan glukosa yang
merupakan jenis gula monosakarida yang mudah di serap oleh usus. Selain itu madu
mengandung vitamin, mineral, asam amino, hormon antibiotik dan bahan bahan
aromatik ( Nurhayati, 2020 ).

Dalam penelitian siswantoro tentang “ pengaruh perawatan luka diabetik


metode modern dressing menggunakan madu terhadap proses penyembuhan luka “,
menunjukan perawatn luka diabetik metode modern dressing menggunakan madu
berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Sebelum dilakukan perawatan luka
diabetik modern dressing menggunakan madu, rata rata responden memiliki grade III
( 46,7%) ( siswantoro, 2015 ).

Infeksi yang terjadi pada luka diabetik disebabkan oleh 96% positif
staphylococus aureus dan 4% positif pseudomonas aeruginosa. Penelitian yang
dilakukan oleh AL Anshori menyimpulkan bahwa ada pengaruh perawatan luka
menggunakan madu terhadap kolisasi bakteri staphylococus aureus pada luka diabetik

Penelitian tersebut menyebutkan bahwa nilai rata rata kolonisasi bakteri


staphylococus aureus sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan madu sebesar
306 cfu/ml. Dan setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu sebanyak 4
kali ( 1 kali dalam sehari ) nilai rata rata kolonisasi staphylococus aureus menjadi
178,71 cfu/ml ( Anshori, 2014 ).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdsarkan dari hasil penelitian proses penyembuhan luka terjadi lebih cepat
bila dibandingkan dengan terapi farmakologis, terbukti dalam waktu dua minggu
jaringan granulasi pada luka diabetik tumbuh dalam madu banyak terdapat kandungan
vitamin, asam, mineral, dan enzim yang sangat berguna sekali bagi tubuh sebagai
pengobatan secara tradisional, antibodi, dan penghambat pertumbuhan sel kanker atau
tumor.

3
Berdasarkan dari latar belakang tersebut kami mahasiswa tertarik untuk melakukan
presentasi EBN tentang pengaruh efektifitas penggunaan madu dalam proses
perawatan ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus di RSUD
CHASBULLAH ABDULMAJID Kota Bekasi.

C. TUJUAN

Tujuan dari presentasi EBN ini adalah :

1. Menambah pengetahuan baru tentang pengaruh efektifitas penggunaan madu


dalam proses perawatan ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus di
RSUD CHASBUULAH ADBULMAJID Kota Bekasi.

2. Perawat agar dapat mengaplikasikan penggunaan metode terapi madu dalam


proses perawatan pasien dengan ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus.

D. MANFAAT

1. Manfaat bagi pelayanan keperawatan

Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan metode terapi madu dalam proses


perawatan pasien dengan ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus.

2. Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan

Diharapkan dimasa mendatang dapat keluar ide ide baru yang inovatif terkait
perkembangan metode terapi madu dalam proses perawatan pasien ulkus
diabetikum pada penderita diabetes melitus.

4
BAB II

ANALISA JURNAL

A. JURNAL UTAMA

1. Judul jurnal : “ PENGARUH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MADU


DALAM PROSES PERAWATAN ULKUS DIABETIKUM PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMAJID
KOTA BEKASI “

2. Nama peneliti : Mila sartika, Ratu najla, Rizki Anita, Putri Nur Fadilah

3. Tempat dan waktu: RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMAJID Kota bekasi,


tahun 2019

4. Tujuan penelitian : Untuk dapat digunakan oleh pelayanan kesehatan sebagai


acuan untuk memeberikan pendidikan kesehatan dalam melakukan perawatan
ulkus diabetikum pada pasien Diabetes Melitus dan sebagai perawatan alternatif
ulkus Diabetikum agar dapat memenuhi kebutuhan perawatan dan mempercepat
proses perawatan ulkus pada penderita Diabetes Melitus tipe II.

5. Populasi , sampling dan tekhnik sampling : Populasi dalam penelitian ini


adalah seluruh pasien yang menderita ulkus Diabetikum di RSUD Dr.Chasbullah
Abdulmajid di kota Bekasi sebanyak 82 pasien, Samplenya diambil dari penderita
ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kriteria tertentu
berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nabhani dan
Widiyastuti tahun pada tahun 2017, maka peneliti mengambil sample sebanyak 20
orang. Pengambilan sample dilakukan dengan cara purposive sampling.

6. Desain Penelitian : quisy experiment dengan rancangan case control

7. Uji statistik yang digunakan : analisa data univariat dan bevariat

8. Instrumen penelitian yang digunakan : lembar oserfasi, penggaris, SOP


perawatan luka dengan madu, SOP perawatan tanpa madu, madu, dan buku
catatan\

9. Hasil penelitian : hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh


madu dalam proses perawatan ulkus diabetikum perawat bisa menggunakan madu

5
sebagai alternatif lain dalam perawatan ulkus namun tidak mengurangi kualitas
penyembuhan ulkus diabetikum.

B. JURNAL PENDUKUNG

1. Judul jurnal : “ PENGARUH TERAPI MADU TERHADAP LUKA


DIABETIK PADA PASIEN DENGAN DIABETESMELITUS TIPE II DI RW
011 KELURAHAN PEGIRIAN SURABAYA “

2. Nama peneliti : Fauziyah Sundari, Hendro Djoko

3. Tempat dan waktu: RW 011 Kelurahan Pegirian Surabaya

4. Tujuan penelitian : untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi madu terhadap


luka diabetik

5. Populasi dan sampling : populasi penelitian adalah pasien yang menderita luka
diabetik sejumlah 10 orang sample

6. Desain penelitian : design penelitian menggunakan pra eksperimental dengan


pendekatan one group pre-post test

7. Uji statistik yang digunakan : non probability sampling dengan pendekatan


total sampling

8. Instrumen penelitian yang digunakan : menggunakan lembar obserfasi

9. Hasil penelitian : menunjukan derajat luka diabetik sebelum dilakukan terapi


madu sebagian besar dalam katagori berat yaitu 9 responden ( 90%). Derajat luka
diabetik setelah pemberian terapi madu diperoleh sebanyak 4 responden ( 40%)
dalam katagori sedang. Uji statistik menggunakan wicoxon didapatkan tingkat
signifikasi 0,023 (p<0,05). Yang berarti ada pengaruh pemberian terapi madu
terhadap luka diabetik pada pasien DM Tipe II. Dengan demikian terapi madu
sangat membantu terhapat proses penyembuhan luka diabetik pasien, sehingga
diharapkan terapi ini dapat dijadikan pengobatan alternatif untuk penyembuhan
luka diabetik.

C. ANALISA PICO

1. Problem

a. Keadaan ulkus pada kelompok perlakuan sebelum intervensi perawatan


menggunakan madu adalah 8,50 dengan setandar deviasi 3,342. Pada keadaan
ulkus sesudah intervensi menggunakan madu didapatkan rata rata 6,30 dengan

6
standar deviasi 2,751 . terlihat nilai mean perbedaan antara nilai keadaan ulkus
sebelum dan sesudah intervensi perawatan menggunakan madu adalah 2,200
dengan standar deviasi 1,619. Hasil uji statistik pada kelompok perlakuan
didapatkan nilai P= 0,002 < 0,05(a) sehingga Ha diterima yang artinya
terdapat pengaruh penggunaan madu dalam proses perawatan ulkus
diabetikum pada penderita diabetes melitus tipe II di RSUD dr Chasbullah
Abdulmajid kota bekasi tahun 2019. Sedangkan padakelompok kontrol
didapatkan hasil rata rata nilai keadaan ulkus yaitu tanpa menggunakan madu
adalah 8,00 dengan standar deviasi 2,708 tidak terdapat pengaruh signifikan
dalam proses perawatan ulkus diabetikum tanpa menggunakan madu pada
penderita diabetes melitus tipe II di RSUD Dr. Chasbullah Abdulmajid Kota
bekasi tahun 2019.

2. Intervention

Jenis intervensi yang diberikan adalah intervensi keperawatan melakukan


perawatan luka dengan terapi madu pada penderita ulkus diabetikum pada
penderita diabetes melitus.

3. Comparison

Judul jurnal : “ EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MADU ( MEL)


TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA OPRASI PADA IBU SECTIO
CAESARIA”

Hasil penelitian : hasil penelitan menunjukkan bahwa pada kedua kelompok


madu dan nacl 0,9 % yang diperoleh tidak berdistribusi normal. Rata ratahasil uji
mann-whitney pada kelompok intervensi 9,81 lebih rendah di bandingkan pada
kelompok kontrol 23.19 ( p-value = 0,000). Kelompok perlakuan madu lebih
efektif dalam penyembuhan luka di bandingkan kelompok kontrol ( Nacl 0,9%)
sehingga madu menjadi salah satu alternatif terapi pada luka post SC.

4. Outcome

Berdasarkan hasil uji, bahwa terapi pemberian madu terhadap penyembuhan luka
bisa menjadi salah satu alternatif lain dalam perawatan luka.

7
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Diabetes melitus atau bisa disebut diabetes saja adalah penyakit kronis yang
ditandai dengan tingginya kadar gula ( glukosa ) di dalam darah. Kondisi ini juga
sering disebut sebagai penyakit gula ataukencing manis.
Gula yang berada di dalam darah seharusnya di serap oelh sel-sel tubuh untuk
kemudian diubah menjadi anergi. Insulin adalah hormon yang bertugas untuk
membantu penyerapan glukosa dalam sel-sel tubuh untuk diolah menjadi energi.
Sekaligus menyimpan sebagian glukosa sebagai cadangan energi.
Apabila terjadi gangguan pada insulin seseorang beresiko tinggi mengalami
diabetes. Diabetes dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti :
- Kurangnya produksi insulin oleh pankreas
- Gangguan respon tubuh terhadap insulin
- Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin.

Apabila kondisi ini diabaikan dan kadar gula darah dibiarkan tinggi tanpa
dikendalikan, diabetes bisa melahirkan berbagai komplikasi membahayakan.

Ulkus diabetikum adalah kondisi yang kerap dialami oleh penderita diabetes.
Kondisi ini kondisi ini ditandai dengan munculnya luka pada kaki yang disertai
dengan munculnya cairan berbau tidak sedap dari kaki. Ulkus termasuk salah satu
komplikasi diabetes yang berbahaya dan perlu segera ditangani oleh dokter,

2. Jenis Jenis Diabetes Melitus

a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe I adalah gangguan autoimun yang menyebabkan kerusakan sel-
sel yang memproduksi hormon insulin di dalam pankreas. Akibatnya, tubuh
kekurangan insulin, kurangnya produksi insulin dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Biasanya gejala penyakit gula ini lebih sering terdeteksi pada
usia yang lebih muda terutama pada masa anak anak atau remaja.

8
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi. Kondisi
lebih sering terjadi pada orang dewasa, terutama yang berumur diatas 30
tahun. Kondisi ini biasanya terjadi karena kemampuan produksi insulin yang
melemah atau berkurangnya kemampuan tubuh dalam merespon insulin. DM
tipe 2 umumnya terjadi karena masalah gaya hidup.

c. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah penyakit kencing manis yang hanya terjadi pada
wanita hamil. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah pada ibu maupun
bayinya jika tidak di obati. Jika ditangani cepat dengan baik, penyakit gula ini
biasanya sembuh total setelah melahirkan.

3. Tanda Dan Gejala

Penyakit kencing manis sering kali tidak menunjukan gejala apapun pada
awalnya, banyak orang yang tidak sadar sudah lama memiliki diabetes melitus
karena tidak ada gejala yang mengganggu. Meski begitu gejala diabetes tipe 1
biasanya muncul lebih cepat di bandingkan dengan tipe 2yang cenderung
memburuk perlahan lahan. Berikut beberapa tanda dan gejala khas penyakit
diabetes melitus yang perlu anda ketahui :
- Sering merasa haus atau lapar
- Sering buang air kecil, terkadang terjadi setiap jam atau poliuri
- Lemah, lesu dan tidak bertenaga
- Sering mengalami infeksi, misalnya infeksi kulit vagina, sariawan, atau
saluran kemih
- Luka diabetes sulit sembuh
- Pandangan kabur
- Gatal pada kulit, terutama pada lipatan paha atau daerah vagina
- Berat badan turun tiba-tiba

Gejala lainya dari prnyakit kencing manis yang harus anda waspadai adalah :

- Mual atau muntah, mulut kering


- Gusi sering bengkak dan luka
- Kaki sering sakit, kesemutan, dan mati rasa
- Bercak hitam dan sisik pada kulit
- Disfungsi seksual, seperti gangguan ereksi

Mengetahui gejala diabetes melitus lebih awal akan memudahkan anda untuk
mengendalikan penyakit gula ini dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes
yang berbahaya.

4. Penyebab
9
Sebelum mengetahui penyebab diabetes melitus, perlu diketahui bagaimna
glukosa di proses oleh tubuh. Glukosa sangat penting untuk tubuh karena bekerja
sebagai sumber energi bagi sel-sel, jaringan dan organ tubuh, terutama otak.
Glukpsa sebelumnya berasal dari makanan yang anda makan, sebagian akan
digunakan oleh sel-sel tubuh dan sebagian disimpan sebagai cadangan energi di
dalam hati ( liver ). Jenis glukosa yang di simpan di hati disebut dengan glikogen.
Penyebab pasti diabetes melitus baik tipe 1 dan tipe 2 belum diketahui secara
pasti. Namun para ahli dari American Diabetes Association menduga bahwa
tingginya kadar gula dalam darah yang menyebabkan beberapa jenis penyakit
diabetes disebabkan oleh beberapa hal berikut :

a. Kondisi autoimun
Kondisi autoimun yang menyebabkan diabetes melitus terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh anda menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang
bertugas menghasilkan hormon insulin.

b. Resistensi insulin
Kencing manis terjadi karena lemak, hati, dan sel sel otot di tubuh tidak
merespon insulin dengan benar. Dalam dunia medis kondisi ini disebut dengan
resistensi insulin. Resistensi insulin sendiri membuat sel tubuh tidak bisa
menerima gula darah untuk kemudian diolah menjadi energi. Hal ini
memberisinyal bahwa kekurangan gula, sehingga memecah kembali glikogen.
Pada akhirnya gula akan terus menumpuk dan menyebabkan kadar gula darah
tinggi atau disebut hiperglikemia.

B. KONSEP INTERVENSI

Tindakan mandiri perawat dalam melakukan perawatan luka pada bisa dengan
modern dressing yaitu dengan pemberian terapi madu. Tujuan pemberian terapi madu
sebagai alternatif lain dalam perawatan luka dengan tidak mengurangi proses
penyembuhan luka.

10
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penggunaan madu dalam proses perawatan luka sebagai perawatan alternatif


modern dressing yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan dan mempercepat
proses penyembuhan luka.

2. Intervensi ini dapat dijadikan rekomendasi kepada perawat untuk penatalaksaan


yang efektif terhadap pemberian madu dalam perawatan luka ulkus diabetikum
dan luka post SC.

B. SARAN

1. Intervensi ini dapat dijadikan sebagai metode alternatif modern dressing dalam
perawatan luka pada pasien dengan ulkus diabetikum pada penderita dm dan
pasien post SC, baik di rumahsakit, puskesmas, maupun di klinik

2. Puskesmas agar dapat memfasilitasi dalam pembuatan brosur tentang pentingnya


modern dressing pemberian madu terhadap perawatan luka.

3. Perawat perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang manfaat pemberian madu
sebagai alternatif lain dalam modern dressing dalam perawatan luka.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal ilmiah kesehatan medika . Vol.03 No.01,Juni 2021

Malahayati Nursing journal, issn cetak : 2655-2728, issn online : 2655-4712, volume 4
nomor 3 Maret 2022, DOI: https://doi.org/10.33024/mnj.v4i3.6034

Wardani, Anggita Kusuma. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit Mematikan


Yang Paling Sering Menyerang Kita. BukuBiru

Paramita, Gumilang. (2014). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pasien

Diabetes mellitus Tipe II Di RSUD Karanganyar. Diakses dari

http://eprints.ums.ac.id/29212/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf diunduh pada tanggal 8 april

2019 pukul 21.00 WIB.

Sulistyowati dan Asnindari. (2017). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Gula Darah

Sewaktu Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Cawas.

Diakses dari http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/25 09 diunduh pada tanggal 8 april

2019 pukul 21.10 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai