Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT DENGAN FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN PASIEN DENGAN SISA


MAKANAN

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah metodologi penelitian

Oleh :

Siti maemunah

2002037

Program studi S1 GIZI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHAS KEMPEK

CIREBON

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan public itu mempunyai
beberapa fungsi. Tidak hanya memberikan pelayanan penenganan penyakit yang
diderita oleh pasien, tapi lebih dari itu. Rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat
pelayanan gizi untuk menunjang pelayanan dan kesembuhan pasien.
Pelayanan gizi dirumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuh. Sebaliknya jika proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk, hal ini
akibat tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh, karena diet yang sudah
diupayakan penyelenggaraanya oleh petugas tidak bisa optimal. ( PERMENKES RI
No 78 Tahun 2013).
Konsumsi makanan yang seimbang sesuai kebutuhan akan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan yang cepat bagi pasien yang dirawat dirumah sakit,
sedangkan pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat
memperlambat penyembuhan serta biaya pengobatan juga akan berakibat fatal
terhadap pasien ( Iin Rachmawati dkk, 2014).
Setiap rumah sakit tentu memilki aturan dan standar tersendiri didalam
memberikan pelayanan gizi kepada para asien – pasiennya. Dan tentu saja harus tetap
mengacu pada standar pelayanan minimal ( SPM ) Rumah Sakit. Namun, meskipun
sudah ada standar tersebut kekeliruan di dalam memberikan pelayanan gizi kerap
terjadi. Sebagaimana yang terjadi di RSUD dr. Zainal Abidin Banda A ceh, dari hasil
penelitian pada bulan juni 2007 – 2008, sering terjadi pemberian diet ( Ferry dkk,
dkk ).
Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan
nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal Rumah sakit,
maka setiap rumah sakit dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan standar yang telah di tetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Untuk pelayanan gizi, setidaknya ada 3 indikator yang harus dipenuhi
yaitu : (1) ketetepan waktu pemberian makanan kepada pasien ( ≥ 90 % ), (2) sisa
makanan yang tidak termakan oleh pasien (≤ 20 %) , dan (3) tidak adanya kejadian
kesalahan pemberian diet (100%) (kemenkes, 2008).
Khasanah (2009) Menyebutkan dalam laporannya,tersebut, bahwa di rumah
sakit medika permata hijau jakrta, masih terdapat kekurangan – kekurangan dan
ketidaktelitian di dalam memberikan pelayanan gizi kepada pasien sehingga bisa
berpotensi terhadap kesalahan diet yang diterima oleh pasien berdasarkan keadaan
pasien.
Dari segi ketepatan waktu penyajian makanan pasien, berdasarkan hasil
penelitian di RSUP sanglah Denpasar, didapatkan fakta bahwa 62,96% pasien
menerima penyajian makan yang tepat waktu sesuai jam makan (padmiari, 2006)
Jika ditinjau dari sisi waste makanan ada banyak fakta yang tidak diabaikan.
Sudah banyak penlitian yang menilik tentang sisa makanan ini. Di rumah sakit puri
cinere depok, rata – rata sisa makanan biasa pasien pada sampel penelitian sebasar
21,4%. Kalua ditinjau dari jadwal makan, sisa makanan pasien banyak terjadi pada
jam makan siang yaitu sebesar 24,86 % (Munawar, 2011).
Dari 3 indikator SPM rumah sakit tersebut, semuanya memilki maslah. Belum
ada rumah sakit yang sempurna memnuhi ketiganya. Tingkat keberhasilan
pelaksanaan ketiga indicator SPM tersebut akan berdampak pada tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan gizi yang mereka terima.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana hubungan antara pelayanan gizi dengan tingkat kepuasan pasien di rumah
sakit ?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara pelayanan gizi dengan tingkat kepuasan pasien.
1.3.2 Tujuan khusus:
 Menegtahui ketetapan diet yang disajikan pihak rumah sakit terhadap pasien.
 Mengetahui ketetapan waktu penyajian makanan yang diterima pasien.
 Mengetahui sisa makanan pasien.
 Mengetahui hubungan antara pelayana gizi dengan tingkat kepuasan pasien.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Praktis
Bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengambil kebijakan untuk Menyusun
rencana perbaikan mutu pelayanan rumah sakit khususnya pelayana gizi di rumah
sakit.
1.4.2 Akademis
Sebagai tambahan referensi di dalam mata kuliah giz institusi seperti manajemen
system penyelenggaraan makanan atau food service.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan kritis, status gizi, dan status metabolisme
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berrpengaruh pada proses penyembuhan pneyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi keadaan gizi pasien yang semakin memburuk karena tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan (kemenkes, 2013).

Pelayanan gizi rumah sakit pada umumnya bertujuan agar terciptanya system
pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai bagian dari pelayanan Kesehatan di
rumah sakit, dan secara khusus agar terselenggaranya asuhan gizi yang terstandar pada
pasien rawat inap dan rawat jalan, makanan yang sesuai standar kebutuhan gizi dan aman
dikonsumsi, terselenggaranya penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya dan terselenggaranya penelitian aplikasi di bidangh gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (kemenkes, 2013).

Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit meliputi:

1. asuhan gizi rawat jalan


2. asuhan gizi rawat jalan.
3. Penyelenggaraan makanan.
4. Penelitian dan pengembangan.
2.1.1 Asuhan Gizi Rawat Jalan

Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian proses kegiatan asuhan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari assessment / pengkajian, pemberian diagnosis,
intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada pasien dirawat jalan. Asuhan gizi rawat
jalan pada umunya disebbut kegiatan konseling gizi dan dietetic atau edukasi /
penyuluhan gizi.
Pelayanan gizi rawat jalan ini bertujuan untuk bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien rawat jalan dengan membantu mencari solusi masalah gizinya
memlalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet, yang
tepat, jadwal makan dan cara makan , dengan kondisi kesehatannya (kemenkes, 2013).

2.1.2 Asuhan Gizi Rawat Inap

Pelayan agizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari pengkajian
gizi, diagnosa gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan,
penyuluhan, dan konseling gizi, serta monitoring evaluasi.

Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat
inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya
memepercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.

Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :

1. Skrining. Bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak


beresiko malnutrisi atau kondisi khusus.
2. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT). Dilakukan pada pasien beresiko
kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan
penyakit tertentu.

2.1.3 Penyelenggaraan Makanan


Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan makanan, perencanaan anggaran belanja,
pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan,
distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi.
Penyelenggaraan makanan ini bertujuan untuk menyediakan makanan yang
berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna
mencapai status gizi yang optimal.
2.1.4 Penelitian Dan Pengembangan Gizi Terapan

Penelitian dan pengembangan gizi terapan dilakukan untuk meningkatkan


kemampuan guna menghadapi tantangan dan masalah gizi terapan yang kompleks. Ciri
suatu penelitian adalah proses yang berjalan terus menerus dan selalu mencari, sehingga
hasilnya selalu mutakhir. (mutakhir, 2013).
Penelitian dan pengembangan gizi terapan ini bertujuan untuk mencapai kualitas
pelayanan gizi di rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dibidang pelayanan
gizi, penyelenggaraan makanan ruamh sakit, penyuluhan, konsultasi, konseling dan
rujukan gizi sesuai kemamapuan institusi. Hasil penelitian dan pengembangan gizi
terapan berguna sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan, evaluasi,
pengembangan teroi, tatalaksana atau standar pelayanan gizi rumah sakit. (kemenkes,
2013).

2.2 Standar pelayanan minimal

Rumah sakit diindosneai dituntut agar terus meningkatkan pelayana n kepada


masyarakat, salah satu indikatornya adalah terpenuhinya standar pelayanan yang telah
ditetapkan Departemen Kesehatan RI. Seluruh unit pelyanan yang ada di dalam rumah
sakit turut berkontribusi terhadap hal tersebut yang berimplikasi pada citra rumah sakit
secara keseluruhan termasuk instalasi gizi (supriadi, 2011).

Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen


mutu, yaitu: 1.) pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang
dihasilkan aman. 2.) menjamin kepuasan konsumen dan 3.) assessment yang berkualitas

Dalam standar pelayanan minaimal rumah sakit (Kemenkes, 2008), ditetapkan


bahwa indicator standar pelayanan gizi meliputi : 1.) ketetapan waktu pemberian
makanan kepada pasien (100%), 2.)sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien (≤
20%) dan 3.)tidak ada kesalahan pemberian diet (100%). (kemenkes, 2013).

2.2.1 Ketetapan diet

Ketetapan diet atau tidak adanya keslahan dalam pemberian diet diukur dengan
cara membandingkan numerator dan denominator-nya. Dalam hal ini numerator-nya
adalah jumlah pemberian makanan yang disurvei dalam waktu satu bulan. Cara
pengumpulan datanya:

1. Penaggung jawab rawat inap sebagai checker di kegiatan produksi


makanan dengan kekerapan 1 minggu sekali.
2. Penggung jawab ruang inap (RRI) mengisi formular pada tiap kali
pengamatan berupa plato yang tidak sesuai.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa dalam salah satu pelayanan gizi diruang
inap adalah intervensi gizi dalam bentuk pemberian diet kepada pasien. Diet yang dilakukan
dirumah sakit, tujuannya adalah untuk meningkatkan status nutrisi dan mempercepat
kesembuhan pasien (hartono, 2008).

Di rumah sakit terdapat pedoman diet tersendiri yang akan memberikan rekomendasi
yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan
atau mempertahankan status nutirsi pasien tetapi juga mencegah permasalahan lain seperti
diare akibat intolenransi terhadap jenis makanan tertentu. Tujuan selanjutnya adalah untuk
meningkatkan atau mempertahankan dayatahan tubuh dalam menghadapi penyakit khususnya
infeksi. Dan membantu kesembuhan pasien dari penyakit dengan memperbaiki jaringan yang
rusak serta memulihkan keadaan homeostatis. Yaitu keadaan seimbang dalam lingkungan
internal tubuh yang sehat (Hartono, 2000).

Dengan memperhatikan tujuan diet tersebut rumah sakit umunya akan menyediakan
(Hartono,2000).

1. Makanan dengan kandungan nutrisi yang baik dan seimnbang, menurut


keadaan dan status keadaan penyakit dan status gizi masing – masing.
2. Makanan dengan tekstur dan konsistensi yang sesuai menurut kondisi
gastrointestinal dan penyakit masing -masing.
3. Makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti misalnya tidak
mengandung bahan mengandung bahan yang bisa mengandung bahan yang
bisa mengandung gas, asin, berminyak, serta tidak mengandung bahan yang
lengkeet, tidak terlalu peadas, asin, berminyak serta terlalu panas atau dingin.
4. Makanan yang bebas unsur aditif berbahaya misalnya pengawet dan pewarna.
Makanan alami jauh lebih baik daripada makanan yang diawetkan atau
dikalengkan.
5. Makanan dengan cita rasa yang menarik untuk menggugah selera makan
pasien yang umumnya terganggu oleh peyakit dan kondisi indera pengecap
atau pembau.

Modifikasi makanan dirumah sakit, tetap harus berprinsip bahwa orang sakit juga harus
memperoleh zat gizi yang dapat mungkin sesuai dengan kebutuhannya dan standar makanan
rumah sakit tersebut dapat dibedakan menjadi (dewi dkk, 2013.).

1. Makanan biasa
Makanan biasa diberikan kepadda penderita yang tidak makan makanan khusus
sehubungan dengan penyakitnya. Susunan makanannya sama dengan orang sehat,
hanya tidak diperbolehkan makan makanan yang mefrangsang atau yang dapat
menimbulkan gangguan pencernaan. Selain itu, makanan ini cukup energi, protein
dan zat -zat gizi lain.
2. Makanan lunak
Makanan lunak umunya diberikan kepada penderita sesudah operasi tertentu dan
pada penyakit infeksi dengan kenaikan suhu yang terlalu tinggi : 37,5◦ - 38◦ C.
menurut keadaan keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan lansung kepad
penderita atau merupakan perpindahan dari makanan sarig ke makanan biasa.
Disamping itu, makanan ini mudah cerna, rendah serat dan tidak mengadung bumbu
yang merangsang. Makanan ini juga cukup energi protein dan zat gizi lain.
3. Makanan saringyang tia
Diberikan kepada penderita sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut,
termasuk infeksi saluran pencernaan dengan kenaikan suhu badan > 39 ◦ serta pada
kesukaran menelan. Menurut keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan
langsung kepada penderita atau meripakan perpindahan dari makanan cair ke
makanan lunak. Makanan ini diberikan dalam jangka pendek karena tidak memenuhi
kebutuhan gizi terutama energi. Bahkan makanan yang tidak boleh diberikan sama
dengan makanan lunak.
4. Makanan cair
Ada 2 jenis :
1. Clear liquid diet, terdiri dari cairan tanpa sisa, yang terpenting harus tanpa
sisa setelah penyerapan.
2. Full liquid diet, terdiri dari semua makanan cair pada suhu kamar atau dapat
disesuaikan dengan suhu tubuh.
2.2.2 Sisa makanan

Analisa sisa makanan merupakan salah satu cara untuk melakukan evaluasi
pelayanan gizi yang diberikan, terutama pelayanan makan, penyelenggaraan makan di
rumah sakit lebih banyak dihadapkan pada beberapa masalah yang tidak ditemui pada
penyelenggara makanan instansi lain. Beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya sisa
makanan bisa berasal dari dalam diri pasien itu sendiri dan factor yang berasal dari luar
yaitu makanan yang disajikan (almatsier, 1992).
Sisa makanan adalah makanan yang tidsk dimakan. Makanan dibedakan menjadi
2 yaitu waste dan platewaste

1. Waste yaitu makanan yang hilang karena tidak dapat diolah atau makanan
yang tercecer.
2. Platewaste yaitu makanan yang terbuang karena setelah dihidangkan tidak
habis dikonsumsi.

Penilaian terhadap hidangan makanan merupakan salah satu evaluasi penting


untuk pelayanan giz dan sisa makanan pasien dapat dijadikan indicator keberhasilan
pelayanan gizi dirumah sakit (Depkes RI,2005).

2.3 Kepuasan pasien


2.3.1 Kepuasan
Kepuasan menurut kamus bahas Indonesia, dalah perihal atau perasaan puas.
Kepuasn dapat diartikan atau perasaan puas, ras senang dan kelegaan yang dirasakan
seseorang karena mendapatkan atau mengkonsumsi suatu produk atau pelayanan jasa.
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
yang dirasakan dengan harapannya.

Dasr pertimbangan kepuasan konsumen adalah kesesuaian antara biaya yang


dikeluarkan konsumen terhadap nilai barang atau jasa yang diperolehnya (Umar, 2005).

2.3.2 Kepuasan pasien


Kepuasan pasien menjadi bagian penting dalam menentukan mutu pelayanan
rumah sakit. Pengukuran kepuasan pasien tidak dapat dipisahkan dari pengukuran
kualitas rumah sakit. Menurut Prabowo (1999), pasien adalah orang yang terkena
keleemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menrima
dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga Kesehatan. Kepuasaan pasien
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang
dirasakannya dengan harapannya.
2.3.3 Cara mengukur kepuasan

Kepuasan bersifat subyektif sehingga sulit duiukur. Secara garis besar, ad 4


metode yang sering digunakan untuk mengukur yaitu:

1. System keluhan dan saran


2. Ghost shopping
3. Lost customer analysis
4. Survey kepuasan pelanggan

Kepuasan pasien, dapat terjadi karena 2 faktor yakni factor yang berasl dari
diri pelanggan dan factor yang bearasal dari dari produk. Factor yang beasal dari diri
pelanggan sering disebut tanggapan terhadap produk sedangkan factor yang terdapat
berupa atribut produk.

2.3.4 Faktor yang mempengaruhi kepuasan

Kepuasan pasien akan terbentuk jika rumah sakit dapat membrikan pelayanan yang
berkualitas. Kunci dari kepuasan adalah kualitas dipersepsikan oleh pelanggan. Factor oyang
mempengaruhi kepuasan pasien dapat dilihat dengan cara – cara :

1. Menujukkan adanya fasilitas fisik, peralatan yang lengkap, personil yang menarik
serta fasilitas komunikasi yang baik.
2. Mengupayakan pemberian pelayanan secara akutrat, tepat waktu dan dapat dipercaya.
3. Menunjukkan kemauan untuk membantu pelanggan dengan memberikan pelayanan
yang baik dan cepat.
4. Berusaha untuk mengetahui dan mengerti kebutuhan pelanggan secara individual.
2.4 Kerangka konsep

Standar pelayanan rumah


sakit Sisa makanan

Tingkat
kepuasan pasien
Tepat waktu
Pelayanan gizi rumah
sakit

Tepat diet
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan penlitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional dengan pendektan


cross sectional, dimana data dari variable bebas maupun yang terikat dikumpulkan dalam
waktu yang bersamaan. Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup gizi institusi.

3.2 Populasi dan sampel penelitian


3.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dewas yang dirawat inap di
rumah sakit.

3.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang memenuhi syarat kriteria
inklusi dan eksklusi dalam penelitian.adapun untuk kriteria inklusi pada penelitian ini
yaitu :

a. Berusia diantara 17 – 55 tahun.


b. Dirawat inap dirumah sakit.
c. Pasien bis abaca tulis.
d. Bersedia menjadi subyek penlitian dengan menandatangani informed consent.
e. Pasien mendapatkan diet biasa atau diet khusus.
f. Dirawat lwbih dari 1 hari.
g. Tidak ada gangguan fungsi mengunyah dan menelan.
Adapun untuk kriterian eksklusi yaitu :
a. Pasien pindah ruang perawatan ke ICU.
b. Pasien berubah bentuk makanannya menjadi makanan cair.
c. Pasien pulang sebelum dua hari pengamatan.
d. Mengalami gangguan cerna.
4.3 Variabel penelitian
a. Variable Independent : ketetapan waktu makan, ketetapan jenis diet, dan sisa
makanan.
b. Variable dependent : tingkat kepuasan pasien.
4.4 Instrumen penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitaian ini dalah :
a. Untuk mengetahui kesediaan pasien menjadi sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan form informed consent.
b. Untuk mendapatkan data tentang pemberian diet yang diberikan kepada pasien
dengan menggunakan form ketetapan diet.
c. Untuk mendapatkan data tentang waktu pemberian makan kepada pasien
menggunakan form ketetapan penyajian waktu makan.
d. Untuk mendapatkan data tnetang sisa makanan dengan cara menimbang makanan
sebelum dan sesudah disajikan menggunakan :
 Timbangan 1 kg
 Kantong plastic.
 Sendok makan
 Form sisa makanan
e. Untuk mengukur waktu penyajian makan menggunakan arloji/jam dinding di
rumah sakit.
f. Untuk mendapatkan data tentang tingkat kepuasan pasien dengan menggunakan
form kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi di ruang inap di rumah
sakit.
4.5 Prosedur penelitian dan pengumpulan data
4.5.1 Prosedur penelitian
1. Surat izi penelitian diajukan kepada direktur rumah sakit.
2. Sampel ditentukan dengan kriteria sampel yang ditentukan.
3. Informed consent diajukan kepada sampel oyang terpilih untuk dijadikan sampel.
4. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan memberikan kuesioner
5. Penimbangan dilakukan terhadap makanan yang akan disajikan kepada sampel.
6. Pengamatan dan penimbangan dilakukan terhadap makanan yang sudah disajikan
kepada sampel.
7. Wawancara dilakukan kepada pasien untuk mendapatkan data tentang kepuasan
pelayanan pasien.
4.5.2 Pengumpulan data
Pengumpulan data diperoleh dengan cara pengamatan, observasi langsung dan
wawancara kepada pihak rumah sakit (instalasi gizi).
4.6 Analisis data
Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS (statistical package for
the social science).
4.6.1 Analisii univariat

Analisis univariat dilkukan untuk mendeskripsikan data karakteristik


pasien/sampel yang terdiri atas umur dan jenis kelamin, data nilai gizi dari diet yang
disajikan kepada pasien. Dan juga untuk mendeskripsikan dat dari variable penelitian
yang terdiri dari data tentang ketetapan diet, ketetapan waktu penyajian makan, sisa
makanan dan tingkat kepuasan pasien.

4.6.2 Analisis bivariat


4.6.2 Analisis bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan antara ketetapan waktu
penyajian makan, ketetapan jenis diet yang disjikan dan sisa makanan pasien dengan
tingkat kepuasan pasien.

3.1

Anda mungkin juga menyukai