Anda di halaman 1dari 9

EVIDANCE BASED NURSING PRACTIC

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM SYARAF : STROKE

KELOMPOK III (B2)

Devia Noorpratami NIM: 312018036


Devi Andriyanti NIM: 312018011
Dodi Andika Hendrik NIM: 312018029
Junaedi Nurgroho Priyono NIM: 312018014
Mutia Ainur Rahmah NIM: 312018012
Santi Sri Widayanti NIM: 312018016
Sendy Kalfy NIM: 312018032
Yunita Nurmalinda NIM: 312018035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KASUS :

Tn.a usia 60 tahun, dirawat di bangsal penyakit dalam kelas dua, mengeluh
kaku pada kaki dan tangan. Tn.a di diagnosa stroke, meminta saran/cara untuk
proses rehabilitasi untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke

P : Tn.a 60 tahun, tangan dan kaki kaku

I : proses rehabilitasi untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien stroke

C : pemberian latihan range of motion (ROM), Akupresur untuk meningkatkan


kekuatan otot dan rentan gerak ekstermitas atas, metode konvensional,
kinesiotaping, motor relearning programme.

O : kecacatan pada pasien stroke berkurang dengan intervensi mandiri


JURNAL 1 V I A
Akupresur untuk V1 (validitas seleksi) : Penelitian ini Setelah dilakukan
meningkatkan Kriteria inklusi : stroke sangat penting peneliti dapat
kekuatan otot danhemoragik maupun non- karena peneliti menyimpulkan
rentan gerak
hemoragik mengalami ingin bahwa kelompok
ekstermitas atas
hemiparesis dengan membandingan intervensi dan
pada pasien stroke
kekuatan oto 1-3 baik kiri hasil kelompok control
maupun kanan,keasadaran penelitiannya tidak memiliki
PENULIS compos mentis. untuk pasien perbedaan
Muhamad Adam, Kriteria ekslusi: Dari stroke dengan bermakna
Elly penelitian ini tanda-tanda mengunakan berdasarkan jenis
Nurachman,Agung vital tidak stabil ,pasien akupresur dengan kelamin,tipe stroke,
waluyo. dalam fase akut (kurang dari yang tidak frekuensi stroke,
7 hari onset serangan) dan mendapatkan admission time.
PUBLISH kontra indikasi akupresur akupresure Rentan gerak
Jurnal (kulit terluka, bengkak, ekstermitas atas
keperawatan fraktur, myalgia) antara kelompok
Indonesia ,3 intervensi dan
November 2017 V2 (validitas informasi) : kelompok control
Cara Therapinya: sebelum dilakukan
intervensi dilakukan dengan intervensi hamper
memberikan akupresur sama. Analisis lebih
selama 10 menit pada ke lanjut menunjukan
enam titik akupuntur di regia bahwa tidak ada
scapula, sekali sehari selama perbedaan rentan
tujuh hari di rumah gerak yang
responden, sedangkan bermakna antaa
kelompok control tidak kelompok
diberi akupresur. Data yang intervensi dengan
dikumpulkan terdiri atas kelomok kontrol
karakteristik kekuatan sebelum dilakukan
otot,dan rentang gerak akupresur.
ekstermitas atas. Kekuatan otot pada
Karakteristik responden kelompok
yang meliputi usia,jenis intervensi lebih
kelamin,tipe stroke, dan besar jika
admission time ( Waktu dibandingkan
yang dibutuhkan ke rimah dengan kekuatan
sakit sejak mendapatkan otot pada kelompok
serangan stroke). control setelah
Instrument : Kekuatan otot dilakukan
ekstermitas di ukur dengan akupresur.
meminta responden
memgangkat ekstermitas
atas yang mengalami
hemiparesis dan di nilai
dengan menggunakan
Medical Research Council
Scale yang terdiri dari 6
tingkat mulai dari 0 (tidak
ada kontraksi) sampai 5
( kekuatan normal).
Rentan gerak atas
ekstermitas atas di ukur
dengan menggunakan
goniometer pada 5 gerakan
dasar sendi ekstermitas atas
yaitu rotasi ekterna bahu 90
derajat,fleksi bahu 18
derajat,abduksi bahu 180
derajat, ekstensi siku 180
derajat,dan supinasi lengan
90 derajat, hasi pengukuran
berupa rerata dari kelima
persentasi gerakan
maksimum yang dilakukan
pada setiap rentan gerak.
Pengukuran kekuatan otot
dan rentan gerak ekstermitas
atas dilakukan dua
kali,sebelum dan sesudah
diberikan intervensi.

V4 (Validitas Analisis) :
Penguji menggunakan uji
chi-square untuk data jenis
kelamin,tipe stroke,
frekwensi stroke, dan
admission time serta uji
independent untuk usia.
perbedaan kekuatan otot di
nilai dengan menggunakan
uji Wilcoxon dan untuk
perbedaan rentan gerak
menggunakan uji
independent .
JURNAL 2 V I A
Pengaruh V1 (Validitas seleksi) : Penelitian ini Setelah dilakukan
pemberian latihan Kriteria inklusi: Penyakit sangat penting penelitian dapat
Range of motion stroke hemoragik dan non- untuk menjaga disimpulkan
(ROM) terhadap hemoragik yang dilakukan pasien post stroke pengaruh
kemampuan ROM ( Range of motion)’ dari kecacatan pemberian ROM
motorik pada Kriteria eklusi: dari penelitia terhadap
pasien post stroke ini adalah merupakan salah kemampuan
di RSUD satu latihan dalam proses motoric pada pasien
Gambiran rehabilitasi yang dinilai post stroke akan
PENULIS masih cukup efektif untuk meningkatkan atau
Kum Ika Nur mencegah terjadinya mempertahankan
Rahayu kecacatan pada pasien fleksibilitas dan
stroke. kekuatan otot dan
PUBLISH mencegah
Jurnal V2 (Validitas Informasi) : terjadinya kekakuan
keperawatan Penelitian ini merupakan sendi,memperlancar
,Fakultas ilmu penelitian observasional sirkulasi darah.
keperawatan analitik dengan pendekatan
Universitas Kediri pre-eksperimental pre-post
test one Group Design
dengan sample pasien post
stroke, sample diambil
dengan purposive sampling.
Variabel dalam penelitian ini
adalah memberikan latihan
range og motion (ROM)
pasif pada responden
sebanyak dua kali sehari
yang dilakukan pada pagi
dan sore hari. kemudian
melakukan observsi
kekuatan otot , sedangkan
variable dependent adalah
kemampuan motorik yang di
ukur menggunakan lembar
observasi (uji kekuatan otot
menurut Lumban Tobing,
2006) skala data yang
digunakan adalah scala data
rasio.

V4 (Validitas Analisis) :
Analis data pada penelitian
ini digunakan analisis
Deskriptif untuk analisa data
umum responden dan hasil
kemampuan motorik
sebelum dan sesudah
dilakukan ROM.
JURNAL 3 V I A
Metode V1 (Validitas Seleksi) : Dari hasil Penelitian ini dapat
Konvensional, Populasi dalam penelitian ini
penelitian ini diterapkan kepada
Kinesiotaping, adalah semua pasien post didaptkan bahwa pasien stroke dalam
Dan Motor stroke di Klinik OntosenoMetode meningkatkan
Relearning Malang. Pengambilan
Kinesiotaping keefektifan pola
Programme sampel diambil secara acak
paling efektif jalan menggunakan
Berbeda sesuai dengan kriteria
dalam kombinasi metode
Efektifitas Dalam inklusi dan eksklusi. meningkatkan MRP dengan
Meningkatkan Sampel penelitian berjumlah
pola jalan pasien Kinesiotaping
Pola Jalan Pasien 30 orang dan dibagi menjadi
post stroke di untuk hasil yang
Post Stroke Di tiga kelompok perlakuan. Klinik Ontoseno lebih optimal.
Klinik Ontoseno Setiap kelompok perlakuanMalang, di ikuti
Malang terdiri dari 10 orang oleh Motor
Relearning
PENULIS V2 (Validitas Informasi) : Programme, dan
Dimas Sondang Kelompok I diberikan kemudian metode
Irawan metode Konvensional, Konvensional.
Kelompok II diberikan
aplikasi Kinesiotaping, dan
Kelompok III diberikan
metode MRP dengan durasi
latihan 3 kali dalam
seminggu dengan waktu 60
menit selama 4 minggu.

Sebelum diberikan
perlakuan baik Kelompok I,
Kelompok II, dan Kelompok
III dilakukan analisa pola
jalan menggunakan
Wisconsin Gait Scale
(WGS) untuk mengetahui
nilai total WGS (nilai total
WGS sebelum perlakuan),
dan 4 minggu setelah
perlakuan dilakukan analisa
pola jalan menggunakan
WGS (nilai total WGS
setelah Perlakuan).

V4 (Validitas Analisi)
- Berdasarkan hasil
pengujian normalitas
data (Saphiro Wilk Test),
Skor WGS untuk
Kelompok data sebelum
dan setelah intervensi
pada Kelompok
perlakuan Konvensional,
Kinesiotaping, dan MRP,
didapatkan nilai p > 0,05
yang berarti data
berdistribusi normal
untuk setiap kelompok
perlakuan.

- Berdasarkan uji beda


rerata (Paired t-test) skor
WGS sebelum dan
setelah intervensi pada
setiap kelompok
perlakuan didapatkan
nilai p < 0,05. Sehingga
dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan yang
bermakna antara skor
WGS sebelum dan
setelah intervensi

- Berdasarkan hasil
pengujian homogenitas
(Levene’s test) data pada
usia sampel, skor WGS
sebelum intervensi, dan
selisih skor WGS
sebelum dengan setelah
intervensi didapatkan
nilai p > 0,05 yang
berarti data bersifat
homogen, sehingga data
dapat dikatakan
comparable.

- Berdasarkan hasil uji


Anova di atas
menunjukkan bahwa ada
perbedaan skor WGS
yang tidak bermakna
pada kelompok data
sebelum intervensi,
dimana didapatkan nilai
p = 0,101 (p>0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa
data skor WGS sebelum
intervensi comparabel.
Pada kelompok data
setelah intervensi
didapatkan nilai p =
0,000 (p<0,05) sehingga
kelompok data setelah
intervensi menunjukan
perbedaan yang
bermakna. Sehingga
dapat dikatakan bahwa
penurunan skor WGS
terjadi karena intervensi
yang diberikan.

- Berdasarkan hasil
analisis skor WGS
setelah intervensi antar
kelompok perlakuan
dapat dilihat bahwa
Metode Kinesiotaping
dan MRP menghasilkan
perubahan pola jalan
yang lebih besar secara
signifikan dibandingkan
dengan Metode
Konvensional, terbukti
dari hasil uji LSD
dimana menunjukkan
hasil p < 0,05. Sehingga
dapat dikatakan bahwa
metode MRP dan
Kinesiotaping lebih
efektif daripada Metode
Konvensional. (Uji LSD)

- Untuk kelompok
perlakuan MRP dengan
Kinesiotaping
didapatkan nilai p
sebesar 0,996 (p>0.05)
sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ditemukan
perbedaan yang
signifikan dalam
peningkatan pola jalan
pasien post stroke. (Uji
LSD)

Kesimpulan

Berdasarkan 3 jurnal yang sama-sama mempunyai tujuan untuk meningkatkan


kemampuan motorik pasien post stroke didapatkan bahwa terapi yang digunakan
salah satunya akupresure, ROM, metode kinesiotaping, dan Motor Relearning
Programme. Pada salah satu penelitian perubahan yang difokuskan kepada pasien
lebih spesifik lagi yaitu pola berjalan, metode kinesiotaping, dan Motor
Relearning Programme menjadi metode paling efektif untuk meningkatkan pola
berjalan dibandingkan metode konvensional (ROM)

Anda mungkin juga menyukai