Anda di halaman 1dari 5

Nama: Sitti Fathiya

Prodi: DIV Gizi Reg A (III)


NIM: P07131219034

Rumah sakit sehat sejahtera.memberikan pelayanan kepada pasien dewasa dan anak.untuk
pasien anak .Permasalahanya sbb: Tampilan menu yg kurang menarik bagi anak yang sakit.
Sehingga menurunkan semangat dan nafsu makan anak. Akibatnya memperlama waktu
makaan dan banyak nya sisa makanan yang terbuang, serta alat makan kotor yg tidak
terambil pada jam pengambilan.
Note: ambil satu permasalahan .
buat sebagai latar belakang .
program khusus untuk penyelesaian .
lakukan pengembangan mutu untuk penyelesaian masalah tersebut

sisa makan 13,70% .


alat makan yg diambil tepat waktu hanya 58.6% .
keluhan tampilan makanan (ibu-ibuyg mengeluh ) 61,8%
Sisa makanan merupakan selisih antara volume makanan saat disajikan dengan makanan
yang tidak dimakan oleh pasien. Makanan disajikan berdasarkan kelas perawatan, jenis
makanan dan waktu makan. Sisa makanan dapat dikatakan banyak atau tinggi jika terdapat
sisa >20% di piring pasien dan dikatakan rendah jika sebaliknya. Dampak dari sisa makanan
yang tinggi bagi pasien adalah meningkatkan risiko malnutrisi pasien, bertambah lamanya
hari rawat, penurunan daya tahan tubuh pasien sehingga pasien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk sembuh.
Faktor penyebab sisa makanan pasien
1.RELEVANSI FAKTOR INTERNAL
Faktor dalam diri pasien (internal) yang mendorong informan menyisakan makanan meliputi
kesukaan atau preferensi pasien, perilaku makan, kondisi mual, muntah dan sakit, gangguan
pengecapan, dan sedang dalam masa menstruasi. faktor internal terbagi menjadi
KONDISI FISIK
Perubahan kondisi fisik sangat berperan terhadap sisa makanan, karena berhubungan dengan
keinginan dan kemampuan individu dalam mengonsumsi suatu makanan, Kondisi
fisik seperti kelelahan, sakit kepala, depresi dapat menurunkan nafsu makan pasien.
EFEK SAMPING OBAT-OBATAN
pemberian obat-obatan dengan efek samping yang menimbulkan anoreksia, mual, muntah
ataupun konstipasi, yang dapat memicu penurunan asupan makan.
KEBIASAAN MAKAN
Ketika makanan yang disediakan tidak sesuai dengan kebiasaan makan pasien, maka pasien
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Ketidaksesuaian makanan yang disajikan
rumah sakit dengan kebiasaan pasien akan dapat mengurangi asupan makan pasien.
KONDISI MENSTRUASI PADA PEREMPUAN
Menstruasi menimbulkan gejala yang berbeda pada setiap wanita, namun yang paling umum
dirasakan adalah sakit punggung, perut dan perubahan nafsu makan.

2. RELEVANSI FAKTOR EKSTERNAL


Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pasien berkaitan dengan kualitas
sensoris makanan yang berpengaruh terhadap daya terima pasien 5. Faktor eksternal yang
mendorong pasien menyisakan makanan adalah:
RASA MAKANAN
Rasa makanan merupakan karakteristik yang melibatkan indera pengecap (lidah) yang dapat
dibagi menjadi empat macam rasa utama yaitu: asin, manis, pahit, dan asam. Kesukaan
terhadap makanan dipengaruhi oleh aroma, penampilan, konsistensi, dan rasa
makanan. Penggunaan bumbu pada makanan secara langsung menentukan ciri khas
makanan, sehingga berpengaruh pada cita rasa masakan. Informan yang menilai rasa
makanan tidak enak akan lebih cenderung lebih banyak menyisakan makanan. 6
TEKSTUR MAKANAN:
Tekstur makanan memengaruhi kecepatan mengunyah yang pada akhirnya berdampak pada
banyaknya makanan yang dikonsumsi. tekstur makanan seperti lunak atau lembek, keras
atau kering, kenyal, krispi, berserat, dan halus memengaruhi sensitivitas indera
pengecapan. Pada makanan yang berkesan “berat”, yang dicirikan dengan tekstur yang
nampak padat dan besar akan memberikan persepsi mengenyangkan. 7,8
KESESUAIAN SUHU MAKANAN
Kesesuaian suhu makanan memegang peranan penting dalam menentukan cita rasa makanan
dan selera makan seseorang. Ketika makanan terlalu dingin maka rasa makanan akan
cenderung lebih hambar dan ketika makanan disajikan pada kondisi panas maka kepekaan
saraf pengecapan tidak dapat menerima.
PENAMPILAN MAKANAN
Penampilan makanan merupakan karakteristik penampakan makanan yang diterima
pancaindera penglihatan berupa warna makanan, bentuk makanan, besar porsi, dan cara
penyajian yang dapat memengaruhi persepsi dan selera makan seseorang. 9–11
WARNA MAKANAN
Warna makanan yang tidak sesuai dapat menghilangkan selera makan secara langsung karena
dapat menimbulkan kesan negatif terhadap suatu makanan. Responden yang tidak menyukai
suatu warna makanan akan cenderung menyisakan makanan lebih banyak dibanding
responden yang menyukai warna makanan.
VARIASI MENU
Variasi suatu menu sangat dibutuhkan karena variasi makanan yang secara rutin dikonsumsi
dapat menimbulkan kebosanan terhadap makanan tersebut. Kurangnya variasi suatu makanan
ditandai dengan adanya penggunaan satu jenis makanan berkali-kali yang dalam suatu waktu.
Pasien dengan masa perawatan yang lama cenderung hapal dengan menu makanan, jenis
masakan, rasa, sehingga dapat menimbulkan rasa bosan dan mengakibatkan penurunan nafsu
makan.

Program khusus untuk penyelesaian :


Pelayanan rumah sakit yang baik dan bermutu pada hakekatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (healthneeds and demands)
yang apabila itu berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas (client satisfaction)
pada pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Mutu pelayanan kesehatan merupakan
indicator pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas
pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan
kesehatan.
1.Telaah mengenai sisa makanan (plate waste) dilakukan dengan Theory of
Constraints  (TOC) atau teori kendala. Teori kendala merupakan sebuah filosofi manajemen
sebagai suatu pendekatan ke arah peningkatan proses yang berfokus pada elemen yang
dibatasi untuk meningkatkan output. Hal ini berdasarkan fakta bahwa sering terdapat satu
aspek dalam sistem yang membatasi kemampuannya untuk mencapai lebih banyak tujuannya.
2.FGD (focus grup discussion )Tingginya sisa makanan tidak terlepas dari faktor menu
makanan yang diamati. Menu yang diamati adalah menu pada kelas rawat inap, berdasarkan
pemberiannya dibedakan menjadi menu standar dan menu diet, sedangkan berdasarkan waktu
pemberian makanan dibagi berdasarkan waktu sarapan, makan siang dan makan malam
3.Setelah dilakukan FGD (Focus Group Discussion) ditemukan bahwa penyebab munculnya
kendala karena SOP (Standar Operasional Prosedur) yang dimiliki oleh unit gizi belum secara
rutin dievaluasi untuk pelaksanaannya, terutama SOP terkait pengendalian kualitas. Ini
menyebabkan rasa makanan tidak sesuai dengan harapan responden, aroma amis yang masih
ada, serta kurangnya rasa dan variasi menu pada makanan menjadi penyebab utama kendala
banyaknya sisa makanan yang ada. Kemudian perlunya tambahan beberapa SOP yang tidak
lengkap dan perlunya untuk dibuatkan SOP yang mengatur pelayanan nutrisi pasien.
Pemecahan masalah tersebut juga menjadi parameter guna mencapai standar mutu pelayanan
unit gizi.

Pengembangan mutu untuk penyelesaian masalah tersebut


(Plate waste) dilakukan dengan Theory of Constraints (TOC
Pengembangan mutu Usaha yang berfokus pada masalah dapat meningkatkan atau
memaksimalkan kembali inisiatif dan inovasi yang ada. Agar sistem tersebut mencapai
kemajuan yang signifikan, hambatannya perlu untuk diidentifikasi dan keseluruhan sistem
perlu untuk diatur Kembal

FGD ( Focus Group Discussion)


pengembangan mutu Komponen menu yang diamati juga terdiri dari makanan pokok seperti
nasi; lauk hewani seperti ikan, ayam, telur dan daging sapi; lauk nabati yang terdiri dari tahu
dan tempe; sayuran serta buah-buahan. Berdasarkan pengamatan menu diet lebih banyak
menghasilkan sisa makanan dibandingkan menu standar, selain itu pada waktu penyajian
sarapan juga menghasilkan sisa makanan yang lebih banyak dibandingkan penyajian ketika
makan siang atau makan malam. Sebagai tambahan, komponen menu makanan pokok yang
menghasilkan sisa makanan terdapat pada menu bubur karena rasa bubur yang belum sesuai
ekspektasi pasien. Pada komponen lauk hewani, lauk ikan menghasilkan sisa makanan paling
banyak. Sementara itu pada komponen menu lauk nabati, lauk tahu mempunyai kontribusi
dalam menyumbang sisa makanan paling banyak. Sedangkan pada komponen menu sayuran,
sayur yang dimasak dengan cara ditumis dan tidak berkuah menjadi menu yang paling
banyak disisakan.
SOP (Standar Operasional Prosedur)
Pengembangan mutu Solusi yang dapat direkomendasikan meliputi review ulang kebijakan
administrasi pangan yang terkait dengan perencanaan menu, pengolahan, dan penyajian
pangan, yang semuanya harus tertuang dalam SOP yang masih relevan dengan kondisi saat
ini. Sehingga diharapkan perbaikan pelayanan gizi rumah sakit meningkat dan tidak ada lagi
pasien yang menyisakan makanannya serta dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kepada
pasien dan waktu pemulihan pasien.

Anda mungkin juga menyukai