Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga kualitas
hidup yang optimal. Pada umumnya masalah gizi di sebabkan oleh faktor primer dan
skunder. Faktor primer antara lain karena asupan makanan yang kurang baik dari segi
kualitas maupun kuantitas yang disebabkan oleh kemiskinan, ketidaktahuan tentang gizi
dan lebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi faktor yang mempengaruhi
faktor asupan makan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme zat gizi.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada prosesbpenyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Instalasi gizi RS Mahyuzahra Indralaya merupakan salah satu wadah dalam menunjang
pelayanan medis melalui kegiatan pelayanan gizi yang dilakukan. Maka dari itu instalasi
gizi harus memiliki buku pedoman pelayanan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan kerja sehingga dapat memberikan pelayanan gizi yang bermutu dan
bersifat paripurna.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan buku pedoman pelayanan gizi ini adalah memberikan informasi tentang
pelayanan gizi di RSMahyuzahra Indralaya bagi tenaga gizi dietisien serta profesi lain
yang terkait, agar dapat berkolaborasi memberikan pelayanan gizi yang bermutu.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di RS Mahyuzahra Indralaya terdiri
dari:
1. Pelayanan Gizi Rawat Jalan
2. Pelayanan Gizi Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
4. Penelitian Dan Pengembangan Gizi
D. LANDASAN HUKUM
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan badan
layanan umum (BLUD)
4. Peraturan pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang standarisasi nasional
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333 tahun 1999 tentang standar pelayanan
rumah sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 161/Menkes/PER/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1796/MENKES/PER/III/2011 Registrasi tenaga
kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/III/2007 tentang standar
profesi Gizi
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

A. BATAS OPERASIONAL
Batasan operasional yang dimaksud di bawah ini merupakan batasan istilah, baik
bersumber dari buku pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI tahun 2003
maupun dari sumber-sumber lain yang sesuia dengan kerangka konsep pelayanan yang
terurai dalam buku ini.
1. Pelayanan Gizi Rumah Sakitadalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakot untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyrakat rumah sakit baik pasien rawat jalan maupun
rawat inap dan pegawai jaga, untuk keperluan metabolisme, dalam upaya preventif,
kuratif, rehabilitatif dan promotof.
2. Tim Asuhan Gizi adalah sekelompok petugas rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi terdiri dari dokter/dokter spesialis, nutrisions/dietesien, dan perawat
dari setiap unit pelayanan, bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care)
untuk mencapai pelayanan yang paripurna yang bermutu.
3. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam lingkungan
rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari pegawai atau
karyawan, pasien rawat inap, dan pengunjung poliklinik.
4. Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut
maupun kronis atau kondisi luka-luka, serta merupakan suatu penilaian terhadap
kondisi klien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan, agar klien serta
keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
5. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien untuk penyembuhan
penyakit sesuai dengan hasil diagnosis, termasuk konseling, baik sebelum perawatan,
dalam dan sesuadah perawatan.
6. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.
7. Perskripsi diet atau rencana diet adalah kebutuhan zat gizi klien/pasien yang dihitung
berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit dan kondisi kesehatannya.
8. Konsultasi gizi atau konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi 2 (dua) arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan
perilaku sehingga membantu klien/pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi,
dilaksanakan oleh nutrisions/dietisien.
9. Nurtisionis adalah seseorang yang diberikan tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
dibidang pelayanan gizi, makanan, dan dietetik, baik masyrakat maupun rumah sakit,
dan unit pelaksanaan kesehatan lainnya, perpendidikan dasar akademi gizi.
10. Dietisien adalah seorang nutrionis yang telah mendalami pengetahuan dan
keterampilan dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman
bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun, atau yang mendapat sertifikat dari
persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), dan berkerja di unit pelayanan yang
menyelenggarakan terapi dietetik.
11. Food model adalah bahan makanan taua contoh makanan yang terbuat dari bahan
sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan
kebutuhan, yang digunakan untuk konseling gizi, kepada pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan.
12. Klien adalah pengunjung poliklinik rumah sakit atau pasien rawat inap.
13. Mutu pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan baik kualitas dari petugas
maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan klien/pasien.
14. Teknikal dietisien adalah seorang ahli gizi yang telah mendalami pengetahuan dan
keterampilan dietetik melalui pendidikan D3 Gizi, atau yang mendapat sertifikat dari
persatuan ahli Gizi (PERSAGI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI)
bekerja di unit-unit tertentu dalam melaksanakan asuhan gizi.
15. Dokter penanggunngjawab pelayanan (DPJP) adalah dokter yang bertanggung jawab
dalam penatalaksanaan medis sesuai bidang spesialisnya. Dalam penatalaksanaan
tersebut DPJP memberikan pengobatan medikametosa untuk penyakitnya dan
menentukan preskripsi diet awal.
16. Dietetik adalah kombinasi penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan jumlah
makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan sosial ekonomi pasien.
Ilmu yang dimaksud adalah pengetahuan mengenai gizi, makanan dan kandungan zat
gizi tertentu yang dibutuhkan pada setiap tahap kehidupan dan kondisi penyakit.
Sedangkan seni adalah pengetahuan dari praktek merencananakan dan
menyiapkan/mengolah dan menyajikan makanan yang enak dan menarik untuk
berbagai tingkat ekonomi sehingga orang sehatmaupun sakit mau menyantap
makanan dan patuh terhadap diet.
17. Pasien kondisi khusus adalah pasien yang membutuhan terapi dietetik untuk
memenuhi kebutuhan gizi, mengontrol kadar biokimia darah/urine terkait
penyakitnya dan memperbaiki status gizi seperti pasien dengan penyakit ginjal
kronik/hemodialis, geriatrik, anak, pasien dengan sakit berat, pasien dengan
gangguan metabolik Diabetes Melitus, gangguan fungsi hati, serosis hepatis, jantung,
paru, hiperlipid dan lain-lain.
18. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, penerimaan bahan makanan, penyimpanan, persiapan,
produksi/pengolahan bahan makanan, sampai dengan pendistribusian makanan
kepada pasien, serta monitoring dan evaluasi.
19. Bentuk makanan adalah konsistensi makanan yang berupa makanan cair, makanan
saring, makanan lunak dan makanan biasa.
20. Jenis diet adalah macam diet berdasarkan kelompok penyakit atau zat gizinya seperti
diet DM (diabetes melitus), diet jantung, diet rendah garam, diet rendah protein dan
lain-lain.
21. Penerimaan bahan makanan adalah pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang
macam, kualitas, kuantitas bahan makanan sesuai dengan speksifikasi dan pesanan
yang di tetapkan.
22. Penyimpanan bahan makanan adalah tata cra menata, menyimpan, menjaga
keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang penyimpanan bahan makanan.
23. Persiapan bahan makanan adalah kegiatan pra pengolahan bahan makanan meliputi
membersihkan, mengupas, memotong, merendam, mencuci dan lain-lain.
24. Pengolahan Makanan adalah kegiatan proses bahan makanan mentah menjadi
makanan yang siap dikonsumsi, berkualitas (bergizi dan bercita rasa tinggi) dan
aman.
25. Distribusi makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi
dan jenis makanan secara sentralisasi dan desentralisasi do instalasi gizi selanjutnya
dibagikan kepada pasien rawat inap.
26. Makanan cair adalah makanan dalam bentuk cair yang diproduksi oleh instalasi gizi,
dibuat dari campuran beberapa bahan makanan dengan bahan dasar susu (untuk
makanan cair biasa/standar), kacang ijo (untuk pasien alergi susu), tempe (untuk
pasien DM) ditambah bahan lain seperti gula, minyak jagung dan lain-lain, untuk
mencapai kandungan gizi 1 cc= 1 Kkal. Makanan cair dibuat sedemikian rupa
sehingga mampu melewati pipa nasogastritis.
27. Makanan saring adalaha makanan semi padat dengan tekstur halus. Makanan dapat
berupa makanan sudah jadi yang kemudian diblender.
28. Makanan lunak adalah makanana yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan, dan dicerna dibanding makanan biasa. Makanan pokok seperti bubur dan nasi
tim, sayur dan lauk dimasak sedemikian rupa sehingga tidak keras dan tidak
merangsang, pemasakan tidak digoreng dan tidak pedas.
29. Makanan Biasa adalah makanan yang dapat dan biasa dimakan oleh orang sehat pada
umumnya. Bentuk makanan seperti nasi, lauk dan sayur beraneka ragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal.
30. Hiegiene makanan adalah kondisi dan perlakuan yang diperlukan untuk menjamin
kebersihan keamanan makanan.
31. Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor kebersihan makanan
meliputi orang, tempat, perlengkapan masak dan bahan makanan yang dapat atau
mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
B. PENGORGANISASIAN TATA HUBUNGAN KERJA ANTAR UNIT ANTAR
PROFESI
BAB III
MATERI DAN ISI PEDOMAN

A. KEBIJAKAN KEGIATAN INSTALASI GIZI


1. Kebijakan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya
2. Kebijakan Pelayanan Asuhan Gizi Terintegrasi Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya
3. Kebijakan Skrining Gizi Pasien Baru Raway Inap dan Rawat Jalan Rumah Sakit
Mahyuzahra Indralaya
4. Kebijakan Jadwal Pemberian Makanan dan Minum Bagi Pasien Rawat Inap Rumah
Sakit Mahyuzahra Indralaya
COP SURAT
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

NOMOR: 800/016/RSMZ/2018

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI


RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan pelayanan gizi perlu


Disusun kebijakan pelayanan gizi;
b. bahwa untuk memenuhi pada maksud butiran tersebut diatas perlu
ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Mahyuzahra
Indralaya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan;


2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/VII/2008
tentang standar pelayanan minimal;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang upaya
perbaikan Gizi;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor; 347/MENKES/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi Gizi.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Kebijakan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya
sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Gizi sebagaimana dimaksud dalam keputusan
ini agar menjadi acuan Instalasi Gizidalam memberikan pelayanan gizi
di Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya.
KETIGA : Dengan ditetapkannnya Surat Keputusan ini, maka surat keputusan
Nomor: 444/317.25/RSMZ/2014 tentang kebijakan pelayanan Gizi
Rumah Sakit Mahyuzahra Indralay dinyatakan tidak berlaku lagi.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dalam
keputusan ini terdapat kekeliruan maka akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Indralaya
Pada tanggal 20 Januari 2019

DIREKTUR RS MAHYUZAHRA INDRALAYA,

dr. Etin jumarili amanar


Pembina Tingkat I
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA
NOMOR : 800/016/RSMZ/2019
TANGGAL : 20 JANUARI 2019

KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI


I. PENGERTIAN
Kebijakan pelayanan gizi adalah ketentuan tertulis dari pimpinan yang merupakan
acuan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi.
II. TUJUAN
1. Sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pelayanan gizi di RS Mahyuzahra
indralaya.
2. Pasien mendapatkan pelayanan gizi yang sesuai dengan status gizi dan kebutuhan
pasien.
3. Penyediaan makanan dilakukan oleh instalasi gizi dimulai dari pengolahan bahan
makanan (perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pemorsian,
distribusi), sanitasi dapur, makanan, alat masak serta alat makan untuk mengurangi
risiko infeksi dan kontaminasi silang.
III. KEBIJAKAN
1. KEBIJAKAN STANDAR MAKANAN DAN MENU
a. Setiap pasien rawat inap berhak mendapatakan makanan dan standar diet sesuai
dengan kebutuhan pasien.
b. Setiap pasien VIP berhak memilih menu yang disukai berdasarkan daftar menu
yang telah ditetapkan.
c. Setiap pegawai jaga sore dan malam mendapatkan ekstra puding (snack jaga)
sesuai dengan anggaran rumah sakit.
d. Menu pasien di Instalasi Gizi berdasrkan menu siklus 10 hari ditambah menu
ekstra untuk setiap tanggal 31 yang dibedakan berdasarkan kelas perawatan dan
jenis diet pasien.
e. Kegiatan penyelenggaraan makanan dimulai dari proses persiapan sampai
penyimpanan makanan sesuai dengan persyaratan higiene dan sanitasi makanan
untuk mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
2. KEBIJAKAN PENENTUAN DIIT PASIEN DAN EVALUASI DIIT
a. Setiap pasien baru masuk yang dirawat inap berhak mendapatkan kunjungan ahli
gizi bersama tim medis lainnya.
b. Dokter menentukan diit pasien sesuai dengan status gizi pasien dan kebutuhan
pasien.
c. Ahli gizi akan melakukan pengkajian diit (assesment) pada pasien yang
mengalami gangguan nutrisi atau kondisi khusus.
d. Ahli gizi melakukan perencanaan terapi diit, kemudian melakukan monitoring
dan evaluasi tingkat penerimaan diit pasien.
e. pasien yang mendapatkan terapi diit diberikan edukasi dan konsultasi gizi
mengenai pembatasan diet pasien.
f. Pasien atau keluarga pasien di berikan edukasi gizi tentang kontaminasi dan
pembusukan makanan sehingga mengurangi risiko infeksi dan kontaminasi
silang.

3. KEBIJAKAN PENYUSUNAN FORMULA DAN PERENCANAAN BAHAN


MAKANAN
a. Macam dan jenis formula yang di buat di Instalasi Gizi adalah zonde lengkap,
formula f75, formula F1.00 dan formula lain sesuai dengan permintaan
dokter.
b. Perencanaan kebutuhan bahan makanan dibuat berdasrakan jumlah pasien
yang dilayani, dan siklus menu pada standar pemberian Nutrisi RS
Mahyuzahra Indralaya.

4. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA


Penyusunan anggaran belanja Instalasi Gizi dihitung berdasarkan jumlah
pasien menurut kelas rawat, jumlah pegawai jaga sore malam, harga pasar dan
standar kecukupan zat gizi pada standar pedoman nutrisi RS Mahyuzahra Indralaya.

5. KEBIJAKAN PENGELOLAHAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BAGI PASIEN


DAN PEGAWAI
a. Pengelolahan produksi dan distribusi bagi pasien/pegawai dilakukan oleh
pelaksanaan gizi dengan pendidikan minimal SMKK Boga.
b. Produksi maknan pegawai dapat dilakukan oleh pihak ketiga (rekanan) atau
pembelian langsung kepada catering/rumah makan atau penyedia jajan
pasar/bakery yang telah ditunjuk oleh RS Mahyuzahra Indralaya.
c. Distribusi makanan dilakukan sesuai dengan jadwal distribusi yang
ditetapkan.
6. KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
a. Setiap pasien rawat inap dilakukan skrining gizi oleh perawat.
b. Permintaan makan pasien rawat inap sesuai dengan status gizi pasien dan
kebutuhn pasien.
c. Pemesanan maknan di buat oleh perawat ruang rawat inap sesuai dengan yang
tercatat pada rekam medik.
d. Pasien baru masuk yang memerlukan makanan diinformasikan melalui telpon
dan penyampaian bon permintaan makanan ke isntalasi gizi paling lambat 1
jam sebelum distribusi makanan dilakukan.
e. Pasien yang mengalami pindah ruang, dilakukan pembatalan diit melalui
telpon/bon pembatalan diit kepada Instalasi Gizi oleh perawat ruangan.
f. Pasien dengan diit khusus mendapatakn edukasi dan assesment gizi oleh
profesional pemberi Asuhan (PPA) Gizi di ruang rawat inap.
g. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat, ahli gizi bekerjasama
dalam konteks asuhan terintegrasi.

7. KEBIJAKAN PENANGANAN MAKANAN DAN ALAT MAKAN


a. Petugas gizi melakukan penyimpanan sampel makanan yang diproduksi
selama 24 jam sebagai dasar keamanan pasien.
b. Alat makan kotor segera dilakukan pencucian sesuai prosedur yang
ditetapkan untuk mengurangi risiko infeksi dan kontaminasi.

8. KEBIJAKAN PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI


a. Penyuluhan gizi dilakukan oleh petugas gizi dengan pendidikan minimal D3
gizi teregistrasi dengan pengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun sesuai
dengan jadwal penyuluhan yang telah ditetapkan oleh bagian PMKRS.
b. Penyuluhan dan konsultasi gizi dilakukan di poliklinik konsultasi gizi atau
diruang rapat komite medik/ruang DIKLAT RS Mahyuzahra Indralaya.
9. KEBIJAKAN PERSIAPAN, PENYIMPANAN DAN PENANGANAN BAHAN
MAKANAN
a. Bahan makanan dipersiapkan, disimpan dan diolah sesuai dengan syarat
higiene dan sanitasi makanan untuk mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan.
b. Bahan makanan kering disimpan pada gudang bahan makanan kering sesuai
dengan prosedur.
c. Bahan makanan segar disimpan pada bahan gudang makanan segar sesuai
prosedur.
d. Persiapan bahan makanan dilakukan pada ruang persiapan sesuai dengan jenis
bahan makanan dan menu.
e. Pengeluaran dan penerimaan bahan makanan oleh petugas pelaksanaan
logistik.

10. KEBIJAKAN PENELITIAN GIZI


a. Pemilihan judul penelitian didasarkan pada permasalahan yang ada di setiap
unit Instalasi Gizi.
b. Bila penelitian berkaitan dengan bagian luar (luar Instalasi Gizi), maka perlu
dibuat proposal penelitian kebagian DIKLAT RS Mahyuzahra Indralaya.

11. KEBIJAKAN PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN PEGAWAI


a. Setiap pegawai yang jaga sore dan malam mendapatkan snack jaga sesuai
dengan kemampuan anggaran RS Mahyuzahra Indralaya.
b. Setiap pegawai jaga sore dan malam mendaptkan nasi untuk sahur dan buka
selama bulan puasa sesuai dengan kemampuan anggaran RS Mahyuzahra
Indralaya.
c. Setiap pegawai jaga mendaptkan makan pada hari raya idul fitri.
d. Jumlah dan jenis snack yang diberikan diatur oleh Instalasi Gizi.

12. KEBIJAKAN DAN KESEHATAN PETUGAS, KESELAMATAN KERJA DAN


PENYAKIT AKIBAT KERJA
a. Pemeriksaan pra penempatan pegawai.
b. Pemesiksaan kesehatan bagi penjamah makanan setiap 6 bulan sekali.
c. Pemeriksaan khusus bagi pegawai ditemukan penyakit tertentu dan
pengobatan langsung.
d. Setiap pegawai yang mengalami luka tusuk atau luka bakar mendapatkan
pertolongan pertama dari obat P3K di Instalasi Gizi dan apabila penyakit luka
tersebut tidak dapat diatasi dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) atau
poliklinik.
e. Lingkungan kerja dibersihkan setiap hari, sirkulasi dan ventilasi cukup.
f. Setiap petugas memakai pakaian kerja lengkap (baju kerja, celemek, topi,
sandal/sepatu anti slip) pada saat melakukan pengolahan dan pengemasan di
ruang produksi.
g. Petugas memakai pakaian kerja yang bersih dan rapi.
h. Petugas menggunakan alat-alat kerja yang aman digunakan setiap kerusakan
langsung di perbaiki.
i. Ruangan produksi dilengkapi dengan APAR (alat pemadam api ringan)

13. KEBIJAKAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN


a. Pembuangan sampah dibuang dalam kotak sampah tertutup dan setiap harinya
diangkat ke tempat pembuangan sampah rumah sakit oleh petugas IPL
(Instalasi Pemeliharaan Lingkungan).
b. Control mutu air, makanan dan usap tangan petugas dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali oleh bagian sanitasi.
c. Penangan tikus dilakukan dengan memasang perangkap tikus.
d. Penanganan serangga dengan memasang perangkap serangga elektrik.

14. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN, PERBAIKAN RUANG DAN PERALATAN


a. Pemeliharaan ruang dan alat
 Semua ruang, selasar Instalasi Gizi disapu dan di pel setiap hari.
 Jendela-jendela, kaca-kaca, langit-langit dan lubang angin dilap dan
dibersihkan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
 Alat-alat digunakan sesuai dengan prosedur dan pembersihan setelah
selesai menggunakan.
b. Perbaikan ruang dan alat
Setiap peralatan yang rusak, instalasi gizi melapor ke bagian IPSRS (Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit) dan IPSRS akan menindaklanjuti
permasalahan tersebut.
c. Pergantian alat yang rusak
 Setiap peralatan yang rusak karena masa luarsa dilaporkan kepada
IPSRS untuk mendapatkan pemeriksaan. Bila barang tidak dapat
diperbaiki maka dibuat penjelasan untuk diajukan ke bagian
pembelian.
 Setiap peralatan yang rusak akibat kelalaian petugas atau pasien, maka
yang bersangkutan wajib mengganti alat tersebut.

Ditetapkan di Indralay
Pada tanggal 20 Januari 2019
DIREKTUR RS MAHYUZAHRA INDRALAYA,

dr. Etin jumarili amanar


pembina Tingkat I
COP SURAT
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

NOMOR: 800/016/RSMZ/2018

TENTANG

PELAYANAN ASUHAN GIZI TERINTEGRITAS


RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelayanan asuhan gizi terintegritas di


Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya sesuai kemjuan ilmu
pengetahuan terkini yang mengacu pada falsafah dan tujuan
pelayanan gizi diperlukan kebijakan sesuai dengan standar akreditasi;
b. bahwa untuk memenuhi pada maksud butiran diatas perlu
ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Mahyuzahra
Indralaya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan;


2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 436/Menkes/SK/IV/1993
tentang berlakunya standar pelayanan rumah sakit dan pelayanan
medik di rumah sakit.
3. Peraturan Daerah Indralaya Nomor 10 tahun 2008 tentang
pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja lembaga teknis
daerah indralaya.
4. Peraturan MenteriKesehatan Nomor 269/Menkes/Per/2008 tentang
Rekam Medis;
5. peraturan menteri kesehatan nomor 161/Menkes/PER/I/2010
tentang Registrasi Tenaga Kerja;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/III/2007
tentang standar profesi gizi;
7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Tenaga Nomor
23/KEP/M.Pan/4/2001 tentang Jabatan Nutrisionis dan Angka
Kreditnya.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Kegiatan asuhan gizi rumah sakit mahyuzahra indralaya dilaksanakan
oleh dietisien (Ahli Gizi) secara terintegrasi.
KEDUA : Semua pasien dewasa dan anak yang berisiko malnutrisi, serta
kondisi khusus, (pasien dengan penurunan imunitas , hemodialis
kronis, geriatri, kemoterapi, intensive care, perinatologi, luka bakar,
diabetes melitus, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, cidera
kepla berat, stroke, bedah digestif) mendapatkan asuhan gizi meliputti
kegiatan:
1. Asesmen / pengkajian gizi pasien yang terdiri dari pengkajian:
a. Data antropometri
b. Data biokimia
c. Data klinis, fisik
d. Riwayat makanan / gizi
e. Riwayat personel
2. Diagnosis gizi yang sesuai dengan masalah yang ditemukan
berdasarkan asesmen.
3. Intervensi gizi yang sesuai dengan diagnosis gizi dan
memperhatikan preskripsi diet dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) / dokter residen / dokter jaga. Terapi gizi
melalui pemberian makanan sesuai preskripsi diet, pemberian
edukasi dan konseling/penyuluhan gizi sesuai diet.
4. Monitoring dan evaluasi gizi.
KETIGA :Hasil asuhan gizi ditulis pada formulir pengkajian gizi (asesmen
pasien) di dokumen medik atau formulir catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT) dengan format ADIME (Asesmen, Diagnosis gizi,
Intervensi Gizi dan Monitoring Evaluasi).
KEEMPAT :Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat, ahli gizi, dan
keluarga pasien bekerja sama dengan konteks asuhan gizi terintegrasi.
KELIMA : keputusan direktur Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Indralaya
Pada tanggal 20 Januari 2019

DIREKTUR RS MAHYUZAHRA INDRALAYA,

dr. Etin jumarili amanar


Pembina Tingkat I
COP SURAT
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

NOMOR: 800/016/RSMZ/2018

TENTANG

KEGIATAN SKRINING GIZI PASIEN BARU RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelayanan gizi di Rumah Sakit Mahyuzahra


Indralaya Khususnya Kegiatan Skrining Gizi Pada Pasien Baru
dibutuhkan kebijakan yang dapat memfasilitasi tercapainya pelayanan
yang bermutu sesuai standar dan mengacu pada falsafah dan tujuan
pelayanan gizi;
b. bahwa untuk memenuhi pada maksud butiran diatas perlu
ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Mahyuzahra
Indralaya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan;


2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 436/Menkes/SK/IV/1993
tentang berlakunya standar pelayanan rumah sakit dan pelayanan
medik di rumah sakit.
3. Peraturan Daerah Indralaya Nomor 10 tahun 2008 tentang
pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja lembaga teknis
daerah indralaya.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/2008 tentang
Rekam Medis;
5. peraturan menteri kesehatan nomor 161/Menkes/PER/I/2010
tentang Registrasi Tenaga Kerja;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/PER/I/2010
tentang registrasi.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU :Kegiatan Skrining Gizi pasien baru rawat inap dan rawat jalan di
Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya.
KEDUA :Kegiatan Skrining Gizi untuk menentukan risiko malnutrisi pada
pasien dewasa dan pasien anak sebagai bagian dari pengkajian
keperawatan awal.
KETIGA :Kegiatan Skrining Gizi pada pasien meliputi :
1. Menimbang berat badan pasien (dalam kg)
2. Mengukur tinggi badan atau panjang badan (dalam cm).
3. Menentukan resiko malnutrisi dengan peringkat Malnutrition
Screening Tool (MST) atau Strong Kids dengan kriteria:
a. Pasien tidak berisiko
b. Pasien berisiko
KEEMPAT :skrining gizi dilakukan oleh perawat 1 X 24 jam sejak pasien baru
masuk. Skrining gizi pasien rawat jalan dilakukan saat perawat
melakukan pengkajian.
KELIMA :hasil skrining gizi dapat digunakan oleh dokter sebagai bahan
pertimbangan untuk merujuk pasien ke dietesien (Ahli Gizi) jika pasien
berisiko malnutrisi dan kondisi khusus (Diabetes Melitus,
Hipertensi,penyakit ginjal kronik dan sebagainya).
KEENAM :Mencabut keputusan direktur rumah sakit mahyuzahra indralaya
nomor 445/110/RSMZ/2014 tentang kegiatan skrining gizi pasien baru
rawat inap dan rawat jalan rumah sakit mahyuzahra indralaya.
KETUJUH :keputusan direktur rumah sakit mahyuzahra indralaya ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Indralaya
Pada tanggal 20 Januari 2019

DIREKTUR RS MAHYUZAHRA INDRALAYA,

dr. Etin jumarili amanar


Pembina Tingkat I
COP SURAT
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

NOMOR: 800/016/RSMZ/2018

TENTANG
JADWAL PEMBERIAN MAKAN DAN MINUM BAGI PASIEN RAWAT INAP
RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MAHYUZAHRA INDRALAYA,

Menimbang : a. Bahwa pelayanan gizi pasien rawat inap harus memperhatikan


pemberian makan dan minum secara tepat waktu dan sesuai dengan
kebutuhan pasien ;
b. bahwa untuk memenuhi maksud tersebut diatas perlu ditetapkan
jadwal pemberian makanan dan minuman pasien rawat inap
dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Mahyuzahra Indralaya.

Mengingat :1. Peraturan menteri kesehatan nomor 78 tahun 2013 tentang pedoman
pelayanan gizi rumah sakit ;
2. keputusan presiden nomor 40 tahun 2001 tentang pedoman
kelembagaan dan pengelolaan rumah sakit daerah ;
3. keputusan menteri kesehatan nomor 436/Menkes/SK/IV/1993
tentang berlakunya standar pelayanan rumah sakit dan standar
pelayanan medik di rumah sakit ;
4. keputusan menteri kesehatan nomor 129/menkes/SK/II/2008
tentang standar pelayanan minimal rumah sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU :pemberian makan dan minum bagi pasien rawat inap di rumah sakit
mahyuzahra indralaya sesuai dengan kebutuhan pasien dan pedoman
nutrisi rumah sakit mahyuzahra indralaya.
KEDUA :pemberian makanan utama pasien rawat inap dilakukan sebanyak 3
kali perhari dengan jadwal waktu sebagai berikut:
1. Makan pagi pukul 06.30-07.30 WIB
2. Makan siang pukul 11.30-12.30 WIB
3. Makan malam pukul 16.30-17.30 WIB
KETIGA :Pemberian kudapan atau makanan selingan bagi pasien kelas I, II
danVIP dilakukan pada pukul 09.30-10.00 WIB.
KEEMPAT :pemberian air minum panas sebanyak 2 kali yaitu :
1. Pagi pukul 06.00-07.00
2. Sore pukul 17.00-18.00
KELIMA :Mencabut keputusan direktur rumah sakit mahyuzahra indralaya
nomor 445/110/RSMZ/2014 tentang jadwal pemberian makan bagi
pasien rawat inap rumah sakit mahyuzahra indralaya.
KEENAM :keputusan direktur rumah sakit mahyuzahra indralaya ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Indralaya
Pada tanggal 20 Januari 2019

DIREKTUR RS MAHYUZAHRA INDRALAYA,

dr. Etin jumarili amanar


Pembina Tingkat I
B. PROSEDUR ASUHAN GIZI
1. SKRINING GIZI
Kegiatan skrining gizi pada pasien dewasa rawat inap menggunakan
“Malnutrition Screening Tool (MST)” dengan kreteria pada pasien berisiko
malnutrisi dan pasien tidak berisiko malnutrisi. Skrining gizi dilakukan oleh perawat
1 X 24 jam, selain itu perawat juga mengukur tinggi dan berat badan.
2. PRESKRIPSI DIET/ORDER DIET
Preskripsi diet/order diet awal adalah pemesanan diet pasien yang ditulis oleh
dokter dalam waktu 1 X 24 jam terdiri dari bentuk makanan dan jenis diet. Untuk
pasien dengan kondisi khusus dicantumkan anjuran kebutuhan energi dan atau zat
gizi lain. Preskripsi diet lanjutan ditetapkan oleh dokter bekerjasama dengan dietisien
dalam menentukan bentuk makanan dan kebutuhan zat gizi, jadwal dan jenis diet
yang lebih tepat sesuai dengan kondisi pasien. Preskripsi diet definitif dituliskan
kembali dalam dokumen medik oleh dokter dan dietesien. Dalam kondisi tertentu
dietesien dapat menetapkan preskripsi diet awal dan mengusulkan perubahan diet,
penambahan preskrepsi diet defenitif. Dietisien akan berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan dokter.
3. ASESMEN GIZI
a. Asesmen gizi awal
Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji dataterkait gizi
yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan penyebabnya. Pasien baru
yang berisiko malnutrisi, malnutrisi dan atau kondisi khusus dikunjungi oleh
dietisien dalam waktu 2 X 24 jam.
Data yang dikumpulkan meliputi :
1. Data antropometri untuk menentukan status gizi : BB, TB,apabila pasien
tidak dapat ditimbang, diukur LILA dan tinggi lutut untuk memperkirakan
berat badan dan tinggi badan. Kemudian penentuan status gizi berdasarkan
IMT dan LILA.
2. Data riwayat gizi: pola makan, asupan zat gizi sehari, makanan suplemen,
kecukupan gizi disbanding kebutuhan.
3. Data laboratorium yang terkait gizi: albumin, hemoglobin, gula darah,
ureum, kreatinin, dan data laboratorium lain yang berkaitan.
4. Data klinis/fisik yang berhubungan dengan defisiensi gizi: kondisi kulit,
mata, rambut, kehilangan mata otot,kehilangan lemak, fungsi menelan, dan
data lain yang berkaitan.
5. Riwayat personal: riwayat penyakit pasien dan keluarga, tingkat sosial-
ekonomi, aktifitas fisik,kebiasaan minum obat/jamu, pengobatan alternatif,
dan data lain yang berkaitan.
Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan jenis penyakit yang biasanya
lebih spesifik.
Tujuan asesmen gizi yaitu untuk mengetahui masalah gizi pasien dan
penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya dietisien membuat
perencanaan intervensi (terapi gizi) dan pemberian makanan yang sesuai
dengan kebutuhan gizi pasien dan preskripsi dokter.
Tahap kunjungan awal adalah:
1. Dietisien mendapat informasi mengenai adanya pasien baru berdasarkan
laporan perawat/bon permintaan makanan/administrasi pasien masuk
rawat inap.
2. Dietisien mengunjungi semua pasien baru dan melihat dokumen medik
untuk mengetahui resiko malnutrisi dan kondisi khusus serta preskripsi
diet.
3. Dietisien melakukan namnesis terkait gizi pada pasien beresiko malnutrisi
dan kondisi khusus.

Anda mungkin juga menyukai