Anda di halaman 1dari 37

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN DAN DAYA TERIMA PASIEN TERHADAP

PENYAJIAN MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA
TANGERANG SELATAN

Disusun Oleh :

Elvira Putri Sunansyah P2.13.31.1.20.023


Rika Dwi Febriani P2.13.31.1.20.0
Ramadhan Mileano P2.13.31.1.20.0
Nur Faiq Aminurrohman P2.13.31.1.20.0
Vini Kurnia Asti P2.13.31.1.20.0

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2024
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instalasi gizi merupakan unit yang mengelola kegiatan pelayanan gizi di rumah
sakit. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan kondisi pasien berdasarkan kondisi klinis, status gizi, dan metabolisme tubuh.(1)
Pelayanan gizi berupa konseling gizi dan pemberian diet atau makanan. Pasien rawat inap
diberikan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi,
intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan
konseling gizi serta monitoring dan evaluasi gizi.
Salah satu pelayanan gizi di rumah sakit yang sangat penting adalah
penyelenggaraan makanan. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit bertujuan
menyediakan makanan yang sesuai bagi pasien sakit yang dapat menunjang
penyembuhan penyakitnya (2). Keadaan gizi pasien yang optimal akan mempengaruhi
tingkat kesembuhan pasien dari suatu penyakit sehingga diperlukan sistem
penyelenggaraan makanan pasien yang baik. Daya terima merupakan kesanggupan pasien
dalam menghabiskan makanan yang disajikan (3).
Daya terima ini banyak dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah faktor
internal yang meliputi nafsu makan, kebiasaan makan, dan rasa bosan. Faktor eksternal
meliputi penampilan makanan saat disajikan dan rasa makanan (4). Daya terima makanan
pasien dapat dilihat dari sisa makanan pasien tersebut. Sisa makanan rumah sakit
merupakan hasil pengukuran yang digunakan sebagai gambaran daya terima pasien
terhadap makanan yang disajikan dan dapat dijadikan sebagai indikator mutu pelayanan
makanan rumah sakit.
Suatu penyelenggaraan makanan mengutamakan kepuasan konsumen dengan
memperhatikan penampilan makanan, cita rasa makanan, kebutuhan alat, ketepatan
waktu dalam menyajikan makanan serta sikap dan perilaku petugas dalam
menghidangkan makanan. Output penyelenggaraan makanan seringkali tidak
memberikan kepuasan kepada konsumen. Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan hasil suatu produk yang dipikirkan
terhadap hasil yang diharapkan (5). Pasien selaku konsumen memberikan penilaiannya
terhadap makanan yang disajikan. Tingkat kepuasan pasien di suatu rumah sakit sesuai
dengan SPM dari Kemenkes RI yaitu minimal 90% pasien menyatakan puas.(6)
Penelitian Ersa (2018) tentang daya terima makanan di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan kepada 30 pasien yang mendapatkan diet makanan lunak
mendapatkan hasil daya terima makanan sejumlah 30% (7). Angka tersebut masih
dibawah standar. Secara umum faktor yang menyebabkan pasien tidak menghabiskan
makanannya antara lain porsi terlalu banyak, kenyang, malas makan, tidak suka, dan rasa
kurang enak. Rendahnya daya terima makanan pasien akan berdampak pada status gizi
dan pemulihan pasien. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap lama rawat inap pasien
yang mana juga mempengaruhi beban biaya yang harus ditanggung pasien selama
perawatan.
Berdasarkan latar belakang di atas, kami ingin meneliti mengenai gambaran
tingkat kepuasan dan daya terima makanan pasien terhadap penyajian makan pagi dan
makan siang di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu cara
untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan makanan dalam melayani pasien.
Makan sore dan siang dipilih karena susunan makanan lebih lengkap daripada makan
pagi (makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tingkat kepuasan dan daya terima pasien terhadap penyajian
makan siang dan makan sore di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat kepuasan dan daya terima pasien terhadap penyajian
makan pagi dan makan sore di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien
b. Mengidentifikasi daya terima makan pagi dan makan siang pada pasien Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
c. Menganalisis tingkat kepuasan pasien terhadap daya terima makan pagi dan siang
di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
d. Menganalisis tingkat kepuasan pasien terhadap penampilan makanan menu makan
pagi dan makan siang di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai informasi dan masukan kepada penyelenggaraan makanan di
Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan sehingga dapat dijadikan evaluasi
bagi pelayanan gizi agar perencanaan di masa mendatang lebih efektif dan efisien
2. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengalaman dan mengembangkan wawasan peneliti
mengenai penelitian di bidang Penyelenggaraan Makanan Institusi
3. Bagi Responden
Memberikan informasi kepada responden bahwa makanan yang tidak dihabiskan
akan berdampak pada status gizi karena asupan yang tidak cukup.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit


Penyelenggaraan makanan terdiri dari beberapa komponen meliputi
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan, penyajian, dan
higiene sanitasi. Keseluruhan komponen tersebut secara tidak langsung dapat
mempengaruhi indikator kepuasan konsumen, dengan meliputi penampilan,
besaran porsi, cita rasa, serta ketepatan waktu penyajian makanan kepada
konsumen(8).
Tujuan dari kegiatan penyelenggaraan rumah sakit yaitu untuk
menyediakan makanan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan gizi
pasien serta sesuai dengan biaya, keamanan, dan dapat diterima oleh
konsumen agar dapat mencapai status gizi yang optimal(9).
Sasaran dari penyelenggaran makanan Rumah Sakit Umum Tangerang
Selatan adalah pasien maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit
yang mana penyelenggaraan bagi pasien yaitu pasien rawat jalan dan rawat
inap. Penyelenggaraan makanan rumah sakit sesuai dengan standar masukan
atau input yang meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metoda, serta
peralatan. Sedangkan standar proses penyelenggaraan makanan meliputi
penyusunan anggaran belanja bahan makanan selama satu tahun, perencaaan
menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan harian dan bulanan,
pengadaan atau pembelian bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan, dan
pendistribusian makanan jadi.

2. Karakteristik Pasien
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
69 Tahun pasien merupakan setiap orang yang melakukan konsultasi
masalah kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, baik secara langsung maupun tidak langsung dirumah sakit.
Perawatan pasien dirumah sakit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pasien
rawat jalan yang mana pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus
menginap. Sedangkan pasien rawat inap merupakan pasien yang mendapatkan
pelayanan kesehatan dan diharuskan untuk menjalankan perawatan rawat inap
dirumah sakit(10).

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan pembeda antara laki-laki dan perempuan secara


biologi sejak saat lahir, dikarenakan laki-laki dan perempuan memiliki
karakteristik almiah yang berbeda(11). Hal ini juga dapat mempengaruhi
kebutuhan zat gizi, porsi, dan daya terima makanan. Pada umumnya laki-laki
membutuhkan zat gizi lebih banyak dibandinkan perempuan salah satunya
karena aktivitas laki- laki lebih tinggi dibandingankan dengan perempuan.

b. Diagnosa Penyakit

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diagnosa merupakan penentuan jenis


penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala- gejala atau pemeriksaan
terhadap suatu hal. Diagnosa medis merupakan keterangan baik tertulis maupun
terekam mengenai identitas anamneses, pemeriksaan fisik, laboratorium,
diagnosa serta segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada
pasien rawat inap maupun rawat jalan(12).

3. Karakteristik Pasien

Daya terima makanan pasien merupakan makanan yang disediakan


oleh penyelenggara makanan rumah sakit yang dilihat dari beberapa
indikator yaitu melipti citarasa makanan, suhu, penampilan, dan sisa
makanan. Daya terima makanan pasien berpengaruh terhadap status gizi
pasien, dikarenakan jika rendahnya daya terima pasien akan berdampak
bagi pencapaian status gizi pasien selama dirumah sakit dan juga
kesembuhan pasien(13).
a. Metode Comstock (Metode Taksiran Visual)

Ada beberapa metode untuk mengetahui daya terima makanan


pasien yaitu salah satunya metode comestock. Metode comstock
merupakan metode taksiran visual yang mana para penaksir
(enumerator) menaksir dengan cara visual dari banyaknya sisa
makanan yang ada disetiap golongan makanan atau jenis makanan
rumah sakit yang telah di distribusi kepada pasien. Hasil dari estimasi
tersebut divisualkan kedalam bentuk skor menggunakan skala
pengukuran. Metode taksiran ini menggunakan skala pengukuran yang
dikembangkan oleh comestock dengan menggunakan skor skala 6 poin
dengan kreteria sebagai berikut :

0 = Jika makanan dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (100%


dikonsumsi)
1 = jika makanan tersisa ¼ porsi (75% dikonsumsi)
2 = jika makanan tersisa ½ porsi (50% dikonsumsi)
3 = jika makanan tersisa ¾ porsi (25% dikonsumsi)
4 = jika makanan hanya dikonsumsi sedikit ± 1 sendok makan (5%
dikonsumsi)
5 = jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali/utuh (0% dikonsumsi)

b. Faktor yang mempengaruhi daya terima makanan

1) Faktor Internal

Pasien yang sedang mengalami perawatan dirumah sakit


pasti mengalami perubahan fisik maupun nonfisik dikarenakan
pasien memasuki lingkungan yang berbeda dengan lingkungan
sehari-hari. Salah satu perubahan yang dapat terjadi yaitu
perubahan makan pasien, yang mana makanan rumah sakit
disajikan berbeda dengan makanan yang disajikan dirumah. Semua
perubahan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mental
pasien dan hal tersebut dapat menghambat proses penyembuhan
pasien. Oleh karena itu, keadaan psikis, fisik, maupun kebiasaan
makan pasien harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
makanan pasien dirumah sakit.

a) Keadaan Fisik

Keadaan fisik pasien dapat menentukan jenis diet dan


konsistensi makanan yang akan diberikan. Pada saat keadaan
lemah atau kesadaran menurun pasien memerlukan makanan
khusus. Sama hal nya dengan pasien yang memiliki nafsu
makan yang menurun, hal tersebut juga dapat mempengaruhi
daya terima makanan, karena jika porsi dan jenis diet yang
diberikan tidak sesuai dengan keadaan fisik pasien, maka daya
terima makanan yang dikonsumsi akan cenderung kecil.
b) Kebiasaan Makan Pasien

Kebiasaan makan pasien tentunya akan berubah ketika


pasien sedang menjalani rawat inap, karena makanan yang
diberikan akan sesuai dengan kebutuhan pasien meliputi
kondisi fisik maupun psikis pasien untuk membantu
mempercepat pasien. Oleh karena itu kemungkinan besar
akan terjadi perubahan nafsu makan pasien dan hal tersebut
dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pasien selama
menjalani rawat inap.

2) Faktor Eksternal

a) Penampilan

Penampilan pada makanan merupakan penampakan visual


yang ditimbulkan oleh makanan yang disajikan. Ada beberapa
komponen yang mempengaruhi penampilan maknana yang
akan disajikan, meliputi :

1. Warna

Pada dasarnya dengan pengelihatan visual manusia,


warna merupakan peran utama dalam penampilan makanan.
Karena warna dapat menandakan makanan tersebut menarik
ataupun kurang menarik, hal tersebut akan mempengaruhi
selera konsumen yang akan memakan hidangan tersebut.
Perolehan warna dapat didapatkan dengan mengunakan zat
pewarna alami maupun buatan.

2. Bentuk Makanan

Bentuk makanan dapat mempengaruhi selera maupun


ketertarikan makanan yang disajikan, bentuk makanan yang
bermacam-macam dan menarik dapat meningkatkan
keterkatikan konsumen untuk mengonsumsi makanan
tersebut. Dengan bentuk makanan yang menarik, daya
terima makanan dapat meningkat.
3. Besaran Porsi

Besaran porsi makanan merupakan banyaknya makanan


yang disajikan, kebutuhan porsi makanan yang berbeda-
beda setiap pasien merupakan salah satu kriteria besaran
porsi yang akan diberikan. Karena jika porsi makanan tidak
sesuai dengan kebutuhan pasien akan mempengaruhi status
gizi pasien tersebut.

4. Cara Penyajian

Cara penyajian makanan merupakan alur terakhir dalam


penyelenggaraan makanan sebelum didistribusikan dan
dikonsumsi pasien. Penyajian makanan meliputi alat, cara
penyusunan makanan, hingga hiasan makanan pada
penyajian makanan.
Cara penyajian makanan akan menentukan penampilan
makanan, sehingga apa bila tidak dilakukan dengan baik
maka upaya yang telah dilakukan untuk menyediakan
makanan dengan cita rasa yang tinggi kemungkinan tidak
optimal.
b) Rasa

Indra pengecap sangat dilibatkan pada rasa makanan itu


sendiri, indra pengecap dibagi menjadi beberapa bagian titik
rasa meliputi rrasa asin, manis, asam, dan pahit. Rasa makanan
merupakan rasa yang timbul dari makanna yang telah disajikan.
Rasa makanan itu sendiiri merupakan faktor yang dapat
menentukan citarasa makanan selain penampilan makanan itu
sendiri, rasa makanan terdiri dari beberapa komponen yang
berperan penting dalam penentuan rasaa makanan yaitu :
1. Aroma makanan

Aroma yang ditimbulkan oelh maknaan dapat


meningkatkan daya tarik dan mampu merangsang indra
penciuman sehingga mampu meningkatkan selera makan
seseorang. Dengan menciptakan aroma masakan yang
menarik, daya terima konsumen kemungkinan akan
meningkat. Aroma yang ditimbulkan pada makanan akan
berbeda-beda, sesuai dengan cara pengolahan dan bumbu
yang menjadi bahan dasar makanan tersebut.
2. Bumbu Masakan
Bumbu merupakan bahan dasar utama yang
ditambahkan untuk mendapatkan citarasa yang menarik
dan aroma yang menggugah selera konsumen, bumbu pada
masakan juga dapat menimbulkan cita rasa yang khas
dalam setiap makanan. Maka dari itu bumbu pada masakan
merupakan komponen penting dalam setiap makanan yang
akan disajikan.

3. Tingkat Kematangan

Tingkat kematangan adalah kondisi dimana makanan


yang akan disajikan sudah sesuai dengan hasil kematangan
yang diinginkan, pada setiap masakan tingkat kematangan
makanan akan berbeda-beda. Hal ini juga dapat
mempengaruhi citarasa makanan yang akan disajikan.

4. Suhu

Suhu pada setiap makanan yang telah disajikan


dapat mempengaruhi citarasa sebuah makanan. Makanan
yang terlalu panas ataupun dingin dapat mempengaruhi
daya terima makanan itu sendiri.

5. Tekstur Makanan

Tekstur makanan merupakan hal yang berkaitan


dengan stuktur makanan yang akan dirasakan pada mulut.
Tekstur makanan meliputi empuk,halus,kenyal,maupun
krispi. Untuk menentukan tekstur makanan yang akan
disajikan maka proses pemasakan makanan harus sesuai
dengan baik.
4. Tingkat Kepuasan Pasien

Menurut kotler (2002:42) kepuasan merupakan perasaan senang atau


kecewa seseorang yang muncul saat membandingkan dengan persepsi atau
kesan terhadap suatu hasil produk. Tingkat kepuasan merupakan fungsi
pembeda antara kinerja yang dirasakan dengan apa yang diharapkan
konsumen(16).
Tingkat kepuasan pasien rawat inap pada suatu rumah sakit sesuai
dengan SPM dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia minimal 90%
pasien menyatakan puas(17). Keberhasilan suatu pelayanan gizi antara lain
berkaitan dengan tingginya daya terima pasien terhadap makanan yang
disajikan, sehingga indikator keberhasilan pelayanan gizi dapat ditentukan
dari evaluasi pelayanan itu sendiri.
Upaya mendapatkan kepuasan pasien berkaitan dengan pelayanan
makanan sebagai tindak lanjut untuk mengetahui mutu pelayanan makanan
dirumah sakit, sehingga dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai salah
satunya adalah memberikan rasa puas terhadap pelayanan makanna yang
disajikan oleh pihak rumah sakit. Untuk memenuhi hal tersebut pelayanan
makanan yang ada dirumah sakit harus memenuhi syarat gizi dan juga
citarasa yang ditimbulkan oleh makanan.

B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1 Jenis Pembeda antara Observasi Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
Kelamin laki-laki dan dan 2. Perempua
perempuan secara Wawancara n
biologi sejak saat
lahir, dikarenakan
laki-laki dan
perempuan
memiliki
karakteristik
alamiah yang
berbeda
2 Diagnosa Keterangan baik Observasi Kuesioner Diagnosa Nominal
Penyakit tertulis maupun dan pada
terekam mengenai Wawancara penyakit :
identitas 1. Anak
anamneses, 2. Ibu
pemeriksaan fisik, Hamil/Nif
laboratorium, as
diagnosa serta 3. Penyakit
segala pelayanan Dalam
dan tindakan 4. Bedah
medis yang
diberikan kepada
pasien rawat inap
maupun rawat
jalan
3 Daya Makanan yang Observasi Kuesioner Sisa Makan Ordinal
Terima disediakan oleh Visual 0. 0%
Makanan penyelenggaraan Comstock 1. 25%
makanan rumah 2. 50%
sakit yang dilihat 3. 75%
dari beberapa 4. 95%
indikator yaitu 5. 100%
meliputi citarasa
makanan, suhu,
penampilan, dan
sisa makanan.
4 Warna Penampakan Observasi Kuesioner 1. Sangat Ordinal
Makanan visual yang Baik
ditimbulkan oleh 2. Baik
makanan yang 3. Cukup
disajikan. 4. Tidak
Baik
5. Sangat
Tidak
Baik
5 Tekstur Sensasi suatu Observasi Kuesioner 6. Sangat Ordinal
Makanan makanan saat Baik
disentuh oleh indra 7. Baik
perasa manusia. 8. Cukup
9. Tidak
Baik
10. Sangat
Tidak
Baik
6 Rasa Rasa yang timbul Observasi Kuesioner 11. Sangat Ordinal
Makanan dari makanan yang Baik
telah disajikan 12. Baik
dengan komponen 13. Cukup
penting berupa 14. Tidak
aroma, bumbu, Baik
tingkat 15. Sangat
kematangan, suhu, Tidak
dan tekstru Baik
makanan
7 Aroma Bau makanan yang Observasi Kuesioner 1. Sangat Ordinal
Makanan dapat merangsang Baik
keluarnya getah 2. Baik
lambung dan 3. Cukup
banyak 4. Tidak
menentukan Baik
kelezatan dari 5. Sangat
makanan tersebut. Tidak
Baik
8 Tingkat Perasaan senang Observasi Kuesioner 1. Sangat Ordinal
Kepuasan atau kecewa Baik
Pasien seseorang yang 2. Baik
muncu saat 3. Cukup
membandingkan 4. Tidak
dengan persepsi Baik
atau kesan 5. Sangat
terhadap suatu Tidak
hasil Baik

BAB III METODE PENELITIAN


A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Tangerang Selatan yang berlokasi di
Jl. Pajajaran No.101, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2024.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu rancangan penelitian dimana
penelitian tersebut mengenai perkembangan dalam satu periode waktu dan tahapan
teretentu. Pada penelitian ini dilakukan pada waktu bersamaan dan bersifat deskriptif
untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan dan daya terima.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit
Umum Tangerang Selatan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian populasi pasien rawat inap yang diberikan
makanan biasa dan makanan lunak yang masuk dalam kriteria inklusi dan ekslusi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu Teknik purposive sampling
yang merupakan pengambilan sampel dengan menggunakan beberapa pertimbangan
tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan untuk dapat menentukan jumlah
sampel yang akan diteliti.
Kriteria inklusi tersebut adalah :
a. Tercatat sebagai pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan 1x 24 jam
b. Mendapat makanan biasa dan makanan lunak standar rumah sakit
c. Dapat berkomunikasi dengan baik
d. Kondisi Paien dapat memberikan pendapat dan berkomunikasi
e. Bersedia menjadi responden saat penelitian langsung
Kriteria Eksklusi :
a. Pasien sedang dalam keadaan puasa
b. Pasien mendapatkan makanan bentuk makanan cair
c. Pasien yang sedang di isolasi
d. Pasien yang pulang pada siang hari
Rumus Slovin :
N
n= 2
1+ N e
77
n= 2
1+ 77 x 0 , 2
77
n=
1+ 77 x 0 , 04
n = 19

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder
yaitu,
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti, Terdiri
dari :
1) Data mengenai daya terima makanan yang diperoleh dari observasi sisa
makanan
2) Tingkat kepuasan pasien yang diperoleh dengan wawancara menggunakan
alat bantu kuesioner, sampel diminta untuk menjawab sesuai dengan skor
yang tertera
b. Data Sekunder
Data ekunder ini diperoleh dari studi kepustakaan, Terdiri dari data mengenai
gambaran umum Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan, siklus menu
dan standar porsi, sedangkan untuk memperoleh mengenai karakteristik pasien yang
meliputi jenis kelamin, diagnosa dilihat dari rekam medis pasien.
2. Pengumpulan Data
a. Data karakteristik pasien diperoleh dari rekam medis yang telah ada
b.Data penilaian terhadap penampilan, rasa, aroma, warna, tekstur makanan yang disajikan
dan Tingkat kepuasan diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diberikan kepada
pasien.
c. Data daya terima makanan diperoleh dari hasil pengamatan sisa makanan pasien dengan
menggunakan metode comestock selesai makan pagi dan makan siang.
d.Data gambaran umum institusi diperoleh dengan melihat dokumen yang ada di institusi
tersebut
E. Alur Penelitian

Populasi Pasien rawat inap di


Rumah Sakit Umum Tangerang
Selatan

Teknik sampling Purposive


sampling

Sampel
Pasien rawat inap yang masuk
dalam kriteria inklusi dan
ekslusi

Pengumpulan Data
Observasi dan Wawancara

Pengolahan Data
SPSS

Analisis dan Pembahasan

F. Pengolahan dan Analisis Data

Dari data yang sudah didapat kemudian diolah dengan cara:


1. Editing
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner pada saat penelitian perlu
dikoreksi dan diperbaiki jika terdapat beberapa hal yang masih meragukan.
Dilakukan pada saat yang bersamaan setelah pengumpulan data. Tujuannya
adalah untuk memeriksa apakah ada data yang belum lengkap atau ada
kekeliruan.
2. Coding

Pemberian kode merupakan kegiatan merubah data berbentuk kalimat atau


huruf menjadi angka atau bilang yang bertujuan untuk memudahkan dalam
mengolah data.
3. Entry Data

Proses memasukan data yang telah diberi kode ke dalam computer agar data
dapat diolah.
4. Pengolahan Data

Seluruh data yang telah dimasukan ke dalam computer, diolah dengan


menggunakan program SPSS dengan tujuan mendapatkan persentase dari
jumlah yang didapatkan sebagai dasar pembuatan tabel distribusi frekuensi.
Sesuai dengan variabel yang akan diteliti maka selanjutnya pengolahan data
akan dilakukan sebagai berikut :
a) Karakteristik Pasien

1) Jenis Kelamin

Data frekuensi jenis kelamin didapat dilihat dari catatan rekam


medis pasien.
2) Diagnosa Penyakit

Data diagnosa penyakit dilihat dari catatan rekam medis pasien,


dengan melihat diagnosa dokter.

b) Daya Terima Makanan

Penilaian terhadap daya terima makanan biasa diambil dengan


mengamati (observasi) sisa makanan dengan menggunakan metode
comestock selama 1 hari dan 2 kali waktu makan (makan siang dan
makan sore) yang diukur dengan skala:
0 = Jika makanan dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (100% dikonsumsi)
1 = jika makanan tersisa ¼ porsi (75% dikonsumsi)
2 = jika makanan tersisa ½ porsi (50% dikonsumsi)
3 = jika makanan tersisa ¾ porsi (25% dikonsumsi)
4 = jika makanan hanya dikonsumsi sedikit ± 1 sendok makan (5%
dikonsumsi
5 = jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali/utuh (0% dikonsumsi

Kemudian hasil dari sisa setiap jenis makanan diolah menjadi


persen dan dikategorikan menjadi daya terima makanan baik dan daya
terima makanan sedikit. Menurut permenkes tahun 2008

1 : Daya terima makanan baik = Jika lebih dari 80%

2 : Daya terima makanan kurang baik= Jika kurang dari 80%

c) Tingkat Kepuasan Pasien


Tingkat kepuasan terhadap makan pagi dan makan siang diambil
berdasarkan pendapat pribadi responden mengenai makanan yang
disediakan. Data mengenai penilaian responden pada tingkat kepuasan
seperti rasa, penampilan, aroma, warna, tekstur diperoleh melalui
kuesioner yaitu diberi skor 1 – 5 yaitu :

1 = Sangat tidak baik

2 = Tidak baik

3 = Cukup Baik/Netral

4 = Baik

5 = Sangat baik
Hasil ukur dijumlahkan hingga mendaparkan nilai. Jumlah nilai
yang ada dibandingkan dengan skor mean/median. Sehingga
mendapatkan nilai.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien adalah tanda atau ciri yang dijadikan identifikasi untuk
membedakan pasien. Dalam mini research ini kami menggunakan beberapa
karakteristik yang dapat mempengaruhi daya terima dan tingkat kepuasaan pasien
terhadap diet atau makanan yang diberikan. Berikut merupakan distribusi frekuensi
karakteristik responden.
Tabel …. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di RSU Kota Tangerang
Selatan

Karakteristik Responden n %
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 5 29.41%
b. Perempuan 12 70.59%
Ruangan
a. Anak 5 29.41%
b. Ibu Hamil/Nifas 3 17.65%
c. Penyakit Dalam 4 23.53%
d. Bedah 5 29.41%

Berdasarkan tabel .., diketahui bahwa sebaran frekuensi paling banyak adalah
berjenis kelamin perempuan (70.59%) dan frekuensi paling banyak juga berada di
ruangan anak (29.41%) serta bedah (29.41%).
2. Daya Terima
a. Makan Pagi
Menu makan pagi yang disajikan pada tanggal 7 Februari adalah
Nasi/Nasi tim/ Bubur, Omelet, dan Capcay. Menu ini diberikan untuk semua
jenis diet pasien.
Tabel … Distribusi Frekuensi Daya Terima Makan Siang di RSU Kota
Tangerang Selatan

Daya Terima Makan Pagi n %

Kurang Baik 6 35.29%

Baik 11 64.71%

Total 17 100%
Berdasarkan tabel …, diketahui bahwa daya terima pasien untuk makan
pagi yang diberikan ini baik dengan persentase 64.71%. Tetapi masih ada
beberapa pasien yang belum bisa menerima makan pagi dengan cukup baik,
dengan persentase sebesar 35.29%.

Tabel …. Distribusi Frekuensi Daya Terima Makan Pagi berdasarkan


Jenis Makanan di RSU Kota Tangerang Selatan

Jenis Makanan Kurang Baik Baik Total

n % n % n %

Pokok 9 52.95% 8 47.05% 17 100%

Hewani 6 35.29% 11 64.71% 17 100%

Nabati 3 17.65% 14 82.35% 17 100%

Sayur 6 35.29% 11 64.71% 17 100%


Berdasarkan tabel …, diketahui bahwa jenis makanan pada menu makan
pagi yang memiliki daya terima kurang baik adalah makanan pokok (52.95%).
Hal ini dikarenakan pada beberapa pasien, tekstur makanan pokok yang
diberikan belum sesuai dengan kondisi pasien sehingga ada beberapa yang
tidak bisa memakan makanan pokok tersebut. Untuk jenis makanan yang
memiliki daya terima paling baik adalah lauk nabati (82.35%).
b. Makan Siang
Menu makan siang yang disajikan pada tanggal 7 Februari adalah Ayam
Yakiniku, Tempe bumbu Bali, Bobor Bayam, dan Pepaya. Dengan tambahan
menu Tenggiri Pepes untuk pasien dengan diet TKTP dan sayur Baby Buncis
Rebus untuk pasien penderita DM.
Tabel … Distribusi Frekuensi Daya Terima Makan Siang di RSU Kota
Tangerang Selatan

Daya Terima Makan Siang n %

Kurang Baik 7 41.18%

Baik 10 58.82%

Total 17 100%
Berdasarkan tabel …, diketahui bahwa daya terima pasien untuk makan
siang yang diberikan adalah baik dengan persentase 58.82%. Tetapi masih ada
beberapa pasien yang belum bisa menerima makan siang dengan cukup baik,
dengan persentase sebesar 41.18%.
Tabel …. Distribusi Frekuensi Daya Terima Makan Pagi berdasarkan
Jenis Makanan di RSU Kota Tangerang Selatan

Jenis Makanan Kurang Baik Baik Total

n % n % n %

Pokok 9 52.95% 8 47.05% 17 100%

Hewani 9 52.95% 8 47.05% 17 100%

Nabati 6 35.29% 11 64.71% 17 100%

Sayur 10 58.82% 7 41.18% 17 100%

Buah 3 17.65% 14 82.35% 17 100%


Berdasarkan tabel …, diketahui bahwa jenis makanan pada menu makan
siang yang memiliki daya terima kurang baik adalah sayur (58.82%). Hal ini
dikarenakan pada beberapa pasien, merasa sayur sudah dingin sehingga kurang
enak dikonsumsi. Untuk jenis makanan yang memiliki daya terima paling baik
adalah buah (82.35%).
3. Preskripsi Pasien terhadap Rasa Makanan
Tabel …. Distribusi Frekuensi Preskripsi Pasien terhadap Kesesuaian Rasa
Makanan

Rasa Makanan Makan Pagi Makan Siang

n % n %

Kurang Sesuai 1 6% 1 6%

Sesuai 16 94% 16 94%

Total 17 100% 17 100%


Berdasarkan tabel …, hampir seluruh responden menyukai dan puas terhadap
rasa makanan yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengambilan data
bahwa baik pada makan pagi dan makan siang sebanyak 94% responden merasa
sesuai dengan makanan yang disajikan.
Rasa makanan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sisa
makanan pada pasien. Tetapi, keberagaman menu yang disajikan juga perlu
diperhatikan, oleh karena itu dilakukan penyusunan menu menurut jenis hidangan
pola menu, master menu, kombinasi warna, dan konsistensi bentuk serta variasi
pada makanan yang dihidangkan (...).
4. Preskripsi Pasien terhadap Warna Makanan
Tabel …. Distribusi Frekuensi Preskripsi Pasien terhadap Penampilan Makanan

Penampilan Makanan Makan Pagi Makan Siang

n % n %

Kurang Menarik 0 0% 0 0%

Menarik 17 100% 17 100%

Total 17 100% 17 100%


Berdasarkan tabel …, seluruh responden menyukai dan puas terhadap warna
makanan yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengambilan data bahwa
baik pada makan pagi dan makan siang sebanyak 100% responden merasa warna
makanan yang disajikan menarik.

5. Preskripsi Pasien terhadap Tekstur Makanan


Tabel …. Distribusi Frekuensi Preskripsi Pasien terhadap Tekstur Makanan

Tekstur Makanan Makan Pagi Makan Siang

n % n %

Kurang Sesuai 1 6 1 6

Sesuai 16 94 16 94

Total 17 100 17 100


Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang merasa kurang sesuai
tekstur makanan pagi dan siang yaitu sebanyak 1 orang (6%). Sementara pasien
yang merasa sesuai terhadap tekstur makanan pagi dan siang sebanyak 16 orang
(94%). hal ini terjadi karena terdapat pasien yang tidak mendapatkan menu
makanan dengan tekstur yang sesuai terhadap diet yang dianjurkan.

6. Preskripsi Pasien terhadap Aroma Makanan


Tabel …. Distribusi Frekuensi Preskripsi Pasien terhadap Aroma Makanan

Aroma Makanan Makan Pagi Makan Siang

n % n %

Kurang Sesuai 1 6% 0 0%

Sesuai 16 94% 17 100%

Total 17 100% 17 100%


Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang merasa kurang sesuai
terhadap aroma dari makanan pagi sebanyak 1 orang (6%). sementara pasien yang
merasa sesuai terhadap aroma makan pagi sebanyak 16 orang (94%) dan untuk
arona makan siang sebanyak 17 orang (100%). Hal ini terjadi karena pada menu
makan pagi terdapat 1 pasien yang sedang mengalami kesulitan dalam mencium
aroma makanan di pagi hari.

B. Analisis Bivariat
1. Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Daya Terima Makanan
Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Daya Terima Makan
Pagi di RSU Kota Tangerang Selatan

Daya Terima Kurang Puas Puas Total


Makan Pagi
n % n % n %

Kurang Baik 1 6% 0 0% 1 6%

Baik 1 6% 15 88% 16 94%

Total 2 12% 15 88% 17 100%


Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang puas terhadap daya terima
makan pagi sebanyak 15 orang (88%), sementara pasien yang kurang puas terhadap
daya terima makan pagi sebanyak 2 orang (12%). hal ini terjadi karena beberapa
menu pasien tidak sesuai dengan diet yang dianjurkan.

Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Daya Terima Makan


Siang di RSU Kota Tangerang Selatan

Daya Terima Kurang Puas Puas Total


Makan Siang
n % n % n %

Kurang Baik 0 0% 0 0% 0 0%

Baik 2 12% 15 88% 17 100%

Total 2 12% 15 88% 17 100%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang puas terhadap daya terima
makan siang sebanyak 15 orang (88%), sementara pasien yang kurang puas
terhadap daya terima makan siang sebanyak 2 orang (12%). hal ini terjadi karena
walaupun menu makan siang kurang sesuai dengan diet yang dianjurkan, kebutuhan
asupan pasien tidak terpenuhi di pagi hari.

2. Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Rasa Makanan


Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Rasa Makanan Pagi di
RSU Kota Tangerang Selatan

Rasa Makanan Kurang Puas Puas Total


Pagi
n % n % n %

Kurang Sesuai 1 6% 0 0% 1 6%

Sesuai 1 6% 15 88% 16 94%

Total 2 12% 15 88% 17 100%


Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang puas terhadap penilaian rasa
makanan pagi sebanyak 15 orang (88%), sementara pasien yang kurang puas
terhadap penilaian rasa makanan pagi sebanyak 2 orang (12%). hal ini terjadi
karena beberapa pasien mengalami kesulitan dalam merasakan rasa dari beberapa
menu yang didistribusikan.

Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Penilaian Rasa Makanan


Siang di RSU Kota Tangerang Selatan

Rasa Makanan Kurang Puas Puas Total


Siang
n % n % n %

Kurang Sesuai 1 6% 0 0% 1 6%

Sesuai 1 6% 15 88% 16 94%

Total 2 12% 15 88% 17 100%


Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang puas terhadap penilaian rasa
makanan siang sebanyak 15 orang (88%), sementara pasien yang kurang puas
terhadap penilaian rasa makanan siang sebanyak 2 orang (12%). hal ini terjadi
karena beberapa pasien mengalami kesulitan dalam merasakan rasa dari beberapa
menu yang didistribusikan.

3. Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Tekstur Makanan


Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Penilaian Tekstur
Makanan Pagi di RSU Kota Tangerang Selatan

Tekstur Makanan Kurang Puas Puas Total


Pagi
n % n % n %

Kurang Sesuai 1 6% 0 0% 1 6%

Sesuai 1 6% 15 88% 16 94%

Total 2 12% 15 88% 17 100%


Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang puas terhadap penilaian
tekstur makanan pagi sebanyak 15 orang (88%), sementara pasien yang kurang puas
terhadap penilaian tekstur makanan pagi sebanyak 2 orang (12%). hal ini terjadi
karena beberapa tekstur menu makanan pasien tidak sesuai dengan tekstur makanan
terhadap diet yang dianjurkan

Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Penilaian Tekstur


Makanan Siang di RSU Kota Tangerang Selatan

Tekstur Makanan Kurang Puas Puas Total


Siang
n % n % n %

Kurang Sesuai 1 6% 0 0% 1 6%

Sesuai 1 6% 15 88% 16 94%

Total 2 12% 15 88% 17 100%


Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pasien yang puas terhadap penilaian
tekstur makanan siang sebanyak 15 orang (88%), sementara pasien yang kurang
puas terhadap penilaian tekstur makanan siang sebanyak 2 orang (12%). hal ini
terjadi karena beberapa tekstur menu makanan pasien tidak sesuai dengan tekstur
makanan terhadap diet yang dianjurkan

4. Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Warna Makanan


Penampilan makanan di nilai dari warna makanan, tekstur makanan,
besar porsi, bentuk bahan makanan, pengaturan atau penyajian makanan.
Warna makanan dapat dipengaruhi karena bumbu-bumbu yang digunakan ataupun
proses pengolahan yang dilakukan.
Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Penilaian Warna
Makanan Pagi di RSU Kota Tangerang Selatan

Warna Makanan Kurang Puas Puas Total


Pagi
n % n % n %

Kurang Menarik 0 0 0 0 0 0

Menarik 1 5.8 16 94.1 17 100

Total 1 5.8 16 94.1 17 100


Berdasarkan tabel .., diketahui sebanyak 16 responden (94.1%) merasa puas
dan menyukai warna dari menu makan pagi yang disajikan. Sedangkan sebesar 1
responden (5.8%) masih belum merasa puas terhadap makan pagi yang diberikan
tetapi merasa warna makanan yang diberikan menarik.
Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Penilaian Warna
Makanan Siang di RSU Kota Tangerang Selatan

Warna Makanan Kurang Puas Puas Total


Siang
n % n % n %

Kurang Menarik 0 0 1 5.8 1 5.8

Menarik 0 0 16 94.1 16 94.1

Total 0 0 17 100 17 100


Berdasarkan tabel …, seluruh pasien sudah merasa puas terhadap makan
siang yang diberikan. Sebanyak 16 responden (94.1%) menyukai warna makanan
yang disajikan. Sedangkan sebanyak 1 responden (5.8%) menyatakan kurang
menyukai perpaduan warna dari makan siang yang disajikan.
Penampilan makanan yang disajikan sangat mempengaruhi indera penglihat.
Kombinasi warna sangat berpengaruh terhadap penampilan makanan sehingga
berpotensi mampu merangsang saraf melalui indera penglihatan yang nantinya
akan membangkitkan selera makan. Penelitian yang dilakukan Aliyah dan Khasanah,
menyatakan bahwa ada hubungan antara penampilan makanan dengan kepuasaan
dengan hubungan yang kuat.
5. Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Aroma Makanan
Aroma makanan terjadi akibat terbentuknya senyawa yang mudah
menguap. Hal tersebut menyebabkan timbul rangsangan terhadap indera
penciuman sehingga dapat memberikan daya tarik kuat untuk membangkitkan
selera makan.

Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Penilaian Aroma


Makanan Siang di RSU Kota Tangerang Selatan

Aroma Makanan Kurang Puas Puas Total


Pagi
n % n % n %

Kurang Menarik 1 5.8 0 0 1 5.8

Menarik 0 0 16 94.1 16 94.1

Total 1 5.8 16 94.1 17 100


Berdasarkan tabel …, diketahui bahwa sebanyak 16 (94.1%) responden
sudah puas dan merasa makanan yang diberikan memberikan aroma yang menarik
pada menu makan pagi. Sedangkan, hanya 1 responden (5.8%) yang merasa aroma
makanan kurang puas dan kurang menarik pada menu makanan pagi.
Tabel … Distribusi Tingkat Kepuasan Pasien berdasarkan Penilaian Aroma
Makanan Siang di RSU Kota Tangerang Selatan

Aroma Makanan Kurang Puas Puas Total


Siang n % n % n %

Kurang Menarik 0 0 1 5.8 1 5.8

Menarik 0 0 16 94.1 16 94.1

Total 0 0 17 100 17 100


Berdasarkan tabel …, untuk menu makan siang sebanyak 16 responden
(94.1%) sudah merasa puas dan menarik atas aroma makanan yang disajikan,
sedangkan sebanyak 1 responden (5.8%) belum merasa aroma makanan kurang
menarik tetapi sudah merasa puas atas makanan yang diberikan.
Aroma makanan dapat menjadi faktor penentu seseorang dalam
mengkonsumsi makanan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Reza (2017),
sebanyak 46% responden menyatakan bahwa aroma makanan dapat menggugah
selera makan.
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden paling banyak ada pada jenis kelamin perempuan


(70.59%), dan frekuensi paling banyak juga berada di ruangan anak (29.41%)
serta bedah (29.41%)..
2. Daya terima makanan pada pasien Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
pada pagi paling banyak terdapat pada kategori daya terima baik yaitu sebesar
64.71%, dan kategori kurang baik sebesar 35.29%. Sedangkan pada makan siang
pada kategori daya terima baik yaitu sebesar 58.82% dan kategori daya terima
kurang baik sebesar 41.18%.
3. Tingkat kepuasan responden terhadap daya terima makan di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan diketahui pada makan pagi responden yang puas paling
banyak merasa baik 88%, sedangkan pada makan siang sebanyak 15 orang (88%)
merasa puas dan baik terhadap daya terima makanan
4. Tingkat kepuasan responden terhadap rasa makanan menu di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan, pada makan pagi diketahui responden yang puas sebesar
88% merasa sesuai, dan pada makan siang yang merasa puas sebanyak 15 orang
(88%) merasa sesuai terhadap rasa makanan
5. Tingkat kepuasan responden terhadap tekstur makanan menu di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan, pada makan pagi diketahui responden yang puas
sebesar 88% merasa sesuai, dan pada makan siang yang merasa puas sebanyak 15
orang (88%) merasa sesuai terhadap rasa makanan
6. Tingkat kepuasan responden terhadap warna makanan menu di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan, pada makan pagi diketahui responden yang puas
sebesar 94.1% merasa menarik, dan pada makan siang yang merasa puas
sebanyak 16 orang (94.1%) merasa menarik terhadap warna makanan.
7. Tingkat kepuasan responden terhadap aroma makanan menu di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan, pada makan pagi diketahui responden yang puas
sebesar 94.1% merasa menarik, dan pada makan siang yang merasa puas
sebanyak 16 orang (94.1%) merasa menarik terhadap aroma makanan.
B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum Tangerang Selatan diharapkan kedepannya dapat


menyediakan layanan kritik dan saran secara berkala terhadap Daya Terima
makanan bagi pasien untuk evaluasi bagi instansi gizi. Kritik dan saran bisa
berupa kuesioner yang dibagikan pada pasien.
2. Dilakukan evaluasi terhadap tekstur atau penampilan makanan pasien.
3. Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan akses terhadap pasien penyakit
menular, sehingga data yang didapatkan terbatas pada pasien dengan penyakit
tidak menular.
4. Banyak pasien yang pulang di sore hari, sehingga pada penelitian di waktu makan
sore beberapa berganti responden.
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Gizi dan Bina Kesehatan. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
Kemenkes RI. Jakarta: Direktorat Jenderal Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 2013. 1–1
p.
2. Bachyar Bakri, Widartika, & Intiyati, A. (2018). Sistem Penyelenggaraan Makanan
Institusi. Kemenkes RI.
3. Christiwan, C. A., Nadhiroh, S. R., Fatmaningrum, W., Nugroho, N. T., & Rochmah,
T. N. (2022). Hubungan Persepsi Pasien Terhadap Rasa Makanan dan Variasi Menu
Dengan Daya Terima Pasien Covid-19. Media Gizi Indonesia, 17(3), 330–336.
4. Kemenkes RI. (2013). Pedoman PGRS. Kemenkes RI.
https://doi.org/10.1002/9783527678679.dg09374
5. Kotler P, Keller K. Manajemen Pemasaran. 12th ed. Jakarta: Indeks; 2007.
6. Kemenkes RI. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. 43 Indonesia; 2016.
7. Nathania EF. Gambaran daya terima makanan lunak terhadap tingkat kepuasan pasien di
ruang rawat inap anyelir rumah sakit umum kota tangerang selatan. Poltekkes Kemenkes
Jakarta II; 2018.

Anda mungkin juga menyukai