Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses
penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus yang terkait gizi
(nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu
hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia, memerlukan penatalaksanaan
gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal
dan mempercepat penyembuhan.
Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa hospital
malnutrition merupakan masalah yang kompleks dan dinamik. Malnutrisi
pada pasien di rumah sakit, khususnya pasien rawat inap, berdampak
buruk terhadap proses penyembuhan penyakit dan penyembuhan pasca
bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan status gizi akan
mempunyai resiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat.
Semua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta
menurunkan kualitas hidup. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan
pelayanan gizi yang efektif dan efisien melalui Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) dan bila dibutuhkan pendekatan multidisiplin maka
dapat dilakukan dalam Tim Asuhan Gizi (TAG).
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah
pedoman sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat
mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari
rawat, dan menghemat biaya perawatan. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah
Sakit Natar Medika dibuat untuk menjamin keselamatan pasien yang
mengacu pada program akreditasi. Sejalan dengan dilaksanakannya
program akreditasi pelayanan gizi di rumah sakit, diharapkan buku

1
pedoman ini dapat menjadi acuan bagi rumah sakit untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan gizi yang berkualitas.

B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Terciptanya sistem Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Natar Medika
dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit serta
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi.
2. Khusus
a) Penegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis dan biokimia
tubuh (laboratorium)
b) Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan
c) Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien
d) Penentuan bentuk, pemilihan, jumlah pemberian, pengolahan
makanan
e) Penyelenggaraan evaluasi preskripsi diet
f) Penterjemahan preskripsi diet
g) Penyelenggaraan penelitian aplikasi gizi dan dietetik
h) Penggunaan standar diet khusus
i) Penyelenggaraan konseling pada klien/pasien dan keluarga

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari:
a. Produksi dan distribusi makanan.
1. Menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan pedoman
diet.
 Penyusunan standar makanan rumah sakit berpedoman pada
penuntun diet pasien.

2
 Penyusunan menu makan pasien disesuaikan dengan jumlah
dan kondisi pasien.
 Pemberian diet kepada pasien sesuai dengan rekomendasi
dari dokter pemeriksa.
2. Menyusun kebutuhan diet pasien rawat inap.
 Kebutuhan diet pasien disusun berdasarkan jumlah pesanan
diet dari ruang rawat inap.
 Kebutuhan tersebut direkap dalam buku permintaan makan
pasien.
 Ahli gizi mengitung jumlah pasien yang mendapatkan
terapi diet.
3. Menyusun formula, menu dan perencanaan kebutuhan bahan
makanan.
 Penyusunan siklus menu pasien dilakukan7 hari.
 Penyusunan siklus makanan tambahan karyawan dines
malem dilakukan 7 hari.
 Perencanaan kebutuhan bahan makanan disesuaikan dengan
jumlah pasien.
4. Menyusun anggaran belanja unit gizi.
 Ahli gizi melakukan perhitungan pasien yang dilayani.
 Merencanakan kebutuhan bahan makanan basah dan kering.
 Kepala unit gizi menyusun rencana anggaran belanja sesuai
dengan kebutuhan dan prediksi kenaikan harga pasaran
sebesar 10% dari rencana anggaran tahun sebelumnya.
 Kepala unit gizi melakukan perhitungan Unit cost pertahun.
5. Melakukan permintaan, penyimpaan dan pendistribusian bahan
makanan.
 Permintaan bahan makanan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing bagian.
 Bahan makanan yang datang dilakukan pengecekan sesuai
dengan spesifikasi.

3
 Penyimpanan bahan makanan dikelompokkan sesuai
dengan jenis dan masa kadaluarsa.
 Pendistribusian bahan makanan disesuaikan dengan
permintaan masing-masing bagian.
 Penerimaan dan pengeluar bahan makanan dilakukan sistem
pencatatan dalam kartu stock.
6. Mengelola Produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap
dan karyawan sesuai dengan kebutuhan.
 Produksi makanan
 Pengolahan makanan pasien dilakukan oleh petugas
produksi makanan pasien sesuai dengan menu dan
jumlah permintaan.
 Distribusi makanan
 Pendistribusian makanan pasien dilakukan oleh
petugas gizi sesuai dengan menu, diet, jumlah dan
waktu yang sudah ditentukan.
 Pendistribusian makanan tambahan untuk karyawan
dinas malam dilakukan pada sore atau malam hari.
b. Pelayanan konsultasi gizi pasien rawat inap
Palayanan konsultasi gizi pasien rawat inap dilakukan oleh Ahli
Gizi yang mengacu pada Keputusan Mentri Kesehatan Nomor
1306/Menkes/SK/2001 yaitu:
 Seseorang yang telah lulus pendidikan gizi yang
terintregrasi.
 Seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh dari
pendidikan berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat
melayani masyarakat.
c. Penelitian dan Pengembangan gizi terapan
Melakukan pengkajian, perencanaan, penerapan dan penelitian diet
secara terintegrasi dengan tim asuhan gizi
 Mengintegrasikan masalah yang ada diruang rawat inap

4
 Menyusun rumusan masalah
 Mengambil data dasar
 Menyusun proposal penelitian
 Pengambilan data dan penyebaran kuesioner penelitian
 Mengolah dan menganalisa data
 Menyusun hasil dan pembahasan penelitian
 Menyusun kesimpulan dan saran
Untuk meningkatkan pelayanan yang paripurna kepada pasien,
maka perlu dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas
menyelenggarakan pelayanan gizi rawat inap.

D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Gizi : suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi
gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
2. Terapi Gizi : pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien
berdasarkan pengkajian gizi yang meliputi terapi diet, konseling gizi
dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan
penyakit pasien.
3. Asuhan Gizi : serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) : pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan
gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.

5
5. Dietetik : integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara
individual, melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan
pelayanan gizi dan makanan diberbagai area/lingkungan/latar
belakang praktek pelayanan.
6. Gizi Klinik : suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat
gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme,
disimpan, dan dikeluarkan dari tubuh.
7. Konseling Gizi : serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh ahli gizi/dietisien untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali
dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa
yang akan dilakukan.
8. Rujukan Gizi : sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien
dengan masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal.
9. Profesi Gizi : suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan
berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang,
memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
10. Tim Asuhan Gizi : sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang
terkait dengan pelayanan gizi pasien beresiko tinggi malnutrisi, terdiri
dari dokter/dokter spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasi
dari setiap unit pelayanan bertugas bersama memberikan pelayanan
paripurna yang bermutu.
11. Monitoring dan Evaluasi gizi : serangkaian kegiatan untuk melakukan
pemantauan terapi diet pasien mengenai asupan makan pasien
terhadap diet yang diberikan selama menjalani perawatan.

6
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
3. Keputusan Menkes RI No. 1593/ MENKES/ SK/ XI/ 2005 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Kemenkes RI Tahun 2013
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1045/MENKES/PER/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan Tahun 2006.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu, dan Gizi Makanan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/KEP/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
715/MENKES/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Jasaboga Tahun 2003.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi
Tahun 2013

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Ketenagaan Unit Gizi sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.


1. Kepala Unit Gizi dengan kualifikasi sebagai berikut :
a. Berpendidikan D III Gizi
b. Terdaftar di Organisasi Profesi
c. Mengikuti Pelatihan / Seminar di Bidang Gizi
d. Mempunyai jiwa kepemimpinan
e. Memiliki pengalaman kerja di rumah sakit minimal 1 tahun
2. Ahli Gizi pelaksana dengan kualifikasi sebagai berikut :
a. Berpendidikan D III Gizi
b. Terdaftar di Organisasi Profesi
c. Mengikuti Pelatihan / Seminar di Bidang Gizi
d. Memiliki pengalaman kerja di rumah sakit minimal 1 tahun
3. Petugas Gudang / Logistik Dapur dengan kualifikasi sebagai berikut :
a. Berpendidikan SMA/SMK/Sederajat
b. Memiliki pengetahuan tentang standar penyimpanan bahan makanan
c. Memiliki pengalaman sebagai staf logistik di rumah sakit minimal 1
tahun.
4. Pekarya/Pramusaji dengan kualifikasi sebagai berikut :
a. Berpendidikan SMA/SMK/Sederajat
b. Memiliki pengetahuan tentang pendistribusian makanan di rumah sakit
c. Pernah bekerja sebagai pramusaji
5. Juru Masak dengan kualifikasi sebagai berikut :
a. Berpendidikan SMA Tata Boga/SMA
b. Memiliki pengetahuan tentang teknik produksi makanan di rumah
sakit.
c. Memiliki kemampuan modifikasi dan variasi makanan diet khusus dan
biasa.

8
d. Memiliki pengalaman sebagai juru masak minimal 1 tahun.

B. Distribusi Ketenagaan

Distribusi ketenagaan adalah suatu standar atau pola yang


ditetapkan dalam rangka menghitung kebutuhan jumlah dan kualitas sesuai
tingkat pendidikan, fungsi dan uraian tugas setiap pelaksana dibandingkan
dengan jumlah Tempat Tidur (TT) yang ada di rumah sakit.Unit gizi dalam
menetapkan kebijakan ketenagaannya perlu suatu perencanaan sesuai
dengan jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
pelayanan gizi berdasarkan jumlah tenaga yang dibutuhkan. Untuk
melakukan perhitungan tenaga, di unit gizi menggunakan Formulasi
Indicator Staffing Need (ISN), dengan rumus :
Kebutuhan tenaga = Beban kerja dalam 1 tahun
Waktu kerja yang tersedia / tahun

Tahap – tahap perhitungannya :


1. Menetapkan waktu kerja yang tersedia
2. Menghitung faktor pengurang waktu kerja masing – masing kategori
tenaga yang ada di Unit Gizi
3. Menetapkan unit kerja sesuai struktur organisasi
4. Menetapkan satuan kerja
5. Menetapkan kategori dan beban kerja sesuai kompetensi dan standar
pelayanan
6. Menetapkan rata – rata waktu yang dibutuhkan oleh masing – masing
kategori tenaga dalam menyelesaikan beban kerja
7. Perhitungan kebutuhan tenaga

9
Berdasarkan perhitungan ISN maka jumlah dan jenis tenaga yang
dibutuhkan disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Jenis Kualifikasi Tenaga Gizi

KEADAAN TENAGA
KUALIFIKASI
SATUAN
NO TENAGA STANDAR TERSEDIA KELEBIH- KEKURANG-
KERJA
AN AN

SMA
1. Pekarya 12 2 - 10
Sederajat
SMK Tata
2. Boga/
Juru Masak 8 6 - 2
Perhotelan
Petugas SMA
3. 1 1 - 0
gudang Sederajat
Tenaga SMK Tata
4. 1 0 - 1
pastry Boga
Tenaga
D3 Ahli Gizi/
5. pengawas 6 2 4
S1 Gizi -
(Ahli Gizi)
Petugas
SMA
6 General 2 0
Sederajat - 2
Service
Kebutuhan
30 11 - 19
Total

C. Pengaturan Jaga

Didalam unit gizi pengaturan jaga dibuat berdasarkan uraian tugas


masing-masing profesi meliputi koordinator, ahli gizi (MSPM dan Klinik),
pekarya, juru masak, petugas gudang, pastry dan general service.
1. Ahli gizi MSPM dan Klinik :
a) Ahli Gizi MSPM :(jam 08.00 – 16.00 WIB)
b) Ahli Gizi Klinik :(jam 08. 00 – 16.00 WIB)
2. Pekarya :
Pagi (jam 05.30 – 13.30 WIB)
Siang ( jam 13.30 – 21.00 WIB)

10
3. Juru Masak :
Pagi ( jam 05.30 – 13.30 WIB)
Siang (jam 13.30 – 21.00 WIB)
4. Petugas Gudang :
Senin – Sabtu (jam 07.00 – 15.00 WIB)

11
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Gambar 1. Denah Ruang Gizi

RUANG
GANTI

RUANG
KANTOR
SONDE GIZI

PEMORSIAN
RUANG
CUCI
ALAT

DAPUR
RUANG BUMBU
SIMPAN
BM
BEKU

PERSIAPAN

PENGOLAHAN

GUDANG LOGISTIK DAPUR

12
B. Standar Fasilitas
Gambar 2. Alur Kerja Penyelenggaraan Makanan

Perencanaan Pengadaan Bahan Penerimaan dan


Menu (1) Makanan (2) Penyimpanan Bahan
Makanan (3)

Penyajian Distribusi Persiapan dan


Makanan (6) Makanan (5) Pengolahan
Makanan (4)

Pelayanan
Makan Pasien
(7)

1. Sarana, Prasarana Dan Perlengkapan Ruang Unit Gizi


Ruang penyelenggaraan makanan meliputi :
a. Tempat penerimaan
Ruangan ini digunakan untuk menerima dan mengecek kualitas
serta kuantitas bahan makanan yang telah dibeli di pasar. Tempat
penerimaan bahan makanan terletak dekat dengan ruang
penyimpanan serta persiapan bahan makanan.
Alat yang tersedia : timbangan, keranjang, pallet, dan alat-alat kecil
(pembuka botol, penusuk beras, pisau, dan sebagainya).
b. Ruang penyimpanan
Ruang penyimpanan atau gudang bahan makanan di unit gizi
terbagi menjadi dua, yaitu gudang kering dan gudang basah.
Gudang kering terdiri dari rak-rak bertingkat dan dilengkapi
pendingin ruangan agar bahan makanan dapat bertahan lama.
Gudang basah terdiri dari chiller dan freezer, untuk menyimpan
bahan makanan mentah dan setengah matang yang akan diolah.
Jumlah bahan makanan yang dipesan adalah untuk pemakaian

13
bahan makanan basah setiap 2 hari sekali dan bahan makanan
kering setiap 1 bulan sekali.
Alat yang tersedia: timbangan, rak bahan makanan, countainer,
chiller, freezer, tempat plastik atau keranjang, dan sebagainya.
c. Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan
Tempat persiapan dan pengolahan makanan menjadi satu di dapur
utama. Tempat untuk mempersiapkan bahan makanan dan bumbu
meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas, menumbuk,
menggiling, memotong, mengiris, dan lain-lain sebelum bahan
makanan dimasak. Ruangan ini terletak berdekatan dengan ruang
penyimpanan serta pengolahan bahan makanan. Alat yang tersedia
yaitu : meja mixer, blender, talenan, pisau, tempat sampah, dan
sebagainya.
Ruang pengolahan makanan terdiri dari pengolahan makan utama,
snack, dan makanan cair untuk pasien rawat inap. Di dalam
ruangan pengolahan unit gizi telah dilengkapi dengan exhaust dan
blower. Makanan yang diolah telah dibagi sesuai dengan jenis diet
pasien dan ditempatkan dalam wadah tertutup sehingga bebas dari
kontaminasi benda asing.
Alat yang tersedia: kompor gas, oven, panci, toaster,
penggorengan, mixer, blender, saringan, pisau, wadah dari stainless
steel, rak alat, meja kerja,dan sebagainya.
d. Ruang penyajian dan penyimpanan alat makanan
Ruang penyajian digunakan untuk menyajikan makanan pasien ke
dalam piring-piring saji yang telah disesuaikan dengan diet pasien.
Kemudian makanan tersebut akan dimasukkan ke dalam food
warmer untuk didistribusikan kepada pasien. Ruang penyajian
terletak berdekatan dengan ruang pengolahan makanan.
Alat yang tersedia: rak alat, lemari penyimpanan, piring saji, meja
penyajian, troli distribusi makanan ,food warmer, tempat sampah,
dan sebagainya.

14
e. Ruang pencucian peralatan masak dan makan
Pencucian alat makan dan masak di unit gizi terletak di tempat
khusus yang dilengkapi dengan sarana air panas. Tempat pencucian
peralatan makan pasien terpisah dengan tempat pencucian bahan
makanan dan pencucian peralatan masak. Tempat pencucian
peralatan telah dilengkapi dengan:
- Rak dan penyimpanan sementara yang bersih
- Alat penyaring untuk mengatasi sumbatan dan vektor
- Air mengalir dengan jumlah dan tekanan yang cukup
- Sabun dan lap pengering yang bersih
Alat yang tersedia : bak cuci, rak alat, tempat sampah, meja
f. Ruang administrasi
Ruang administrasi digunakan sebagai ruang pengawas. Letak
harus cukup baik sehingga ahli gizi dapat mengawasi semua
kegiatan di dapur. Alat yang tersedia: meja kerja, filling kabinet,
lemari buku, komputer, ATK, dan sebagainya.

2. Ruang Rawat Inap


a. Peralatan antropometri (medline)
b. Komputer dengan soft ware, food models, leaflet diet, bahan
makanan penukar, buku pedoman dan penuntun diet

15
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Asuhan Gizi
1. Pengertian
Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
Pelayanan gizi rawat inap sering disebut juga dengan Terapi Gizi Medik.
Pelayanan kesehatan paripurna seorang pasien, baik rawat inap maupun
rawat jalan, secara teoritis memerlukan tiga jenis asuhan (care) yang pada
pelaksanaannya dikenal sebagai pelayanan (service). Ketiga jenis asuhan
gizi tersebut adalah : a)Asuhan Medik b)Asuhan Keperawatan dan
c)Asuhan Gizi.
2. Tujuan
Tujuan utama Asuhan Gizi adalah memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
secara optimal baik berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat
maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan kerjasama tim yang terdiri dari unsur terkait untuk
melaksanakan urutan kegiatan yang dikelompokkan menjadi 5 kegiatan,
yaitu:
a. Membuat diagnosa masalah gizi
b. Menentukan kebutuhan terapi gizi
c. Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus (oral,
enteral dan parenteral) sesuai kebutuhan
d. Melaksanakan pemberian makanan
e. Monitoring dan evaluasi/pemantauan dan pengkajian

16
Gambar 3. 5 AKTIFITASASUHAN GIZI

Didukung
oleh :
medrec,
admin,
farmasi, dll

3. Pelaksanaan Asuhan Gizi Di Rumah Sakit


a. Tim Asuhan Gizi
Tim Asuhan Gizi merupakan tim fungsional yang mengkoordinasikan
penyelenggaraan asuhan gizi mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi. Tim ini dipimpin oleh seorang dokter dengan
anggota yang terdiri dari dietisien, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya. Tim Asuhan Gizi bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi
paripurna kepada pasien/klien, terutama yang membutuhkan terapi gizi,
termasuk pelayanan gizi pada pasien rawat jalan.
b. Peran anggota tim asuhan gizi
1) Dokter
a) Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan
keadaan klinis diagnosa masalah gizi klien/pasien
b) Menentukan diet klien/pasien bersama dietisien
c) Memberikan penjelasan kepada klien/pasien dan keluarganya
tentang peranan terapi diet

17
d) Merujuk klien/pasien untuk konseling dan terapi gizi
e) Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala bersama anggota
tim selama klien/pasien dalam masa perawatan
2) Ahli Gizi/Dietisien
a) Mengkaji status gizi klien/pasien berdasarkan data yang ada di
rekam medis
b) Melakukan anamnesis riwayat diet klien/pasien
c) Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang
disesuaikan dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi
d) Memberikan saran kepada dokter berdasarkan hasil
pemantauan/evaluasi terapi gizi
e) Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada
klien/pasien, bersama dengan perawat ruangan
f) Memberikan edukasi, motivasi dan konseling gizi kepada
klien/pasien dan keluarganya
g) Melakukan kunjungan baik sendiri maupun bersama dengan
Tim Asuhan Gizi kepada klien/pasien
h) Mengevaluasi status gizi klien/pasien secara berkala, asupan
makanan, dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien
berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Asuhan Gizi
i) Mengkomunikasikan hasil terapi gizi kepada semua anggota
Tim Asuhan Gizi
j) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan/diskusi dengan dokter,
perawat, anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan
keluarganya dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi
k) Menentukan rencana diet awal/sementara bilamana belum ada
penentuan diet dari dokter
l) Melakukan pemantauan interaksi obat dan makanan bersama
dengan Tim Asuhan Gizi lainnya

18
3) Perawat
a) Melakukan kerjasama dengan dokter dan dietisien dalam
memberikan pelayanan gizi kepada pasien/klien
b) Membantu klien/pasien pada waktu makan
c) Melakukan pengukuran antropometri untuk menentukan dan
mengevaluasi status gizi klien/pasien
d) Bersama dengan dietisien memantau masalah-masalah yang
berkaitan dengan asuhan gizi kepada klien/pasien
e) Melakukan pemantauan, mencatat dan melaporkan asupan
makanan dan respons klinis klien/pasien terhadap diet yang
diberikan

4. Prosedur Kerja Asuhan Gizi Di Ruang Rawat Inap


Tabel 2. Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap

NO KEGIATAN MEKANISME UNSUR PJ


TERKAIT
1 Penentuan
Status Gizi
a. Klinis Dilakukan untuk Dokter Dokter
setiap pasien baru
dan dimonitor
setiap hari.

b. Deteksi Dilakukan pada Dokter Dokter & Kep.


saat pasien baru ruangan
masuk

c. Antropometri di Penimbangan Perawat/Dietisien Kepala


ukur BB dan dilakukan ruangan
TB/BB seminggu sekali

19
d. Laboratorium Glukosa darah, Hb, Dokter/Analisis Dokter/
Urine lengkap, Analisis
Feses

Mengatasi semua
gejala penyakit Dokter/Perawat Dokter
(hipiglikemia,
hipotermia,
dehidrasi, infeksi
dll)
2 Intervensi  Menentukan Dokter/Dietisien/ Dietisien/
a. Klinis diet Perawat Perawat
Pemantauan
Konsumsi
Makanan
Status Gizi
Penyuluhan Gizi

Pemberian Diet
b. Diet Persiapan Pulang
Pencatatan gizi
3 Pelaporan Berdasarkan rekam Dokter/Dietisien/ Dokter/
medik: Perawat Dietisien/
Ruang rawat Kepala
jalan ruangan
Ruang rawat
inap

20
5. ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP
Dalam pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada
pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.

a. Asuhan Gizi Rawat Jalan Poliklinik Gizi


Pengertian:
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan
dimulai dari pengkajian gizi, perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet
hingga evaluasi rencana diet kepada klien/pasien rawat jalan. Kegiatan
asuhan gizi rawat jalan dilakukan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik di
ruang Poliklinik.
Tujuan:
Memberikan pelayanan gizi kepada klien/pasien rawat jalan agar
memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:
1. Pengkajian status gizi
2. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya
3. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan status gizi dan
penyakitnya serta cara pemberian makanan
4. Konseling gizi
5. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi (kunjungan
ulang pasien)
1) Pengkajian Status Gizi
a. Antropometri
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada setiap
klien/pasien dilakukan pengukuran antropometri Tinggi Badan
(TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB). Pada kondisi
tinggi badan klien/pasien tidak dapat diukur, dapat dilakukan
pengukuran rentang lengan atau separuh rentang lengan atau
tinggi lutut. Pengukuran antropometri lain seperti lingkar lengan
atas (LILA), skin fold thickness, Lingkar Kepala, Lingkar Dada,

21
RLPP (Rasio Lingkar Pinggang Panggul) dapat dilakukan sesuai
kebutuhan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelaianan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk
menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dengan
kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan
fisik meliputi : tanda – tanda klinis kurang gizi (sangat kurus,
pucat atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangan
gemuk/obesitas); sistem kardiovaskuler; sistem pernafasan,
sistem gastrointestinal; sistem metabolik/endokrin dan sistem
neurologik/psikiatrik.
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit
serta menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini
dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain : 1)
Pemeriksaan darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah,
ureum, creatine, asam urat, trigliserida dll), 2) Urine (glukosa,
kadar gula, albumin dll) dan 3) Feces
2) Riwayat Gizi
Ada dua anamnesis riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan
untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari
berdasarka frekuensi penggunaan bahan makanan.
Anamnesis secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan
gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang
diukur dengan menggunakan food model.

22
Analisis asupan gizi menggunakan “Daftar Penukar Bahan
Makanan” atau menggunakan “software” tertentu, untuk
mendapatkan informasi asupan zat gizi dalam sehari.
Semua data gizi (riwayat gizi, antropometri, klinis, biokimia, dan
laboratorium) yang dapat dicatat pada formulir pencatatan gizi dan
selanjutnya sebagai hasil kajian untuk digunakan dalam penentuan
rencana diet.
3) Penentuan Kebutuhan Gizi
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar
status gizi, pemeriksaan klinis, data laboratorium. Selain itu perlu
juga memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi,
kebutuhan untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit.
4) Penentuan Jenis Diet
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta
kemampuan pasien untuk menerima makanan dengan
memperhatikan : Prinsip Menu Seimbang (energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air dan serat) dan kebiasaan
makan/pola makan.
5) Konseling Gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu
dibuat rencana konseling yang mencakup : penetapan tujuan,
sasaran, strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut.
Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku makan, serta pola makan sesuai dengan
kebutuhan untuk melaksanakan rencana diet tersebut.
6) Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan dapat
diperoleh melalui kunjungan ulang pasien ke Poli Gizi. Evaluasi
tersebut mencakup : 1) Rencana diet yang diberikan dan kepatuhan
menjalankan rencana diet diatas; 2) Klinis dan hasil laboratorium;
dan 3) Status gizi.

23
Tindak lanjut yang dibutuhkan tergantung hasil evaluasi pelayanan
gizi yang diperoleh di rumah, bila perlu dilakukan kunjungan ulang
pasien ke poli gizi.

b. Rawat Inap
Pengertian :
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan
dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang
rawat inap.
Tujuan:
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi
yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan.
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan pengkajian gizi
oleh ahli gizi klinik dan penetapan diet awal oleh Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan. Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi
pasien yang beresiko malnutrisi, tidak beresiko malnutrisi atau dalam
kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan
kelainan metabolik, pasien anak, geriatri, kanker dengan
kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit
kritis dan sebagainya.
Pengkajian gizi awal dilakukan pada pasien baru dalam jangka waktu
1x24 jam setelah pasien masuk rumah sakit. Metode pengkajian
dilakukan dengan singkat dan cepat, lembar pengkajian gizi akan
dilampirkan pada (lampiran 1).
Bila hasil pengkajian gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi,
maka dilakukan pengkajian lanjutan/asessmen gizi dan dilanjutkan
dengan langkah–langkah proses asuhan gizi terstandar oleh Dietisien
atau direkomendasikan untuk dikonsultasikan kepada Dokter

24
Spesialisasi Gizi Klinik. Pasien dengan status gizi baik atau tidak
beresiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan pengkajian ulang setelah 1
minggu. Jika hasil pengkajian ulang beresiko malnutrisi maka
dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Sedangkan untuk
penatalaksanaan diet pada pasien anak dengan gizi buruk atau
malnutrisi berat mengacu pada buku pedoman “Pelayanan Anak Gizi
Buruk Kemenkes RI Tahun 2011” dan “Bagan Tatalaksana Gizi
Buruk Jilid I Kemenkes RI Tahun 2011”.
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko
kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus
dengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian kegiatan
yang berulang (siklus) disajikan dalam gambar 4.

Gambar 4. Proses Asuhan Gizi di Rumah Sakit ..............

Pasien Masuk

Tidak Berisiko
Diet Normal
Skrining Gizi STOP Pasien pulang
(Standar)

Beresiko Malnutrisi/Sudah Malnutrisi Tujuan Tercapai

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Pengkajian Diagnosis Intervensi Monitoring dan


Gizi Gizi Gizi Evaluasi Gizi

Tujuan tidak Tercapai

25
Langkah PAGT terdiri dari:
i. Assesmen/Pengkajian gizi
1. Antropometri
Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada
setiap klien/pasien dilakukan pengukuran antropometri
Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan
(BB). Pada kondisi tinggi badan klien/pasien tidak dapat
dapat diukur, dapat dilakukan pengukuran lingkar lengan atas
(LILA), kemudian berat badan diestimasi dengan
menggunakan rumus.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelaianan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi
atau untuk menentukan hubungan sebab akibat antara status
gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa
penyakit serta menegakkan masalah gizi klien/pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan intevensi
gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain:
1) Pemeriksaan darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula
darah, ureum, creatinine, asam urat, trigliserida, elektrolit,
dll), 2) Urine (glukosa, protein, albumin dll) dan 3) Feces
ii. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang
terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah
masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas . Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga
domain yaitu :

26
- Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan
dengan asupan energi, zat gizi, cairan, substansi dari makanan
baik yang melalui oral maupun parenteral dan enteral.
- Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
kondisi medis atau fisik/fungsi organ.
- Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang
berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan,
lingkungan fisik dan akses keamanan makanan.
iii. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan
intervensi dan implementasi.
1. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang
ditegakkan. Perencanaan meliputi penetapan tujuan
intervensi, dan preskirpsi diet (perhitungan kebutuhan gizi,
jenis diet, modifikasi diet, jadwal pemberian diet, dan jalur
pemberian makanan).
2. Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana
dietesien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana
asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain
yang terkait. Intervensi dikelompokkan menjadi 4 domain
yaitu pemberian makanan, edukasi gizi, konseling/konsultasi
gizi dan koordinasi pelayanan gizi.
Pemberian makan diawali dengan cara pemesanan diet pasien
ke unit gizi yaitu dengan cara perawat ruangan mengisi
Formulir Diet Pasien. Formulir diet pasien langsung
diserahkan kepada petugas gizi saat mengantarkan makan
atau snack pasien. Untuk formulir diet pasien baru pada
malam hari, maka pengambilan formulir tersebut dilakukan
oleh pekarya pada pagi hari ketika mengantarkan

27
perlengkapan minum pasien. Selain untuk pemesanan diet
pasien baru, formulir diet pasien juga digunakan untuk
informasi diet pasien yang pindah ruangan serta perubahan
diet pasien.
Edukasi gizi bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai diet yang diberikan selama perawatan dan
pola/kebiasaan makan saat berada di rumah. Edukasi
dilakukan bersamaan dengan pengkajian awal pasien.
Konsultasi dilakukan oleh ahli gizi atau Dokter Spesialis Gizi
Klinik. Konsultasi gizi oleh dokter spesialis gizi diberikan
atas rekomendasi dari Dokter penanggung jawab. Pasien
yang dikonsulkan akan di follow up atau monitoring dan
evaluasi setiap 2 hari sekali.
iv. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan
atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, intruksi,
pedoman, standar, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya, mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan
melakukan pengawasan, pengendalian, monitoring dan evaluasi.
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan
pengumpulan kemajuan melalui pencatatan dan pelaporan seluruh
kegiatan pelayanan gizi sehingga dapat terpantaunya seluruh
kegiatan dan tersedianya data dasar untuk menjawab
permasalahan dalam setiap kegiatan.
Evaluasi adalah proses mempelajari atau menganalisa
kejadian berdasarkan data hasil proses monitoring, sehingga dapat
diberikan solusi atau saran perbaikan. Evaluasi merupakan salah
satu implementasi fungsi managemen yang bertujuan untuk
menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan
kebijakan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Melalui evaluasi pengelola dapat memperbaiki

28
rencana yang lalu bila perlu, atau membuat rencana program yang
baru.
Monitoring gizi dan evaluasi gizi dilakukan untuk
mengetahui respon pasien terhadap intervensi dan tingkat
keberhasilannya. Monitoring dan evaluasi gizi dilakukan kepada
pasien yang dikonsultasikan ke Dokter Spesialis Gizi Klinik dan
pasien-pasien dengan gangguan metabolik serta pasien pada
keadaan khusus.
Monitoring evaluasi gizi (follow up) yang dilakukan oleh
Dokter Spesialis Gizi Klinik tergantung kondisi pasien,
sedangkan monitoring evaluasi gizi yang dilakukan oleh ahli gizi
dilakukan setiap hari dengan melihat asupan/daya terima pasien
terhadap makanan yang diberikan.
Monitoring dapur susu di ruang PASI juga dilakukan setiap
hari oleh ahli gizi untuk memantau penyimpanan ASI – PASI.
Monitoring ASI dilakukan dengan uji organoleptik meliputi label
pasien, suhu penyimpanan, warna, aroma, tanggal dan jam perah,
sedangkan monitoring PASI juga dilakukan dengan uji
organoleptik meliputi label pasien, suhu penyimpanan, tanggal
buka kemasan, expaired date kemasan dan expaired date kemasan
terbuka.
Kriteria pasien yang di monitoring evaluasi oleh ahli gizi
yaitu :
1. Pasien dengan IMT < 18,5 dan > 25,5 kg/m2
2. Pasien Ganguan Metabolik
3. Geriatri > 65 thn
4. Anak dengan Gangguan Tumbuh Kembang
Langkah - langkah kegiatan monitoring evaluasi yaitu :
1. Monitoring perkembangan yaitu kegiatan mengamati
perkembangan kondisi pasien yang bertujuan untuk melihat

29
yang terjadi sesuai yang diharapkan. Kegiatan yang berkaitan
dengan monitor perkembangan antara lain:
- Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien
- Mengecek asupan makanan pasien
- Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana/preskripsi diet
- Menentukan apakah status gizi pasien tetap atau berubah
- Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak
adanya perkembangan dari kondisi pasien.
2. Mengukur hasil yaitu mengukur perkembangan/perubahan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi.
Parameter yang digunakan berdasarkan tanda dan gejala dari
diagnosis gizi
3. Melihat Sisa Makanan pasien setiap hari oleh pekarya dengan
melakukan pencatatan di form sisa makanan pasien.
4. Evaluasi hasil
5. Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan
bentuk pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan
komunikasi.

B. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan
penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan,
pelaporan dan evaluasi.
Tujuan Umum : menyediakan makanan yang berkualitas, sesuai kebutuhan
gizi serta pelayanan yang layak dan memadai.

30
Tujuan khusus:
1. Adanya standar makanan rumah sakit
2. Adanya standar kebutuhan diet pasien
3. Adanya formula menu dan perencanaan kebutuhan bahan makanan
4. Adanya anggaran belanja gizi
5. Terlaksananya kegiatan pengadaan bahan makanan, penerimaan,
penyimpanan dan distribusi bahan makanan
6. Terlaksananya pengelolaan produksi dan distribusi makanan bagi pasien
rawat inap dan pasien rawat jalan serta pegawai sesuai kebutuhan.

1. Standar Makanan Rumah Sakit


Standar makanan rumah sakit adalah standar jumlah dan jenis
bahan makanan rumah sakit yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
keadaan umum dan penyakit yang dideritanya yang mengandung zat-zat
gizi yang cukup untuk proses penyembuhan yang terdiri dari :
1. Standar Makanan Biasa
2. Standar Makanan Lunak
3. Standar Makanan Tim & Saring
4. Standar Makanan Cair
2. Standar Diet Pasien Rawat Inap
a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
b. Diet Rendah Garam
c. Diet Rendah/Tinggi Serat
d. Diet Rendah Lemak dan Kolestrol
e. Diet Rendah Purin (penyakit gout arthritis)
f. Diet Lambung
g. Diet Penyakit Jantung
h. Diet Penyakit Hati
i. Diet Uremik/rendah protein
j. Diet Nefrotik Sindrom
k. Diet Gagal Ginjal dengan dialisis

31
l. Diet Diabetes Melitus

C. Penyusunan Kebutuhan Diet Pasien Rawat Inap


Penyusunan diet pasien adalah serangkaian kegiatan menyusun makanan
yang sesuai dengan penyakit pasien, usia, kebutuhan zat gizi, keadaan umum,
keluhan, kebiasaan makan, dan lain-lain untuk mencapai status gizi yang
optimal dan mempercepat penyembuhan pasien.
Tujuan Umum :
Mempercepat penyembuhan pasien melalui diet yang diberikan selama masa
perawatan.
Tujuan Khusus :
1. Tercapainya status gizi pasien yang optimal
2. Terpenuhinya kecukupan gizi pasien
3. Agar pasien memperoleh diet sesuai dengan penyakit dan kebiasaan
makannya
Pelaksanaan :
1. Penentuan diet pasien awal/baru masuk ditentukan oleh dokter jaga dan
dipesankan oleh perawat melalui Formulir Diet Pasien sesuai dengan
pedoman cara pemesanan diet yang sudah dibuat oleh ahli gizi
2. Penentuan diet selanjutnya ditentukan oleh dokter yang merawat/Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
3. Jenis diet diberikan kepada pasien atas dasar status gizi, pemeriksaan
klinis, dan data laboratorium, selain itu juga memperhatikan kebutuhan
untuk mengganti zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena
kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang
sedang sakit sesuai dengan perhitungan kebutuhan zat gizi. Pasien juga
berhak menentukan makanan sesuai dengan nilai dan kebudayaan yang
dianut. Bila memungkinkan pasien ditawarkan pilihan makanan yang
konsisten dengan status gizi. Jika keluarga pasien atau ada orang lain mau
membawa makanan untuk pasien maka kepada mereka diberi edukasi
tentang makanan yang merupakan kontraindikasi terhadap rencana,

32
kebersihan (hygiene) makanan dan kebutuhan asuhan pasien termasuk
informasi terkait interaksi antara obat dan makanan. Makanan yang dibawa
oleh keluarga atau orang lain disimpan dengan benar untuk mencegah
kontaminasi.
4. Evaluasi diet pasien dilakukan bersama oleh tim asuhan gizi, saat
pengkajian gizi dan monitoring evaluasi pasien.
5. Evaluasi diet mencakup antara lain perubahan diet, bentuk makanan,
asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, gangguan
saluran cerna, riwayat penyakit, dan hasil laboratorium.
6. Hasil evaluasi diet harus tercatat dalam buku rekam medis pasien.
Implementasi kegiatan ini secara lebih rinci diuraikan dalam kegiatan
pelayanan gizi rawat inap dan asuhan gizi
D. Formula Menu Dan Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
1. Perencanaan menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan
diolah untuk memenuhi selera konsumen/ pasien dan kebutuhan zat gizi
yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuan : tersedianya siklus menu 7 hari
Langkah-langkah penyusunan menu:
1. Penyusunan menu dilakukan bersama oleh Tim Kerja Penyusun Menu
yang terdiri dari Koordinator gizi, ahli gizi dan bagian pengolahan.
2. Penyusunan menu dibuat untuk siklus 7 hari
3. Menu yang telah dibuat oleh tim kerja penyusun menu diajukan ke
Manager YanMed-JangMed
4. Setelah disetujui dilakukan uji coba menu dalam satu siklus
5. Selama masa uji coba dilakukan pemantauan terhadap pola menu,
kombinasi warna, tekstur, konsistensi, rasa, aroma, ukuran, bentuk
potongan, temperatur makanan, lama pengolahan, ketersediaan alat,
dan pengulangan penyajian
6. Buat perbaikan menu dan selanjutnya menu siap digunakan
7. Dalam pelaksanaannya menu diolah berdasarkan buku standar resep

33
8. Disusun dalam standar menu
2. Kebutuhan Bahan Makanan
1. Kebutuhan bahan makanan dihitung dengan cara :
Jumlah pasien X Standar porsi (berat kotor) X frekuensi
penggunaan bahan makanan.
2. Perencanaan kebutuhan bahan makanan dibuat oleh petugas gudang
setiap hari senin,rabu dan jumat kepada supplier untuk bahan makanan
basah dan 1 minggu sekali setiap hari jumat kepada bagian logistik
untuk bahan makanan kering, dan pengambilan susu setiap ada
permintaan makanan cair dari Dokter dan pengambilan susu ke bagian
farmasi.
3. Penerimaan bahan makanan dilakukan oleh petugas gudang dan
bagian logistiksesuai dengan standar kualitas yang telah disepakati
dalam surat perjanjian pengadaan bahan makanan (bahan makanan
basah dan kering).

E. Pengelolaan Produksi Dan Distribusi


1. Penyusunan anggaran belanja gizi
Penyusunan anggaran belanja gizi adalah suatu kegiatan penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi
konsumen/ pasien yang dilayani.
Tujuan : tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan, macam dan jumlah bahan makanan bagi
konsumen/ pasien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi.
Pelaksanaan :
1. Penyusunan Anggaran Belanja berdasarkan pada :
a. Buku Rencana Penyusunan RAB Rumah Sakit Natar Medika
b. Standar makanan pasien dan karyawan
c. Standar harga bahan makanan
d. Siklus menu
e. Biaya overhead (alat, inventaris, bahan bakar)

34
f. Macam dan jumlah konsumen
g. Anggaran Belanja tahun sebelumnya
2. Penyusunan anggaran belanja dibuat oleh koordinator gizi dengan
memperhitungkan kebutuhan bahan makanan, bahan bakar, alat dan
inventaris yang digunakan
3. Perhitungan kebutuhan bahan makanan mengacu pada siklus menu,
standar porsi, dan frekuensi pemakaian bahan makanan
4. Perhitungan biaya overhead diperoleh dari perhitungan kebutuhan
peralatan dan inventaris serta bahan bakar
5. Usulan Anggaran belanja disampaikan kepada Manager YanMed-
JangMed
6. Apabila usulan anggaran belanja tidak disetujui, maka dilakukan
perbaikan
7. Setelah mendapat persetujuan, dalam pelaksanaannya anggaran
belanja dibuat tiap bulan
8. Laporan pertanggung-jawaban belanja unit gizi dibuat per tahun dan
per bulan
9. Indeks harga makanan perorang perhari (unit cost) diperoleh dari
perhitungan anggaran belanja makanan dan biaya overhead dibagi
dengan jumlah konsumen
10. Dalam kegiatannya unit pelayanan gizi berkoordinasi dengan bagian
logistik dan farmasi
2. Pemesanan dan pembelian bahan makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan (order) bahan makanan
berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah konsumen
atau pasien yang dilayani.
Tujuan : tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai standar atau
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan :
1. Petugas gudang membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan
harian dengan memperhatikan juga sisa bahan yang ada.

35
2. Pemesanan bahan makanan ditulis dalam formulir Daftar Pesanan
Barang/Market List Order , sedangkan untuk pemesanan barang atau
bahan makanan kering lainnya di tulis dalam formulir Permintaan-
Pembelian/Purchase Requestion .
3. Jenis dan jumlah bahan makanan/barang yang dipesan, akan dikoreksi
kembali dan ditandatangani oleh koordinator.
4. Setelah disetujui, formulir Daftar Pesanan Barang/Market List Order
cetak putih diserahkan kepada rekanan/supplier untuk dilakukan
pemesanan dan cetak biru untuk dokumentasi unit gizi, sedangkan
untuk formulir Permintaan-Pembelian/Purchase Requestion akan
diserahkan terlebih dahulu kepada Kepala Umum/Manager YanMed
& JangMed untuk dimintai persetujan sebelum diberikan kepada pihak
logistik, formulir Permintaan-Pembelian/Purchase Requestion cetak
putih untuk logistik dan cetak merah untuk dokumentasi unit gizi.
5. Laporan pembelian bahan makanan basah dibuat oleh petugas gudang
dan diserahkan setiap 2 hari sekali, sedangkan untuk bahan makanan
kering dibuat 1 bulan sekali dan diserahkan setiap 1 minggu sekali.
6. Pembayaran belanja dilakukan sesuai dengan perjanjian yang ada
antara supplier/rekanan kepada bagian logistik dan keuangan,
pembayaran dilakukan setelah daftar pembelanjaan dikoreksi kembali
oleh unit gizi.
3. Penerimaan Bahan makanan
Adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/ penelitian, pencatatan
dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang
diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tujuan : tersedianya bahan makanan yang sesuai standar atau spesifikasi
yang telah ditetapkan
Pelaksanaan :
1. Bahan makanan basah diterima dan dicek oleh petugas gudang
bersama petugas logistik, sedangkan untuk bahan makanan kering dan
susu diterima dan dicek kembali oleh petugas gudang

36
2. Semua bahan makanan basah yang diterima dicek berdasarkan
kualitas dan kuantitasnya serta disesuaikan dengan formulir Daftar
Pesanan Barang/Market List Order dan Nota Order cetak kuning yang
diberikan dari rekanan/supplier
3. Untuk bahan makanan kering/barang lainnya dicek dan disesuaikan
dengan formulir Permintaan-Pembelian/Purchase Requestion serta
dicatat dalam buku Penerimaan Bahan Makanan Kering/Barang
Logistik
4. Bahan makanan basah yang memenuhi kriteria langsung diberi label
yang berisi tanggal penerimaan
5. Dalam penerimaan bahan makanan apabila ada item bahan makanan
yang tidak ada, kurang jumlahnya, atau tidak sesuai dengan
spesifikasinya harus dilaporkan ke koordinator atau logistik dan pihak
rekanan harus mengganti/memenuhi sesuai permintaan
6. Bahan makanan yang diterima akan langsung dimasukkan ke gudang
sesuai dengan spesifikasinya
4. Penyimpanan bahan makanan
Adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan
makanan kering dan basah, baik kualitas maupun kuantitas di gudang
bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya.
Tujuan:Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan
kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan, mencegah dan
melindungi bahan makanan yang disimpan dari kerusakan, kebusukan, dan
gangguan lingkungan lainnya, meminimalkan resiko kontaminasi dari
hazard material yang dapat membahayakan kesehatan tubuh, serta dapat
memelihara dan mempertahankan kondisi, mutu, dan kandungan gizi
bahan makanan yang disimpan.
Pelaksanaan :
1. Sistem penyimpanan dan penanganan bahan makanan menggunakan
sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).

37
2. Penyimpanan dan penanganan bahan makanan dilakukan secara
terpisah antara bahan makanan kering dan bahan makanan basah.
3. Tempat atau wadah penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan
makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam
lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan di tempat yang
kering dan tidak lembab.
4. Penyimpanan bahan makanan basah berupa ikan, daging, ayam
potong, dan lainnya disimpan dalam freezer dengan suhu -100C s/d -
50C, sayur dan buah dalam chiller pada suhu 100C. Penyimpanan
bahan makanan kering dan nutrisi enteral pada suhu 200C-250C.
5. Untuk kelembapan penyimpanan antara 80%-90%.
5. Persiapaan bahan makanan
Adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan yaitu
meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong,
mengupas, mengocok, merendam, dan sebagainya.
Tujuan : Mempersiapkan bahan-bahan makanan serta bumbu-bumbu
sebelum dilakukan kegiatan pemasakan
Pelaksanaan:
1. Semua bahan makanan ditimbang sesuai standar porsi dan jumlah
porsi dalam keadaan mentah
2. Semua bahan dibersihkan dari kotoran baik tanah maupun bahan-
bahan yang tidak berguna
3. Mencuci semua bahan sebelum memotong/ merebus sesuai macam
menu
4. Untuk jenis daging dan ayam, bahan direbus menggunakan pressure
cooking
5. Semua perlakuan dalam prosedur persiapan sedapat mungkin
mempertahankan kandungan zat gizi dalam bahan.

38
6. Pengolahan bahan makanan
Merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah
menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk
dikonsumsi.
Tujuan :
1. Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makanan
4. Bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh
Pelaksanaan :
1. Proses pengolahan dilakukan 3 kali disetiap shift
2. Setiap shift dilakukan oleh 1-2 orang tenaga pengolahan
3. Proses pengolahan bahan makanan memperhatikan hygiene, siklus
dan standar menu, jumlah pasien dan nilai gizi makanan
7. Pengambilan Sampel Makanan Pasien
Serangkaian kegiatan pengambilan sampel makanan pasien yang telah
diproduksi.
Tujuan :Tersedianya sampel makanan pasien untuk diuji apabila terjadi
keracunan atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Pelaksanaan :
Pengambilan sampel makanan dilakukan sebelum proses penyajian makan
dimulai, ditutup menggunakan plastik wrap dan diberi label tanggal
pengambilan dan jam makan pasien. Pemusnahan sampel makanan
dilakukan setelah 2 x 24 jam dilakukan pada saat waktu jam makan sesuai
pengambilan.
8. Penyajian Makanan Pasien
Serangkaian kegiatan dalam menyajikan makanan sesuai dengan menu,
standar porsi, dan estetika makanan.
Tujuan : Mempertahankan nilai gizi makanan, memperindah tampilan
makanan, dan mengurangi kontaminasi dari hazard material.

39
Pelaksanaan :
1. Penyajian makanan dilakukan oleh pekarya dan ahli gizi MSPM
(Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan)
2. Petugas penjamah makanan wajib melakukan kebersihan tangan dan
memakai alat pelindung diri berupa penutup kepala, masker, sarung
tangan, dan sepatu safety
3. Sebelum dilakukan penyajian, ahli gizi MSPM (Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan) melakukan uji organoleptik terhadap rasa,
tekstur, warna, dan aroma makanan

9. Pendistribusian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan pasien yang dilayani
(makanan biasa maupun makanan khusus).
Tujuan : Tersedianya makanan untuk konsumen/pasien yang sesuai
dengan diet dan ketentuan yang berlaku serta distribusi makanan untuk
konsumen/pasien yang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan:
1. Distribusi makanan pasien menggunakan sistem Sentralisasi (cara
terpusat) yaitu makanan dibagikan dan disajikan dalam alat makan di
ruang produksi makanan.
2. Proses distribusi makanan pasien menggunakan trolley makanan
tertutup.
3. Makanan diantar per ruang rawat inap sesuai dengan jam penyajian
makan yang telah ditetapkan :
a) Makan pagi pasien : pukul 06.30 – 07.30 WIB
b) Snack pagi pasien : pukul 09.30 – 10.00 WIB
c) Makan siang pasien : pukul 11.30 – 12.30 WIB
d) Makan sore pasien : pukul 17.00 – 18.00 WIB
4. Distribusi makanan cair dilakukan sesuai dengan jam yang telah
ditentukan atau atas permintaan dari pasien/DPJP (Dokter

40
Penanggung Jawab Pelayanan)/Dokter Spesialis Gizi Klinik/ahli
gizi/perawat ruangan.
5. Permintaan makanan pasien ditulis dalam Formulir Diet Pasien.
6. Makanan yang diberikan sesuai dengan bon makan pasien yang
terdapat di setiap tray.
7. Kegiatan distribusi makanan dilakukan dengan cara identifikasi pasien
untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian makan pasien.
10. Pencucian alat
Pengertian : Pencucian alat adalah suatu proses kegiatan membersihkan
sisa-sisa bahan yang tidak berguna yang menempel pada alat makan
maupun alat masak. Pencucian alat meliputi pencucian alat makan
pasien dan alat masak.
Tujuan : Tersedianya peralatan makan dan masak yang bersih dan
higienis serta aman untuk digunakan.
Pelaksanaan:
1. Tempat pencucian alat dibedakan menjadi 2, yaitu pencucian alat
makan pasien dan alat masak. Sedangkan alat makan pasien menular
dan tidak menular tidak dibedakan.
2. Proses pencucian dilakukan oleh petugas pekarya gizi atau
pramusaji. Pencucian peralatan makan dilakukan secara manual yang
dilengkapi oleh air dingin dan panas.
3. Sedangkan untuk pencucian alat masak dilakukan secara manual
oleh pekarya gizi atau pramusaji. Untuk alat yang berminyak, proses
awal pembersihan dilakukan perendaman menggunakan air panas
untuk menghilangkan minyak. Suhu pencucian dengan
0 0
menggunakan air panas berkisar antara 55 C - 60 C.
4. Setiap seminggu sekali dilakukan pembersihan alat makan, yaitu
dengan cara perendaman alat dengan menggunakan cairan
desinfektan dan air panas. Alat makan di bersihkan dari
kotoran/kerak yang menempel.

41
11. Ketentuan Umum
a. Pelayanan Makan Pasien
Suatu pedoman khusus tentang cara-cara memberikan pelayanan gizi
kepada pasien baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
Tujuan : Terciptanya pelayanan makan pasien yang sesuai secara
reguler dengan sistem pelayanan gizi di rumah sakit.
Pelaksanaan :
1. Permintaan diet pasien baru, perubahan diet, dan diet pasien
yang pindah ruangan dilaporkan kepada unit gizi melalui
telephone dan disertakan dengan pengisian formulir diet pasien.
2. Pesanan pasien diluar diet yang telah ditentukan akan dikenakan
biaya ekstra.
3. Jika pasien diruangan merusakkan alat makan, perawat ruangan
segera memberi informasi kepada petugas gizi dan mencatat
kerusakan tersebut pada buku status pasien.
4. Apabila pasien pulang atau meninggal, maka perawat ruangan
akan segera memberitahukan kepada petugas gizi.
5. Apabila pasien dipuasakan maka jatah makan tidak diberikan
kepada keluarga pasien, terkecuali pada pasien bayi dibawah
enam bulan.
6. Sedangkan untuk diet yang diberikan kepada pasien berupa
makanan cair dan makanan cair tersebut dibeli sendiri oleh
pasien atau keluarga pasien, maka jatah makan dari rumah sakit
diberikan untuk keluarga pasien.
7. Keluarga pasien di ruang rawat VVIP mendapatkan jatah makan
pagi sebanyak satu porsi.
b. Pemberian Makan Pasien dan Keluarga
Serangkaian pemberian makan pasien dan keluarga pasien rawat
inap sesuai dengan dietnya dan waktu pemberian makan.
Tujuan : Pemberian makanan yang memenuhi syarat kebutuhan gizi
pasien untuk mencapai kesembuhan pasien dan keluarga pasien

42
mendapatkan makanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dirumah sakit.
Pelaksanaan :
1. Pemberian makan pasien untuk kelas I, kelas II dan kelas III
diberikan hanya kepada pasien sesuai dengan dietnya, apabila
pasien puasa maka makanan untuk keluarga tidak diberikan.
2. Pemberian makan pasien untuk kelas VIP dan VVIP diberikan
kepada pasien sesuai dengan dietnya, apabila pasien puasa maka
makan diberikan untuk keluarga dengan diet bebas (MB untuk
keluarga) kecuali pasien dengan diet cair yang telah diresepkan
dokter maka makanan tidak diberikan untuk keluarga pasien.
3. Pemberian makan pasien untuk ruangan khusus seperti ICU,
HCU diberikan hanya kepada pasien sesuai dengan dietnya,
apabila pasien puasa atau diet makanan cair yang diresepkan
dokter maka makanan untuk keluarga tidak diberikan.
4. Untuk pasien dengan diet yang dibeli sendiri, maka jatah
makanan rumah sakit diberikan kepada keluarga pasien.
c. Pelayanan Makanan Berdiet Pasien Rawat Inap
Suatu pedoman umum tentang tata cara pelayanan gizi kepada pasien
rawat inap yang harus menjalani diet.
Tujuan :
Terciptanya pelayanan makanan pasien yang sesuai dan adanya
sistem pelayanan gizi untuk pasien yang berdiet yang dirawat.
Pelaksanaan :
1. Penyelenggaraan makanan bagi pasien diet dilaksanakan di
pelayanan gizi, dibawah pengawasan Ahli Gizi dan disesuaikan
dengan kondisi umum dan status gizi pasien serta pantangan
yang ada pada pasien.
2. Bentuk makanan diet berupa makanan cair, makanan saring,
makanan cincang, makanan lunak dan makanan biasa.

43
3. Makanan diet yang tidak dibedakan berdasarkan kelas meliputi:
makanan cair, makanan saring, makanan cincang, makanan
lunak, makanan biasa, dan diet khusus.
4. Makanan cair berupa jus buah dan makanan enteral/sonde
komersial buatan pabrik dengan cara meresepkan susu tersebut
sesuai dengan diet pasien.
5. Pasien yang berdiet tidak diperkenankan membawa makanan
dari luar atau rumah, kecuali dengan persetujuan Ahli Gizi /
dokter yang merawat.
d. Pembuatan dan Pemberian Nutrisi Enteral
Serangkaian pemberian nutrisi atau makanan dalam bentuk cair
kepada pasien rawat inap berdasarkan diet yang telah ditentukan.
Tujuan : Memenuhi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien yang
mengalami kesulitan menelan guna mencegah terjadi kekurangan
energi protein serta mencapai standar pelayanan gizi rumah sakit.
Pelaksanaan :
1. Jenis makanan cair atau nutrisi enteral yang diberikan kepada
pasien disesuaikan dengan kondisi dan diet pasien.
2. Makanan cair atau nutrisi enteral yangt diberikan berupa produk
komersial.
3. Pembuatan makanan cair atau nutrisi enteral memperhatikan
hygiene dan nilai gizi yang ada.
e. Penyediaan Makanan Karyawan
Penyediaan makanan karyawan adalah penyajian makanan/ minuman
kepada karyawan Rumah Sakit Natar Medika yang bertugas dinas
malam sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemberian hanya
berupa susu/sari kacang hijau.
Tujuan :
1. Memberikan tambahan asupan energi kepada karyawan yang
bertugas dinas malam
2. Menyajikan makanan kepada karyawan

44
Pelaksanaan:
1. Penyediaan makanan karyawan berupa snack malam
dilaksanakan oleh unit gizi berdasarkan jumlah permintaan setiap
unit.
2. Penyediaan makan karyawan tidak boleh melebihi standar harga
yang telah ditetapkan dalam anggaran belanja unit gizi
3. Makanan karyawan harus beraneka ragam dan bervariasi baik
bahan, rasa maupun warnanya
4. Jadwal pemberian, jenis makanan/minuman dan jumlah
pemberian harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

45
BAB V
LOGISTIK

A. Pengertian
Managemen pelayanan logistik dan pergudangan unit gizi
merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan makanan dan barang untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan gizi di rumah sakit atau institusi secara
teratur dalam waktu tertentu dan kurun waktu tertentu secara cermat dan
tepat dengan biaya seefisien mungkin.

B. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersediannya barang atau material dalam
jumlah yang tepat dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut diatas dapat
tercapai maksudnya dengan biaya yang rendah.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persedian tidak terganggu oleh gangguan
yang menyebabkan hilangnya atau kurang, rusak, pemborosan,
penggunaan tanpa hak, sehingga dapat mempengaruhi sistem akuntasi
atau pembukuan.

C. Syarat Managemen Logistik


1. Sirkulasi pengeluaran barang atau bahan makanan berdasarkan sistem
FIFO dan FEFO.
2. Fasilitas penyimpanan terstandar (bersih dan suhu sesuai).
3. Stock bahan makanan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu.
4. Menjaga kualitas bahan makanan tetap terjaga.
5. Adanya sistem pencatatan dan pelaporan.

46
D. Kegiatan Logistik di Unit Gizi
a. Pemesanan Bahan Makanan
Rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan makanan
yang disesuaikan dengan spesifikasi yang memenuhi standar
Rumah Sakit Natar Medika dalam pemesanan surat belanja.

1. Bahan Makanan Kering


 Penanggung Jawab Logistik melihat persedian bahan
makanan kering dan minuman secara fisik dan
mencocokkan dengan kartu stock pada kolom “sisa”
yang ada di logistik unit gizi, apabila persediaan sudah
mulai menipis maka penanggung jawab menulis
permintaan pembelian bahan makanan kering.
 Penanggung jawab mengajukan permintaan bahan
makanan kering dan minuman yang dibutuhkan selama
1 bulan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan
kering pasien dan karyawan dalam bentuk lembar
perencanaan bahan makanan kering.
 Penanggung jawab logistik menyerahkan lembar
perencanaan bahan makanan kering kepada PJ gizi.
 PJ Gizi menadatangi lembar permintaan bahan makanan
kering, untuk kemudian diserahkan kepada rekanan
gizi.

2. Bahan Makanan Basah


 PJ Gizi bersama-sama dengan penanggung jawab
logistik mengajukan permintaan bahan makanan basah
untuk perencanan kebutuhan keesokan harinya.
Kebutuhan ini berdasarkan jumlah pasien yang dilayani
pada hari itu

47
 Formulir perencanaan kebutuhan bahan makanan pasien
dan karyawan ditandatangi oleh Kepala Gizi
 Kepala Gizi kemudian menyerahkan lembar pemesanan
bahan makanan tersebut kepada rekanan gizi.

b. Penerimaan Bahan Makanan


Rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat, dan
melaporkan bahan makanan yang diperiksa sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit Natar Medika
dengan supplier yang bersangkutan.

Adapun prinsip dalam penerimaan bahan makanan :


1. Jumlah
Bahan makanan yang diterima harus sama dengan jumlah
bahan makanan yang tertulis dalam surat pemesanan bahan
makanan RS Natar Medika.
2. Mutu
Bahan makanan yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi
bahan makanan di RS Natar Medika.
3. Harga
Bahan makanan yang tercantum pada surat pemesanan harus
sama dengan harga bahan makanan yang tercantum pada
penawaran bahan makanan sebelumnya.
Apabila terjadi tidak kesesuaian baik dari segi jumlah, mutu
maupun harga bahan makanan pihak Rumah Sakit Natar
Medika berhak untuk mengembalikan bahan makanan tersebut
untuk ditukar oleh supplier sesuai dengan standar Rumah Sakit
Natar Medika. Setiap ketidaksesuaian pada saat penerimaan
bahan makanan, maka penanggung jawab logistik mencatat
pada buku komplain terhadap leveransir atau rekanan sebagai
evaluasi supplier setiap sebulan sekali. Cara penerimaan bahan

48
makanan di RS Natar Medika secara konvensional masih
memperhatikan secara kualitas dan kuantitas bahan.
Prosedur dalam penerimaan bahan makanan meliputi :
1. Suplier melakukan pengiriman bahan makanan sesuai
dengan surat pemesanan bahan makanan yang diberikan
oleh pihak rumah sakit.
2. Penanggung jawab logistik gizi melakukan penerimaan dan
memeriksa jumlah atau jenis bahan makanan yang
diterimanya dengan nota 2 rangkap dari supplier, serta
mencocokan dengan surat pemesanan.
3. Penanggung jawab logistik gizi memeriksa kebenaran
pembebanan harga sesuai dengan harga yang diterima.
4. Penanggung jawab logistik gizi memeriksa nota dari
supplier pada kolom “penerima”
5. Penanggung jawab logistik gizi mencatat semua bahan
makanan kering yang telah diterima dalam kartu stock pada
kolom “masuk” dan menyimpan sesuai dengan spesifikasi
dan tata laksana bahan kering yang terdapat pada gudang
penyimpanan gizi. Sedangkan untuk bahan makanan basah,
penanggung jawab logistik segera mendistribusikan ke
bagian persiapan (bumbu, lauk, sayur, buah) untuk
pengolahan.

c. Penyimpanan Bahan Makanan


Suatu kegiatan yang menyangkut pemasukan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, serta penyaluran bahan makanan
sesuai dengan permintaan untuk persiapan pemasakan bahan
makanan.
Adapun prinsip dalam penyimpanan bahan makanan :
1. Tempat yang tepat.
2. Waktu yang tepat.

49
3. Mutu yang sesuai standar rumah sakit.
4. Jumlah yang sesuai dengan surat pemesanan yang
diberikan oleh rumah sakit.
5. Harganya sesuai dengan harga yang disepakati baik pihak
rumah sakit dan supplier.
Adapun Prosedur Penyimpanan bahan makanan Unit Gizi RS
Natar Medika :
1. Penyimpanan Bahan Kering
Penanggung jawab logistik menata bahan makanan kering
sesuai dengan spesifikasinya dan mencatat pada kartu stock
baik setiap bahan makanan datang maupun bahan makanan
yang keluar sesuai dengan kebutuhan selama pengolahan di
unit gizi, selain itu sesuai dengan permintaan dari bagian yang
terkait. Penyimpanan bahan makanan di unit gizi RS Natar
Medika menggunakan sitem FIFO, sehingga stock bahan
makanan yang lama dan masa expaednya singkat segera dapat
digunakan terlebih dahulu. Ruang penyimpanan bahan
makanan kering terdapat ventilasi sebagai sirkulasi udara agar
ruangan tidak terlalu lembab dan pengap, ruangan
penyimpanan juga dilengkapi dengan timbangan untuk
membantu jalannya permintaan bahan makanan tersebut.
Penyimpanan bahan makanan kering juga harus disesuaikan
suhunya dengan suhu ruang yaitu antara 230C – 270C.
2. Penyimpanan Bahan Basah
Penanggung jawab logistik gizi langsung mendistribusikan
bahan makanan kepada bagian persiapan baik bumbu, lauk,
sayuran dan buah. Bahan makanan yang akan diolah untuk
keesokan harinya dibersihkan dan dicuci serta kemudian
dimasukkan ke dalam plastik putih untuk dilakukan
penyimpanan dilemari es agar menjaga kualitas bahan
makanan. PJ gizi melakukan pelaporan kepada bagian

50
pemeliharaan sarana untuk melakukan pengecekan keakuratan
suhu atau temperatur pada lemari es.
Karyawan di unit gizi membersihkan lemari es setiap 3 hari
sekali yang sudah disesuaikan dengan jadwal dinas. Untuk
menghindari pengerasan es. Penyimpanan bahan makanan
basah menggunakan sitem penyimpanan Just in time sehingga
bahan makanan langsung digunakan untuk proses selanjutnya.
Penyimpanan bahan makanan basah menggunakan sistem FIFO
jika terdapat stock akibat terjadi penurunan jumlah pasien tiap
harinya, maka untuk pengolahan selanjutnya stock yang lama
digunakan terlebih dahulu.
Penanggung jawab logistik gizi melakukan pengecekan suhu
refrigerator, chiller, dan freezer dengan mengisi pada from
ceklist suhu dalam waktu intensitas 1x24 jam. Suhu
penyimpanan untuk refrigerator di anjurkan yaitu 00 C,
sedangankan untuk freezer yaitu -200 – (-50) C sedangkan
untuk chiler 3 0 sampai 7 0 C.

d. Pemeliharaan dan Perawatan


Suatu kegiatan untuk menjaga kualitas bahan makanan
kering maupun bahan makanan basah untuk menghasilkan
makanan yang baik untuk dikonsumsi. Prinsip dalam pemeliharaan
dan perawatan adalah adanya pengawasan ruangan penyimpanan
baik bahan makanan kering dan bahan makanan basah misalnya
suhu pada lemari es untuk bahan makanan basah terpantau.
Penanggung jawab logistik menjaga kebersihan ruangan
penyimpanan untuk menghindari bahaya binatang (kecoa, tikus,
dll) agar bahan makanan dapat terjaga dengan baik.

51
e. Pengeluaran dan Penyerahan Bahan Makanan
Suatu kegiatan yang mengawasi persediaan bahan makanan
baik kering maupun basah sehingga tidak terjadi penumpukan
bahan makanan yang terlalu banyak, dan mengevaluasi bahan
makanan yang digunakan selama kebutuhan di unit gizi dan
permintaan bagian yang terkait. Penanggung jawab logistik
melakukan evaluasi pengeluaran bahan makanan dan kebutuhan
selama proses produksi untuk perencanaan selanjutnya.

52
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu system di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk pengkajian resiko
,identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cidera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya
terjadi.

B. Tujuan
Tujuan system ini adalah mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu system
keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, terciptanya akuntabilitas rumah sakit
terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di
rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien ada 7 (Tujuh) langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan
fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.

53
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan
system dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan
pengkajian hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar
dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit
mengatur pelaporan kepada KPRS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangan cara-
cara komunikasi terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
Mendorong karyawan untuk menganalisis akar masalah untuk belajar
bagaimana kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien


harus diterapkan. Standar tersebut sebagai berikut :
1. Hak pasien.
2. Medidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

54
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
1. Menetapkan Unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-
2 tahun.
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah
sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
managemen dan karyawan.
5. Menetapkan system pelaporan dan insiden (peristiwa keselamatan
pasien).
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
seperti tersebut diatas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas dan melakukan safety)

55
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-undang No 36 Tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa


upaya kesehatan ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk kategori disebut di
atas, berarti wajib menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di
luar rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini dimaksudkan pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusaia,yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.
Kesehatan dan Keselamat Kerja atau (K3) merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Unit Gizi dan perlindungan terhadap
Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan
dan keselamatan kerja akan menigkatkan produktivitas rumah sakit. Undang-
undang No 1 tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan Kerja dimaksudkan
untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas managemen

56
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
 Peralatan tidak memenuhi standar kualitas.
 Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahap proses
produksi.
 Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruang terlalu
panas atau terlalu dingin.
 Tidak tersedia alat-alat pengaman.
 Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dan lain-lain.

a. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Petugas Kesehatan.


 Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protocol jika
terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak
minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
b. Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan.
 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk
kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkankan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tetang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi
untuk memastikan agen penyebab, dan ditentukan apakah perlu dipindah

57
tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang
bertugas di Unit Perawatan Intensif (UPI), ruang anak dan ruang bayi.
 Semua petugas di Unit Gizi harus memakai apron, penutup kepala dan
pelindung kaki (sandal/sepatu boot) sebelum masuk dapur. Selain petugas
gizi yang masuk ke dapur harus menggunakan APD lengkap. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi kontaminasi yang dapat mencemari makanan,
sehingga makanan aman untuk dikonsumsi. Petugas pengolahan makanan
harus menggunakan masker atau tidak diperkenankan untuk tidak
berbicara dengan petugas pengolahan lainnya.

1. Prinsip Keselamatan Kerja Karyawan dalam Proses Penyelenggaran


Makanan
a. Pengendalian Tekhnis
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
c. Pekerja yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
karyawan.
d. Volume kerja yang dibebankan harus sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas Unit
pemeliharaan sarana sesuai jadwal.
f. Adanya pendidikan mengenai Kesehatan dan Keselamatan kerja bagi
karyawan.
g. Adanaya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan
pertama yang cukup.
2. Prosedur Keselamatan Kerja
a. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan.
Keamanan Kerja diruangan ini meliputi :
1. Menggunakan alat pembuka peti atau bungkus bahan makanan
menurut cara yang tepat.

58
2. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut barang yang tersedia untuk barang.
3. Pergunakan kontak atau tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan
bahan.
4. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan
bahan makanan.
5. Lampu harus dimatikan jika tidak dipergunakan.
6. Tidak mengangkat barang berat bila tidak sesuai dengan kemampuan.
7. Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar, yang dapat
membahayakan bahan dan kualitas barang.
8. Membersihkan bahan yang tumpah, atau keadaan yang licin di ruang
penerimaan dan penyimpanan.

b. Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan


Keselamatan kerja di ruang ini meliputi:
1. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik.
2. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan atau mengolah bahan
makanan.
3. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaian.
4. Bersihkan mesin atau peralatan pengolahan sesuai dengan petunjuk
atau aturan yang ada.
5. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang
digunakan.
6. Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan dan
mematikan mesin, lampu, kompor gas, atau peralatan lainnya.
7. Pada saat selesai menggunakan peralatan teliti dan cek kembali apakah
alat yang digunakan sudah dimatikan listrik dan lain sebagainya.
8. Mengisi panic menurut ukuran-ukuran semestinya dan jangan melebihi
kapasitas atau porsi yang ditetapkan.

59
9. Tidak memuat kereta makan atau trolly distribusi makanan melebihi
dari yang dianjurkan.
10. Meletakkan alat yang digunakan sesuai dengan tempat dan jenis
peralatan dan diatur dengan rapi.
c. Ruang Distribusi
Keselamatan yang harus diperhatikan ditempat ini :
1. Tidak mengisi panic atau piring melebihi kapasitasnya.
2. Tidak mengisi kereta makan atau trolly makan melebihi kapasitasnya.
3. Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi
tempat air panas tersebut sampai penuh.

3. Alat Pelindung Kerja


1. Baju kerja, celemek, apron, dan penutup kepala terbuat dari bahan yang
tidak panas, tidak licin, dan enak dipakai sehingga tidak manggangu gerak
pegawai sewaktu bekerja.
2. Menggunakan sandal atau sepatu yang tidak licin bila berada di luar dapur
3. Menggunakan cempal atau serbet sesuai dengan tempatnya dan jenisnya.
4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
cukup, sabun dan lain-lain sebagainya.
5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik dan diletakkan
ditempat yang mudah terjangkau.
6. Tersedia alat-alat atau obat P3K

60
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan
pembetulan atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang
ditetapkan
Tujuan pengawasan dan pengendalian adalah: agar semua kegiatan
dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna dilaksanakan sesuai
dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan
peraturan yang berlaku.
Mutu pelayanan merupakan faktor yang esensial dalam seluruh
operasional sebuah Rumah Sakit. Langkah awal dalam melakukan proses
manajemen mutu adalah penetapan indikator mutu kunci. Indikator mutu
kemudian akan dimonitoring secara berkala dan menjadi parameter untuk
mengukur dan menilai suatu pelayanan yang tujuan akhirnya adalah kepuasan
pelanggan.
Agar mampu memuaskan pelanggannya, rumah sakit harus mempunyai
suatu ukuran yang menjamin mutu di semua tingkatan. Kinerja rumah sakit
secara nyata dapat diukur dengan memakai indikator pengukur mutu
pelayanan rumah sakit yang semuanya tertuang dalam Permenkes no 129
tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Makanan merupakan salah satu bagian dari terapi kesembuhan pasien.
Apabila asupan makan pasien baik maka akan berdampak pada kesembuhan
pasien, lama rawat inap dan biaya yang dikeluarkan. Penilaian kepuasan
pasien dalam pelayanan makanan sangat perlu dilakukan agar ada perbaikan
berkesinambungan (continous improvement) dalam pelayanan makanan di
rumah sakit. Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis
termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan
memperpendek hari rawat inap (Depkes, 2006).

61
Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3
komponen mutu yaitu : 1) pengawasanan dan pengendalian mutu untuk
menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman, 2) Menjamin kepuasan
konsumen dan 3) Assesment yang berkualitas. Berdasarkan Permenkes 129
tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dan Permenkes
no 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, ada tiga
indikator kunci keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit yaitu :
1. Ketepatan waktu pemberian makan kepad pasien (100%)
2. Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien ( < 20 %)
3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet (100%)

B. Hygiene Tenaga Penjamah Makanan


1. Syarat
- Bukti sehat diri dan bebas dari penyakit
- Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies ataupun
luka bakar
- Bersih diri, pakaian dan seluruh badan
- Mengikuti pemeriksaan kesehatan secara periodik
- Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan
tepat
- Mengetahui teknik dan cara menerapkan hygiene dan sanitasi
dalam penyelenggaraan makanan
- Berperilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan
2. Perilaku, kebiasaan dan sikap bekerja
Hal-hal yang harus dilakukan tenaga penjamah makanan adalah :
- Cuci tangan dengan sabun sebelum mulai/ sesudah bekerja, setiap
keluar dari WC, sesudah menjamah bahan yang kotor
- Menggunakan APD sesuai dengan areal kerjanya
- Sebelum dan selama bekerja tidak menggaruk kepala, muka,
hidung dan bagian tubuh lain yang dapat menimbulkan kuman

62
- Alihkan muka dari makanan dan alat-alat makan dan minum bila
batuk atau bersin
- Pergunakan masker/ tutup hidung
- Pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut proses yang
ditetapkan, sesuai dengan peralatan masak, waktu dan suhu
ataupun tingkat pemasakan.
- Jangan sekali-kali menjamah makanan yang sudah masak,
pergunakan sendok, garpu atau alat lainnya
- Makan di ruang makan yang disediakan
- Merokok tidak boleh ditempat kerja
- Selalu menjaga agar tempat kerja, ruang ganti pakaian, kamar
mandi dan WC serta alat-alat tetap bersih setiap waktu
- Penjamah makanan dianjurkan untuk memakai sarung tangan
3. Prosedur kerja
Kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang dapat disebabkan oleh
perilaku si penjamah makanan selama bekerja. Hal ini disebabkan
karena pegawai tidak bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada.
Semua prosedur kerja sudah diatur dalam SPO gizi.
4. Upaya pengendalian
Upaya pengendalian faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
kuman pada makanan dan minuman, dapat dilakukan dengan
pemantauan titik –titik rawan pada jalur penanganan makanan dan
minuman yang diperkirakan memudahkan timbulnya bakteri dan
fungi. Titik –titik rawan dalam proses penanganan makanan dan
minuman adalah:
A. Proses pembersihan makanan
Pada proses ini hendaknya tidak ada makanan dan minuman
yang membusuk setelah proses pembersihan bahan.
B. Proses persiapan bahan makanan. Proses ini hendaknya:
- Tersedia air bersih yang cukup

63
- Kran-kran air dan saluran ruangan persiapan dalam keadaan
bersih
- Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang kuat
dan mudah dibersihkan/ dilapisi kantong plastik
C. Proses penyimpanan
Proses ini tidak akan mengalami kerawanan bila:
- Dalam penyimpanan bahan mentah
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/ tempat yang terpisah
dari ruang makanan terolah yang suhunya diatur sesuai
dengan yang seharusnya.
- Penyimpanan makanan terolah:
Bahan mentah disimpan dalam ruangan/ tempat yang terpisah
dari ruang makanan terolah yang suhunya diatur sesuai
dengan yang seharusnya.
a) Penyimpanan makanan terolah yang tidak cepat
membusuk dan dalam keadaan tertutup, dilakukan pada
suhu 10oC.
b) Penyimpanan makanan terolah yang cepat membusuk
harus disimpan pada suhu 4o C selama 6 jam, jika > 6 jam
harus disimpan pada suhu 15o C sampai -1o C.
2. Proses pemasakan dan penghangatan makanan
Untuk kepentingan pengolahan biasanya bahan makanan diproses
dengan bantuan panas sesuai dengan teknik/ cara pemasakannya,
sehingga tidak memungkinkan kuman tumbuh dan berkembang biak.

3. Proses pembersihan ruang dan pencucian alat masak


1) pembersihan ruang dilakukan segera setelah proses/ penanganan
selesai yang sesuai dengan prosedurnya. Proses pembersihan
meliputi ruang, lantai dan langit-langit.
2) pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak, dengan
langkah sebagai berikut: membuang sisa makanan yang melekat

64
pada alat, untuk alat yang berminyak/lemak akan direndam dengan
air panas, disabun, dibilas dengan air/ air panas dan dikeringkan
4. Proses pengangkutan makanan ke ruangan
Alat pengangkut makanan –minuman yang dipakai dilengkapi dengan
tutup untuk menghindari debu di luar gedung dapur. Alat dibersihkan
secara periodik.
5. Proses penyajian makanan di ruang rawat
- Alat-alat makan yang akan dipakai untuk menyajikan makanan harus
dalam keadaan bersih (sudah dicuci dengan sabun/ desinfektan dan
dibilas/ direbus dengan air panas).
- Tidak ada tanda-tanda vektor (lalat, lipas, tikus), ataupun bekas
jejaknya di ruangan dapur
- Penyajian makanan kepada pasien harus dalan keadaan tertutup

C.Pengawasan Sanitasi Dalam Penyelenggaraan Makanan


Dalam pelaksanaannya unit gizi bekerja sama dengan Panitia Pengendalian
Infeksi, meliputi :
1. Penjamah makanan, dengan melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 6
bulan sekali dan usap dubur/ kulit secara berkala selama 1 tahun sekali
2. Bahan makanan dan minuman meliputi pemeriksaan kualitas bahan
makanan dan minuman melalui berbagai uji, pest kontrol serta penilaian
kualitas makanan melalui metode HACCP
3. Peralatan dengan melakukan uji sanitasi peralatan misalnya: uji usap meja
kerja, peralatan masak, dsb setiap 6 bulan sekali
4. Lingkungan dengan melakukan uji sanitasi lingkungan misalnya: uji
sanitasi lantai, dinding, dll

65
ii. Bentuk-Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian
1. Pengawasan Standar Porsi
a. Penimbangan dan pengukuran menggunakan alat rumah tangga
b. Menggunakan standar resep dan standar bumbu
D. Pengawasan Harga
a. Pencatatan penerimaan bahan makanan tiap putaran menu
b. Kalkulasi harga penerimaan dan pemakaian bahan makanan
c. Perhitungan stok akhir gudang bahan makanan
d. Mengumpulkan data jumlah pasien dan karyawan tiap putaran menu
e. Menghitung unit cost atau harga makanan per porsi
E. Pengendalian Biaya
a. Standar harga bahan makanan
b. Survey harga pasar
c. Langkah kegiatan :
i. Membuat standar untuk pelaksanaan
a) Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan
pelayanan serta jasa yang harus ditentukan atau dibuat patokan
(tolok ukur). Untuk memudahkan pelaksanaan standar ini dapat
berupa peraturan, pembakuan intruksi yang dituangkan dalam
bentuk kebijakan
b) Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang
diwujudkan dalam ukuran bentuk. Standar biaya adalah harga
taksiran dari suatu barang atau jasa yang digunakan untuk
mengukur biaya.
c) Standar prosedur adalah patokan yang berkenaan dengan cara/
teknik yang ditetapkan sebagai cara yang benar untuk kegiatan
sehari-hari dalam proses penyelenggaraan makanan
ii. Melatih tenaga penyelenggara makanan untuk memahami dan melaksanakan
standar-standar yang telah ditetapkan
iii. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang
dilakukan kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan

66
yang benar-benar dilakukan dengan standar yang telah dibuat
sebelumnya.
iv. Menetapkan tindakan perbaikan untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan
data kegiatan terdahulu.
v. Ciri-ciri pengendalian efektif:
a) Terkoordinasi dengan arus kerja dan dapat memberikan
informasi langsung kepada atasan.
b) Terfokus pada titik strategis. Sistem harus jelas dan mudah
dimengerti oleh petugas.
c) Obyektif dan menyeluruh
d) Fleksibel, sehingga mudah diterapkan
e) Secara ekonomi dan organisasi harus realistis
f) Akurat/ tepat, yaitu informasi yang dihasilkan oleh sistem
harus benar
g) Tepat waktu
vi. Dapat diterima oleh semua petugas

D. Indikator Keberhasilan
1. Terselenggaranya diagnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme
zat gizi berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan
biokimia tubuh (laboratorium).
2. Terselenggaranya pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan
anamnesis diet dan pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
4. Terwujudnya bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan
makanan, jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan
5. Terselenggaranya evaluasi terhadap preskripsi diet, yang diberikan
sesuai perubahan keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium
6. Terwujudnya penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan
pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan pasien

67
7. Terlaksananya penyelenggaraan penelitian aplikasi dibidang gizi dan
dietetik.
8. Terwujudnya standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan
penyakit
9. Diselenggarakannya penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet
pada pasien dan keluarganya

68
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan Gizi Rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari


pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan
salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan di rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Natar Medika ini diharapkan dapat
menjadi pegangan dan mendorong terciptanya pelayanan gizi yang cepat, tepat
dan akurat sejalan dengan peraturan yang berlaku dan didukung sumber daya
manusia yang cukup dan kualifikasi memenuhi. Sehingga dapat terpenuhinya
kebutuhan gizi pasien secara proporsional sesuai dengan dietnya untuk membantu
kesembuhan pasien di Rumah Sakit Natar Medika.

69
Tabel Angka Kecukupan Gizi
Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Air Yang Dianjurkan
Untuk Orang Indonesia, 2012

Kelompok TB BB Energi Protein Lemak KH Serat Air


Umur (cm) (kg) (kkal) (gr) (gr) (gr) (gr) (mL)
Bayi/Anak
0 - < 6 bln 61 6 550 12 30 58 0
6 - < 12 bln 71 9 700 16 35 80 10 800
1-3 thn 91 13 1050 20 40 145 15 1200
4-6 thn 112 19 1550 28 60 210 22 1500
7-9 thn 130 27 1800 38 70 250 25 1900
Laki-laki
10-12 thn 142 34 2100 50 70 290 29 1800
13-15 thn 158 46 2550 62 85 350 35 2000
16-18 thn 166 56 2650 62 88 350 37 2200
19-29 thn 168 60 2700 62 90 370 38 2500
30-49 thn 168 62 2550 62 70 380 36 2600
50-64 thn 168 62 2250 62 60 330 32 2600
65-79 thn 168 60 1800 60 50 300 25 1900
80+ thn 168 58 1500 58 42 250 21 1600
Perempuan
10-12 thn 145 36 2000 52 70 270 28 1800
13-15 thn 155 46 2150 60 70 300 30 2000
16-18 thn 157 50 2150 58 70 300 30 2100
19-29 thn 159 54 2250 58 75 320 32 2300
30-49 thn 159 55 2100 58 60 300 30 2300
50-64 thn 159 55 1900 57 50 280 26 2300
65-79 thn 159 54 1500 57 40 250 21 1600
80+ thn 159 53 1400 55 40 220 20 1500
Hamil
Trimester 1 +180 +18 +6 +25 0 +300
Trimester 2 +300 +18 +10 +40 0 +300
Trimester 3 +300 +18 +10 +40 0 +300
Menyusui
6 bln
+330 +17 +11 +45 0 +800
pertama
6 bln kedua +400 +17 +13 +55 0 +500

70
Kecukupan Vitamin Larut Dalam Air Yang Dianjurkan
Untuk Orang Indonesia, 2012

Vit.B Vit.B Vit.B Vit.B


Kelompok TB BB Vit.B1 Folat Pantotenat Biotin Choline Vit.C
1 2 3 6
Umur (cm) (kg) 2 (mg) (µg) (mg) (µg) (mg) (mg)
(mg) (mg) (mg) (mg)

Bayi/Anak
0-<6 bln 61 6 0.3 0.3 3 0.1 0.4 65 1.7 5 125 40
6-<12 bln 71 9 0.4 0.4 4 0.3 0.5 80 1.8 6 150 50
1-3 thn 91 13 0.6 0.7 6 0.5 0.9 160 2 8 200 40
4-6 thn 112 19 0.8 0.1 9 0.6 1.2 200 2 12 250 45
7-9 thn 130 27 0.9 1.1 10 0.1 1.2 300 3 12 375 45
Laki-Laki
10-12 thn 142 34 1.1 1.3 12 1.3 1.8 400 4 20 375 50
13-15 thn 158 46 1.2 1.5 14 1.3 2.4 400 5 25 550 75
16-18 thn 166 56 1.3 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
19-29 thn 168 60 1.4 1.6 15 1.3 2.4 400 5 30 550 90
30-49 thn 168 62 1.3 1.6 14 1.3 2.4 400 5 30 550 90
50-64 thn 168 62 1.2 1.4 13 1.7 2.4 400 5 30 550 90
65-79 thn 168 60 0.1 1.1 10 1.7 2.4 400 5 30 550 90
80+ 168 58 0.8 0.9 8 1.7 2.4 400 5 30 550 90
Perempuan
10-12 thn 145 36 0.1 1.2 11 1.2 1.8 400 4 20 375 50
13-15 thn 155 46 1.1 1.3 12 1.2 2.4 400 5 25 400 65
16-18 thn 157 50 1.1 1.3 12 1.2 2.4 400 5 30 425 75
19-29 thn 159 54 1.1 1.4 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75
30-49 thn 159 55 1.1 1.3 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75
50-64 thn 159 55 0.1 1.1 10 1.5 2.4 400 5 30 425 75
65-79 thn 159 54 0.8 0.9 9 1.5 2.4 400 5 30 425 75
80+ 159 53 0.7 0.9 8 1.5 2.4 400 5 30 425 75
Hamil
Trimester 1 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Trimester 2 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Trimester 3 +0.3 +0.3 +4 +0.4 +0.2 +200 +1 +0 +25 +10
Menyusui
6 bln
+0.3 +0.4 +3 +0.5 +0.4 +100 +2 +5 +75 +25
pertama
6 bln kedua +0.3 +0.4 +3 +0.5 +0.4 +100 +2 +5 +75 +25

71
Kecukupan Vitamin Larut Dalam Lemak yang
Dianjurkan untuk Orang Indonesia, 2012

Kelompok TB BB Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin


Umur (cm) (kg) (μg) (mg) (mg) K (μg)
Bayi/ Anak
0-< 6 bln 61 6 375 5 4 5
6-<12 bln 71 9 400 5 5 10
1-3 thn 91 13 400 15 6 15
4-6 thn 112 19 450 15 7 20
7-9 th 130 27 500 15 7 25
Laki-laki
10-12 thn 142 34 600 15 11 35
13-15 thn 158 46 600 15 15 55
16-18 thn 166 56 600 15 15 55
19-29 thn 168 60 600 15 15 65
30-49 thn 168 62 600 15 15 65
50-64 thn 168 62 600 15 15 65
65-79 thn 168 60 600 20 15 65
80+ thn 168 58 600 20 15 65
Perempuan
10-12 thn 145 36 600 15 11 35
13-15 thn 155 46 600 15 15 55
16-18 thn 157 50 600 15 15 55
19-29 thn 159 54 500 15 15 65
30-49 thn 159 55 500 15 15 65
50-64 thn 159 55 500 15 15 65
65-79 thn 159 54 500 20 15 65
80+ thn 159 53 500 20 15 65
Hamil
Trimester 1 +300 +0 +0 +0
Trimester 2 +300 +0 +0 +0
Trimester 3 +350 +0 +0 +0
Menyusui
6 bln pertama +350 +0 +4 +0
6 bln kedua +350 +0 +4 +0

72
Kecukupan Mineral dan Elektrolit Yang Dianjurkan Untuk Orang Indonesia, 2012

Kelompok TB BB Ca P Mg Cu Cr Fe I Zn Se Mn F Na K
Umur cm (kg) (mg) (mg) (mg) (µg) (µg) (mg) (µg) (mg) (µg) (mg) (mg) (mg) (mg)
Bayi/Anak
0.00
0-<6 bln 61 6 200 100 30 200 0.2 0.5 90 1.3 5 0.01 120 400
3
6-<12 bln 71 9 250 250 55 220 5.5 7 120 3.0 10 0.6 0.4 200 700
1-3 thn 91 13 650 500 60 340 11 8 120 0.4 17 1.2 0.6 1000 3000
4-6 thn 112 19 1000 500 95 440 15 9 120 0.5 20 1.5 0.9 1200 3800
7-9 thn 130 27 1000 500 135 570 20 10 120 11.3 20 1.7 1.2 1200 3800
Laki-Laki
10-12 thn 142 34 1200 1250 153 700 25 13 120 14.0 20 1.9 1.7 1500 4500
13-15 thn 158 46 1200 1250 207 795 30 19 150 18.2 30 2.2 2.4 1500 4700
16-18 thn 166 56 1100 1250 252 890 35 15 150 16.9 30 2.3 2.7 1500 4700
19-29 thn 168 60 1000 700 350 900 36.5 13 150 13.0 30 2.3 3.0 1500 4700
30-49 thn 168 62 1000 700 350 900 35.2 13 150 13.4 30 2.3 3.1 1500 4700
50-64 thn 168 62 1000 700 350 900 31.2 13 150 13.4 30 2.3 3.1 1300 4700
65-79 thn 168 60 1000 700 350 900 25.5 13 150 13.4 30 2.3 3.1 1200 4700
80+ 168 58 1000 700 350 900 20.4 13 150 13.3 30 2.3 3.1 1200 4700
Perempuan
10-12 thn 145 36 1200 1250 162 700 21 20 120 12.9 20 1.6 1.9 1500 4500
13-15 thn 155 46 1200 1250 207 795 22.5 26 150 15.8 30 1.6 2.4 1500 4700
16-18 thn 157 50 1200 1250 225 890 24 26 150 14 30 1.6 2.5 1500 4700
19-29 thn 159 54 1100 700 324 900 30.5 26 150 9.3 30 1.8 2.5 1500 4700
30-49 thn 159 55 1000 700 330 900 28.8 26 150 9.8 30 1.8 2.7 1500 4700
50-64 thn 159 55 1000 700 330 900 25.5 12 150 9.8 30 1.8 2.7 1300 4700
65-79 thn 159 54 1000 700 324 900 20.8 12 150 9.8 30 1.8 2.7 1200 4700
80+ 159 53 1000 700 318 900 19.1 12 150 9.8 30 1.8 2.7 1200 4700
Hamil
Trismester 1 +200 +0 +0 +100 +3.5 +0 +100 +1.2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Trismester 2 +200 +0 +0 +100 +3.5 +9 +100 +4.2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Trismester 3 +200 +0 +0 +100 +3.5 +13 +100 +10.2 +5 +0.2 +0 +0 +0
Menyusui
6 bln +40
+200 +0 +20 +400 +20 +6 +100 +4.5 +10 +0 +0
pertama +0.8 0
+40
6 bln kedua +200 +0 +20 +400 +20 +8 +100 +4.5 +10 +0 +0
+0.8 0

73
Spesifikasi Bahan Makanan

Nama Bahan
No
Makanan Spesifikasi
1 Arcis Muda, segar, tidak busuk
4 Baby kailan Segar, warna hijau terang
5 Bakso Ayam Baru, tidak berlendir
6 Bakso Vegetarian Baru, tidak berlendir
7 Bakso daging Baru, tidak berlendir
8 Bakso ikan Baru, tidak berlendir
Bakso ikan
9
panjang Baru, tidak berlendir
10 Bawang bombay Tidak busuk, bulat bagus
11 Bawang merah Bawang jenis lokal, baru,bersih, ukuran sedang
12 Bawang putih Baru, bersih, tidak bertunas
13 Bayam Segar, bersih, muda, daun tidak terlalu lebar
14 Bayam merah Segar, bersih, muda, daun tidak terlalu lebar
15 Belimbing wuluh Segar, muda, ukuran sedang
16 Bengkuang Bersih, berat ± 200-300 gr/bh
17 Brocoli import Segar, bersih, tidak busuk, warna hijau tua
18 Buncis Segar, muda, bersih, tidak berulat
19 Bunga Lawang Segar, bersih
Bunga sedap
20
malam Segar, bersih
21 Bunga kol Segar, bersih, tidak berulat, tanpa kertas
22 Cabe hijau Segar, bersih, tidak busuk
23 Daun singkong Segar, muda, warna hijau terang
24 Cabe merah besar Segar, bersih, tidak busuk
25 Cabe Hijau besar Segar, bersih, tidak busuk
26 Cabe rawit merah Segar, bersih, tidak busuk
27 Cabe rawit hijau Segar, bersih, tidak busuk
Daging Ayam
28
giling Baru, segar, bersih
29 Daging ayam filet Baru, segar
Daging ayam
30
potong Baru, segar, ukuran 1 Kg/ ekor
31 Daging giling Baru, segar, warna merah segar
Baru, segar, warna merah segar, tidak berlemak dan
32
Daging sapi has bertulang
33 Daging sapi segar Baru, segar, warna merah segar
34 Daun bawang Segar, warna hijau, tidak busuk dan tidak kering
35 Daun bawang air Segar, warna hijau, tidak busuk dan tidak kering

74
36 Daun jeruk Segar, warna hijau tua, jenis jeruk purut
37 Daun kunyit Segar, warna hijau
38 Daun katuk Segar, muda, warna hijau
39 Daun kucai Segar, berwarna hijau muda
40 Daun parsley Segar, hijau, tidak berulat
41 Daun pandan Segar muda, daun lebar
42 Daun pisang segar, muda, daun lebar
43 Daun salam Segar, hijau, muda
44 Daun sop Segar, muda, ukuran sedang
45 Daun selada Segar, muda
46 Ebi Bersih, kering, tidak berulat
Es krim walls rasa
47
vanila Rasa vanili, ukuran 900 ml
48 Ikan dori Bersih, bebas dari kotoran, fresh
Ukuran 100 gr/ekor, segar, mata jernih, tidak
49
Ikan kembung berlendir
50 Ikan Mujaher Ukuran sedang, mata jernih, segar
51 Ikan tenggiri Segar, bersih, mata jernih
52 Ikan terisi Segar, mata jernih
53 Ikan teri medan Bersih, kering, tidak berulat, jenis teri putih
Bersih, potong - potong ukuran ± 55 - 60 gr, tidak
54
Ikan tongkol berlendir
Ukuran 100 gr/ekor, segar, mata jernih, tidak
55
Ikan selar berlendir
56 Jagung manis Muda, bersih, segar, jenis jagung manis
57 Ikan gurame Segar, mata jernih, tidak berlendir
58 Jahe Bersih, ukuran besar, tua
59 Jagung semi Ukuran sedang, segar, muda
60 Jamur kuping Bersih, kering
61 Jinten Bersih, kering
62 Kacang hijau Bersih, warna hijau tua
63 Kacang panjang Segar, muda, tidak berulat
64 Kangkung Segar, muda, warna hijau muda bersih
65 Kapri Segar, hijau, muda
66 Kapulaga Bersih, tidak berlubang / berulat
67 Kapur sirih Putih bersih
68 Kelapa parut putih Bersih, putih
69 Kemangi Segar, muda, tidak busuk dan berulat
70 Kembang tahu Bersih, kering
71 Kemiri Bersih, bulat
72 Kencur Ukuran besar, bersih
73 Ketumbar Bersih, tidak berulat, kering

75
74 Kol Segar, bulat, tidak berulat, warna purih, berat @ 1 kg
75 Kucai Bersih, bebas dari ulat, berwarna hijau muda
76 Santan Kental, tidak berbuih
77 French fries Crinkle cut @ 1 kg/pak, merk "Golden Farm"
78 Kwetiau Bersih, tidak berlendir
79 Kunyit Muda. besar, bersih
80 Labu siam Segar, muda, ukuran sedang
81 Labu kuning bulat, isi tebal, ukuran besar
82 Lemon Segar, warna kuning bersih, ukuran @ 150 gr
83 Lengkuas Segar, muda, bersih
84 Udang nasi goreng Segar, bersih, tidak berlendir
85 Oyong Segar, muda, ukuran kecil
86 Paprika hijau Muda, tidak busuk, ukuran @ 100 gr/pcs
87 Paprika merah Muda, tidak busuk, ukuran @ 100 gr/pcs
88 Roti tawar kupas Baru, merk "Morning Bakery"
89 Roti tawar biasa Baru, merk "Morning Bakery"
90 Sawi minyak segar, muda, bersih
91 Sawi asin Baru, tidak lembek
92 Sawi putih Putih, segar, tidak berulat
93 Sawi hijau Segar, muda, bersih, tidak berakar
94 Selada air Segar, muda
95 Serai Segar, bersih
96 Sosis sapi Baru, kemasan tidak rusak, merk "Champ"
97 Sosis ayam Baru, kemasan tidak rusak, merk "Champ"
98 Tahu Baru, lembut, putih, tidak asam
99 Tahu sumedang Baru, lembut, putih, tidak asam
100 Telur ayam Ukuran besar, baru, bersih
101 Telur ayam puyuh Baru, bersih, isi 50 btr/pack
102 Tempe Baru, kedelai masih utuh, tidak berwarna hitam
103 Tempe super Baru, kedelai masih utuh, tidak berwarna hitam
104 Timun Muda, ukuran sedang, bersih
105 Tulang sapi Segar, bersih,
106 Tofu Baru, tidak berlendir, berwarna putih
107 Toge Muda, bersih, segar
108 Toge pendek Muda, bersih, segar
109 Tomat hijau Segar, tidak busuk, warna hijau bersih
110 Tomat buah Segar, tidak busuk, warna hijau bersih
111 Udang (no 4) Segar, bersih
112 Wortel Segar, muda, bersih, warna orange terang, tidak keras
113 Kentang Ukuran besar, bersih, tidak busuk
114 Lecctuce Segar, muda, bersih

76
115 Kulit lumpia Lembaran lembut, tebal
116 Bayam merah Bersih, segar, tidak berulat
117 Mix Vegetable Baru, kemasan tidak rusak
118 Pepaya Masak, tidak lembek, jenis pepaya thailand
119 Jeruk medan Bersih, segar, manis, ukuran 7 - 8 bj/kg
120 Semangka Bersih, segar, warna isi merah segar, tidak busuk
121 Melon jawa Segar, daging lembut tidak keras, manis
Segar, tidak lembek, ukuran 100 - 125 gr/ bj, kulit
123
Pisang barangan kuning bersih
124 Anggur merah Segar, tidak busuk/lembek, warna merah
Segar, manis, kulit mulus, warna merah, ukuran 150
125
Apel merah gr/bj
126 Pear madu Segar, warna hijau, jenis pear madu, ukuran 125 gr/bj
127 Nenas Segar, manis, tidak busuk
128 Melon malaysia Segar, daging lembut tidak keras, manis
Segar, warna kulit orange rata, manis, ukuran 150 gr/
129
Jeruk sunkist bj
130 Pisang delmonte Segar, tidak busuk, warna hijau muda bersih

NOTE :
Untuk bahan makanan frozen, expired date minimal 8 bulan
Untuk Bahan makanan kaleng expired date minimal 8 bulan
Untuk sayur-sayuran dan buah minimal masa simpan 7 hari dari penerimaan

77
1

Anda mungkin juga menyukai