Jurnal 1: Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh Judul Improving Meal Context In Nursing Homes. Impact Of Four Strategies On Food Intake And Meal Pleasure Penulis/ Tahun Camille Divert, Rachid Laghmaoui, Célia Crema, Sylvie Issanchou, Virginie Van Wymelbeke, Claire Sulmont-Rossé Tahun: 2014 Penerbit Science Direct Tujuan Penelitian Untuk menguji dampak dari empat faktor kontekstual, melalui pertimbangan individu sesuai asupan makanan, dan makanan kesukaan pada lansia yang tinggal di Nursing Home yaitu meliputi: 1. Hidangan utama diberi nama pada menu 2. Ukuran dan variasi porsi sayuran dan daging yang disajikan 3. Ada atau tidaknya bumbu di tengah meja 4. Ada tidaknya unsur untuk memodifikasi lingkungan seperti objek dekoratif di atas meja atau musik latar belakang. Jenis Penelitian Experimental design dengan membandingkan kondisi kontrol dalam dua percobaan Populasi/ Sampel/ Populasi: Tiga panti jompo (A, B, C) Teknik Sampel: 42 orang dan masing-masing panti jompo berjumlah 12 orang dari Pengambilan panti A dan B, 18 orang dari panti C. Sampel Kriteria ekslusinya yaitu tidak mengalami gangguan kognitif, tidak mengalami disfagia Intervensi Dua belas makanan disajikan untuk 42 penghuni panti jompo 1. Hidangan menu utama diberi nama berbeda setiap harinya contohnya “tumis daging dan kentang” dan “daging panggang dengan saus kentang” 2. Porsi hidangan utama disesuaikan dengan porsi yang direkomendasikan yaitu 100 g daging dan 150 g kacang hijau dengan suatu kondisi dimana para peserta memilih sendiri kuantitasnya daging dan kacang hijau. Menu terdiri dari hidangan utama, produk susu, dan makanan penutup. Sayuran dihidangkan dalam bentuk sup agar mudah dicerna. 3. Bumbu Para peserta memiliki bumbu biasa yang disediakan oleh panti jompo (garam, merica, dan mustard) dengan kondisi dimana mereka memiliki bumbu tambahan (mentega, saus mayones, saus tomat, dan bawang goreng). Bumbu disajikan dalam mangkuk dan ditempatkan di tengah meja. 4. Lingkungan Dekorasi ruangan dimana peserta dapat memilih antara taplak meja, dua jenis keranjang roti, empat karangan bunga. Dan musik latar belakang sesuai keinginan. Hasil Studi menunjukkan bahwa mengubah elemen kontekstual tunggal makanan di panti jompo bisa cukup untuk meningkatkan kepuasan penghuni dengan makanan mereka dan meningkatkan jumlah daging atau sayuran yang dikonsumsi. Faktor yang paling berdampak langsung pada makanan yang akan dikonsumsi yaitu peningkatan variasi di piring, dan adanya bumbu di atas meja. Sedangkan nama sajian dan dekorasi lingkungan terbukti tidak efektif Pembahasan a) Nama Hidangan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nama padamenu yang menunjukkan kualitas baik tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi lansia, hal tersebut dapat disebabkan oleh status kognitif lansia (MMSE <20) b) Porsi Peserta dapat memilih sendiri sayuran dan daging yang disajikan, dan kenikmatan mereka lebih besar. Namun, kemampuan untuk memilih ukuran porsi disertai dengan penurunan jumlah sayur yang dikonsumsi. Ketika memilih ukuran porsinya sendiri, semuanya meminta lebih banyak daging dibanding sayuran sesuai jumlah yang direkomendasikan GEMRCN untuk orangtua. Namun semakin besar porsi yang dimakan menyebabkan jumlah sayuran yang dikonsumsi lebih banyak juga,efek ini dari ukuran porsi asupan makanan (semakin besar porsi, semakin banyak dimakan) (Mathias et al., 2012; Rolls, Roe, & Meengs, 2010). Cluskey dan Dunton (1999) menyebutkan bahwa ketika porsi yang lebih kecil diberikan, maka penduduk mengonsumsi leih sedikit makanan. Hollis dan Henry (2007) menunjukkan bahwa orang tua (usia rata-rata: 70 tahun) mengonsumsi lebih banyak sandwich ketika disajikan empat macam sandwich (keju, mentimun, ham dan kalkun) daripada ketika mereka hanya diberi satu jenis sandwich. Meengs, Roe, dan Rolls (2012) menunjukkan bahwa peserta (rentang usia: 20-45 tahun) mengonsumsi rata-rata tambahan 48,6 g sayuran saat mereka diberi tiga porsi 200 g brokoli, wortel, dan kacang polong daripada ketika mereka diberi 600 g-porsi sayuran tunggal. Dalam penelitian ini, menemukan bahwa memperkenalkan variasi sayuran tidak berpengaruh pada konsumsi sayuran tetapi meningkatkan konsumsi daging. c) Bumbu Tambahan bumbu sesuai selera dapat meningkatkan cita rasa dari makanan. Penigkatan rasa makanan di hipotesiskan untuk mengonmpensasi penurunan penciuman dan hembusan yang tidak sesuai dengan keinginan responden. Mathey, Siebelink, de Graaf, dan van Staveren (2001a) sebenarnya mengamati penambahan bumbu pada menu makan peserta, dan hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan berat badan sekitar 1 Kg setelah 16 bulan intervensi di panti jompo. Namun, ketika penelitian ini dilakukan oleh Essed, van Staveren, Kok, dan de Graaf (2007), efek ini tidak lagi terjadi. Seperti yang ditunjukkan oleh tinjauan literatur yang disajikan dalam Sulmont-Rossé, Maître, dan Issanchou (2010), muncul bahwa meningkatkan rasa makanan jarang meningkatkan asupan makanan pada lansia. Selanjutnya, di hampir semua studi yang telah dinilai dampak peningkatan rasa pada asupan makanan pada orang tua, senyawa rasa dan konsentrasi akhir senyawa dalam makanan dipilih tanpa berkonsultasi dengan populasi target, yaitu orang tua (Sulmont-Rossé et al., 2010). Karena itu, hampir mungkin makanan yang disempurnakan tidak cocok sesuai harapan. Appleton (2009) menyelidiki dampak menambahkan saus ke bagian makanan yang mengandung protein di panti jompo. Dibandingkan dengan makanan tanpa saus, makanan dengan saus meningkatkan asupan energi, tetapi perolehan energi ini dihasilkan dari konsumsi saus. Tidak ada dampak saus yang diamati pada daging /konsumsi ikan atau sayuran. Penelitian ini adalah yang pertama yang telah diizinkan untuk membumbui hidangan mereka sendiri, dengan bumbu disediakan di tengah meja. Hasil menunjukkan dampak positif strategi seperti pada kelaparan sebelum makan, kenikmatan makan dari nasi yang dikonsumsi. Keefektifan bumbu dapat meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi disebabkan karena tiga faktor yaitu: Dari sudut pandang sensorik Strategi ini memungkinkan lansia untuk memperkuat rasa makanan. Perlu dicatat bahwa hasilnya menunjukkan peningkatan konsumsi nasi, makanan utama yang diusulkan untuk menu. Dari sudut pandang kognitif Menyediakan saus dan bahan bumbu di tengah meja memungkinkan para manula untuk mendapatkan pilihan dan kontrol dalam makanan mereka. Ketentuan pilihan ini adalah diketahui berhubungan dengan motivasi intrinsik yang lebih tinggi dan kepuasan yang lebih tinggi (Iyengar & Lepper, 1999; Patall, Cooper, & Robinson, 2008), yang mungkin menjelaskan rasa lapar yang lebih tinggi sebelum makan dan kenikmatan makan yang lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa menyediakan pilihan makanan yang disukai oleh lansia (King, Meiselman, Hottenstein, Work, & Cronk, 2007; King, Weber, Meiselman, & Lv, 2004). Dari sudut padang sosial Kehadiran bumbu di atas meja memicu percakapan di antara para peserta (diskusi tentang resep lama, pendapat tentang penambahan satu bumbu atau yang lainnya). Keramahtamahan yang ditingkatkan ini mungkin ada berkontribusi pada peningkatan kenikmatan makan penduduk. d) Lingkungan Banyak penelitian telah menunjukkan dampak dari konteks fisik, asupan makanan secara signifikan lebih besar ketika disajikan di restoran daripada ketika disajikan di ruang makan (Gibbons & Henry,2005). Dalam penelitian ini, aspek fisik atau lingkungan tidak memiliki efek positif pada kenikmatan makan atau asupan makanan. Bahkan musik dapat mengurangi perhatian melalui gangguan saat makan (seperti mendengarkan drama radio atau menonton televisi). Tindakan ini hanya efektif pada populasi yang lebih muda (Robinson et al., 2013). Dalam percobaan ini, peneliti meminta penduduk untuk memilih daftar musik yang mereka inginkan untuk didengarkan sepanjang makan. Meskipun demikian tindakan ini dapat mengganggu perhatian orang tua pada saat makan, dan tidak berdampak pada asupan makanan. Sebagian responden malah menganggap musik dapat mengganggu pembicaraan selama makan dan meningkatkan kebisingan, yang memang menyebabkan penurunan kenikmatan makan. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa mengubah kebiasaan makan dipanti jompo bisa meningkatkan kenikmatan makan dan jumlah daging atau sayuran yang dikonsumsi. Fakta menyebutkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi daging dibandingkan sayuran sebanyak 32%. Lebih banyak pilihan bumbu di tengah meja menyebabkan peningkatan konsumsi nasi 35%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa orang tua mengkonsumsi lebih banyak sayuran saat diberi porsi "besar" (150 g) daripada ketika mereka bebas memilih bagian mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nama hidangan tidak berdampak langsung dan tidak efektif pada menu isi piring. Strategi-strategi ini dapat berkontribusi pada perang melawan gizi buruk dalam populasi ini. Kelebihan dan Kelebihan : Kekurangan - Intervensi penelitian dijelaskan secara rinci dan mudah dipahami - Penyampaian artikel mudah dipahami - Kesimpulan akhir penelitian mudah dipahami untuk diaplikasikan Kekurangan - Jumlah sampel hanya 42 lansia sehingga tidak dapat digeneralisasi dan butuh tindak lanjut penelitian selanjutnya dalam populasi yang lebih besar - Tidak ada penjelasan terkait pengambilan sampelnya
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Retensio Dengan Penatalaksanaan Manual Plasentadi Wilayah Kerja Puskesmas Huta Rakyat Sidikalang Tahun 2013