Anda di halaman 1dari 19

1

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 13.04.02 PALU


RUMAH SAKIT TK IV DR YANTO SP.OT 13.07.04 POSO

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan statusmetabolisme
tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada prosespenyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruhterhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien yang semakin burukkarena tidak tercukupinya kebutuhan zat
gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsiorgan yang terganggu akan lebih memburuk
dengan adanya penyakit dankekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas
erat hubungannyadengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung
koroner,hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk
membantupenyembuhannya.

Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinisyang
harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organtubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikandengan
perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dandiperbaiki sesuai
dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaanlaboratorium, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan statusgizi dan kesehatan masyarakat baik di
dalam maupun di luar rumah sakit,merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga
kesehatan, terutama tenaga gizi.

1. Visi
Pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna
2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan
dankepuasan klien/pasien dalam aspek promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatifuntuk meningkatkan kualitas hidup.
b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya kesehatan.
c. Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuandan teknologi.
2

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna sebagai
bagiandari pelayanan kesehatan di rumah sakit.

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus meningkatkan:
1) Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat
jalandan rawat inap
2) Menyelenggarakan Makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan
amandikonsumsi
3) Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien
danKeluarganya
4) Menyelenggarakan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetik sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Tujuan tersebut dapat dicapai bila tersedia tenaga pelayanan gizi


yangmempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut :

a. Melakukan pengkajian gizi ,faktor yang berpengaruh terhadap gangguan


gizidan status gizi dengan cara anamnesis diet
b. Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
c. Menentukan tujuan dan merencanakan intervensi gizi dengan
menghitungkebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian
makanan yangsesuai dengan keadaan pasien.
d. Merancang dan mengubah preskripsi diet, dan menerapkannya mulai
dariperencanaan menu sampai menyajikan makanan.
e. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasiendan
keluarganya.
f. Mengelola sumberdaya dalam pelayanan penyelenggaraan makanan
bagikonsumen di rumah sakit.
g. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi.
h. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
3

4. MEKANISME PELAYANAN GIZI

Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit mengacu pada SK


MenkesNomor 983Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan
MenkesNomor 1045/MENKES /PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakitdi lingkungan Departemen Kesehatan.

Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, diantaranya:

a. Asuhan Gizi Rawat Jalan;


b. Asuhan Gizi Rawat Inap

Gambar. 1

Mekanisme Pelayanan Gizi di Rumah Sakit

Perlu tindak lanjut

Pasien Masuk

Tdk Berisiko

Berisiko berisiko
4

BAB II

PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN

Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan giziyang
berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberiandiagnosis, intervensi gizi
dan monitoring evaluasi kepada klien/pasien di rawatjalan. Asuhan gizi rawat jalan pada
umumnya disebut kegiatan konseling gizidan dietetik atau edukasi/ penyuluhan gizi.

5. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompokdengan
membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizimengenai jumlah
asupan makanan yang sesuai, jenis diet, yang tepat,jadwal makan dan cara makan,
jenis diet dengan kondisi kesehatannya.
6. Sasaran
a. Pasien dan keluarga
b. Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
c. Individu pasien yang datang atau dirujuk
d. Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah
sakit.

7. Mekanisme Kegiatan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti;
pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan terpadu. Pelayanan
Penyuluhanberkelompok seperti pemberian edukasi di kelompok pasien
diabetes,pasien hemodialisis, ibu hamil dan menyusui, pasien jantung koroner dll
Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawatjalan
berupa konseling gizi untuk pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk
kelompok adalah sebagai berikut :
a. Konseling Gizi
1) Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa suratrujukan
dokter dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luarrumah sakit.
2) Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
3) Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan
pengukuranantropometri pada pasien yang belum ada data TB, BB.
4) Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesariwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan labdan fisik klinis
( bila ada). Kemudian menganalisa semua dataasesmen gizi.
5

5) Dietisien menetapkan diagnosis gizi.


6) Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konselingdengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet flyer/brosur dietsesuai penyakit
dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskantujuan diet, jadwal, jenis,
jumlah bahan makanan seharimenggunakan alat peraga food model,
menjelaskan tentangmakanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, cara
pemasakandan lain-lain yang disesuaikan dengan pola makan dan
keinginanserta kemampuan pasien.
7) Dietisien menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untukmengetahui
keberhasilan intervensi (monev) dilakukan monitoringdan evaluasi gizi
8) Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME
(Asesmen,Diagnosis, Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan
kedalam rekam medik pasien atau disampaikan ke dokter melaluipasien
untuk pasien di luar rumah sakit dan diarsipkan di ruangkonseling.

b. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan :
a) Menentukan materi sesuai kebutuhan
b) Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
c) Merencanakan media yang akan digunakan
d) Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
e) Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan penyuluhan :
a) Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
b) Dietisien menyampaikan materi penyuluhan.
c) Tanya jawab
6

Gambar 2.

Mekanisme Pelayanan Konseling Gizi Di Rawat Jalan

Pasien Rawat Jalan


7

BAB III

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dariproses
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan,penyediaan makanan,
penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, sertamonitoring dan evaluasi gizi.

8. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upayamempercepat
proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.

9. Sasaran
a. Pasien
b. Keluarga

10. Mekanisme Kegiatan


Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
a. Skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisangizi
oleh perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsidiet awal) oleh
dokter. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasipasien/klien yang berisiko,
tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus.Kondisi khusus yang dimaksud
adalah pasien dengan kelainanmetabolik; hemodialisis; anak; geriatrik; luka
bakar ; pasien dengan imunitas menurun; sakitkritis dan sebagainya. Skrining
dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasienmasuk RS.
Metoda skrining yang digunakan antara lain Malnutrition Universal
ScreeningTools (MUST), Metode Strong Kids dan skrining gizi khusus untuk
ibu hamil/bersalin dan nifas.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan skor ≥ 2 dan atau pasien dengan
diagnosis/kondisi khusus dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan
dengan langkah-langkahproses asuhan gizi terstandar oleh Tim terapi gizi/ahli
gizi. Pasien denganstatus gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan
dilakukanskrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang
berisikomalnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Pasien sakit
kritis atau kasus sulit yang berisiko gangguan gizi beratakan lebih baik bila
8

ditangani secara tim. Tapi karena rumah sakit belum mempunyai Tim Asuhan
Gizi/ Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/TimDukungan
Gizi/Panitia Asuhan Gizi, maka berdasarkan pertimbanganDPJP pasien
tersebut dirujuk kepada ahli gizi saja.

b. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang
berisikokurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi
khususdengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian
kegiatanyang berulang (siklus) sebagai berikut :

Gambar 3.

Proses Asuhan Gizi Di Rumah Sakit


9

Langkah PAGT terdiri dari :


1) Assesmen / Pengkajian gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu:
a) Anamnesisriwayat gizi;
b) Data Biokimia, tes medis dan prosedur (termasuk data laboratorium)
c) Pengukuran antropometri;
d) Pemeriksaanfisik klinis;
e) Riwayat personal.
2) Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanantermasuk
komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yangterkait. Selain itu
diperlukan data kepedulian pasien terhadapgizi dan kesehatan, aktivitas
fisik dan olahraga dan ketersediaanmakanan di lingkungan
klien.Gambaran asupan makanan dapat digali melalui anamnesis kualitatif
dan kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatifdilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/polamakan sehari berdasarkan
frekuensi penggunaan bahanmakanan. Anamnesis secara kuantitatif
dilakukan untukmendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari melalui
’’recall’makanan 24 jam dengan alat bantu ’food model’.
Kemudiandilakukan analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar
makananpenukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan. Contohformulir
anamnesis riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif padalampiran dan Riwayat
gizi kuantitatif diterjemahkan kedalam jumlah bahan makanan dan
komposisi zat gizi.
3) Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium,pemeriksaan
yang berkaitan dengan status gizi, statusmetabolik dan gambaran fungsi
organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan
kesimpulan daridata laboratorium terkait masalah gizi harus selaras
dengandata assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang
lengkap,termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan
sebagainya.
Disamping itu proses penyakit, tindakan,pengobatan, prosedur dan
status hidrasi (cairan) dapatmempengaruhi perubahan kimiawi darah dan
urin, sehingga halini perlu menjadi pertimbangan.
10

4) Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada
individu.Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lainpengukuran tinggi badan (TB); berat badan (BB). Pada kondisitinggi
badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang badan,Tinggi Lutut
(TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan.Pengukuran lain seperti
Lingkar Lengan Atas (LILA), Teballipatan kulit (skinfold), Lingkar kepala,
Lingkar dada, lingkarpinggang dan lingkar pinggul dapat dilakukan sesuai
kebutuhan.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkanbeberapa
ukuran tersebut diatas misalnya Indeks Massa Tubuh(IMT) yaitu ratio BB
terhadap TB.Parameter antropometri yang penting untuk melakukan
evaluasi status gizi pada bayi, anak dan remaja adalah Pertumbuhan.
Pertumbuhan ini dapat digambarkan melalui pengukuranan
tropometri seperti berat badan, panjang atau tinggi badan,lingkar kepala
dan beberapa pengukuran lainnya.
Hasil pengukuran ini kemudian dibandingkan dengan standar.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat statusgizi pada
pasien rawat inap adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan
menggunakan timbangan yang akurat/terkalibrasi dengan baik. Berat
badan akurat sebaiknyadibandingkan dengan BB ideal pasien atau BB
pasien sebelumsakit.
Pengukuran BB sebaiknya mempertimbangkan hal-hal diantaranya
kondisi kegemukan dan edema. Kegemukan dapatdideteksi dengan
perhitungan IMT. Namun, pada pengukuran ini terkadang terjadi
kesalahan yang disebabkan oleh adanya edema. BB pasien sebaiknya
dicatat pada saat pasien masuk dirawatdan dilakukan pengukuran BB
secara periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7 hari.
5) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah
gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari, tanda tanda
vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien
serta wawancara. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait
11

giziantara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot yanghilang,
lemak tubuh yang menumpuk, dll.
6) Riwayat Personal
a) Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatanatau
suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat
b) penyakit; data umum pasien.
c) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen
yangdikonsumsi.
d) Sosial Budaya
e) Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasirumah,
dukungan pelayanan kesehatan dan sosial sertahubungan sosial.
f) Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayatpenyakit
dulu dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakitkronik atau resiko
komplikasi, riwayat penyakit keluarga,
g) status kesehatan mental/emosi serta kemampuan kognitifseperti
pada pasien stroke
h) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan
tingkatpendidikan
c. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yangterkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilahmasalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secarasingkat dan jelas menggunakan terminologi
yang ada.Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES
atauProblem Etiologi dan Signs/ Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :
1) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungandengan
asupan energi, zat gizi,cairan, substansi bioaktif darimakanan baik yang
melalui oral maupun parenteral dan enteral.
Contoh : Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan
indera perasa dan nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata
rata sehari kurang dari 40 % kebutuhan (S )
2) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengankondisi medis
atau fisik/fungsi organ.
12

Contoh : Kesulitan meyusui (P) berkaitan dengan E) kurangnya


dukungan keluarga ditandai dengan penggunaan susu formula bayi
tambahan (S)
3) Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yangberkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan,lingkungan fisik dan akses dan
keamanan makanan.
Contoh : Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P)
berkaitan dengan mendapat informasi yang salah darilingkungannya
mengenai anjuran diet yang dijalaninya (E) ditandai dengan memilih
bahan makanan/ makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang
tidak sesuai anjuran (S)

d. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaanintervensi dan
implementasi.
1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yangditegakkan.
Tetapkan tujuan dan prioritas intervensiberdasarkan masalah gizinya
(Problem), rancang strategiintervensi berdasarkan penyebab masalahnya
(Etiologi) ataubila penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi
intervensiditujukan untuk mengurangi Gejala/Tanda (Sign &
Symptom) .Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output
dariintervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet danstrategi
pelaksanaan (implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi
Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan
ditentukanwaktunya.
b) Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan
rekomendasimengenai kebutuhan energi dan zat gizi individual,
jenisdiet, bentuk makanan, komposisi zat gizi, frekuensi makan.
2) Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepadapasien/klien
atas dasar diagnosis gizi, kondisi pasien danjenis penyakitnya.
13

3) Jenis Diet
Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudahdibuat
permintaan makanan berdasarkanpesanan/order diet awal dari dokter
jaga/ penanggungjawab pelayanan (DPJP). Dietisien bersama tim
atausecara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkandiagnosis gizi.
Bila jenis diet yang ditentukan sesuaidengan diet order maka diet tersebut
diteruskan dengandilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet tidak sesuaiakan
dilakukan usulan perubahan jenis diet denganmendiskusikannya terlebih dahulu
bersama (DPJP).
4) Modifikasi diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makananbiasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahandalam konsistensi;
meningkatkan/menurunan nilai energi,menambah/mengurangi jenis bahan
makanan atau zatgizi yang dikonsumsi; membatasi jenis atau
kandunganmakanan tertentu; menyesuaikan komposisi zat gizi(protein,
lemak, KH, cairan dan zat gizi lain); mengubahjumlah ,frekuensi makan
dan rute makanan. Makanan diRS umumnya berbentuk makanan biasa,
lunak, saring dan cair.
5) Jadwal Pemberian Diet
Jadwal pemberian diet/makanan dituliskan sesuai denganpola makan
sebagai contoh : Makan Pagi: 500Kalori; Makan Siang: 600kalori;
MakanMalam: 600Kalori; Selingan pagi: 200Kalori; SelinganSore:
200Kalori
6) Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral danenteral atau
parenteral
7) Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien
dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi
harus menggambarkan dengan jelas : “apa, dimana, kapan, dan
bagaimanaintervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga
termasukpengumpulan data kembali, dimana data tersebut
dapatmenunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi
intervensi gizi.
14

Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama,intervensi


dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberianmakanan atau zat gizi;
edukasi gizi, konseling gizi dankoordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok
mempunyaiterminologinya masing masing.

e. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahuirespon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkatkeberhasilannya.
Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
1) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan
monitorperkembangan antara lain :
a) Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien
b) Mengecek asupan makan pasien/klien
c) Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana/preskripsi Diet.
d) Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atauberubah
e) Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif
f) Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidakadanya
perkembangan dari kondisi pasien/klien
2) Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang
harus diukur berdasarkan tandadan gejala dari diagnosis gizi.
3) Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4jenis hasil,
yaitu :
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu
tingkatpemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yangmungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan danzat gizi.
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupanmakanan
dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya
c) makanan, minuman, suplemen, dan melalui rute enteralmaupun
parenteral.
15

d) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi


yaitupengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia
danparameter pemeriksaan fisik/klinis.
e) Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang
diberikan pada kualitas hidupnya.
4) Pencatatan Pelaporan

Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentukpengawasan dan


pengendalian mutu pelayanan dankomunikasi. Terdapat berbagai cara dalam
dokumentasi antaralain Subjective Objective Assessment Planning (SOAP)
danAssessment Diagnosis Intervensi Monitoring & Evaluasi(ADIME). Format ADIME
merupakan model yang sesuaidengan langkah PAGT.

a. Semua data yang berkaitan dengan pengambilan


Asesmen keputusan, antara lain riwayat gizi, riwayat personal, hasil
Gizi laboratorium, antropometri, hasil pemeriksaan fisik klinis,
diet order dan perkiraan kebutuhan zat gizi
b. Yang dicatat hanya yang berhubungan dengan masalah
gizi saja.
Diagnosis a. Pernyataan diagnosis gizi dengan format PES
Gizi b. Pasien mungkin mempunyai banyak diagnosis gizi, lakukan
kajian yang mendalam sehingga diagnosis gizi benar benar
berkaitan dan dapat dilakukan intervensi gizi
Intervensi Gizi a. Rekomendasi diet atau rencana yang akan dilakukan
sehubungan dengan diagnosis gizi
b. Rekomendasi makanan/suplemen atau perubahan diet
yang diberikan
c. Edukasi gizi
d. Konseling gizi
e. Koordinasi asuhan gizi
Monitoring & a. Indikator yang akan dimonitor untuk menentukan
Evaluasi Gizi keberhasilan intervensi
b. Umumnya berdasarkan gejala dan tanda dari diagnosis gizi
antara lain Berat badan, asupan ,hasil lab dan gejala klinis
yang berkaitan
16

Monitoring:
Pada kunjungan ulang mengkaji:
 Asupan total Energi, persentase Asupan KH , Protein, Lemak dari
total Energi , dan asupan zat gizi terkait diagnosis gizi pasien.
Contoh formulir monitoring asupan makanan ampiran 6.
 Riwayat diet dan perubahan BB/status gizi
 Biokimia : Kadar Gula darah, ureum, lipida darah, elektrolit, Hb, dll
 Kepatuhan terhadap anjuran gizi
 Memilih makanan dan pola makan
MONITORING & EVALUASI

Evaluasi :
1. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu
tingkatpemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang
mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makanandan zat
gizi
2. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakanasupan
makanan dan atau zat gizi dari berbagaisumber, misalnya
makanan, minuman, suplemen, danmelalui rute oral, enteral
maupun parenteral
3. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait
gizi.Pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimiadan
parameter pemeriksaan fisik/klinis
4. Dampak terhadap pasien/klien terkait gizi pengukuranyang terkait
dengan persepsi pasien/klien terhadapintervensi yang diberikan
dan dampak pada kualitas hidupnya

11. Koordinasi Pelayanan


Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikanasuhan
yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanankesehatan, dietisien
harus berkolaborasi dengan dokter, perawat,farmasi dan tenaga kesehatan lainnya
yang terkait dalam memberikanpelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu
mengetahui perananmasing masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan
pelayanan.
17

a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan


1) Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaanklinis
pasien.
2) Menentukan preksripsi diet awal (order diet awal)Bersama dietisien
menetapkan preskripsi diet definitive.
3) Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenaiperanan
terapi gizi.
4) Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi ataukonseling gizi
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala
bersama
6) dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lainselama klien/pasien dalam
masa perawatan.
b. Perawat
1) Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
2) Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi danatau
kondisi khusus ke dietisien.
3) Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan beratbadan,
tinggi badan/ panjang badan secara berkala.
4) Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan responklinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikaninformasi
kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien.
5) Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkaiTpemberian
makanan melalui oral/ enteral dan parenteral.
c. Dietisien
1) Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
2) Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yangberisiko
malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputipengumpulan, analisa
dan interpretasi data riwayat gizi; riwayatpersonal; pengukuran
antropometri; hasil laboratorium terkait gizidan hasil pemeriksaan fisik
terkait gizi.
3) Mengidentifikasi masalah/ diagnosa gizi berdasarkan hasilasesmen dan
menetapkanprioritas diagnosis gizi.
4) Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet
yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitiveserta merencanakan
edukasi / konseling.
18

5) Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive.


6) Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain
dalampelaksanaan intervensi gizi
7) Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi
8) Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi
9) Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi
padaklien/pasiendan keluarganya.
10) Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter
11) Melakukan assesmen gizi ulang ( reassesment) apabila tujuan belum
tercapai.
12) Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan.
13) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,perawat,
anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dankeluarganya dalam rangka
evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
d. Farmasi
1) Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral,elektrolit
dan nutrisi
2) parenteral.
3) Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
4) Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dancairan
parenteral oleh klien/pasien bersama perawat.
5) Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obatdan
makanan. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
mengenainteraksi obat dan makanan.
6) Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi danterapi
wicara berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaanintervensi pada
pasien dengan gangguan menelan yang berat
19

BAB IV

PENUTUP

12. DOKUMENTASI
Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan
penting dalam proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana
praktekkedokteran bahwa “ jika anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak
melakukannya”.
Dokumentasi adalah alat komunikasi berharga untuk pertemuan di masa
mendatang dengan pasien tersebut dan dengan tenaga ahli asuhan kesehatan
lainnya. Alasan lain mengapa dokumentasi sangat kritikal terhadap proses asuhan
pasien.
Dokumentasi yang baik adalah lebih dari sekedar mengisi formulir; akan
tetapi, harus memfasilitasi asuhan pasien yang baik. Ciri-ciri yang harus dimiliki
suatu dokumentasi agar bermnanfaat untuk pertemuan dengan pasien meliputi:
Informasi tersusun rapi, terorganisir dan dapat ditemukan dengan cepat.

Kepala Rumah Sakit TK. IV


dr. Yanto, Sp.OT 13.07.04 Poso

dr. Marles Edy Wanto Haloho


Mayor Ckm NRP 11040000780875

Anda mungkin juga menyukai