Anda di halaman 1dari 25

EVIDANCE BASED NURSING

EFEKTIFITAS PENGAPLIKASIAN MADU UNTUK MEMPERCEPAT


PROSES PENYEBUHAN LUKA DAN RESIKO AMPUTASI PADA
PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN DIABETIC FOOT ULCER (DFU)

Dosen Pembimbing:
Ns. Elvi Oktarina, M.Kep, Sp.Kep.MB

Disusun Oleh :
Aisya Rahmadhanty
2121312008

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular dan
terdapat peningkatan setiap tahunnya. Penyakit DM terjadi dikarenakan
gangguan metabolik yang dimana memiliki ciri-ciri kadar gula darah yang
meningkat di dalam tubuh (hiperglikemia) yang dikarenakan karena
penurunan dari sekresi insulin oleh pankreas atau sensitifitas insulin berkurang
maupun keduanya (Ningsih et. al, 2019). WHO (2016), menyatakan bahwa
kurang lebih 422 juta orang dewasa menderita diabetes pada tahun 2014,
dibandingkan tahun 2013 sebanyak 382 juta (IDF, 2013). Angka tersebut
diperkirakan akan mengalami peningkatan mencapai 642 juta manusia pada
tahun 2040.
Indonesia merupakan negara yang menduduki posisi ketujuh dengan
menderita penyakit diabetes mellitus sebanyak sepuluh juta penderita (IDF,
2015). Diabetes mellitus 2 mengalami peningkatan pada tahun 2018 sejumlah
3,4% dibandingkan tahun 2013 yaitu 2,1% (Riskesdas, 2018). Salah satu
komplikasi dari DM adalah neuropati, berupa berkurangnya sensasi di kaki
dan sering dikaitkan dengan diabetic foot ulcers (DFU).
Neuropati perifer menyebabkan hilangnya sensasi di daerah distal kaki
yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki bahkan amputasi.
Ulkus kaki diabetik berkontribusi terhadap >50% ulkus kaki penderita
diabetes dan sering tidak menimbulkan rasa nyeri disertai lebam (Bilous R,
2014). Prevalensi penderita DFU di Indonesia sekitar 15%, dengan angka
amputasi 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan sebab
perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% (Meilani, 2013). Ulkus
diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM berupa luka terbuka
pada permukaan kulit yang terinfeksi oleh bakteri dapat disertai adanya
kematian jaringan setempat. Bakteri merupakan penyebab utama infeksi luka
diantara mikroorganisme lain yang hadir pada kulit. Luka kronis diawali
dengan munculnya organisme gram positif seperti bakteri aerob dan tahap
selanjutnya bakteri anaerob. Bakteri anaerob cenderung menyerang lapisan
yang lebih dalam pada luka, diperkirakan 50% dari luka kronis (Sarheed et al.,
2016). Diabetik foot ulcer dapat dilihat dari berbagai kategori yaitu; penderita
merasakan hilangnya sensorik, adanya kalus, nekrosis menebal, luka
dikelilingi kalus, suhu kaki terasa hangat, kulit kering, dan pecah-pecah.
Bakteri berdampak pada gangguan perfusi memungkinkan untuk reaksi
imflamasi/ infeksi sehingga penyembuhan luka terhambat (Botros et al.,
2017).
Perawatan luka pada pasien DM dilakukan dengan perawatan luka
konvensional dan modern. Penggunaan balutan modern lebih efektif dalam
menurunkan skor drajat luka dibandingkan dengan balutan konvensional.
Salah satu teknik perawatan luka dengan modern dressing yaitu menggunakan
madu. Teknik modern dressing dengan madu adalah suatu metode
penyembuhan luka dengan mempertahankan kelembaban luka (Moist Wound
Healing) dengan menggunakan teknik oklusif dan tutup.
Perawatan luka menggunakan madu memiliki sifat meningkatkan sistem
kekebalan aktivitas, mendorong debridemen dan merangsang proses
regenerasi luka. Madu memiliki efek antimikroba, serta memiliki anti
inflamasi, analisis mengenai kandungan madu menyebutkan bahwa unsur
terbesar komponen madu adalah glukosa dengan kadar fruktosa paling besar
(76,8%) disamping mineral dan vitamin. Aktivitas antimikroba madu juga
dihasilkan dari pH rendah (3,2–4,5). Aktivitas antioksidan berasal dari
keberadaan berbagai senyawa dalam madu, dengan antioksidan terkuat adalah
zat fenolik dan asam galat (Renata, dkk, 2019).
Madu juga mempunyai kandungan antibiotik yang berfungsi sebagai
antiseptik dan antibakteri yang berfungsi untuk melindungi luka, sekaligus
dapat membantu mengatasi infeksi yang terjadi pada luka dan bahkan sebagai
antiinflamasi yang berfungsi untuk meredakan nyeri dan dapat menjaga
sirkulasi yang dapat membantu dalam penyembuhan luka, selain banyak
manfaatnya untuk luka, madu mampu berfungsi untuk mempercepat dari
pertumbuhan jaringan yang baru, sehingga juga mampu untuk memudarkan
jaringan parut atau yang bisa disebut bekas pada luka dikulit (Sundari &
Tjahjono, 2017).
Oleh karena itu, penulis berencana menerapakan Evidence Based Nursing
(EBN) mengenai efektifitas pengaplikasian madu untuk mencegah resiko
amputasi dan mempercepat proses penyembuhan luka pada pasien diabetes
melitus dengan diabetic foot ulcer (DFU).
2.1 Tujuan Penerapan EBN
2.1.1 Untuk membuktikan efektifitas pengaplikasian madu untuk
mempercepat proses penyebuhan luka pada pasien diabetes melitus
dengan diabetic foot ulcer (DFU)
2.1.2 Untuk membuktikan efektifitas pengaplikasian madu untuk mencegah
resiko amputasi pada pasien diabetes melitus dengan diabetic foot
ulcer (DFU)
3.1 Manfaat Penerapan EBN
3.1.1 Diharapkan hasil EBN ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
penyususnan standar prosedur penggantian balutan menggunakan
modern dressing pada pasien diabetic foot ulcer (DFU) sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
3.1.2 Diharapkan hasil hasil EBN ini dapat mengembangkan keilmuan
Keperawatan Medikal Bedah dalam mengganti balutan luka pada
pasien diabetic foot ulcer menggunakan madu
3.1.3 Diharapkan dengan adanya penerapan EBN ini dapat menurunkan
terjadinya komplikasi pasien dan meningkatkan kenyamanan pada
pasien diabetes melitus dengan diabetic foot ulcer.
BAB II
PENELUSURAN EVIDANCE
2.1 Pertanyaan Klinis
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas maka dapat
dirumuskan masalah dalam pertanyaan klinis “Pada pasien diabetic foot ulcer
(DFU), apakah penggunaan modern dressing dengan madu jika dibandingkan
dengan konventional dressing dan penggunaan povidone iodine dalam
perawatan luka dapat mencegah resiko amputasi dan mempercepat proses
penyembuhan luka?”. Untuk lebih jelasnya akan digambarkan dalam bentuk
PICO seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.1
Analisis PICO
Unsur PICO Analisis Kata kunci
(Terapi)
P Pasien diabetes melitus dengan Diabetic foot ulcer
diabetic foot ulcer
I Penggunaan madu Honey, modern dressing
C Balutan konvensional dan Conventional dressing,
povidone iodine Povidone iodine
O Mencegah resiko amputasi, Decreased risk of
mempercepat proses amputation, wound
penyembuhan luka healing, wound care

2.2 Sumber Penelusuran


Penelusuran jurnal yang yang berhubungan dengan penerapan intervensi
pengaplikasian madu untuk mencegah resiko amputasi dan mempercepat
proses penyembuhan luka pada pasien diabetes melitus dengan diabetic foot
ulcer (DFU) menggunakan internet online data base yaitu:
1. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/
2. https://www.sciencedirect.com/
3. https://www.proquest.com/
4. https://www.ebsco.com/
Hasil penelusuran disajikan dalam tabel seperti dibawha ini:
Tabel 2.2
Hasil pebelusuran Evidance
No Kata kunci Sumber penelusuran
. Pubmed Sciencedirect Proquest Ebsco
1.  Diabetic foot Ditemukan Ditemukan Ditemukan Ditemukan
ulcer 17.929 jurnal 15.323 jurnal 14.604 16.780 jurnal
dipersempit 5 dipersempit 5 jurnal, dipersempit
tahun terakhir tahun terakhir dipersempit 5 tahun
1.200 yang 2.980, 5 tahun terakhir
relevan 78 dipersempit terakhir dengan
dengan 463, nursing
nursing 381, dipersempit didapat 685
yang relevan dengan jurnal, 75
32 nursing yang relevan
1.003, yang
relevan 30
2.  Diabetic foot Ditemukan 20 Ditemukan 20 Ditemukan Ditemukan
ulcer jurnal yang jurnal, yang 88 jurnal, 24 jurnal, 10
 Honey relevan 14 relevan 10 yang yang relevan
relevan 14
3.  Diabetic foot Ditemukan Ditemukan 8 Ditemukan Ditemukan
ulcer 18, yang jurnal, yang 9 jurnal 12 jurnal
 Honey relevan 2 relevan 4 yang yang relevan
 Povidone iodine relevan 3 3
 Conventional
dressing
4.  Diabetic foot Ditemukan 10 Ditemukan 6 Ditemukan Ditemukan 4
ulcer jurnal, yang jurnal, yang 3 jurnal, jurnal, 1
 Honey relevan 4 relavan 3 tidak ada yang relevan
 Povidone iodine yang
 Conventional relevan
dressing
 Decreased risk
of amputation,
wound healing,
wound care
2.3 Temuan penelusuran
Penulis menemukan lebih dari 40.000 jurnal yang sesuai dengan kata kunci
yang sudah ditetapkan. Akan tetapi, penulis hanya akan membahas 7 jurnal
yang relevan dengan topik EBN seperti tabel dibawah ini:
1. A Randomized, Controlled Clinical Trial of Honey-Impregnated
Dressing for Treating Diabetic Foot Ulcer
Imran M, Hussain M. B, Baig M. (2015). Journal of the College of
Physicians and Surgeons Pakistan. Vol.25 (10): 721-725
2. A Pilot Randomized, Controlled Study of Nanocrystalline Silver,
Manuka Honey, and Conventional Dressing in Healing Diabetic Foot
Ulcer
Tsang et al., 2017. Evidence-Based Complementary and Alternative
Medicine. 1-15. https://doi.org/10.1155/2017/5294890
3. Effectiveness of honey dressing in the treatment of diabetic foot ulcers: a
systematic review and meta-analysis
Wang C, Guo M, Zhang N, Wang G,. 2018. Complementary Therapies
in Clinical Practice. doi: https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2018.09.004.
4. Effectiveness of using sialang honey on wound bed preparation in
diabetic foot ulcer
Ritonga S. H, Daulay M. N.. (2019). Enfermia Clinica. (3)1-3.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2018.11.028
5. Successful Repair of Diabetic Foot Ulcer with Honey-Based Treatment:
A Case Report
Delshad E, et al., 2017. Iran Red Crescent Med J. 19(3). doi:
10.5812/ircmj.41939.
6. One year randomized controlled trial to compare the effectiveness of
honey dressing versus povidone iodine dressing for diabetic foot ulcer at
Dr. Prabhakar Kore Hospital and MRC, Belagavi
Koujalagi RS et al.,2020. Belagavi. International Surgery Journal.
7(2);506-13.
7. A comparative study in between tropical honey and povidone dressing in
diabetic wounds in a medical college of Northern India
Yadav AK, Dwivedi S, Desai S. 2018. International Surgery Journal.
5(10);3391-3393.
Tabel 2.3
Temuan Penelusuran
N Judul penelitian Metode Jumlah dan Intervensi Hasil Kekuatan dan
o. penelitian kriteria sampel kelemahan
1. A Randomized, A randomized, n= 348 responden Semua sampel madu Uji chi-kuadrat digunakan Kekuatan :
Controlled controlled trial KI: 179 diiradiasi gamma untuk membandingkan Penelitian ini sudah
Clinical Trial of KK: 169 sebelum aplikasi jumlah subjek yang sembuh menggunakan
Honey- Kiteria inklusi: klinis. Sampel madu total, tidak sembuh total, metoda true
Impregnated Semua pasien 18 diperiksa khasiat dan memburuk pada kedua experiment,jika
Dressing for tahun dengan ulkus antibakterinya dengan kelompok studi. diterapkan dalam
Treating kaki diabetik uji difusi. Luka dicuci Seratus tiga puluh enam prosedural klinik berada
Diabetic Foot (wagner grade 1 atau dengan normal saline luka (75,97%) dari 179 pada tingkat yang paling
Ulcer 2) sebelum dibalut untuk sembuh total dengan tinggi. Sehingga
Kriteria eklusi: menghilangkan debris pembalut madu dan 97 kesalahan yang mungkin
Imran M, Pasien dengan ulkus dan luka diukur (57,39%) dari 169 dengan ditimbulkan sedikit. Selain
Hussain M. B, kaki diabetik derajat menggunakan teknik pembalut garam (p=0,001). itu, alat ukur yang
Baig M (2015) 3 - 5, Ankle Brachial penggaris. Pengukuran Median waktu digunakan dalam
Pressure Index dilakukan dalam penyembuhan luka adalah penelitian ini sudah valid.
(ABPI) < 0,7, ulkus sentimeter (cm) dan 18.00 (6 - 120) hari (Median Jumlah sampel juga
vena atau ulkus dalam tiga dimensi dengan IQR) pada banyak sehingga dapat
ganas, diabetes yang yaitu panjang (L), kelompok A dan 29,00 (7 - dibuktikan efektifitas
tidak terkontrol yaitu lebar (W) dan 120) hari (Median dengan tindakannya.
HbA1c > 7%, pasien kedalaman (D) luka. IQR) pada kelompok B (p Kelemahan :
dengan ulkus > 1, Terdapat dua <0,001). Kurang dibahas prosedur
pasien dengan kelompok; pasien Kesimpulan: Hasil pengaplikasian dressing
hemoglobin < 10 dengan ukuran luka > menunjukkan bahwa madu madu pada bagian
g/dl dan pasien 5 x 5 x 2 cm dan adalah bahan pembalut yang intervensi
dengan tanda infeksi ukuran luka 5 x 5 x 2 efektif daripada pembalut
lokal (adanya nanah, cm. Pembalut luka konvensional, dalam
kultur awal positif) ditutup dengan lapisan mengobati pasien ulkus kaki
ke-2 untuk diabetik.
perlindungan.
Dressing dilakukan 2
kali sehari selama 3
hari, kemudian
tergantung pada
kondisi luka, baik
sekali/dua kali sehari
atau setelah 48 jam.
2. A Pilot Uji coba n= 31 Debridement kalus Hasil penelitian didapatkan Kekuatan :
Randomized, terkontrol acak 11 kelompok nAg, dilakukan di setiap proporsi penyembuhan Penelitian ini sudah
Controlled Study label terbuka 10 kelompok madu kunjungan klinik ulkus komplit sebesar 81,8 menggunakan
of dengan desain hanuka, dan 10 untuk mengurangi %, 50%, dan 40% dalam metoda true
Nanocrystalline 3 kelompok kelompok balutan tekanan lokal. Ulkus kelompok nAg, MH, dan experiment,jika
Silver, Manuka paralel dalam konvensional. dibersihkan dan konvensional, masing- diterapkan dalam
Honey, and menguji Kriteria inklusi: jaringan yang tidak masing. Tingkat prosedural klinik berada
Conventional efektivitas pasien DM tipe 2, dapat hidup dan pengurangan ukuran ulkus pada tingkat yang paling
Dressing in awal nAg usia 40 atau lebih biofilm dilakukan berpotensi lebih tinggi pada tinggi. Sehingga
Healing Diabetic terhadap MH dengan ulkus kaki debridement setiap kelompok nAg (97,45%) kesalahan yang mungkin
Foot Ulcer dan dressing pada atau di bawah kali. Semua tendon dibandingkan kelompok ditimbulkan sedikit. Selain
konvensional daerah malleolar, yang terbuka dan MH (86,21%) dan itu, alat ukur yang
Tsang et al., dalam ukuran luka sama jaringan avaskular kelompok konvensional digunakan dalam
(2017) penyembuhan dengan atau lebih juga dirangsang (75,17%). Secara penelitian ini sudah valid.
DFU dalam hal besar dari 1 cm, dan dengan jarum atau bakteriologi, nAg Kelemahan:
penyembuhan tidak ada operasi pisau sampai berdarah. menunjukkan tingkat Sampel dalam penelitian
ulkus, infeksi yang dapat Intervensi ini reduksi mikroorganisme ini masih sedikit untuk
ulkus, dan diperkirakan dalam digunakan sebagai yang lebih besar meskipun melihat kejadian yang
peradangan. 12 minggu. rekrutmen seluler ke tidak signifikan. Untuk tidak diinginkan pada
Kriteria eksklusi: area lokal untuk menyimpulkan, nAg alginat responden yang lebih
kadar HbA1c≥ 10%; angiogenesis dan berpotensi lebih unggul dari besar.
indeks brakialis pembentukan MH dan dressing
pergelangan kaki≤ granulasi. Pembalut konvensional dalam
0,4; ulkus dengan topikal kemudian penyembuhan ulkus kaki
tulang atau sendi diterapkan sesuai diabetik dalam hal tingkat
terbuka; dengan urutan pengurangan ukuran ulkus.
osteomielitis; infeksi pengacakan.
luka parah [menurut
(ISDA) dan
(IWGDF) klasifikasi
infeksi kaki
diabetik], diketahui
alergi terhadap nAg
atau MH.
3. Effectiveness of Berbagai Strategi pencarian Studi memenuhi syarat Meta-analisis menunjukkan Kekuatan : jurnal ini
honey dressing macam uji mengidentifikasi 244 jika berfokus pada bahwa balutan madu secara merupakan systematic
in the treatment coba terkontrol studi potensial. madu dalam efektif mempersingkat review dan meta-analysis,
of diabetic foot acak (RCT’s), Hanya 11 studi pengobatan DFU. waktu debridement luka, sehingga dapat dianalisis
ulcers: a quasi masuk dalam studi yang menilai waktu penyembuhan luka, berdasarkan penerapan
systematic experimental, tinjauan sistematis. intervensi multifaset dan waktu pembersihan lapangan dan penelitian-
review and meta- cohort, cross Kriteria: Pasien dikecualikan, karena bakteri; meningkatkan penelitian yang teruji
analysis sectional dan berusia 18 tahun bisa sulit untuk tingkat penyembuhan luka Kelemahan : studi hanya
studi dengan DFU. mengisolasi dan dan tingkat pembersihan berasal dari 11 jurnal saja
Wang C, Guo M, observasional Diagnosis diabetes mengaitkan efek bakteri selama pemakaian
Zhang N, Wang tidak terbatas pada balutan madu pada pertama dalam dua minggu
G,. (2018) jenis apa pun. DFU.
klasifikasi wagner
pada DFU tidak
dibatasi
4. Effectiveness of Quasy n= 8 Untuk membuat Rata-rata skor dasar luka Kekuatan : Dapat
using sialang experiment Kriteria sampel kelembaban luka sebelum intervensi adalah mengetahui perlakuan
honey on wound with one group adalah semua seimbang, dalam 2,75 dan menjadi 9,25 sebelum dan sesudah
bed preparation pre test post penderita kaki penelitian ini setelah intervensi pada skala diberikan intervensi
in diabetic foot test design diabetik digunakan madu 0--16. Uji wilcoxon dalam Kelemahan : Design
ulcer. karena mampu penelitian ini diperoleh p penelitian menggunakan
merangsang terjadinya value 0,011 dengan quasi eksperimen dengan
Ritonga S. H, preparasi alas luka. kesimpulan bahwa madu satu kelompok pretest post
Daulay M. N. Perawatan luka sialang berpengaruh test tidak ada kelompok
(2019) dilakukan selama 14 signifikan terhadap kontrol, sehingga tidak
hari preparasi dasar luka pada ada pembanding antara
ulkus kaki diabetik. kelompok intervensi dan
kontrol. Sampel dan
kriteria sampel tidak
dijelaskan.
5. Successful Studi kasus Sampel : seorang Lukanya dicuci Laporan kasus ini menyoroti Kekuatan:
Repair of wanita berusia 70 dengan normal saline, fakta bahwa manfaat yang Bahwa penelitian ini
Diabetic Foot tahun dengan diisi dengan madu sebanding dari pembalut melakukan inspeksi
Ulcer with riwayat DM yang alami, dan kemudian madu dapat dihasilkan harian, kontrol teliti atas
Honey-Based menjalani obat dosis ditutup dengan dalam aplikasi tunggal dan prosedur medis, fotografi
Treatment: A tinggi antidiabetes pembalut kasa steril dalam kombinasi dengan digital sebelum dan
Case Report oral (OADs) dua kali sehari. Setiap sub-sub alami lainnya (yaitu selama perawatan ulkus
rongga harus diisi minyak zaitun) untuk kaki dan penyembuhan
Delshad E, et al., dengan madu mengobati ulserasi. luka tanpa antibiotik
2017 Disimpulkan bahwa Kelemahan :
pembalut madu dapat kegagalan untuk
dianggap sebagai pilihan menerapkan USG Doppler
lain yang layak, untuk warna untuk sirkulasi
praktik saat ini dalam sistem darah kakinya.
perawatan kesehatan
6. One year Randomized n= 64 responden Dressing dilakukan Perbedaan ukuran luka pada Kekuatan :
randomized controlled trial KI: 32 dengan dengan teknik yang kelompok balutan madu dan Penelitian ini sudah
controlled trial Tujuan : dressing madu sama - pembersihan kelompok balutan povidone menggunakan
to compare the untuk KK: 32 responden dan aplikasi pada hari pertama, hari ke- metoda true
effectiveness of mengetahui dengan dressing madu/povidone iodine 3, hari ke-5, hari ke-7, hari experiment,jika
honey dressing pengaruh povidone iodine dan pembalutan. ke-10 secara statistik tidak diterapkan dalam
versus povidone pembalut madu Kriteria inklusi: Sebelum aplikasi, lesi signifikan (p>0,05). prosedural klinik berada
iodine dressing vs pembalut menderita ulkus kaki dibersihkan dari Perbedaan ukuran luka pada pada tingkat yang paling
for diabetic foot povidone diabetik. Bisul yang puingpuing dan bahan kelompok pembalut madu tinggi. Sehingga
ulcer at Dr. iodine terhadap tidak sembuh- yang dicerna dengan pada masa tindak lanjut hari kesalahan yang mungkin
Prabhakar Kore pengurangan sembuh, selama menggosok lembut ke-15 signifikan secara ditimbulkan sedikit.
Hospital and ukuran luka lebih dari 6 minggu dengan kain kasa statistik (p<0,05). Kelemahan:
MRC, Belagavi pada ulkus dan yang dengan salin normal. Kesimpulan: Hasil yang Sampel dalam penelitian
kaki diabetik memerlukan Madu yang belum lebih baik dengan dressing ini masih sedikit untuk
Koujalagi R. S et debridement untuk diproses dioleskan madu untuk pengurangan melihat kejadian yang
al., (2020) penyembuhan, pada kain kasa steril, ukuran luka pada ulkus kaki tidak diinginkan pada
hanya luka yang yang kemudian diabetik. responden yang lebih
bersih secara klinis dioleskan ke luka dan besar.
tanpa tanda-tanda diamankan dengan
peradangan, benar. Kasa yang
keluarnya nanah. direndam povidone
Pasien dengan grade iodine disimpan pada
1 dan 2 menurut luka dan balutan
klasifikasi Wagners. diamankan. Pembalut
Kriteria eksklusi: luka akan diganti pada
Pasien dengan hari alternatif selama 6
ekstremitas iskemik, minggu tindak lanjut
osteomielitis terkait, atau sampai
selulitis, penyembuhan total.
ketoasidosis
diabetikum, tulang
yang terpapar, kadar
Hb kurang dari 10
gm%, diketahui
alergi terhadap madu
atau povidone
iodine.
7. A comparative Randomized n= 200 responden (Grup I) (Grup Pada kasus kelompok I Kekuatan :
study in between controlled trial Kelompok A povidone iodine)- waktu penyembuhan 7- 75 Penelitian ini sudah
tropical honey Tujuan: untuk (povidone iodine) Luka didebridement hari dengan median 28 menggunakan
and povidone membandingka 100 responden dengan teknik aseptik sedangkan pada kelompok metoda true
dressing in n hasil dressing Kelompok B (Madu) diikuti dengan II waktu penyembuhan 7-60 experiment,jika
diabetic wounds madu dengan 100 responden pencucian dengan hari dengan median 18 hari. diterapkan dalam
in a medical povidone Kriteria inklusi: povidone iodine, Pada kasus kelompok II prosedural klinik berada
college of iodine dalam kemudian dikemas waktu penyembuhan 7-60 pada tingkat yang paling
Northern India. pengelolaan dengan kain kasa hari dengan median 18 hari, tinggi. Sehingga
ulkus kaki basah dari larutan rawat inap 7-34 hari dengan kesalahan yang mungkin
Yadav AK, diabetik yang sama dan ditutup median 12 hari. ditimbulkan sedikit.
Dwivedi S, dengan pembalut Kesimpulan: Dalam hal Kelemahan:
Desai S. 2018 sekunder oklusif atau tinggal di rumah sakit, Sampel dalam penelitian
penyerap. Pergantian waktu penyembuhan, alergi ini masih sedikit untuk
balutan dilakukan dua terhadap bahan dan melihat kejadian yang
kali sehari, kemudian kebutuhan madu amputasi tidak diinginkan pada
menurun seiring ditemukan lebih baik responden yang lebih
dengan kemajuan daripada larutan povidone besar.
pengobatan sampai iodine untuk dressing ulkus
penyembuhan kaki diabetik
tercapai. Indikator
penyembuhannya
adalah jaringan
granulasi sehat
berwarna merah
sampai merah muda
tanpa slough dan
laporan swab kultur
negatif.
(Kelompok II)
pembalut madu-
Debridement
dilakukan dengan cara
yang mirip dengan
kelompok I dan dicuci
dengan normal saline,
kemudian dikemas
dengan kasa yang
diresapi madu alami
dan oklusif atau
penyerap, pembalut
sekunder diperlukan
untuk mencegah madu
mengalir keluar dari
pembalut luka.
Dilakukan
penggantian balutan
dua kali sehari,
kemudian menurun
seiring dengan
kemajuan pengobatan
sampai tercapai
penyembuhan, serupa
dengan kelompok I.
BAB III
TELAAH KRITIS
3.1 Deskripsi Jurnal
Penulis akan menguraikan deskripsi junal utama yang digunakan dalam
menerapkan EBN. Penulis akan menjelaskan beberapa poin yang terkait jurnal
utama sebagai berikut:
3.1.1 Judul Penelitian
Judul penelitian jurnal utama adalah “A Randomized, Controlled Clinical
Trial of Honey-Impregnated Dressing for Treating Diabetic Foot Ulcer”
3.1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui pengaruh peresapan dressing
beri-madu pada ulkus kaki diabetik dan membandingkannya dengan
conventional dressing menggunakan normal saline.
3.1.3 Metode dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian randomized controlled trial yang dimulai
dari 15 Februari 2006 sampai 15 Februari 2010 di Departemen Bedah
Umum, Kompleks Medis Sughra Shafi, Narowal, Pakistan dan Rumah
Sakit Bhatti International Trust (BIT), berafiliasi dengan Central Park
Medical College, Lahore, Pakistan. Semua pasien 18 tahun dengan ulkus
kaki diabetik (wagner grade 1 atau 2) adalah dipilih untuk studi. Pasien
dengan ulkus kaki diabetik derajat 3 - 5, Ankle Brachial Pressure Index
(ABPI) < 0,7, ulkus vena atau ulkus ganas, diabetes yang tidak
terkontrol yaitu HbA1c > 7%, pasien dengan ulkus > 1, pasien dengan
hemoglobin < 10 g/dl dan pasien dengan tanda infeksi lokal (adanya
nanah, kultur awal positif) pada luka dikeluarkan dari penelitian.
348 pasien (n=179 di grup A, n=169 di grup B) menyelesaikan
penelitian; data dianalisis hanya untuk pasien yang menyelesaikan
penelitian. Beri (Ziziphus jujuba) madu digunakan dalam penelitian yang
disediakan oleh Departemen Mikrobiologi, Universitas Ilmu Kesehatan,
Lahore, Pakistan. Madu dikumpulkan dari distrik Karak, Pakistan. Madu
disimpan di tempat gelap, pada suhu kamar (20 - 30°C). Semua sampel
madu diiradiasi gamma sebelum aplikasi klinis. Sampel madu diperiksa
kemanjuran antibakterinya dengan uji difusi Agar dan hanya sampel
yang digunakan dalam percobaan yang menunjukkan zona hambat 18
mm pada pengenceran 50% b/ v terhadap ATCC 25923 Stafilokokus
aureus.
Luka dicuci sebelum dibalut dengan normal saline untuk menghilangkan
debris dan diukur menggunakan teknik penggaris. Pengukuran dilakukan
dalam sentimeter (cm) dan dalam tiga dimensi yaitu panjang (L), lebar
(W) dan kedalaman (D) luka. Pengukuran luka diulang setiap 7 hari, jika
tidak sembuh total. Ukuran luka berkisar dari 2 x 1 x 0,3 cm hingga 10 x
8 x 5 cm dan pasien ini dibagi menurut ukuran luka mereka, untuk
membandingkan karakteristik awal, menjadi dua kelompok; pasien
dengan ukuran luka > 5 x 5 x 2 cm dan ukuran luka 5 x 5 x 2 cm.
Pembalut luka ditutup dengan lapisan ke-2 untuk perlindungan. Dressing
dilakukan dua kali sehari selama tiga hari dan kemudian, tergantung
pada kondisi luka, baik sekali/dua kali sehari atau setelah 48 jam.
Pembalutan dilakukan di rumah sakit oleh dokter yang bertugas atau staf
perawat, yang terlatih dengan baik dalam protokol. Pembalutan
dilakukan setelah pasien pulang, oleh staf perawat jika pasien dapat
melakukan semdiri oleh petugas pasien yang dilatih untuk melakukan
pembalutan, dalam hal ini, bahan diberikan kepada pasien.
3.1.4 Hasil Penelitian
Seratus tiga puluh enam (75,97%) luka sembuh total dengan pembalut
madu dan 97 (57,39%) dengan pembalut garam, sedangkan jumlah luka
yang tidak sembuh total, secara signifikan lebih sedikit pada kelompok
yang diberi madu dibandingkan dengan kelompok yang diberi garam, 32
( 17,87%) vs 53 (31,36%), masing-masing (p = 0,001). Rata-rata waktu
penyembuhan luka adalah 18.00 (6 - 120) hari pada kelompok A dan
29,00 (7 - 120) hari pada kelompok B (p < 0,001). Tidak ada efek
samping serius yang diamati pada kedua kelompok. Tiga pasien dari
kelompok A mengeluh gatal ringan pada awal pengobatan dan gejala
tersebut mereda setelah 48 jam. Tidak ada pasien yang meninggalkan
penelitian karena efek samping. Sebagian besar pasien, dari kedua
kelompok, menunjukkan kepuasan mengenai manajemen ulkus kaki
mereka, baik yang diobati dengan pembalut madu atau pembalut
konvensional.
3.1.5 Kesimpulan
Hasil saat ini menunjukkan bahwa madu adalah bahan pembalut yang
efektif daripada pembalut konvensional dengan normal saline, dalam
mengobati pasien ulkus kaki diabetik. Namun, masih ada kebutuhan
untuk RCT yang lebih dirancang dengan baik, besar dan double blind
untuk menguatkan temuan penelitian ini.
3.2 Validitas (Validity)
Penelitian ini adalah penelitian prospective, parallel-group, RCT’s pada 348
responden. Enam ratus sepuluh pasien dinilai kelayakannya untuk penelitian.
Tiga ratus tujuh puluh lima pasien, dengan ulkus Wagner grade 1 dan 2,
memenuhi kriteria kelayakan dan terdaftar dalam penelitian. Dari 375, 27
pasien, 16 dari kelompok perlakuan madu dan 11 dari kelompok perlakuan
salin, mangkir. Tiga ratus empat puluh delapan pasien (n=179 di grup A,
n=169 di grup B) menyelesaikan penelitian; oleh karena itu, data dianalisis
hanya untuk pasien yang menyelesaikan penelitian. Semua sampel madu
diiradiasi gamma sebelum aplikasi klinis. Sampel madu diperiksa kemanjuran
antibakterinya dengan uji difusi Agar dan hanya sampel yang digunakan
dalam percobaan yang menunjukkan zona hambat 18 mm pada pengenceran
50% b/ v terhadap ATCC 25923 Stafilokokus aureus.
Alat ukur dalam penelitin ini menggunakan skala wagnar untuk menentukan
grade ulkus dekubitus pasien. Sesuai klasifikasi, Grade 0 tidak ada ulkus pada
kaki berisiko tinggi, Grade 1 adalah ulkus superfisial yang melibatkan seluruh
ketebalan kulit tetapi tidak jaringan di bawahnya, Grade 2 adalah ulkus yang
dalam, menembus ke ligamen dan otot, tetapi tidak ada keterlibatan tulang
atau abses. formasi, Grade 3 adalah ulkus yang dalam dengan selulitis atau
pembentukan abses, sering dengan osteomielitis, Grade 4 adalah gangren lokal
dan Grade 5 adalah gangren luas yang melibatkan seluruh kaki.
3.3 Aplikabilitas (Applicability)
Penerapan Evidence Based Nursing (EBN) mengenai efektifitas
pengaplikasian madu untuk mencegah resiko amputasi dan mempercepat
proses penyembuhan luka pada pasien diabetes melitus dengan diabetic foot
ulcer (DFU). Pertimbangan peneliti adalah:
1. Penerapan EBN ini tidak memerlukan biaya yang besar dan peralatan
tambahan, hanya membutuhkan madu beri sebagai topikal terapi/ primer
dressing dan cairan normal saline sebagai conventional dressing dan
normal saline sudah dimiliki oleh rumah sakit.
2. Tindakan pada EBN ini merupakan tindakan mandiri perawat, berupa
perawatan luka seperti pencucuian luka, debridement dan pemilihan
balutan luka, sehingga tidak bertentangan dengan tidakan profesi lain atau
tidak perlu mendapatkan izin dari profesi lain.
3. Dari segi biaya, hanya mengeluarka biaya madu sebagai biaya tamabahan
yang dibutuhkan dalam penerapan EBN.
Dari alasan inilah peneliti berkesimpulan penerapan EBN ini mampu laksana
dilakukan di Rumah Sakit ataupun di Pelayanan Kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Delshad E, et al., 2017. Successful Repair of Diabetic Foot Ulcer with Honey-
Based Treatment: A Case Report. Iran Red Crescent Med J. 19(3). doi:
10.5812/ircmj.41939.
Bilous R, Donelly R. Buku pegangan diabetes. Ed 4. Jakarta: Bumi Medika; 2014.
Imran M, Hussain M. B, Baig M. (2015). A Randomized, Controlled Clinical
Trial of Honey-Impregnated Dressing for Treating Diabetic Foot Ulcer.
Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan. Vol.25 (10):
721-725
Koujalagi RS et al.,2020. One year randomized controlled trial to compare the
effectiveness of honey dressing versus povidone iodine dressing for diabetic
foot ulcer at Dr. Prabhakar Kore Hospital and MRC, Belagavi. Belagavi.
International Surgery Journal. 7(2);506-13.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Ritonga S. H, Daulay M. N.. (2019). Effectiveness of using sialang honey on
wound bed preparation in diabetic foot ulcer. Enfermia Clinica. (3)1-3.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2018.11.028
Tsang et al., 2017. A Pilot Randomized, Controlled Study of Nanocrystalline
Silver, Manuka Honey, and Conventional Dressing in Healing Diabetic Foot
Ulcer. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. 1-15.
https://doi.org/10.1155/2017/5294890
Wang C, Guo M, Zhang N, Wang G,. 2018. Effectiveness of honey dressing in the
treatment of diabetic foot ulcers: a systematic review and meta-analysis.
Complementary Therapies in Clinical Practice. doi:
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2018.09.004.
Yadav AK, Dwivedi S, Desai S. 2018. A comparative study in between tropical
honey and povidone dressing in diabetic wounds in a medical college of
Northern India. International Surgery Journal. 5(10);3391-3393.
Sarheed, O., Ahmed, A., Shouqair, D., & Boateng, J. (2016). Antimicrobial
Dressings for Improving Wound Healing. In V. A. Alexandrescu (Ed.),
Wound Healing - New insights into Ancient Challenges. InTech.

Anda mungkin juga menyukai