Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelenggaraan makanan di rumah sakit merupakan salah satu hal
penting dalam meningkatkan status gizi pasien di rumah sakit karena merupakan
bagian dari penyembuhan penyakitnya. Karena jika pasien tidak mendapatkan
asupan gizi yang cukup selama perawatan di rumah sakit, maka kesembuhan
yang diharapkan menjadi tidak optimal, bahkan berisiko pada kematian pasien.
Oleh karena itu, penyelenggaraan makanan menjadi hal yang cukup penting dan
harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Penyelenggaraan makanan rumah sakit
adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan
pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status
kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini
termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Depkes, 2003).
Pelayanan makanan (Food service) di rumah sakit merupakan salah satu
bentuk kegiatan pelayanan bagi pasien yang dirawat di rumah sakit yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dalam upaya mempercepat
penyembuhan penyakit, mencapai status gizi optimal dan dapat memenuhi
ukuran kepuasan pasien (Depkes RI, 2003). Tujuan dari penyelenggaraan
makanan untuk mencukupi kebutuhan pasien terhadap gizi seimbang.
Keberhasilan suatu penyelenggaraan makanan dapat dinilai dari ada tidaknya sisa
makanan, sehingga sisa makanan dapat dipakai sebagai indikator untuk
mengevaluasi kegiatan penyelenggaraan makanan rumah sakit.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang
disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi
dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada
2

proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat


berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. (Depkes RI, 2006).
Hasil penelitian study persepsi pasien kualitas penyediaan makanan
terhadap citra rumah sakit umum jayapura pada bulan November dan Desember
2009 didapatkan informasi bahwa rata-rata sisa makanan pasien dewasa sebesar
28,045% dengan rincian sisa makanan biasa 13,09% dan sisa makanan lunak
yang tidak termakan sebesar 43%.( Pakendek,2018). Penelitian thesis tahun 2011
yang dilakukan terhadap 91 pasien dewasa di ruang rawat inap Instalasi Gizi
RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, didapatkan bahwa sisa makanan lunak
sebesar 31,2%.Hasil ini lebih tinggi dari indikator Standar Pelayanan Minimal
(SPM) yang disyaratkan untuk pelayanan gizi rumah sakit yaitu sisa makanan <
20% (Depkes RI, 2007).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Perintis Sumbar Program Studi Ilmu Gizi dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan itu adalah dengan memberikan pengalaman belajar melalui pelatihan
kerja kepada mahasiswa tingkat IV yang telah menyelesaikan perkuliahan
semester 8(delapan) yang disebut praktek kerja lapangan (PKL). Dengan
menjalankan praktek kerja lapangan tersebut diharapkan dapat menjadi lulusan
yang lebih siap kerja dan percaya diri dalam melaksanakan tugasnya
dimasyarakat khususnya dalam bidang dietetic di rumah sakit.
Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie Muoro Bungo merupakan salah satu
institusi yang sudah melaksanakan pelayanan Gizi yang mencakup kegiatan
utama pelayanan Gizi Rumah Sakit. Sehingga instalasi Gizi RSUD H.Hanafie
Muoro Bungo menjadi tempat Praktek Kerja Lapangan mahasiswa untuk
mengetahui dan mempelajari Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Berdasarkan
kurikulum dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumbar, mahasiswa
melakukan Preaktek Kerja Lapangan (PKL) Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie
Muoro Bungo dari tanggal 02 Februari 2019 – 13 Maret 2019.
3

1.2 Tujuan PKL


1.2.1 Tujuan Umum
Pada akhir praktek kerja lapangan mahasiswa mampu melaksanakan
menejemen system penyelenggaraan makanan InstalasiGizi yang meliputi
pengorganisasian, ketenangan, pengolahan, penyelenggaraan makanan,
pengawasan mutu, monitoring/evaluasi, penilaian dan pelaporan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu berpartisipasi dalam perubahan organisasi,
perencanaan dan proses penetapan tujuan.
2. Mahasiswa mampu mengawasi system pengadaan, distribusi dan
pelayanan makanan.
3. Mahasiswa mampu mengawasi perbaikan mutu perbaikan gizi dalam
rangka meningkatkan kepuasan pelanggan.
4. Mahasiswa mampu mengelola keamanan dan sanitasi makanan.
5. Mahasiswa mampu berpartisipasi dalam pengelolaan sarana fisik termasuk
pemilihan peralatan dan merancang ulang unit – unit kerja.
6. Mahasiswa mampu mengawasi produk makanan yang sesuai dengan
pedoman gizi, biaya dan daya terima klien.
7. Mahasiswa mampu melakukan penelitian tentang system penyelenggaraan
makanan istitusi/massal (masalah yang dihadapi dan alternative
pemecahannya).

1.3 manfaat
1.3.1 Bagi Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie Muoro Bungo
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai Penatalaksanaan Diet
pada Institusi Gizi dan sebagai masukan tentang pengembangan dalam
produksi makanan banyak dan bermanfaat dalam peningkatan menejemen
penyelenggaraan makanan.
1.3.2 Bagi Mahasiswa
4

Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman mengenai Penyelenggaraan


Makanan di Istitusi Gizi serta wadah bagi mahasiswa untuk mempraktekan
dan menerapkan ilmu yang didapat selama di perkuliahan.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pelayanan gizi rumah sakit adalahpelayanan gizi yang disesuaikan dengan


keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolism
tubuhnya. Keadaan gizi paien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit, sebaliknya proses pejalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap
keadaan gizi pasien. Sering terjadinya kondisi pasien/klien semakin memburuk
kaena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal
balik, seperti lingkungan setan. Hal tersebut karena tidak tercukupi kebutuhan zat
gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih
terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.Disamping itu
masalah gizi lebih dan obesitas yang erat hubungannya dengan penyakit
degeneratif, seperti Diabetes Mellitus, penyakit jantung coroner dan darah tinggi,
penyakit kanker memerlukan terapi gizi medis untuk membantu penyembuhannya.

Terapi gizi yang terjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ
tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolism. Terapi gizi harus selalu disesuaikan
seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata
lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksan laboratorium, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat
baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab
tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.
6

2.2 Visi Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Visi pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang bermutu di rumah
sakit yang bersifat paripurna sesuai dengan jenis dan kelas rumah sakit.

2.3 Misi Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Misi pelayanan gizi rumah sakit sejalan dengan misi rumah sakit. Misi
pelayanan gizi rumah sakit adalah :

1. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuha dan


kepuasan klie/pasien untuk menunjang aspek promotive, preventif, kuratif,
rehabilitative serta meningkatkan kualitas hidup.
2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
3. Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) terapan.

2.4 Tujuan Pelayanan Gizi Rumah Sakit


2.4.1 Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.

2.4.2 Tujuan Khusus


a. Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat
jalan dan rawat inap.
b. Menyelenggarakan Makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman
dikonsumsi.
7

c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan


keluarganya.
d. Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia tenaga pelayanan gizi


yang mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian gizi ,faktor yang berpengaruh terhadap gangguan
gizi dan status gizi dengan cara anamnesis diet.
2. Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan.
3. Menentukan tujuan dan merencanakan intervensi gizi dengan menghitung
kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan
yang sesuai dengan keadaan pasien.
4. Merancang dan mengubah preskripsi diet, dan menerapkannya mulai dari
perencanaan menu sampai menyajikan makanan.
5. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada
pasien dan keluarganya.
6. Mengelola sumberdaya dalam pelayanan penyelenggaraan makanan bagi
konsumen di rumah sakit.
7. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
8. Menyelenggaraka administrasi pelayanan gizi.
8

BAB III

PELAKSANAAN PKL

3.1 Waktu dan Kegiatan PKL

Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan mulai dari tanggal 27 Februari


sampai 9 Maret 2019 dilaksanakan di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo.
Adapun kegiatan yang dilakukan mahasiswa selama PKL meliputi kegiatan dibidang
managemen penyelenggaraan makanan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kegiatan Praktek Kerja Lapangan STIKes Perintis Padang di


RSUD H. Hanafie Muara Bungo 2019

Kompetisi Uraian Kegiatan Waktu (Hari)

Mahasiswa mampu  Mempelajari struktur organisasi dan 1


berpartisipasi dalam pembagian kerja serta tata laksananya
perubahan organisasi,
 Mempelajari tentang tujuan, fungsi,
perencanaan dan proses
status, karakteristik, dan organisasi
penetapan tujuan
penyelenggaraan makanan institusi

 Mempelajari jumlah, macam


kualifikasi tenaga, recruitment sampai
dengan pembinaan

 Mempelajari jadwal kegiatan kerja,


jadwal dinas dll

 Mempelajari uraian tugas dsb

Mahasiswa mampu  Mempelajari perencanaan anggaran 1


mengawasi sistem
9

pengadaan, distribusi belanja


dan pelayanan makanan
 Mempelajari perencanaan menu dan
siklus menu

 Mempelajari rancangan menu sesuai


dengan kebutuhan dan status
kesehatan klien

 Mempelajari penyusunan standar


makanan

 Mempelajari pelaksanaan pemesanan


dan pembelian

 Penerimaan dan penyimpanan bahan


makanan

 Persiapan dan pemasakan makanan

 Pendistribusian dan penyajian


makanan

Mahasiswa mampu  Mempelajari tahapan proses 3


mengawasi perbaikan penyelenggaraan makanan secara rinci
mutu pelayanan gizi
 Pembuatan formulir-formulir
dalam rangka
pengawasan mutu berdasarkan
meningkatkan kepuasan
“HACCP” sesuai tahapan-tahapan
pelanggan
dalam proses penyelenggaraan
makanan

 Pelaksanaan pengawasan mutu


makanan (penerapan metoda Hazard
10

Mahasiswa mampu Analys Critical Control Point


mengelola keamanan “HACCP”)
dan sanitasi makanan
 Analisa pelaksanaan “HACCP”

 Analisis sanitasi pangan. Pekerja,


dapur, peralatan memasak dan
peralatan penghidangan

 Penyusunan laporan hasil analisis

 Penyusunan rencana kerja


perbaikan berdasarkan hasil
analisa

Mahasiswa mampu  Pengkajian 1


berpartisipasi dalam
 Tata letak
pengolahan sarana fisik
termasuk pemilihan  Tata laksana
peralatan dan
 Tata alur
merancang ulang unit-
unit kerja  Macam dan syarat denah dapur

 Peralatan penghidang

 Perbaikan rencana pemilihan sesuai


hasil diskusi

Mahasiswa mampu  Observasi penerjemahan kebutuhan 1


mengawasi prosuksi gizi menjadi menu makanan untuk
makanan sesuai dengan kelompok sasaran
pedoman gizi, biaya dan
 Metode perhitungan harga pangan
daya terima klien
11

 Penentuan harga pangan

 Faktor yang mempengaruhi biaya

 Evaluasi

Peserta didik mampu  Penyusunan rencana penelitian 2


melakukan penelitian
 Diskusi dan atau presentasi rencana
tentang sistem
penelitian dengan instruktur PKL
penyelenggaraan
makanan institusi /  Perbaikan rencana penelitian sesuai
massal (masalah yang hasil diskusi
dihadapi dan alternatif
 Pelaksanaan penelitian
pemecahannya).
 Pengolahan dan analisa data

 Penyusunan kesimpulan dan saran

 Menyusun laporan

Mahasiswa menyajikan  Pembuatan alat bantu penyajian 1


laporan hasil pengkajian
 Presentasi hasil PKL

TOTAL 10 Hari

(80 Jam)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


12

4.1 Sumber Daya Manusia


4.1.1 Ketenagaan
Pegawai instalasi gizi berjumlah 36 orang. Adapun rincian pegawai gizi yang
ada di RSUD H. Hanafie Muara Bungo adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo

Status
No Nama Pendidikan Keterangan
Kepegawaian

1. Neni Dwi Wulandari, S1 Gizi PNS Ka. Instalasi


S.Gz

2. Aldomil Yetri, S.Gz S1 Gizi PNS Kepala Ruangan

3. Ermawati D1 Gizi PNS Sub. Instalasi


Pembekalan

4. S. Binsar Parulian. S D1 Gizi PNS Pj. Perlengkapan

5. Refnita, SKM S1 PNS Pj. Poli Gizi


Kesehatan
Masyarakat

6. Parsaoran Sagala D1 Gizi PNS Pj. Pendistribusian


Makanan

7. Junia Syafrida, S.Gz S1 Gizi PNS Sub. Pengadaan


Makanan

8. Triokta Yunita, S.Gz S1 Gizi PNS Sub. Litbang Gizi


Terapan

9. Sri Liharyanti, S.Gz S1 Gizi Kontrak Pj. Pengadaan Bahan


Makanan

10. Yurwansyah, AMG D3 Gizi PNS

11. Dwi Ramadhani, S.Gz S1 Gizi Kontrak

12. Yulna Robia, S.Gz S1 Gizi Kontrak


13

13. Marthoni, S.Gz S1 Gizi Kontrak

14. Adrita Maryanis SMU Kontrak Pramusaji

15. Dina Megawati SMK Kontrak Pramusaji

16. Yuli Novrita SMK Kontrak Pramusaji

17. Meli SMK Kontrak Pramusaji

18. Raisha Illa Nova SMA Kontrak Pramusaji

19. Hosia MAN Kontrak Pramusaji

20. Susanti Anugerah MAN Kontrak Pramusaji

21. Yuliani. S SMA Kontrak Pramusaji

22. Fitriyani SMA Kontrak Pramusaji

23. Lita Citra Deli SMA Kontrak Pramusaji

24. Aulia Fahrunisa SMK Kontrak Pramusaji

25. Narti Risma. N SMEA Kontrak Pramusaji

26. Ummul Azizah SMA Kontrak Pramusaji

27. Nof Safriyenti SMA Kontrak Pramusaji

28. Yuliana SMA Kontrak Pramusaji

29. Mizi Haryani SMP Paket PNS Juru Masak

30. Gustinar MAN PNS Juru Masak

31. Mardiana MAN Kontrak Juru Masak

32. Indah Kurniati MAN Kontrak Juru Masak

33. Zuryati SMEA Kontrak Juru Masak

34. Eva Wani MTSN Kontrak Juru Masak

35. Siti Aminah SMA Kontrak Juru Masak

36. Novrianti Lubis SMA Kontrak Juru Masak


14

a. Tugas Nutrisionis
Nutrisionis di RS bertugas sebagai asuhan gizi keruangan (ADIME),
menyelenggarakan makanan (merencanakan anggaran belanja makanan,
merencanakan menu, menghitung kebutuhan bahan mkanan, memesan dan
membeli bahan makanan, menerima, menyimpan, dan menyalurkan bahan
makanan), organoleptik, mengawasi distribusi makanan dan pengolahan bahan
makanan, mengecek bahan makanan, melaporkan pemakaian bahan makanan
yang dipesan, dan mengawasi cs.
4.1.2 Distribusi Ketenagaan
a. Pengaturan Dinas
1) Jadwal dinas karyawan instalasi gizi dibagi atas shift dan non shift.
2) Pengaturan jadwal dinas karyawan gizi dibuat dan dipertanggung
jawabkan oleh masing-masing penanggung jawab yang diketahui oleh
kepala instalasi gizi dan kepala ruangan.
3) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan langsung
direalisasikan ke karyawan gizi setiap satu tersebut.
4) Ahli gizi bertugas di penyelenggaraan makanan dan di asuhan gizi.
5) Apabila ada karyawan gizi karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan, maka karyawan yang bersangkutan harus
memberitahukan kepada penanggung jawab masing-masing untuk
pengaturan jaga shift berikutnya.
6) Pembagian jadwal dinas adalah sebagai berikut :
a) Pelaksana Produksi Makanan (Juru Masak), 7 hari kerja
Tabel 4.2 Jadwal Dinas Juru Masak

Hari
No Dinas/Shift
Senin-Minggu
15

1. Subuh 05.30-13.00

2. Pagi 07.15-14.15

3. Sore 14.15-20.00

b) Pelaksana Penyaji Ruangan (Pramusaji), 7 Hari Kerja


Tabel 4.3 Jadwal Dinas Pramusaji

Hari
No Dinas/Shift
Senin-Minggu

1. Pagi 06.30-14.00

2. Sore 14.00-20.00

c) Fungsional Nutrisionis Asuhan Gizi


Tabel 4.4 Jadwal Dinas Nutrisionis

Hari
No Dinas/Shift
Senin-Minggu

1. Pagi 07.15-14.15

2. Sore 14.15-20.15

4.13 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya Manusia


a. Kebutuhan Tenaga Gizi
Berdasarkan penelitian Badan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia
kesehatan tahun 2012 mengenai kebutuhan tenaga gizi dengan metode perhitungan
Analisis Beban Kerja atau WISN (Work Load Indicator Staf Need), diperoleh jumlah
optimal tenaga RD dan TRD menurut kelas rumah sakit agar dapat melaksanakan
pelayanan gizi yang baik dan berkualitas untuk menjamin keamanan pasien.
Kebutuhan RD dan TRD di RSUD H. Hanfie Muara Bungo adalah sebanyak 37
16

Tenaga Gizi, sedangkan tenaga gizi yang ada sebanyak 13 orang masih kurang 24
orang dari standar kebutuhan untuk Rumah Sakit Tipe B.
b. Kebutuhan Juru Masak
Berdasarkan perhitungan Work Load Indicator Staf Need (WISN), kebutuhan
Tenaga pengolah/juru masak yang dibutuhkan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Pembagian jenis dan jumlah aktifitas juru masak
Pembagian jenis dan aktifitas juru masak berdasarkan pengamatan dan
wawancara yang dilakukan kepada juru masak. Adapun pembagian dan
jumlah aktifitas tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Jenis dan Jumlah Waktu Aktifitas Juru Masak di Instalasi Gizi RSUD
H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2019

Waktu Kerja

Jenis Aktifitas Subuh % Pagi Sore


(menit) (Menit % (Menit %
) )

Langsung

Mengecek Inventaris Alat 5 1,49 5 1,49 5 1,49

Mempersiapkan Bumbu 30 8,95 30 5,30 30 5,30

Mempersiapkan Sayur 0 0 60 10,61 30 5,30

Mempersiapkan Buah 0 0 60 10,61 30 5,30

Mempersiapkan Lauk 30 8,95 60 10,61 60 10,61

Mempersiapkan Susu dan


10 2,98 30 5,30 30 5,30
Makanan Cair

Mempersiapkan Extra
0 0 0 0 60 10,61
Jaga Malam

Mengolah Bahan
60 17,91 120 21,23 120 21,23
Makanan
17

Distribusi Makanan 30 8,95 20 3,53 20 3,53

Mencuci Peralatan 30 8,95 30 5,30 30 5,30

Mencuci Sink 30 8,95 25 4,42 25 4,42

Membersihkan Kompor
20 5,97 20 3,53 20 3,53
dan Lingkungan Kerja

Sub Total 245 73,1 460 81,93 460 81,92

Tidak Langsung

Pelatihan 0 0 0 0,00 0 0,00

Pencatatan dan Pelaporan 30 8,95 30 5,30 30 5,30

Sub Total 30 8,95 30 5,30 30 5,30

Menerima Telepon/Sms 5 1,49 5 0,88 5 0,88

Bercakap-cakap 15 4,47 15 2,65 15 2,65

Sub Total 20 5,96 20 3,53 20 3,53

Pribadi

Ke Kamar Mandi 10 2,98 10 1,76 10 1,76

Makan/Minum 30 8,95 30 5,30 30 5,30

Sholat 0 0 15 2,65 15 2,65

Sub Total 40 11,93 55 9,71 55 9,71

Total 335 99,94 565 100,47 565 100,46

Hasil wawancara mengenai beban kerja tenaga juru masak menunjukkan


bahwa dua dari tiga tenaga juru masak yang diwawancarai mengeluh beban
kerja yang berat di Instalasi Gizi, terutama pada waktu shift subuh. Pekerjaan
yang banyak, dan kesulitan mengangkat benda berat seperti panci besar berisi
18

air panas, semuanya itu dilakukan hanya oleh 2 orang perempuan yang
merupakan masalah yang dihadapi juru masak pada waktu shift subuh.

Total waktu untuk aktifitas produktif langsung pada waktu shift subuh,
shift pagi, dan shift sore adalah 1.165 menit. Jadi penggunaan waktu produktif
pershift sebesar 1.165 dibagi tiga shift ialah sebesar 388,3 menit. Waktu kerja
tersedia bagi juru masak dalam satu shift kerja sebesar 7 jam atau 420 menit,
sehingga rata-rata pengguna waktu kerja produktif perhari sebesar 92,45%
dan sisanya sebesar 31,7 menit (7,54%) digunakan untuk melakukan kegiatan
lain.

Perhitungan proporsi waktu produktif terhadap beban kerja juru masak


menunjukkan hasil yang tidak terlalu mendukung hasil wawancara, yaitu
proporsi waktu produktif terhadap beban kerja juru masak di Instalasi Gizi
RSUD H. Hanafie Muara Bungo sebesar 92,45%. Angka ini masih dalam
batas normal yang oleh International Labour Organization (ILO)
menyebutkan bahwa standar produktivitas yang berkisar 80%, artinya beban
kerja masih normal dan bisa dikerjakan secara optimal oleh juru masak.

Dari wawancara juga diketahui bahwa para juru masak sudah mengetahui
dengan jelas pembagian kerja per shift dan perorangan, dan pekerjaan ini
sudah dilakukan selama bertahun-tahun di sana, sehingga sudah sangat
terbiasa dan cekatan dalam melakukan tugas masing-masing. Oleh sebab itu
penambahan juru masak sifatnya tidak mendesak.

2) Menentukan waktu kerja tersedia


Waktu kerja tersedia di dapat dari perhitungan jumlah hari kerja dalam
setahun dengan mengalikan jumlah hari kerja dalam satu minggu dengan
jumlah minggu dalam satu tahun kemudian menghitung jumlah hari tidak
bekerja seorang tenaga dalam satu tahun.
19

Menetapkan waktu kerja yang tersedia tujuannya adalah diperoleh waktu


kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja Rumah Sakit
selama kurun waktu satu tahun. Data yang diperoleh untuk menetapkan waktu
kerja tersedia adalah sebagai berikut :
a) Hari kerja
Berdasarkan hasil perhitungan kalender tahun 2019 jumlah efektif hari
kerja pertahun tenaga kerja instalasi gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo
selama satu tahun adalah 52 minggu x 6 hari kerja.
b) Cuti tahunan
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan di instalasi gizi,
jumlah cuti bagi juru masak dalam setahun adalah 12 hari.
c) Pendidikan dan pelatihan
Sesuai ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit untuk mempertahankan
dan meningkatkan kompetensi atau profesionalisme serta kekompakan
dalam bekerja setiap kategori tenaga memiliki hak untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan. Di instalasi Gizi RSUD H. Hanafie Muara
Bungo untuk juru masak belum ada pendidikan dan pelatihan.
d) Hari libur nasional
Berdasarkan keputusan menteri agama, tenaga kerja, dan transmigrasi
serta menteri negara dan pendayagunaan aparatur negara dalam keputusan
bersama tentang hari libur nasional. Hari libur nasional tahun 2019
berdasarkan sistem kalender adalah sebanyak 20 hari.
e) Ketidakhadiran kerja karena libur ekstra
Untuk jumlah ketidakhadiran kerja di instalasi Gizi RSUD H.Hanafi
Muara Bungo adalah sebanyak 3 hari.
f) Waktu kerja
Sesuai ketentuan yang berlaku di RSUD H.Hanafie Muara Bungo,
untuk satu tenaga kerja bekerja dalam satu hari di instalasi Gizi yaitu
20

selama 7 jam. Berikut adalah tabel perhitungan waktu kerja tersedia juru
masak di instalasi Gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo :
Tabel 4.6 Waktu Kerja Tersedia Juru Masak di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie
Muara Bunga Tahun 2019

Kode Faktor Jumlah Keterangan

A Hari Kerja 312 Hari/Tahun

B Cuti Tahunan 12 Hari/Tahun

C Pendidikan/Pelatihan 0 Hari/Tahun

D Hari Libur Nasional 20 Hari/Tahun

E Ketidakhadiran Kerja 3 Hari/Tahun

F Waktu Kerja 7 Jam/Hari

Total Hari Kerja Tersedia 277 Hari/Tahun

Waktu Kerja Tersedia 1.939 Jam/Tahun

A - (B+C+D+E) X F 116.340 Menit/Tahun

3) Menentukan standar beban kerja


Standar beban kerja didapat dari perhitungan waktu kerja tersedia yang di bagi
dengan rata-rata perkegitan pokok. Dijabarkan didalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.7 Standar Beban Kerja Juru Masak di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie
Muara Bungo Tahun 2019

Rata-Rata Waktu Kerja Standar


Jenis Aktifitas Perkegitan Tersedia Beban Kerja
Pokok (Menit/Tahun) Menit/ Tahun
21

Langsung

Mengecek Inventaris Alat 5 116.340 23.268

Mempersiapkan Bumbu 50 116.340 2.326,8

Mempersiapkan Sayur 80 116.340 1.454,25

Mempersiapkan Buah 60 116.340 1.939

Mempersiapkan Lauk 150 116.340 775,6

Mempersiapkan Susu dan Makanan Cair 60 116.340 1.939

Mempersiapkan Extra Jaga Malam 60 116.340 1.939

Mengolah Bahan Makanan 180 116.340 646,3

Distribusi Makanan 35 116.340 3.324

Mencuci Peralatan 100 116.340 1.163,4

Mencuci Sink 37,5 116.340 3.102,4

Membersihkan Kompor dan


35 116.340
Lingkungan Kerja 3.324

Tidak Langsung

Pelatihan 0 116.340 0

Pencatatan dan Pelaporan 30 116.340 3.878

Total 882,5 116.340 49.080

Rumus

Waktu kerja tersedia


Standar beban kerja =
Rata−rata perkegiatan pokok

4) Menghitung standar kelonggaran


22

Menghitung standar kelonggaran tujuannya adalah untuk diperolehnya faktor-


faktor kelonggaran setiap kategori SDM meliputi jenis kegitan dan kebutuhan
waktu penyelesaian suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi
tinggi rendahnya suatu kualitas atau jumlah kegiatan pokok. Penyusunan standar
kelonggaran dilakukan dengan pengamatan dan wawancara.
a. Kegiatan - kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan kepada
pasien.
b. Frekuensi setiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu dan bulan.
c. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kegiatan.
Tabel 4.8 Standar Kelonggaran Juru Masak di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie
Muara Bungo Tahun 2019

Rata-Rata Rata-Rata Waktu


Faktor Standar
Frekuensi Waktu Waktu Kerja
Kelonggaran Kelonggaran
(Menit) Menit/Tahun Tersedia

Rapat 1 x/bulan 30 360 116.340 0,003

Menerima
1 x/hari 10 2.770 116.340 0,023
Telepon

Sholat 1 x/hari 20 5.540 116.340 0,047

Bercakap-cakap 1 x/hari 25 6.925 116.340 0,059

Ke Kamar Mandi 1 x/hari 12,5 3.462,5 116.340 0,029

Makan/Minum 1 x/hari 37,5 10.387,5 116.340 0,089

Total 135 29.445 116.340 0,25

Rumus :

Rata−rata Waktu(menit/tahun)
Standar Kelonggaran =
Waktu Kerja Tersedia
23

5) Kebutuhan juru masak


Menghitung kebutuhan perunit kerja tujuannya agar diperolehnya jumlah dan
jenis/kategori SDM yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
wajib dan upaya pengembangan selama kurun waktu 1 tahun. Data yang
diperlukan yaitu waktu tersedia, satndar beban kerja, standar kelonggaran,
kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama satu tahun. Kuantitas kegiatan
pokok tiap unit kerja selama satu tahun. Kuantitas kegiatan pokok disusun
berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di Instalasi
Gizi.
Tabel 4.9 Kebutuhan Juru Masak di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie Muara
Bungo Tahun 2019

Jumlah Kuantitas Standar


Kebutuhan
Jenis Aktivitas Kuantitas Hari Tahun Kegiatan Beban
Tenaga
2019 Pokok/Menit Kerja

Langsung

Mengecek Inventaris
2 365 730 0,28
Alat 23.268

Mempersiapkan
3 365 1.095 0,76
Bumbu 2.326,8

Mempersiapkan Sayur 4 365 1.460 1.454,25 1,50

Mempersiapkan Buah 3 365 1.095 1.939 1,09

Mempersiapkan Lauk 6 365 2.190 775,6 3,07

Mempersiapkan Susu
6 365 2.190 1,37
dan Makanan Cair 1.939

Mempersiapkan Extra
5 365 1.825 1,19
Jaga Malam 1.939

Mengolah Bahan
7 365 2.555 5,52
Makanan 646,3
24

Distribusi Makanan 3 365 1.095 3.324 0,57

Mencuci Peralatan 6 365 2.190 1.163,4 2,50

Mencuci Sink 4 365 1.460 3.102,4 0,72

Membersihkan
Kompor dan 4 365 1.460 0,68
Lingkungan Kerja 3.324

Tidak Langsung

Pelatihan 0 365 0 0 0,00

Pencatatan dan
2 365 730 0,34
Pelaporan 3.878

Sub Total 55 365 20.075 49.080 19,59

Kebutuhan Tenaga
19,59
Pemasak

Standar
0,25
Kelonggaran

Total 19,59

Rumus :

Kuantitas Kegiatan Pokok


Kebutuhan SDM = + S tandar Kelonggaran
Standar Beban Kerja

Berdasarkan tabel diatas telah diketahui kebutuhan juru masak di insatalasi


gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo adalah sebanyak 19 orang sedangkan tenaga
kerja. Berdasarkan tabel diatas telah diketahui kebutuhan Juru Masak di Instalasi
Gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo adalah sebanyak 19 orang sedangkan
tenaga kerja yang ada d Instalasi gizi hanya berjumlah 8 orang. Sehingga
kekurangan tenaga kerja sebanyak 11 orang tenaga kerja.
25

Rasio WISN merupakan suatu ukuran “pengganti” (proxy) bagi tekanan kerja
yang dialami tenaga kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari mereka di suatu
fasilitas kesehatan. Sebuah rasio WISN benilai 1 menunjukan bahwa jumlah staf
dan beban kerja disuatu fasilitas kesehatan berada dalam pekerjaan seimbang.
Semakin kecil rasio WISN semakin besar tekanan beban kerja. Rasio WISN yang
kecil menunjukan bahwa jumlah tenaga yang ada saat ini lebih kecil dari pada
yang dibutuhkan untuk mengatasi beban kerja yang ada. Sebaliknya rasio WISN
besar menunjukkan adanya kelebihan tenaga apabila dibandingkan dengan beban
kerja. Menurut analisis rasio WISN hasil dari perhitungan kebutuhan juru masak
tersebut masuk dalam kategori kecil. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan
menurut rasio WISN adalah 0,42 pada rasio WISN digambarkan batas – batas
angka yang sudah ditetapkan :

WISN RATIO

-2,0 -1,5 1 1,5 2,0

Kurang Sesuai Lebih

Beban kerja yang terlalu berat atau ringan akan berdampak terjadinya
inefisiensi kerja. Beban kerja yang terlalu ringan berarti terdapat kelebihan tenaga
kerja yang menyebabkan rumah sakit harus menggaji jumlah tenaga kerja lebih
banyak dari produktifitas yang sama sehingga terjadi inefisiensi biaya. Sebaliknya
jika terjadi kekurangan tenaga kerja dapat menyebabkan keletihan fisik maupun
psikologis bagi tenaga pekerja akhirnya tenaga pekerja menjadi tidak produktif
karena terlalu lelah bekerja.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai beban kerja juru masak menunjukkan


bahwa 5 dari 8 juru masak yang diwawancarai beban kerja berat hanya saja juru
masak sudah mengetahui dengan jelas pekerjaan yang telah dilakukannya selama
26

bertahun - tahun sehingga sudah sangat terbiasa dan cekatan dalam melakukan
tugas masing – masing.

c. Kebutuhan Tenaga Pramusaji


Berdasarkan perhitungan Work Load Indicator Staf Need (WISN) kebutuhan
tenaga pengolah/juru masak yang dibutuhkan dapat di jabarkan sebagai berikut :
1) Pembagian jenis dan jumlah aktifitas pramusaji
Pembagian jenis dan jumlah aktifitas pramusaji berdasarkan pengamatan
dan wawancara yang dilakukan kepada tenaga pengolah. Adapun pembagian
jenis dan jumlah aktifitas tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10 Jenis Dan Jumlah Aktifitas Pramusaji di Instalasi Gizi RSUD H.
Hanafie Muara Bungo Tahun 2019

Waktu Kerja
Jenis Kegiatan Pagi Sore
% %
(Menit) (Menit)

Langsung

Mempersiapkan alat makan 60 10,52 60 10,52

Membagi ETiket makan pasien 30 5,26 30 5,26

Menghidang makanan 90 15,78 90 15,78

Menghidang snack 30 5,26 30 5,26

Distribusi makanan 90 15,78 90 15,78

Menjemput alat makan 30 5,26 30 5,26

Mencuci peralatan makan 60 10,52 60 10,52

Mencuci troli 30 5,26 30 5,26

Membersihkan lingkungan 30 5,26 30 5,26


27

Mengecek alat/inventaris alat 30 5,26 30 5,26

Sub total 480 84,21 480 84,21

Tidak langsung

Pelatihan 0 0 0 0

Pencatatan dan pelaporan 15 2,63 15 2,63

Sub Total 15 2,63 15 2,63

Tidak produktif

Menerima telepon/sms 10 1,75 10 1,75

Bercakap-cakap 20 3,50 20 3,50

Sub total 30 5,25 30 5,25

Pribadi

Ke kamar mandi 10 1,75 10 1,75

Makan/minum 30 5,26 30 5,26

Sholat 15 2,63 15 2,63

Sub total 45 9,64 45 9,64

Total 570 101,73 570 101,73

Total waktu untuk aktifitas produktif langsung pada waktu shift pagi, dan
shift sore adalah 960 menit. Jadi penggunaan waktu produktif pershift sebesar
960 dibagi dua shift ialah sebesar 480 menit. Waktu kerja tersedia bagi
pramusaji dalam satu shift kerja sebesar 7 jam atau 420 menit, sehingga rata-
rata pengguna waktu kerja produktif perhari sebesar 87,5% dan sisanya
sebesar 52,5 menit (12,5%) digunakan untuk melakukan kegiatan lain.

Perhitungan proporsi waktu produktif terhadap beban kerja pramusaji


menunjukkan hasil yang tidak terlalu mendukung hasil wawancara, yaitu
28

proporsi waktu produktif terhadap beban kerja pramusaji di Instalasi Gizi


RSUD H. Hanafie Muara Bungo sebesar 87,5%. Angka ini masih dalam batas
normal yang oleh International Labour Organization (ILO) menyebutkan
bahwa standar produktivitas yang berkisar 80%, artinya beban kerja masih
normal dan bisa dikerjakan secara optimal oleh pramusaji.

Dari wawancara juga diketahui bahwa para pramusaji sudah mengetahui


dengan jelas pembagian kerja per shift dan perorangan, dan pekerjaan ini
sudah dilakukan selama bertahun-tahun di sana, sehingga sudah sangat
terbiasa dan cekatan dalam melakukan tugas masing-masing. Oleh sebab itu
penambahan pramusaji sifatnya tidak mendesak.

2) Menentukan waktu kerja tersedia


Waktu kerja tersedia didapat dari perhitungan jumlah hari kerja dalam
setahun dengan mengalikan jumlah hari kerja dalam satu minggu dengan
jumlah minggu dalam satu tahun kemudian menghitung jumlah hari tidak
bekerja seorang tenaga dalam setahun.
Menetapkan waktu kerja yang tersedia tujuannya adalah diperolehnya
waktu kerja tersedia masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah
Sakit selama kurun waktu satu tahun. Data yang diperoleh untuk menetapkan
waktu kerja tersedia adalah sebagai berikut :
a. Hari Kerja
Berdasarkan hasil perhitungan kalender tahun 2019 jumlah efektif hari
kerja pertahun tenaga kerja instalasi gizi RSUD H.Hanafie Muara Bungo
selama satu tahun adalah 52 minggu x 6 hari kerja.
b. Cuti tahunan
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan di Insatalasi Gizi
jumlah cuti bagi pramusaji dalam setahun adalah 12 hari.
c. Pendidikan dan pelatihan
29

Sesuai kebutuhan yang berlaku di Rumah Sakit untuk


mempertahankan dan meningkatkan kompetensi atau profesionalisme
serta kekompakkan dalam bekerja setiap kategori tenaga memiliki hak
untuk mengikuti pedidikan dan pelatihan di Instalasi Gizi RSUD H.
Hanafie Muara Bungo untuk pramusaji belum ada pendidikan dan
peltihan.
d. Hari Libur Nasional
Berdasarkan keputusan menteri agama, tenaga kerja, dan transmigrasi
serta menteri negara dan pendayagunaan aparatur negara dalam keputusan
bersama tentang hari libur nasional. Hari libur Nasional tahun 2019
berdasrkan sistem kalender sebanyak 20 hari.
e. Ketidakhadiran kerja karena libur ekstra
Untuk jumlah ketidakhadiran kerja di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie
Muara Bungo adalah sebanyak 3 hari.
f. Waktu kerja
Sesuai ketentuan yang berlaku di RSUD H.Hanafie Muara Bungo,
untuk 1 tenaga kerja bekerja dalam 1 hari di Instalasi Gizi yaitu 6,25 jam.
Berikut adalah tabel perhitungan kerja tersedia pramusaji di Insatalasi Gizi
RSUD H. Hanafie Muara Bungo :

Tabel 4.11 Waktu Kerja Tersedia Pramusaji di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie
Muara Bungo Tahun 2019

Kode Faktor Jumlah Ket

A Hari Kerja 312 Hari/Tahun


30

B Cuti Tahunan 12 Hari/Tahun

C Pendidikan/ Pelatihan 0 Hari/Tahun

D Hari Libur Nasional 20 Hari/Tahun

E Ketidakhadiran Kerja 3 Hari/Tahun

F Waktu Kerja 7 Jam/Tahun

Total Hari Kerja 277 Hari/Tahun

Waktu Kerja Tersedia 1.939 Jam/Tahun

A-(B+C+D+E) X F 116.340 Menit/Tahun

3) Menentukan standar kerja


Standar kerja di dapat dari perhitungan waktu kerja tersedia yang dibagi
dengan rerata perkegitan pokok. Di jabarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.12 Standar Beban Kerja Pramusaji di Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie
Muara Bungo Tahun 2019

Waktu Kerja Standar


Rata-rata
Jenis Kegiatan Tersedia Beban Kerja
Perkegiatan
(Menit/Tahun) (Menit/Tahun)

Langsung
31

Mempersiapkan alat makan 50 116.340 2.326,8

Membagi ETiket makan


25 116.340
pasien 4.653,6

Menghidang makanan 80 116.340 1.454,25

Menghidang snack 25 116.340 4.653,6

Distribusi makanan 80 116.340 1.454,25

Menjemput alat makan 20 116.340 5.817

Mencuci peralatan makan 55 116.340 2.115,27

Mencuci troli 20 116.340 5.817

Membersihkan lingkungan 25 116.340 4.653,6

Mengecek alat/inventaris alat 20 116.340 5.817

Tidak langsung

Pelatihan 0 116.340 0

Pencatatan dan pelaporan 15 116.340 7.756

Total 415 116.340 46.518,37

Rumus
Waktu Kerja Tersedia
Standar Beban Kerja =
Rata−rata Perkegiatan Pokok

4) Menghitung Standar kelonggaran


Menghitung standar kelonggaran tujuannya adalah untuk diperolehnya
fakto-fakor kelonggaran setiap kategori SDM meluputi jumlah jenis kegitan
dan kebutuhan waktu penyelesaian suatu kegitan yang tidak terkait langsung
atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok.
32

Penyusunan standar kelonggaran dilakukan dengan pengamatan dan


wawancara.

Tabel 4.13 Standar Kelonggaran Pramusaji di Instalasi Gizi RSUD H. Hanfie


Muara Bungo Tahun 2019

Rata-rata Waktu
Standar
Faktor Kelonggaran Frekuensi Waktu Jumlah Kerja
Kelonggaran
Permenit Tersedia
Rapat 1 x/bulan 30 360 116.340 0,003

Menerima Telepon 1 x/hari 10 2.770 116.340 0,023

Sholat 1 x/hari 20 5.540 116.340 0,047

Bercakap-cakap 1 x/hari 25 6.925 116.340 0,059

Ke Kamar Mandi 1 x/hari 12,5 3.462,5 116.340 0,029

Makan/Minum 1 x/hari 37,5 10.387,5 116.340 0,089

Total 135 29.445 116.340 0,25

5) Kebutuhan pramusaji
Menghitung kebutuhan perunit kerja tujuannya adalah agar diperolehnya
jumlah dan jenis/kategori SDM yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan selama kurun waktu 1 tahun.
Data yang diperlukan yaitu waktu tersedia, standar beban kerja, standar
kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama 1 tahun.
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan
pelayanan yang telah dilaksanakan di Instalasi Gizi.
33

Tabel 4.14 Kebutuhan Pramusaji di Instalasi Gizi RSUD H Hanafie Muara


Bungo Tahun 2019

Jumlah
Kuantitas Standar
Hari Kebutuhan
Jenis Aktivitas Kuantitas Kegiatan Beban
Tahun Tenaga
Pokok/Menit Kerja
2019

Langsung

Mempersiapkan alat makan 365 2.326,8 2,37


3 1.095

Membagi ETiket makan pasien 365 4.653,6 4,49


3 1.095

Menghidang makanan 365 1.454,25 0,81


7 2.555

Menghidang snack 365 4.653,6 3,43


4 1.460

Distribusi makanan 365 1.454,25 0,91


6 2.190

Menjemput alat makan 365 5.817 3,43


5 1.825

Mencuci peralatan makan 365 2.115,27 1,07


7 2.555

Mencuci troli 365 5.817 4,23


4 1.460

Membersihkan lingkungan 365 4.653,6 4,49


3 1.095
Mengecek alat/Inventarisasi
365 8,21
alat 2 730 5.817

Tidak langsung

Pelatihan 0
0 0 0
34

Pencatatan dan pelaporan 7.756 10,87


2 365 730

Kebutuhan tenaga pramusaji


44,31

Standar kelonggaran
0,25

Total 44,56

Rumus :

Standar Beban Kerja


Kebutuhan SDM = + Standar Kelonggaran
Kuantitas Kegiatan Pokok

Berdasarkan tabel diatas telah diketahui kebutuhan tenaga pramusaji di


Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie Muara Bungo adalah sebanyak 45 orang
sedangkan tenaga kerja yang ada di Instalasi Gizi hanya berjumlah 15 orang.
Sehingga kekurangan tenaga kerja sebanyak 30 orang tenaga kerja.

Rasio WISN merupakan suatu ukuran “pengganti” (proxy) bagi tekanan


kerja yang dialami tenaga kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari mereka
disuatu fasilitas kesehatan. Sebuah rasio WISN bernilai 1 menunjukkan
bahwa jumlah staf dan beban kerja disuatu fasilitas kesehatan berada dalam
keadaan seimbang. Semakin kecil Rasio WISN semakin besar tekanan beban
kerja. Rasio WISN yang kecil menunjukkan jumlah tenaga yang ada saat ini
lebih kecil dari pada yang dibutuhkan untuk mengatasi beban kerja yang ada.
Sebaliknya rasio WISN yang besar menunjukkan adanya kelebihan tenaga
apabila dibandingkan dengan beban kerja. Menurut analisis rasio WISN hasil
dari perhitungan pramusaji tersebut masuk dalam kategori kecil. Hal ini
ditunjukkan hasil perhitungan menurut rasio WISN adalah 0,6 pada rasio
WISN di gambarkan batas - batas angka yang sudah ditetapkan :
35

WISN RASIO

-2,0 -1,5 1 1,5 2,0

Tabel 4.15 Latar Pendidikan Tenaga Gizi di Instalasi Gizi RSUD H. Hanfie
Muara Bungo Tahun 2019

No Pendidikan Jumlah

1 S1 Kesehatan Masyarakat 1

2 S1 Gizi Klinik 7

3 D3 Gizi 2

4 D1 Gizi 3

5 SMK 4

6 SMA 17

7 SMP 2

Jumlah 36
36

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSUD H. Hanafie Muara Bungo
Tahun 2019

Ka. Instalasi Gizi

Neni Dwi Wulandari, S.Gz


NIP : 198407162009042004

Kepala Ruangan

Aldomil Yetri, S.Gz


NIP : 198707262015032001

Sub Instalasi Pengadaan Sub Instalasi Sub Instalasi Asuhan Sub Instalasi Litbang
Makanan Pembekalan Gizi Gizi Terapan

Junia Syafrida, S.Gz Ermawati Tri Oktayunita, S.Gz


NIP : NIP : NIP :
198606292011012019 196909271989022001 198810202015022003
37

D. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit mengacu pada SK Menkes Nomor


983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan Menkes Nomor
1045/MENKES /PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
lingkungan Departemen Kesehatan. Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit,
meliputi:

1. Asuhan Gizi Rawat Jalan;


2. Asuhan Gizi Rawat Inap;
3. Penyelenggaraan Makanan;
4. Penelitian dan Pengembangan.
38
39

Penjelasan :

Gambar 1 tentang mekanisme pelayanan gizi rumah sakit klien/pasien rumah


sakit dibedakan dalam 2 kategori yaitu :

1. Pasien Rawat Inap


Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan
menetapkan apakah pasien memerlukan terapi diet atau tidak.
Pada tahap intervensi/implementasi :
a. Bila Tidak Memerlukan Terapi Diet
 Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengolahan makanan.
 Pada tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruangan
perawatan. Di ruang perawatan makanan disajikan ke pasien.
 Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan
mengenai gizi umum tentang makanan gizi seimbang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan lingkungannya.
 Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri,
laboratorium, dan lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk
menilai nafsu makan dan asupan makanannya. Hasil penilaian
tersebut membuka kemungkinan bahwa ia memerlukan
penyesuaian diet atu tidak.
 Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan
pulang.
 Bila memerlukan terapi diet, prosesnya sama dengan bila ia dari
semula memerlukan terapi diet.
b. Bila Memerlukan Terapi Diet
40

 Bila pasien direncanakan dengan makanan khusus/diet, yang


sesuai dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan dan nafsu
makan.
 Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi
agar diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien
dapat menerima serta menjalankan diet.
 Makanan khusus diperoleh ke tempat pengolahan makanan
(dapur). Dari tempat pengolahan makanan diet didistribusikan ke
ruang perawatan. Di ruang perawatan makanan khusus disajikan ke
pasien.
 Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri,
laboratorium, dan lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk
menilai nafsu makan dan asupan makanannya. Hasil penilaian
tersebut membuka kemungkinan apakah ia memerlukan
penyesuainan diet atau tidak
 Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan makanan biasa, proses
selanjutnya sama dengan butir a.
 Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses
selanjutnya lihat pada butir b.
 Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat
akan pulang pasien akan memperoleh penyuluhan/konseling gizi
tentang penerapan diet di rumah.
 Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses
pelayanan gizi rawat jalan.
 Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat
dirujuk ke puskesma atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan
selanjutnya.
2. Pasien Rawat Jalan
41

Dari hasil pemeriksaan fisik, antripometri, laboratorium, dan pemeriksaan


dokter lainnya, kemudian dikter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.
a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapatkan
penyuluhan gizi umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya,
dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan
dirinya dan lingkungannya.
b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke kinik gizi untuk
memperoleh penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan
dokter. Proses selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Juklak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang tahun 2019

Wayansari, Lastmi, dkk.Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi,


Jakarta :2018

Depertemen Kesehatan RI.2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Jakarta :


Dirjen Bina Pelayanan Medik.

Depertemen Kesehatan RI.2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Jakarta :


Dirjen Bina Pelayanan Medik.

Depertemen Kesehatan RI.2007. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Jakarta :


Dirjen Bina Pelayanan Medik.

Pakendek, G., & Rantetampang, A. L. (2018). STUDY PERSEPSI PASIEN


KUALITAS PENYEDIAAN MAKANAN TERHADAP CITRA RUMAH SAKIT
UMUM JAYAPURA. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(1).
42

Anda mungkin juga menyukai