“SISA MAKANAN”
Disusun oleh :
Kelompok 5
Dita Chairunisa
Franli Manaida
Khrisma Tamalihis
Mizzy Wowor
Stesya Londo
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan… .........................................................................................................
2. Saran.. ......................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
merupakan kegiatan terpadu yang mencakup empat fungsi rumah sakit yaitu
konsumen atau klien. Salah satu kegiatan kuratif yang dilaksanakan rumah sakit
adalah pelayanan gizi. Pelayanan gizi di rumah sakit menduduki tempat yang sama
memperoleh makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya dan dapat mempercepat
institusi yang terpenting. Disamping sebagai salah satu komponen kegiatan dalam
yang diberikan dan makanan yang dilarang untuk orang sakit selama dirawat di
rumah sakit akan dianggap sebagai patokan dalam pengaturan makanan sehari–hari.
Pandangan itu tumbuh karena makanan yang disajikan boleh atau dilarang
berdasarkan anjuran dan di bawah pengawasan dokter, ahli gizi dan perawat rumah
sakit.
Makanan bagi pasien di rumah sakit berfungsi untuk mempertahankan daya
makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan terkonsumsi habis akan mempercepat
penyelenggaraan makanan di rumah sakit dan sebagai tolak ukur dalam pencapaian
Salah satu makanan yang disajikan di rumah sakit adalah makanan lunak.
Makanan lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu, pasien dengan
penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi serta pasien dengan
penyakit kesulitan mengunyah dan menelan. Makanan ini cukup mengandung zat–zat
gizi jika pasien mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup untuk
banyaknya makanan lunak yang dikonsumsi pasien, yang dapat dilihat dari sisa
makanan yang tidak dimakan oleh pasien. Makanan lunak diberikan kepada pasien
yang secara fisik dan psikis tidak dapat mengkonsumsi makanan biasa. Kelemahan
dari makanan lunak adalah kadar air yang tinggi sehingga volumenya besar dan
bumbu yang digunakan tidak boleh merangsang. Hal ini seringkali membuat
makanan menjadi hambar sehingga dapat mempengaruhi daya terima pasien yang
sisa makanan merupakan masalah yang serius untuk segera ditangani karena makanan
yang disajikan di rumah sakit telah memperhitungkan jumlah dan mutu menurut
kebutuhan pasien. Oleh karena itu, seluruh makanan yang disajikan harus dihabiskan
sakit. Akibat yang ditimbulkan dari rendahnya daya terima makanan pasien ini, antara
lain banyaknya biaya yang terbuang serta mengakibatkan kurangnya asupan makan
pasien sehingga terjadi kekurangan intake gizi esensial yang dapat menurunkan status
gizi selama dirawat di rumah sakit. Terjadinya malnutrisi selama perawatan di rumah
sakit merugikan karena meningkatnya biaya tambahan untuk pengobatan pasien dan
masalah gizi pada pasien rawat inap di rumah sakit. Adanya sisa makanan yang tidak
dapat dihabiskan oleh pasien mengakibatkan kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi
PEMBAHASAN
sisa makanan. Sisa makanan menunjukkan adanya pemberian makanan yang kurang
optimal, sehingga sisa makanan merupakan salah satu indikator yang sederhana yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit (Kemenkes
RI, 2013). Tingginya sisa makanan mengakibatkan kebutuhan gizi pasien tidak adekuat
dan secara ekonomis menunjukkan banyaknya biaya yang terbuang. Adanya biaya yang
Sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan
Sisa makanan merupakan suatu dampak dari sistem pelayanan gizi di rumah
sakit.Hal ini merupakan suatu implementasi dari pelayanan gizi dan aspek perilaku
kurang selama pasien dirawat. Kebutuhan gizi merupakan salah satu faktor yang
orang sakit kebutuhan gizi akan meningkat. Pemberian makanan sehat yang terdiri
dari makanan pokok, lauk, sayur-sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup
dandapat dihabiskan oleh pasien (Moehji, 1999). Secara umum pengertian sisa
makanan adalah makanan yang bukan hanya tidak dihabiskan oleh pasien pada saat
makanan disajikan, tapi termasuk juga kehilangan bahan makanan atau makanan pada
saat proses seperti persiapan dan pengiriman bahan makanan. Secara khusus,
a. Food Waste
Sisa makanan atau bahan makanan yang tidak dikonsumsi oleh pasien
b. Plate Waste
oleh sedikitnya konsumsi makanan oleh pasien. Terdapat beberapa hal yang
anoreksia, input di luar diet, motivasi rendah, makanan yang kurang enak, atau
makanan yang terlalu banyak. Pemberian makanan di rumah sakit dipengaruhi oleh
serta psikologis, dan pertimbangan gizi serta kesehatan (Hartono dalam Indah, 2013).
Menurut Almatsier (1992), sisa makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur, cita rasa makanan, kelas perawatan,
lama perawatan dan penyakit mempengaruhi sisa makanan pasien. Jika faktor-faktor
ini baik, maka persepsi pasien terhadap makanan yang disajikan akan baik sehingga
makanan yang disajikan dikonsumsi habis. Jika persepsi pasien terhadap makanan
yang disajikan kurang, maka makanan yang disajikan tidak dikonsumsi habis dan
terjadinya sisa makanan. Sisa makanan terjadi bukan hanya karena nafsu makan yang
ada dalam diri seseorang, tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa
makanan antara lain faktor yang berasal dari luar pasien sendiri atau faktor eksternal
dan faktor yang berasal dari dalam pasien atau faktor internal. Sementara itu, faktor
eksternal lain yang berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan adalah sikap
petugas ruangan, jadwal makan atau waktu pembagian makan, suasana lingkungan
Dari sisi pasien, makanan sisa bisa terjadi karena stres karena perawatan
medis, kesukaan makanan, tidak mampu makan sendiri, nafsu makan buruk dan
kondisi kesehatan buruk. Faktor lingkungan yang bisa menyebabkan makanan sisa
adalah suasana yang tidak menyenangkan atau kehadiran orang lain. Dari sisi
makanan yang bisa menyebabkan makanan sisa adalah porsi terlalu besar, persiapan
makanan, penampilan makanan, suhu makanan, jadwal makanan, rasa makanan yang
a. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung
- Usia kronologis
- Usia mental
- Usia biologis
Jenis kelamin (bahasa Inggris: sex) adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya
kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal
kelompok yang menyediakan sel gamet yang statik dan menunggu untuk
penciri bagi masing-masing jenis kelamin.Sebagai tambahan, sering kali tampak ciri-
ciri sekunder yang terjadi seperti pada manusia (misalnya payudara dan sebaran
rambut), banyak unggas (seperti pada ayam dan merak, serta sejumlah mamalia
(contoh yang mudah terlihat adalah singa).Jenis kelamin dibagi 2 yaitu laki-laki dan
perempuan.
c. Tingkat Pendidikan
sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang
memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat
dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau
magang.
persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide baru (Notoatmodjo, 2003).
1. Belum Sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA/SMK
5. Perguruan Tinggi
d. Jenis Penyakit
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
atau berhubungan dengannya. Kadang kala istilah ini digunakan secara umum untuk
dan variasi biasa sesuatu struktur atau fungsi, sementara dalam konteks lain boleh
berbagai bahan makanan baik dalam keadaan sehat ataupun sakit.Menurut Moehji
(1999) makanan dalam upaya penyembuhan penyakit berfungsi sebagai salah satu
konsistensi makanan dan kandungan gizinya agar orang sakit memperoleh zat gizi
sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan zat gizi pada setiap individu dipengaruhi
oleh faktor umur, jenis kelamin, aktivitas, komplikasi penyakit dan faktor stress
(Depkes 2003). Makanan merupakan suatu bentuk terapi yang bertujuan untuk
memelihara status gizi secara normal atau optimal walaupun terjadi peningkatan
terjadinya defisiensi zat gizi serta kelebihan atau kekurangan berat badan pasien.
rumah sakit.Lau dan Gregoire tahun 1998 dalam penelitiannya membuktikan bahwa
pasien. Makanan yang mempunyai cita rasa tinggi adalah makanan yang apabila
mempunyai rasa yang enak. Cita rasa makanan terdiri dari dua aspek yaitu
penampilan makanan pada saat dihidangkan dan rasa makanan pada waktu makanan
3. Metode Comstock
makanan yangtertinggal di piring adalah metode yang paling akurat, tetapi metode ini
khusus dan stafyang terlatih, sehingga metode ini tidak mungkin dilakukan untuk
makanan pasien adalah metodetaksiran visual skala Comstock. Metode ini lebih
Comstock dengan menggunakan skor skala 6 poin dengan kriteria sebagai berikut :
5%)
kedalam persendan dikalikan dengan berat awal. Hasil dari penelitian tersebut juga
menunjukkan adanyakorelasi yang kuat antara taksiran visual dengan persentasi sisa
kekurangan. Kelebihan darimetode taksiran visual antara lain waktu yang diperlukan
relatif cepat dan singkat, tidakmemerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat
dari metode taksiran visual antara laindiperlukan penaksir (estimator) yang terlatih,
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keberhasilan suatu pelayanan gizi antara lain dikaitkan dengan daya terima pasien
terhadap makanan yang disajikan dengan melihat sisa makanan yang ada, sehingga
pencatatan sisa makanan merupakan salah satu cara penentuan dari evaluasi yang
sederhana dan dapat dipakai sebagai indikator keberhasilan pelayanan gizi. Sisa
makanan adalah bahan makanan atau makanan yang tidak habis dikonsumsi. Istilah
sisa makanan dibagi dalam dua pengertian yaitu waste adalah bahan makanan yang
hilang karena tidak dapat diolah atau tercecer, dan plate waste adalah makanan yang
terbuang karena setelah disajikan tidak habis dikonsumsi . Sisa makanan adalah
jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien dari yang disajikan oleh rumah sakit
menurut jenis makanannya.
2. Saran
Perlu adanya peningkatan mutu pelayanan makanan khususnya mampu
memberikan perhatian yang tinggi terhadap pasien yang berobat dan menjalani
perawatan. Rumah sakit mampu memberikan penerimaan kritikan dan saran dari
pasien terhadap kualitas makanan dan menu yang disajikan untuk pasien di rumah
sakit. Selain itu bagi instalasi gizi terutama di dapur mampu mengontrol asupan kadar
bumbu yang diberikan untuk pemasakan makanan, sehingga pasien akan puas
terhadap menu makanan rumah sakit.
rumah sakit mampu memberikan penerimaan kritikan dan saran dari pasien terhadap
kualitas makanan dan menu yang disajikan untuk pasien di rumah sakit. Selain itu
bagi instalasi gizi terutama di dapur mampu mengontrol asupan kadar bumbu yang
diberikan untuk pemasakan makanan, sehingga pasien akan puas terhadap menu
http://misbahulilmi.blogspot.co.id/2016/01/faktor-faktor-yang-berhubungan
dengan.html
https://prezi.com/9-_db2zoirbj/gambaran-sisa-makanan-lauk-nabati-pada-pasien-di-
bangsal-ana/