PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Gizi Rumah Sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2003).
Resiko kurang gizi akan mucul secara klinik pada orang sakit, terutama pada penderita
anoreksia, kondisi mulut / gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna
disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, tidak sadar pada waktu lama, kegagalan fungsi
saluran pencernaan dan pasien mendapat kemoterapi. Hasil penelitian menunjukkan 20% -
60% pasien menderita kurang gizi pada saat dirawat di rumah sakit.
Selain dari itu, di RS Kartika Cibadak Sukabumi Pelayanan Gizi Rumah Sakit bukan saja
diberikan kepada pasien tetapi juga bagi para dokter yang diharapkan dapat memberikan
pelayanan secara optimal kepada pasien ketika mereka melakukan tugasnya.
Sejalan dengan visi dan misi RS Kartika Cibadak Sukabumi, Pelayanan Gizi Rumah
Sakit yang diberikan harus dikelola secara profesional agar mutunya tetap terjamin sehingga
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Dampaknya adalah hari perawatan
pasien menjadi lebih pendek dan biaya perawatannya berkurang.
Agar pelayanan gizi rumah sakit dapat dilaksanakan secara optimal, diperlukan suatu
”Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Rumah Sakit” sebagai acuan bagi para petugas
dan manajemen rumah sakit agar kebutuhan gizi pasien maupun dokter dapat dipenuhi.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan disusunnya pedoman ini, agar menjadi pegangan atau acuan bagi rumah sakit
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan,
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap,
3. Penyelenggaraan Makanan, dan
4. Penelitian dan pengembangan gizi.
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu dibentuk Tim
Asuhan gizi yang bertugas menyelenggarakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan,
termasuk pelayanan klinik gizi yang merupakan bagian dari instalasi rawat jalan.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit : adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan,
untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi
kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitative, dan
promotif.
2. Pelayanan gizi : adalah rangkaian kegiatan terapi gizi medis yang dilakukan di institusi
kesehatan (rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lain) untuk memenuhi
kebutuhan gizi klien/pasien. Pelayanan gizi merupakan upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative dalam rangka meningkatkan kesehatan klien/pasien.
3. Tim Asuhan gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter/ dokter spesialis, nutritionist/dietisien, dan perawat dari
setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk
mencapai pelayanan paripurna yang bermutu
4. Panitia Asuhan Gizi : adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terdiri dari dokter/
dokter spesialis, nutritionist/ dietisien dan perawat yang ditunjuk oleh pimpinan rumah
sakit, bertugas membantu Tim Asuhan gizi dalam hal inventarisasi masalah, penyusunan
prosedur baku asuhan gizi, pemantapan tatalaksana gizi, serta penyelesaian masalah
asuhan gizi.
5. Masyarakat Rumah Sakit : adalah sekelompok orang yang berada dalam
lingkungan rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari
pegawai atau karyawan, pasien rawat inap, dan pengunjung poliklinik.
6. Terapi gizi medis : adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik
akut maupun kronis atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi klien/ pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan agar
klien/pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
7. Terapi gizi : adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk
penyembuhan penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling , baik
sebelum perawatan dalam dan sesudah perawatan.
8. Terapi diet: adalah pelayanan dietetic yang merupakan bagian dari terapi gizi
9. Preskripsi diet atau rencana diet: adalah kebutuhan zat gizi klien / pasien yang
dihitung berdasarkan status gizi, dengan degenerasi penyakit dan kondisi
kesehatannya. Preskripsi diet dibuat oleh dokter sedangkan Rencana diet dibuat
oleh nutritionis/ dietisien.
10. Konseling gizi : adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi 2 (dua) arah
untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku sehingga
membantu klien/ pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi, dilaksanakan oleh
nutrisionis/ dietisien.
11. Nutisionis : Seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara
penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di
bidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetic, baik di masyarakat maupun rumah
sakit, dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan akademi gizi.
12. Dietisien : adalah seorang nutrisionis yang telah mendalami pengetahuan dan
keterampilan dietetic, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman
bekerja dengan masa kertja minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikasi dari
persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan bekerja di unit pelayanan yang
menyelenggarakan terapi dietetic.
13. Food model : adalah bahan makanan atau contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
pengunjung rawat jalan.
14. Klien : adalah pengunjung poliklinik rumah sakit, dan atau pasien rumah sakit yang
sudah berstatus rawat jalan.
15. Mutu pelayanan gizi : suatu kondisi dinamis yang berhubungan denganpelayanan
gizi sesuai dengan standard an memuaskan baik kualitas dari petugas maupun
sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.
BAB II
PELAYANAN GIZI RS KARTIKA CIBADAK SUKABUMI
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien berdasarkan keadaan klinik, status gizi, status metabolisme tubuhnya, umur pasien,
budaya pasien, preferensi diet, dan rencana pelayanan harus tersedia secara rutin (reguler).
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Kondisi pasien akan
bertahap membaik dengan upaya pelayanan gizi yang baik dan penunjang lainnya yang
mendukung.Pasien dapat berpartisipasi dalam perencanaan dan seleksi makanan, konsisten
dengan budaya, agama, dan tradisi.
Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu kegiatan yang dimulai
dari upaya perencanaan penyusunan diet pasien hingga pelaksanaan evaluasi di ruang perawatan.
Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diet yang sesuai dengan
perubahan sikap pasien. Pelayanan gizi untuk pasien rawat jalan dilakukan apabila pasien
tersebut masih ataupun sedang memerlukan terapi diet tertentu.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya harus
diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi
metabolisme. Pemberian diet pasien harus selalu di evaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan klinik pasien, hasil pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya. Upaya pelayanan di
RS Kartika Cibadak Sukabumi yang diberikan bagi pasien dan dokter merupakan tugas dan
tanggung jawab Urusan Pelayanan Gizi dan Tata Boga.Pemberian makanan dari luar rumah sakit
tidak dianjurkan bagi pasien, keluarga dan pasien itu sendiri akan diberi informasi/edukasi gizi
terkait makanan yang dilarang/kontraindikasi dengan kebutuhan asupan termasuk tentang
interaksi obat dan makanan.
A. Visi
Pelayanan gizi RS Kartika Cibadak Sukabumi merupakan unit pelayanan yang profesional
yang berorientasi kepada kebutuhan gizi pelanggan (pasien dan dokter) untuk menjaga
terciptanya pelayanan kesehatan yang efektif, aman, dan ekonomis.
B. Misi
1) Menyelenggarakan produksi dan distribusi makanan yang dapat menunjang aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam mewujudkan program keselamatan
pasien dan dokter RS Kartika Cibadak Sukabumi.
2) Menyelenggarakan pelayanan gizi di rawat inap yang berorientasi pada kebutuhan gizi
pasien guna mempercepat proses penyembuhan.
3) Melakukan penyuluhan dan konsultasi gizi untuk pasien di Instalasi Rawat Jalan dan
Rawat Inap.
4) Melakukan kegiatan gizi terapan untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi.
5) Memberikan pendidikan dan pelatiah bagi petugas agar dapat memberikan pelayanan
yang profesional.
C. Tujuan
1) Terselenggaranya produksi dan distribusi makanan yang aman sehingga menunjang
program keselamatan pasien.
2) Terselenggaranya penerjamahan dan evaluasi diet pasien sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan pasien rawat inap.
3) Terselenggaranya penyuluhan dan konsultasi gizi kepada pasien rawat jalan dan rawat
inap tentang manfaat diet.
4) Terlaksananya kegiatan gizi terapan melalui survey kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan gizi.
5) Terciptanya profesionalisme dalam mengelola pelayanan gizi sesuai dengan standar
pelayanan gizi rumah sakit.
3) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada dibagian yang lebih tinggi untuk
mencegah genangan air dan menjaga kelembabannya. Hendaknya dihindarkan
meletakkan gudang di kaki tangga / elevator, ruang peralatan atau ruang-ruang yang
kurang sesuai untuk bahan makanan.
4) Bahan makanan hendaknya tidak diletakkan dibawah saluran / pipa air (air bersih maupun
air limbah) untuk mencegah kebocoran dari saluran tersebut. Hendaknya tidak ada
drainase di sekitar gudang makanan untuk menghindari saluran balik / melupanya saluran
pada saat macet.
5) Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang baik dengan ketinggian
rak terbawah dari lantai 30 cm. Hal ini untuk menghindari kontaminasi karena genangan
air, memudahkan pembersihan dan mencegah infestasi serangga.
6) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22 c untuk
mengurangi pertumbuhan serangga, bakteri atau kerusakan kaleng. Suhu di dalam ruang
pendingin antara -10 C sampai 5 C.
7) Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga. Jendela dan pintu perlu diberi pelindung
tikus dan tempat masuk pipa harus ditutup semen.
8) Fasilitas sesuai dengan persyaratan gedung dan peraturan yang berlaku ditekankan pada :
a. Lantai, dinding, dan langit-langit yang mudah dibersihkan
b. penerangan yang memenuhi persyaratan kondisi kerja
c. ventilasi yang cukup, suhu dan kelembaban
d. memenuhi persyaratan anti kebakaran
9) Ada ruang penerimaan dengan fasilitas pemeriksaan mutu dan jumlah bahan makanan
yang lansung dipindahkan ke tempat penyimpanan.
10) Penyimpanan di lemari pendingin, hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. Rak-rak dalam refrigerator harus diatur sedemikian rupa sehingga bahan makanan tidak
saling berdesakan.
b. Refrigerator harus berukuran memadai sehingga dapat digunakan secara baik dan
mudah dijangkau.
c. Dalam refrigerator hendaknya disediakan ruang yang memadai untuk meniris
potongan-potongan dari freezer.
d. Makanan yang disimpan dalam refrigerator hendaknya diletakkan dalam wadah dengan
dasar tidak lebih dari 5-7.5 cm, sehingga makanan bisa cepat dingin dan mengurangi
pertumbuhan kuman.
e. Pada saat penyajian, suhu makanan dijaga diatas 65 c untuk makanan hangat dan 4 c
untuk makanan dingin.
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi
Minimal DIII Gizi
Kualifikasi
Pendidikan SMK Tataboga, SMU dan SMP (yang mempunyai pengalaman di pengolahan
makanan minimal 1 tahun)
Kualifikasi
Pendidikan dengan pendidikan setara SMU (dengan pengalaman minimal 1 tahun di
pendistribusian makanan rumah sakit), dan SMK Tataboga
Urusan Pelayanan Gizi dan Tata Boga dipimpin oleh Kepala Urusan yang membantu
Manager Umum dalam mengkoordinir semua kebutuhan urusan tata boga. Sedangkan
untuk hal pengelolaan, pelaksanaan pelayanan gizi dan tata boga rumah sakit, terdiri dari:
1. PJ Penyajian dan pendistribusian yang membawahi petugas penyajian dan
pendistribusian
2. PJ Pengelolaan makanan yang membawahi para juru masak
C.PENGATURAN JAGA
Pengaturan jaga Unit Gizi di dilaksanakan 3 (tigat Shift) adalah sebagai berikut:
1. Shift Pagi I, dimulai jam 05.00 s/d jam 12.00 wib
2. Shift Pagi II dimulai jam 06.00 s/d 13.00 wib
3. Shift pagi III ( middle) dimulai jam 10.00 s/d 17.00 wib
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Denah ruangan Unit Gizi Rs. Kartika Cibadak terlampir
B. STANDAR FASILITAS
Untuk rawat inap sebelum melakukan pengkajian, petugas gizi melakukan skrining pasien
sedangkan untuk yang rawat jalan tidak dilakukan skrining terlebih dahulu. Untuk tahap
selanjutnya sama antara rawat jalan dan rawat inap
1. Assessment (pengkajian gizi )
a. Pengertian :
Pengkajian gizi yaitu merupakan kegiatan mengumpulkan, mengintegrasikan dan
menganalisis data klien
b. Tujuan :
Untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek asupan zat gizi dan
makanan, aspek klinis dan aspek prilaku lingkungan serta penyebabnya
c. Melakukan identifikasi masalah gizi :
1) Riwayat gizi/makanan :
a) Mengkaji asupan makanan
Komposisi dan kecukupan gizi
Pola makanan termasuk makanan selingan
Suasana saat makan
Daya terima terhadap makanan/zat gizi
Diet yang sedang dijalani
b) Mengkaji kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
Pengetahuan dan kepercayaan terhadap rekomendasi diet
Kemandirian melaksanakan diet
Edukasi dan konseling gizi yang sudah didapat pada masa lalu
c) Mengkaji aktifitas fisik
Pola kegiatan sehari-hari
Waktu yang dihabiskan untuk bersantai, dsb
Intensitas, frekuensi dan lamanya melakukan olah raga
d) Ketersediaan makanan
Kemampuan merencanakan menu
Daya beli
Kemampuan/keterbatasan menyiapkan makanan
Pemilihan makanan, sanitasi dan hygiene makanan
Pemanfaatan program makanan
Ketidakamanan makanan/pangan
2) Data biodata :
Mengumpulkan data dan nilai laboratorium yang berpengaruh terhadap masalah
gizi
Data antropometri :
a) Melakukan penimbangan BB dan TB
b) Menentukan status gizi pasien
3) Pemeriksaan fisik dan klinis :
a) Pengkajian gizi dalam aspek klinis meliputi kondisi gigi dan mulut
b) Penampilan fisik secara umum, contoh : tampak kurus, pengerutan otot dan
penurunan lemak subkutan
4) Mengkaji riwayat personal pasien, meliputi :
a) mengkaji riwayat obat-obatan dan suplemen yang dikonsumsi
b) social budaya
c) riwayat penyakit
d) data umum pasien (umur, pekerjaan, peranan dlam keluarga, tingkat
pendidikan)
2. Diagnose gizi
a. Pengertian :
Mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi yang actual dan atau beresiko
menyebabkan masalah gizi, merupakan diagnose gizi, yang diuraikan dalam 3
komponen (problem), menggambarkan masalah gizi klien yang terdiri dari 3 domain
:
Domain intake : keseimbangan energy, asupan makanan mengenai oral atau
dukungan gizi, asupan cairan, asupan zat-zat bioaktif, asupan zat gizi
Domain klinis terdiri fungsional, biokimia, berat badan
Domain perilaku lingkungan terdiri : (pengetahuan dan kepercayaan, aktifitas
dan fungsi fisik, keamanan dan askes makanan
b. Tujuan :
Untuk menjembatani antara pengkajian gizi dan intervensi gizi, sehingga melalui
langkah ini, dietesien diarahkan untuk membuat prioritas dalam pelaksanaan
intervensi gizi
3. Intervensi gizi
a. Pengertian :
Serangkaian aktifitas spesifik dan berkaitan dengan penggunaan bahan untuk
menanggulangi masalah
b. Tujuan :
Untuk mengatasi masalah gizi terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status
kesehatan individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi
klien
Intervensi gizi terdiri dari :
1) Perencanaan intervensi
Penetapan tujuan jangka panjang (misal selama dirawat) dan jangka pendek
(misalnya pada kunjungan berikutnya pada saat control ulang ke poli)
2) Preskripsi diet
Dalam melakukan intervensi gizi, dikelompokkan menjadi 4 domain
terminology khusus yaitu :
a) Pemberian makanan dan zat gizi
b) Edukasi gizi
c) Konseling gizi
d) Koordinasi pelayanan gizi
3) Melakukan monitoring dan evaluasi gizi
4. Monitoring dan Evaluasi gizi
a. Pengertian :
Indikator hasil yang diamati dan dievaluasi yang mengacu pada kebutuhan pasien/
klien/ kelompok, diagnose gizi, tujuan, rencana intervensi dan kondisi penyakit
b. Tujuan :
Untuk mengetahui respon pasien, klien terhadap intervensi dan tingkat
keberhasilannya.
Aktifitas ini bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja tetapi
membutuhkan komitmen yang kuat untuk melakukan pengukuran, pencatatan hasil
sesuai indikator yang selarah dengan diagnosis gizi dan intervensi gizi.
Data hasil monitoring dan evaluasi gizi dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
sistem manjemen pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2. PROSES PENYIMPANAN
a. Pengertian :
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara
keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang
bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya.
b. Tujuan :
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai dengan perencanaan
c. Persyaratan :
1) Adanya sistem penyimpanan barang
2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan
3) Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuknya bahan makanan
d. Langkah penyimpanan bahan makanan :
1) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus segera dibawa ke
ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin
2) Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan diawasi
oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa ke ruang
penyimpanan bahan makanan
Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan
makanan kering (gudang bahan makanan) dan ruang pendingin, serta ruang
pembeku (freezer). Luas macam dan jenisnya berbeda menurut rumah sakit
masing-masing. Freezer/pembeku umumnya dimiliki oleh instalasi yang besar
yang dimaksud untuk menyimpan bahan makanan untuk jangka waktu yang agak
lama
e. Syarat ruang penyimpanan bahan kering (gudang)
1) Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam, golongan
ataupun urutan pemakaian bahan makanan
2) Menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu. Untuk mengetahui bahan
makanan yang diterima diberi tanda tanggal penerimaan
3) Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di bagian
penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stock bahan makanan harus
segera didisi tanpa ditunda, diletakkan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti
serta kontinyu
4) Kartu/buku penerimaan, stock dan pengeluaran bahan makanan, harus segera di
isi dan diletakan pada tempatnya
5) Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan
6) Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan
tidak berlobang. Diletakan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak
menempel pada dinding
7) Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu-
waktu yang ditentukan. Pegawai yang masuk keluar gudang juga hanya pegawai
yang ditentukan
8) Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19-21 derajat celcius
9) Pembersihan ruangan secara periodik, 2 kali seminggu
10) Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara periodik
dengan mempertimbangkan keadaan ruangan
11) Semua lubang yang ada digudang harus berkala, serta bila terjadi pengrusakan
oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki
12) Penyimpanan bahan makanan enteral sesuai dengan petunjuk penyimpanan pada
label kemasan.
f. Syarat penyimpanan bahan makanan segar :
Karena bahan makanan segar mudah sekali rusak dalam suhu tinggi atau sinar
matahari, maka bahan makanan ini harus disimpan dalam tempat yang dingin sesuai
dengan suhu yang diperlukan.
Adapun beberapa syarat penyimpanan di ruangan atau lemari pendingin, ialah :
1) Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan, agar
tidak menjadi rusak
2) Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan lemari es/
ruangan pendingin dilakukan setiap hari
3) Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi pengerasan.
Pada beberapa tipe lemari es tertentu pencairan terdapat alat otomatis di dalam
alat pendingin tersebut
4) Semua bahan yang akan dimasukan ke lemari/ruangan pendingin sebaiknya
dibungkus plastik atau kertas timah
5) Tidak menempatkan bahan akanan yang berbau keras bersama bahan makanan
yang tidak berbau
6) Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul diperhatikan. Untuk
buah-buahan, ada yang tidak memerlukan pendingin, perhatikan sifat buah
tersebut sebelum dimasukan ke dalam ruang/lemari pendingin.
3. PROSES PERSIAPAN
a. Pengertian :
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan
makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong,
mengupas, mengocok, merendam, dsb
b. Tujuan :
Mempersiapkan bahan-bahan makanan, serta bumbu-bumbu sebelum dilakukan
kegiatan pemasakan
c. Persyaratan :
1) Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
2) Tersedianya peralatan persiapan
3) Tersedianya protap persiapan
4) Tersedianya aturan proses-prose persiapan
4. PROSES PENGOLAHAN
a. Pengertian :
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk di
konsumsi
b. Tujuan :
1) Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
2) Meningkatkan niali cerna
3) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan
makanan
4) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh
c. Persyaratan :
1) Tersedianya siklus menu
2) Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan
3) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah
4) Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
5) Tersedianya aturan penilaian
6) Tersedianya prosedur tetap pengolahan
5. PROSES PENYAJIAN
a. Pengertian :
Penyajian makanan merupakan suatu cara untuk menyuguhkan makanan kepada
untuk di santap secara keseluruhan yang berisikan komposisi yang di atur dan telah
disesuaikan dengan permainan warna yang di susun secara menarik agar dapat
menambah nafsu makan
b. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip
hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1) Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah
dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah
a) Makanan tidak terkontaminasi silang
b) Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
c) Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
2) Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi
(kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam
kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi)
3) Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk.
4) Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti
makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan
agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
5) Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan
suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada
diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan
bean merry (bak penyaji panas)
6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih
artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak
atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan
memberikan penampilan yang estetis.
7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya
adalah:
a. Mencegah pencemaran dari tubuh
b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi
c. Persyaratan penyajian makanan (PERMENKES no.1204 tahun 2004) adalah :
3) Makanan jadi yang siap saji harus ditempatkan pada peralatan yang bersih.
4) Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan prilaku yang bersih.
6. PROSES DISTRIBUSI
a. Pengertian :
Pendistribusian maanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai
dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (makanan biasa
maupun makanan khusus)
b. Tujuan :
Konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku
c. Persyaratan :
1) Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit , menyangkut standar
penyediaan energy dan zat gizi lainnya serta dietetika
2) Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
3) Adanya peraturan pengambilan makanan
4) Adanya bon permintaan makanan
5) Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/kebutuhan konsumen
6) Tersedianya peralatan makan
7) Tersedianya sarana pendistribusian makanan
8) Tersedianya tenaga pramusaji
9) Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama
d. Cara penyaluran makanan :
System penyaluran yang digunakan sangat mempengaruhi makanan yang disajikan,
tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan yang ada
System yang digunakan di Rumah Sakit Kartika Cibadak yaitu menggunakan system
sentralisasi (system dipusatkan).
Keuntungan cara sentralisasi :
1) Tenaga lebih hemat, sehingga lebih menghemat biaya dan pengawasan.
2) Pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti
3) Makanan dapat disampaikan langsung ke pasien dengan sedikit kemungkinan
kesalahan pemberian makanan
4) Ruangan pasien terhindar dari keributan pada waktu pembagian makanan serta
bau masakan
5) Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat
Kelemahan cara sentralisasi
1) Memerlukan tempat, peralatan dan perlengkapan makanan yang lebih banyak
(tempat harus luas, karena pemanas mempunyai rak)
2) Adanya tambahan biaya untuk peralatan, perlengkpan serta pemeliharaan.
3) Makanan sampai ke pasien sudah agak dingin
4) Makanan mungkin sudah tercampur serta kurang menarik akibat perjalanan dari
dapur utama ke dapur ruangan
BAB V
LOGISTIK
Logistik Unit Gizi didalamnya yaitu penyelenggaraan makanan dan sarana, peralatan dan
perlengkapan .
PENYELENGGARAAN MAKANAN
A. PENGERTIAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam
hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi.
B. TUJUAN
Tujuan dari penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan
yang layak dan memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkannya.
C. SASARAN
Kegiatan penyelenggaran makanan merupakan bagian dari kegiatan instalasi gizi di rumah
sakit. System penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit secara penuh,
dikenal juga sebagai swakelola.
Jika penyelenggaraan makanan dilakukan dengan system swakelola maka unit gizi
bertanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari
perencanaan, pemesanan dan evaluasi.
2. Perencanaan menu
a. Pengertian :
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah
untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi
prinsip gizi seimbang
b. Tujuan:
Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit
c. Prasyarat :
1) Peraturan pemberian makanan rumah sakit
2) Standar porsi dan standar resep
3) Standar bumbu
d. Langkah perencanaan menu :
1) Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli gizi, kepala
masak, dokter spesialis gizi klinik, dll
2) Kumpulkan tanggapan/keluhan konsumen mengenai menu dengan cara
menyebarkan kuesioner
3) Buat rincian macam dan jumlah konsumen yang akan dilayani
4) Kumpulkan data peralatan dan perlengkapan dapur yang tersedia
5) Sesuaikan penyusunan menu dengan macam dan jumlah tenaga
6) Perhatikan kebiasaan makan daerah setempat, musim, iklim dan pasar
7) Tetapkan siklus menu yang akan dipakai
8) Tetapkan standar porsi
9) Susun menu dengan cara :
a) Kumpulkan berbagai jenis hidangan, kelompokkan berdasarkan jenis
makanan (kelompok lauk hewani, kelompok nabati, kelompok sayuran,
kelompok buah) sehingga memungkinkan variasi yang lebih banyak untuk
setiap diet.
b) Susun pola menu dan master menu yang memuat garis besar frekuensi
penggunaan bahan makanan harian dengan siklus menu yang berlaku
c) Masukkan hidangan hewani yang serasi warna, komposisi, konsistensi
bentuk dan variasinya, kemudian lauk nabati, sayur, buah dan snack
d) Siapkan formulir penilaian yang meliputi pola menu kombinasi warna,
tekstur, konssistensi, rasa, aroma, ukuran, bentuk potongan, temperature
makanan, pengulangan menu penyajian dan sanitasi
e) Nilai menu dengan beberapa penilaian objektif
f) Lakukan pre-test untuk mengetahui tanggapan konsumen/pasien
g) Buat perbaikan menu dan selanjutnya menu siap untuk diusulkan kepada
pengambilan keputusan (sesuai dengan struktur organisasi)
3. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
a. Pengertian :
Penghitungan kebutuhn bahan makanan adalah kegiatan penyusunan bahan makanan
yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan
b. Tujuan :
Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhn bahan makanan untuk pasien dalam satu
tahun anggaran
c. Persyaratan ;
1) Adanya kebijakan rumah sakit
2) Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
3) Tersedianya data standar makanan untuk pasien
4) Tersedianya data standar harga bahan makanan
5) Tersedianya siklus menu
6) Tersedianya data jumlah konsumen/pasien yang dilayani
d. Langkah perencanaan kebutuhan makanan :
1) Tentukan jumlah pasien dengan mengacu pada DPMP
2) Tentukan standar porsi tiap bahan makanan dan buat berat kotor
3) Hitung berapa kali pemakaian bahan makanan setiap siklu menu
4) Hitung dengan cara :
jumlah pasien X berat kotor X kerap pemakaian
4. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
a. Pengertian :
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan berdasarkan menu
atau pedoman menu dan rata-rata jumlah konsumen atau paien yang dilayani
b. Tujuan :
Tersedianya daftar pesanan bahan makanan seuai standar atau spesifikasi yang
ditetapkan
c. Persyaratan :
1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan
2) Adanya surat perjanjian dengan bagian logistic rekanan
3) Adanya spesifiksdi bahan makanan
4) Adanya daftar pesanan bahan makanan
5) Tersedianya dana
d. Langkah perencanaan kebutuhan makanan :
1) Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk besok hari
dengan cara :
Standar porsi X jumlah pasien
2) Hasil penghitungan diserahkan ke bagian gudang logistic
3) Bagian gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan
4) Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (order)
5. Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan
a. Penerimaan Bahan Makanan
Suatu kegiatan yang meliputi pemeriksan/penelitian, pencatatan dan pelaporan
tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan
pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara
keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang
bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
SANITASI MAKANAN
A. PENGERTIAN
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya
yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi selama
proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat makanan dan
minuman tersebut siap untuk dikonsumsi kepada konsumen (direktorat hygiene dan sanitasi,
ditjen pencegahan dan pemberantasan penyakit menular)
Salah satu kegiatan dari sanitasi makanan adalah penyehatan makanan dan minuman.
Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kuman pada makanan dan minuman, lingkungan dan orangnya. Sehingga makanan
dan minuman yang disajikan rumah sakit tidak menjadi mata rantai penularan penyakit
B. TUJUAN
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di rumah sakit ditujukan untuk :
1. Tersedianya makanan yang berkualitas dan aman bagi kesehatan konsumen
2. Menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan
3. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penangananmakanan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat
dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas, yang dapat mengakibatkan kontaminasi
bakteri terhadap makanan. Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan
dalam proses penyelenggaraan makanan antara lain karena pekerjaan yang terorganisir,
dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin kebersihannya, istirahat
yang cukup. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan
tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan, serta dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat,
makanan dan melukai karyawan/pegawai.
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan
B. TUJUAN
Menurut undang-undang keselamatan kerja tahun 1970, syarat-syarat keselamatan kerja
meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang
15. Mencegah terkena aliran listrik
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
2. Budaya kerja bagi tenaga fungsional pada unit gizi, yaitu mematuhi pedoman dan
SPO-SPO yang telah disahkan
4. Penanaganan kecelakaan kerja bagi tenaga fungsional bagi unit gizi, yaitu adanya
prosedur profilaksis pasca pajanan yang dilaporkan pada tim PPI
5. Body mechanic, yaitu sikap tubuh tenaga fungsional unit gizi yang baik dalam
bekerja, contoh ; mengetahui cara mengangkat alat/memindahkan alat dengan benar
sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA PEGAWAI DALAM PROSES
PENYELENGGARAAN
1. Pengendalian teknis mencakup :
a. Letak, bentuk dan kontruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
yang telah ditentukan
b. Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat dari
bahan-bahan kontruksi yang memenuhi syarat
c. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis
d. Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
e. Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
2. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
3. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai
4. Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3 jam bekerja, karena
kecelakaan kerja sering terjadi setelah pegawai bekerja lebih dari tiga jam
5. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam
kondisi yang layak pakai
6. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
7. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
4. Di dapur ruang rawat inap. Keamanan dan keselamatan kerja di dapur ruangan dapat
tercapai apabila :
a. Menggunakan peralatan yang bersih dan kering
b. Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsingya
c. Menggunakan alat pelindung kerja selama di dapur ruangan seperti celemek, topi
dan lain-lainnya
d. Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan
e. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang dibersihkan
f. Berhati hati dan teliti bila membuka dan menutup atau menyalakan dan
mematikan kompor, lampu, gas, listrik (misalnya alat yang menggunakan listrik
seperti kalender, toaster dan lain-lain)
g. Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
h. Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
i. Mengikuti petunjuk/prosedur kerja yang ditetapkan sebelum mulai bekerja dan
bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan dengan menggunakan sabun
atau desinfektan
j. Membersihkan/mencuci peralatan makanan/dapur/kereta makan sesuai dengan
prosedur
k. Membuang/membersihkan sisa makanan/sampah segera stelah alat makan/alat
dapur selesai digunakan
l. Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum yakin bahwa kompor, lampu, gas,
listrik sudah dimatikan dan kemudian pintu dapur harus ditinggalkan dalam
keadaan tertutup/terkunci
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahaan agar pekerjaan
atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan
dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengawasan bertujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan
yang ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Selain itu pengawasan
bertujuan untuk membina aparatur negara yang bersih dan berwibawa.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau
perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan. Pengertian
pengawasan dan pengendalian hampir sama. Perbedaannya jika pengawasan mempunyai
dasar hukum dan tindakan administratif, sedangkan pengendalian tidak . Pengawasan
dan pengendalian bertujuan agar semua kegiatan-kegiatan dapat tercapai secara
berdayaguna dan berhasilguna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas,
rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan dan pengendalian (wasdal) merupakan unsur penting yang harus dilakukan
dalam proses manajemen.
3. Evaluasi/penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini bertujuan
untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang
disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian,
pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana
program yang baru.
Pada kegiatan evaluasi, tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan, proses, iuran,
dampak untuk menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal ini
diutamakan iuran atau hasil yang dicapai.
4. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya adalah suatu proses dimana pimpinan atau pengelola mencoba
mengatur biaya guna mencegah pemborosan dari biaya yang dikeluarkan. Biaya yang
dimaksud disini yaitu biaya makan.
Biaya bahan makanan dapat meningkat atau menurut dari harga yang diperkirakan. Oleh
karena itu biaya makanan dapat dikendalkan melalui 5 cara, seperti menukar dan
mengubah atau mengganti bahan makanan dengan bahan makanan lain. Pengendalian
biaya ini merupakan proses yang berkelanjutan dan melibatkan aktivitas-aktivitas seperti
perencanan menu, pembelian (pemesanan), penerimaan, pengolahan dan juga tenaga
atau personilnya.
a. Tujuan pengendalian biaya makanan
1) Menganalisa biaya yang direncanakan dibandingkan dengan harga yang
sesungguhnya digunakan untuk penyelenggaraan makanan
2) Menilai harga penawaran bahan makanan
3) Mencegah sisa bahan makanan yang tidak efisien
4) Menyediakan data untuk laporan penyelenggraan institusi
5) Membandingkan dua atau lebih kegiatan pelaksanaan penyelenggaran
makanan
b. Cara pengendalian biaya makan
1) Kembangkan kebijakn keuangan bagi institusi. Hal ini tergantung pada tujuan
dan bentuk kegiatan, target keuntungan dan persentase dai makanan, tenaga
dan biaya overhead lainnya yang dapat dicapai
2) Kembangkan pengendalian secara rutin. Pengendalian kegitan harus
mencakup prosedur kerja karyawan dan pemeriksaan menyeluruh mulai dari
perencanaan menu, pembelian, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran,
produksi, distribusi serta penyajian/penjualan
3) Pengendalian pada pos kegiatan. Hal ini berkitan dengan laporan biaya
makan, perhitungan hasil dan mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan
c. Kendala dalam pengendalian biaya makan
1) Banyak menggunakan bahan makanan yang mudah rusak
2) Banyaknya volume kegiatan yang tidak dapat diperkirakan sehingga sulit
membuat perkiraan jumlah makanan (secara tepat) yang harus disiapkan
3) Tidak stabilnya kondisi pasar sehingga dapat mempengaruhi harga bahan
makanan
4) Banyaknya variasi makanan yang harus diproduksi
d. Langkah-langkah dalam proses pengendalian
Empat langkah dasar yang harus dilakukan
1) Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu :
a) Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta
jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolak ukur). untuk
memudahkan pelaksanan pengendalian, standar ini dapat berupa
peraturan, pembakuan instruksi yang dituangkan dalam bentuk kebijakan
institusi
b) Standar kualitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang
diwujudkan dalam ukuran bentuk
c) Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang
digunakan untuk mngukur biaya lain. Hal ini berguna dalam menghitung
daya guna dari suatu pelaksanaan yang dibandingkan dengan biaya
sebenarnya. Juga merupakan petunjuk dari apa yang seharusnya
dikerjakan.
d) Standar prosedur, berkenaan dengan cara/teknik yang ditetapkan sebagai
cara yang benar untuk kegiatan sehari-hari dalam proses penyelenggaraan
makanan
2) Melatih tenaga penyelenggaraan makanan untuk memahami dan
melaksanakan standar-standar yang telah ditetapkan
3) Memonitor,melatih, mengukur, mengecek pelaksanan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar
dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya. Bila terjadi
ketidaksamaan atau penyimpangan-penyimpangan yang merupakan umpan
balik (feed back) yang harus diperbaiki
4) Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanankan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan data
kegiatan terdahulu