PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan gizi Rawat Inap merupakan salah satu aspek
sasaran akreditasi yaitu suatu rangkaian kegiatan yang meliputi
pengumpulan, pengolahan, analisis, kesimpulan, anjuran,
implementasi dan evalusi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan yang optimal, tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. 374/Menkes/SKIII/2007 . Dalam akreditasi
Internasional yang dilakukan oleh Joint Commission Internasional
Accreditation Standards for Hospital, pelayanan gizi sangat terkait
dengan aspek-aspek proses assessment pasien (assessment of
patients), perawatan pasien (care of patients), pencegahan dan
pengendalian infeksi (prevention and control of infection), dan
penyuluhan pasien dan keluarga ( patient and family education ).
Untuk memenuhi ketentuan yang disyaratkan JCI, dietetion
perlu memahami dengan baik peran, fungsi, dan tugas yang harus
dijalankan sehari-hari. Seorang dietisien memerlukan kemampuan
dalam aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang optimal dan
update mengenai proses asuhan gizi terstandar / NCP (Nutrition Care
Process) dan food service management serta langkah-langkah
pelaksanaannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan update
pengetahuan dan ketrampilan dietisien di rumah sakit dalam
melaksanakan perannya sebagai pelaksana komponen pelayanan gizi
di rumah sakit terutama mengenai NCP yang sangat erat
hubungannya dengan aspek pelayanan gizi yang terkandung dalam
penilaian akreditasi internasional di rumah sakit.
Pelayanan gizi Rawat Inap di UPTD Puskesmas Bumijawa
dilaksanakan oleh ahli Gizi yang sudah mengikuti Pelatihan NCP
yang tertuang dalam kegiatan asuhan gizi dan penyelenggaraan
makanan. Asuhan Gizi merupakan rangkaian kegiatan pelayanan
B. T u j u a n
Tujuan umum ;
Terciptanya sistem pelayanan gizi di rumah sakit dengan
memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah
sakit.
C. Ruang Lingkup
D. Batasan Operasional
a. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat
inap/ rawat jalan, untuk keperluan peningkatan kesehatan,
maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka
upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
b. Tim Asuhan Gizi
adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi pasien beresiko tinggi malnutrisi terdiri
dari dokter/dokter spesialis, nutrition/dietisien, perawat, dan
farmasis dari setiap unit pelayanan, bertugas
menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai
pelayanan paripurna yang bermutu.
y. Mutu Pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan
pangan, kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan
dan minuman.
z. Sanitasi Pangan
adalah usaha /upaya pencegahan terhadap kemungkinan
tumbuh dan berkembangnya jasad renik pembusuk dan
E. Landasan Hukum
STANDAR KETENAGAAN
3. Supervisor
Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses
penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit mulai dari
perencanaan sampai dengan distribusi dan pelayanan pasca
rawat dan rujukan. Bidang tugas yang diawasi mencakup aspek
dietetik dan non dietetik. Klasifikasi pendidikan yang memenuhi
kriteria dalam pelaksanaan tugas pada rumah sakit kelas B
adalah Lulusan D 4 gizi atau D3 Gizi.
4. Pelaksana
Pelaksana petugas gizi ini bertugas sebagai juru masak pengolah
bahan makanan yang bertugas mulai dari persiapan bahan
makanan hingga pendistribusian. Kriteria untuk juru masak
adalah SMK - Tata boga atau SMU + kursus.
Tenaga untuk urusan logistik perbekalan bertugas pada unit
penyimpanan bahan makanan untuk menjamin ketersediaan
dan kesiapan bahan makanan sesuai dengan pesanan harian,
serta kondisi fisik bahan makanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Pendidikan yang diperlukan pada tugas
ini adalah D3 Gizi atau SMU.
B. Distribusi Ketenagaan
Sampai saat ini formulasi untuk menghitung kebutuhan tenaga
gizi di Rumah sakit dalam proses penyusunan. Kebutuhan tenaga
RS.
Kategori Tenaga Tugas pokok Kelas
D
- Perhitungan kebutuhan BM V
D 3 Gizi - Pemilihan dan pembelian BM V
- Penerimaan, penyimpanan, V
penyaluran, pesiapan,pengolahan V
- Pendistribusian makanan V
- Perencanaan kebutuhan gizi dan V
diet V
- Konseling gizi V
- Pemantauan dan evaluasi V
- Pemantauan litbang gizi
V
SMK-Tata Boga - Pemasak/juru masak V
- Penyaji masak
V
SMU + kursus - Asisten pemasak V
masak - Penyaji makanan V
- Pendistribusian makanan
V
- Penyelenggara makanan V
SLTP - Pekarya V
- Pranata Administrasi V
- Pendistribusian makanan
V
- Administrasi V
Pranata Komputer - Pengolah data
1. KELAS A 56 16 72
2. KELAS B 22 15 37
3. KELAS C 18 12 30
4. KELAS D 9 14 23
1) S1 = 0 orang
2) D4 = 1 orang
3) Ahli Gizi ( D3 ) = 2 orang
4) SMKK = 2 orang
5) SLTA = 3 orang
6) SLTP = 0 orang
7) SD = orang
----------------------
Jumlah = 8 orang
PEMBINAAN TENAGA
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara
seperti dengan memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikasi),
pendidikan lanjutan, kursus, mengikuti symposium/seminar yang
bertujuan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan
etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu, sesuai
dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
c. Pengaturan Dinas
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
a. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Jalan
2.Peralatan
a) Peralatan penyajian makanan : Water heater (aliran air
panas dan dingin), bak cuci ganda, lemari, meja
distribusi, lemari alat-alat, kereta makan
berpemanas/tidak berpemanas, panci-panci, wajan, alat
pengaduk, dan penggoreng, alat makan (piring, gelas,
sendok, mangkok, dll), lemari pendingin, microwave
(untuk kelas utama), D’sterile dish dryer (alat untuk
mensteril alat makan pasien yang harus bebas kuman),
blender, sarana kebersihan, tempat sampah bertutup,
dan papan tulis.
b) Peralatan konseling gizi : Meja, kursi kerja, rak buku,
alat peraga (food model) beserta formulir yang
dibutuhkan diantaranya : formulir permintaan makan
pasien, form asuhan gizi, dll. Komputer, printer, soft
ware perhitungan bahan makanan dan asuhan gizi
(disesuaikan dengan kemampuan RS masing-masing.
c. Sarana Penyelenggaraan Makanan
1. Perencanaan Bangunan, Peralatan, dan Perlengkapan
Dalam merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit
pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukan kesatuan
pemikiran antara perencana dan managemen rumah sakit
yang melibatkan tim dengan keahlian yang berbeda.
Ruang Penerimaan
Bahan Makanan
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP 20
Penyimpanan Bahan Makanan Area Cuci Bahan Makanan
R. penyimpanan Bahan
Makanan
Ruang Persiapan
R. Penyimpanan Perlengkapan
3. Sarana fisik
1) Letak tempat penyelenggaraan makanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak
tempat penyelenggaraan makanan suatu rumah sakit
antara lain :
a. Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar
pelayanan dapat diberikan dengan baik dan merata
untuk semua pasien.
b. Kebisingan dan keributan dipengolahan tak
mengganggu ruang lain.
2) Bangunan
Hal yang perlu diperhatikandalam merencanakan suatu
bangunan instalasi/ unit pelayanan gizi yaitu : tipe
rumah sakit, macam pelayanan dan macam menu, jumlah
fasilitas yang diinginkan, kebutuhan biaya, arus kerja dan
susunan ruangan, serta macam dan jumlah tenaga yang
digunakan.
3) Kontruksi
a) Lantai harus kuat, mudah dibersihkan, tidak
membahayakan/tidak licin, tidak menyerap air, tahan
terhadap asam dan tidak memberikan suara keras.
b) Dinding harus halus, mudah dibersihkan, dapat
memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan, dan
tahan terhadap cairan.
c) Langit-langit harus bertutup, dilengkapi dengan bahan
peredam suara untuk bagian tertentu dan disediakan
cerobong asap.
d) Penerangan harus cukup, baik penerangan langsung
maupun penerangan listrik. Ventilasi harus cukup
sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan,
bau uap lemak, bau air, dan panas, untuk itu dapat
digunakan exhause fan pada tempat-tempat tertentu.
4. Alur Kerja
Pasien Malnutris
Kondisi khusus di
Konsulkan ke ahli gizi
Konseling
a.Konseling Gizi
1) Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat
rujukan dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau
dari luar rumah sakit.
b. Penyuluhan Gizi
1). Persiapan penyuluhan :
Menentukan materi sesuai kebutuhan.
Membuat susunan/outlet Mteri yang akan disajikan.
Merencanakan media yang akan digunakan.
Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan.
C. PENYELENGGARAAN MAKANAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan
bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan
makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi dan pencatatan , pelaporan serta evaluasi.
TUJUAN
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi,
biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai
status gizi yang optimal.
SASARAN DAN RUANG LINGKUP
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit terutama pasien
yang rawat inap. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga
dilakukan penyelenggaraan makanan bagi karyawan. Ruang lingkup
penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi dan
distribusi makanan.
1. Sistem Swakelola
Unit gizi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh
kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam sistem swakelola ini,
seluruh sumber daya yang diperlukan ( tenaga, dana, metoda, dan
sarana prasarana) disediakan oleh pihak RS.
2. Sistem Diborongkan ke Jasa Boga (Out-sourcing)
Sistem diborongkan yaitu penyelenggaraan makanan
memanfaatkan pihak ketiga untuk penyediaan makanan RS.
Sistem ini dikategorikan menjadi full out-sourcing dan semi out-
sourching.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003
tentang Prasyarat Kesehatan Jasa Boga disebutkan bahwa
prasyarat yang dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk
Rumah Sakit yaitu :
a) Telah terdaftar pada Dinas Kesehatan Propinsi setempat
b) Telah mendapat ijin Penyehatan Makanan Golongan B dan
telah memiliki tenaga ahli gizi/dietisien.
c) Pengusaha telah memiliki sertifikat kursus penyehatan
makanan.
d) Semua karyawan memiliki sertifikat kursus penyehatan
makanan.
e) Semua karyawan bebas penyakit menular dan bersih.
3. Sistem Kombinasi
Adalah bentuk sistem penyelenggaran makanan yang merupakan
kombinasi dari sistem swakelola dan sistem diborongkan sebagai
upaya memaksimalkan sumberdaya yang ada.
A. Perencanaan.
Perencanaan bahan makanan basah dilakukan setiap hari.
Perencanaan bahan makanan kering dilakukan setiap 2 minggu
sekali. Perencanaan ATK , plastik , obat-obatan, dilakukan dengan
melihat jumlah stok yang ada atau minimal stok . Perencanaan
peralatan dapur sesuai program tahunan atau jika untuk pergantian
barang-barang yang rusak jika ada persetujuan ganti baru dari
bagian PPBJ (Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa).
a. Keamanan Makanan
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda
lain yang dapat mengganggu , merugikan, dan membahayakan
kesehatan. Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan
penyakit yang disebut foodborne disease yaitu gejala penyakit
yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung
atau tercemar bahan/senyawa beracun atau organisme pathogen.
3) Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan
makanan yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip hygiene
dan sanitasi atau cara produksi makanan yang baik
yaitu :
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus
memenuhi persyaratan teknis hygiene sanitasi untuk
mencegah resiko pencemaran terhadap makanan dan
dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus, dan
hewan lainnya.
b. Pemilihan bahan (sortir) untuk memisah atau
membuang bagian bahan yang rusak/afkir dan untuk
menjaga mutu dan keawetan makanan serta
mengurangi resiko pencemaran makanan.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan
pengolahan dan prioritas dalam memasak harus
dilakukan sesuai tahapan dan harus higienie dan
5) Pengangkutan Makanan
Pengangkutan bahan makanan
a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun
b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan
makanan yang higienis.
c. Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan
diduduki.
d. Bahan makanan seperti daging, susu cair, diangkut
dengan alat pendingin.
6) Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari
perjalanan makanan. Makanan yang disajikan adalah
makanan yang siap dan laik santap.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
b. TUJUAN
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja,
baik fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik.
Menetapkan standar
performace
Mengukur performace
Mengadakan tindakan
perbaikan
A. Kalibrasi Alat
Judul Indikator : Angka Sisa Makanan yang Tidak termakan oleh Pasien
Definisi : Jumlah sisa porsi makanan yang tidak dimakan oleh pasien,
Operational yaitu minimal > ½ porsi makanan yang telah disediakan
Bagian/Unit : Gizi
Person In Charge : Kepala Instalasi Gizi
Kebijakan Mutu : Keamanan
Rasionalisasi : Dengan adanya banyaknya sisa makanan
pasien,menggambarkan masih kurangnya pelayanan terutama
dalam hal asuhan gizi pasien
Formula Kalkulasi : Jumlah pasien yang sisa makannya > ½ porsi makanan x 100%
Jumlah pasien yang mendapatkan makanan
Numerator : Jumlah pasien yang sisa makannya > ½ porsi makanan dalam
satu bulan
Denominator : Jumlah pasien yang mendapatkan makanan dalam satu bulan
Kriteria Inklusi : Makanan basi,mengandung bahan alergi oleh pasien,tidak sesuai
selera,kotor,pasien merasa kenyang
Kriteria Eksklusi : Salah jenis makanan
Metodologi : Concurrent
Pengumpulan
Data
Tipe pengukuran : Outcome
Sumber Data : Catatan harian gizi
Waktu Pelaporan : Tanggal 10 tiap bulan
Frekuensi : Setiap bulan
Pelaporan
Target Kinerja : <20%
Jumlah Sampel : Total populasi
Area Monitoring : Rawat inap
BAB IX
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA