PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek, diperlukan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas
SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan
tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan
dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di dalam keluarga dan pelayanan
gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus dirawat di suatu sarana pelayanan
kesehatan misalnya Rumah Sakit (PGRS, 2003).
Masalah gizi di Rumah Sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit
yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi,
anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh
karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
yang optimal dan mempercepat penyembuhan (PGRS, 2003).
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi
pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan
penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang
semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu
masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes
melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk
membantu penyembuhannya
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang
harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan
fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian
diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi
dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan
tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi
1
Ditinjau dari pentingnya penylenggaraan makanan di Rumah Sakit Citama maka dibuat suatu
pedoman penyelenggaraan pelayanan makanan agar dapat menjadi acuan Instalasi Gizi RS Citama
dalam pengelolaan makanan dan gizi klinis.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
1. Pelayanan gizi rawat inap
2. Penyelenggaraan makanan
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Terapi Gizi
Adalah pelayanan gizi yang di berikan kepada pasien berdasarkan pengkajian gizi
yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan pemberian makanan khusus dalam
rangka penyembuihan penyakit pasien
2. Asuhan Gizi
Adalah Serangkaian proses terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan sesuai kebutuhan tersebut
3. Dietetik
Adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip keilmuan tentang mkaanan,
sosial, gizi .penyakit dan ilmu gizi dasar untukl mempertahankan status gizi yang
optimal secara individual melalui pengembangan,penyediaan serta pengolahan
pelayanan gizi dan makanan di berbagai lingkungan atau latar belakang praktik
pelayanan
4. Konseling Gizi
Adalah serangkaian kegiatan komunikasi dua arah yang di lakukan tenaga gizi
untuk menananmkan dan meningkatkan pengertian sikap dan prilaku terkait gizi
dan makanan yang berkaitan dengan penyakitnya sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukannya
5. Kolaborasi
Adalah individu dan kelompok yang memiliki kepentingan sama, saling bekerja
sama atau bergabung untuk menangani masalah tersebut
2
6. Pelayanan gizi
adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatikan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu, dan klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi, dan evaluasi gizi dalam rangka mencapai status kesehatan optimal
dalam kondisi sehat atau sakit
7. Preskripsi diet
adalah rekomendasi kebutuhan gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan
kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup makro dan mikro, jenis diet,
bentuk makanan, frekuensi makan, rute pemberian makananmasalah gizi sehimgga
pasien dapat memutuskan apa yang akan di lakukannya.
8. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
adalah pendekatan sistematik dalam memberikan asuhan gizi yang berkualitas
yang dilakukan oleh tenaga gizi melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir
meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi
9. Tenaga gizi
adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan
peraturan perundang – undangan. Tenaga gizi meliputi TRD, NR, dan RD
10. Gizi klinis
adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan atara makanan dan kesehatan
tubuh manusia termasuk mempelajari zat gizi dan bagaimana zat gizi tersebut
dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan, dan dikeluarkan tubuh
11. Tim terapi gizi (TTG)
adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang terkait dengan pelayanan
gizi pada pasien berisiko mengalami malnutrisi, terdiri dari dokter, doker spesialis,
ahli gizi, perawat, dan farmasi yang bertugas memberikan pelayanan paripurna
bermutu
12. Mutu pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi,
dan standar terhadap bahan makanan dan minuman
13. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan
mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang sehingga dapat merusak
makanan, minuman, peralatan, dan bangunan sehingga membahayakan manusia
3
D. Landasan Hukum
Pedoman ini disusun berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku yaitu :
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
5
B. Distribusi Ketenagaan
1. Kepala Bagian Gizi
Bagian Gizi RS Citama dipimpin oleh seorang DIII Gizi Kesehatan yang telah memiliki
STR, telah berpengalaman minimal 2 (dua) tahun dan telah memiliki sertifikat penyuluhan
keamanan pangan siap saji (selaku pengelola) dan sertifikat pelatihan gizi lainnya.
Kepala bagian gizi bertanggung jawab dalam mengelola pelayanan gizi, pelayanan gizi klinis
serta secara operasional bertanggung jawab kepada Manajer Penunjang Medis.
Tugas dan fungsi Kepala Bagian Gizi meliputi :
a) Kegiatan asuhan gizi
Ruang lingkup asuhan gizi meliputi asuhan gizi rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan asuhan
gizi, baik kasus umum maupun kasus- kasus khusus (seperti gangguan ginjal, diabetes,
penyakit gastrointestinal, dan sebagainya serta pada sakit berat dan memerlukan dukungan
gizi). Pada pelayanan ini dibutuhkan pimpinan/staf yang kompeten (qualified)
mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan asesmen nutrisional
lebih lanjut dan memiliki ketrampilan khusus dalam melakukan asemen gizi, pengetahuan
dietetik yang tinggi, pemberian enteral, perhitungan parenteral dan penanganan masalah gizi
pada kondisi sakit berat.
Pelaksanaan kegiatan asuhan gizi terstandar :
1. Melakukan proses asuhan gizi terstandar termasuk intervensi konseling gizi
2. Mengikuti ronde tim kesehatan dan memberikan arahan mengenai intervensi gizi pasien
rawat inap
3. Mengumpulkan, menyusun dan menggunakan materi dalam memberikan edukasi gizi
4. Interpretasi dan menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan dengan asuhan gizi
b) Kegiatan manajemen/administrasi pelayanan gizi atau sistem pelayanan makanan
Ruang lingkup administrasi pelayanan gizi atau sistem pelayanan makanan meliputi
operasional dan manajemen intervensi asuhan gizi dalam menyediakan makanan sesuai
kebutuhan gizi yang optimal dan berkualitas melalui pengelolaan sistem pelayanan makanan.
Pelaksanaan kegiatan administrasi pelayanan makanan :
a. Merencanakan, mengontrol, dan mengevaluasi pelayanan makanan
b. Mengelola sumber dana dan sumber daya lainnya
c. Menetapkan standar sanitasi, keselamatan dan keamanan
d. Merencanakan dan mengembangkan menu
e. Menyusun spesifikasi untuk pengadaan makanan dan peralatan,
f. Memantau dan mengevaluasi penerimaan pasien/klien terhadap pelayanan makanan
g. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengawasan mutu makanan
h. Merencanakan dan menentukan tata letak ruang pengolahan makanan dan kebutuhan
peralatan
6
i. Menerapkan hasil studi/ penelitian untuk mengembangkan operasional, efisiensi dan
kualitas sistem pelayanan makanan
2. Ahli Gizi
Ahli Gizi Bagian Gizi RS. Citama berjumlah 3 (tiga) orang termasuk kepala ruangan gizi yang
merangkap fungsi dan perannya sebagai ahli gizi. Serta bertugas dalam pemesanan barang
sampai pada keuangan gizi.
Proporsi petugas sesuai kebutuhan terdiri dari ; petugas pengolah gizi dan petugas pramusaji.
Setiap petugas pengolah juga mempunyai tugas perbekalan yang dilakukan dalam setiap kali
jaga. Sedangkan shif jaga untuk ahli gizi dibagi menjadi 2 shif, dengan jam jaga sebagai berikut:
Shif Waktu
Pagi Pk. 07.00 – 15.00 WIB
Siang Pk. 10.00 – 17.00 WIB
Pengaturan jadwal di atur oleh Kepala Unit dan apabila ada kendala tentang jadwal maka
jadwal tersebut di atur kembali oleh Kepala Unit dan diketahui oleh Manager Penunjang Medis
7
BAB III
STANDAR FASILITAS
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat jalan , rawat inap
dan penyelenggaraan makanan
A. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Inap
Peralatan :
a. Peralatan penyajian makanan
Kran air panas ,bak cuci ganda (2 bak), meja saji stainless 4 buah beserta tempat
penyimpan alat makan dan minum trolley panas dan trolley tidak panas, meja stainless di
ruang pengolaha 3 buah, panci-panci, wajan,alat pengadukdan penggorengan, alat makan
(piro+img, gelas, mangkuk,sendok, garpu, dll), lemari pendingin, freezer box, blender,magic
com, APPAR, sarana kebersihan dan tempat sampah tertutup serta papan bencana)
b. Peralatan konseling gizi
Mejaa, kursi kerja, rak buku, food model beserta formular yang dibutuhkan diantaranya
formular permintaan makan pasien sampai asuhan gizi, form asupan, leflet, timbangan berat
badan,metlin, dll, computer
B. Sarana Penyelenggaraan Makanan
Agar penyelenggaraan makanan dapat berjalan dengan optimal, maka ruangan, peralatan dan
perlengkapannya perlu direncanakan dengan baik dan benar. Dalam merencanakan sarana
fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukan suatu pemikiran antara
perencanan dan pihak management yang terkait. Oleh karena itu, diperlukan satu tim yang
memiliki keahlian yang berbeda, yang secara langsung akan memanfaatkan hasil
perencanaannya, yang terdiri dari arsitek, konsultan ,management, insinyur bangunan/sipil, listrik
disainer bagian dalam Gedung,instalator, ahli gizi serta unsur lain di rumah sakityang terkait
langsungseperti pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit serta unit prasarana rumah sakit
8
C. Denah Ruangan
Denah ruang gizi
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
10
Gambar 1.
Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit Citama
Perlu tindak lanjut
Pasien Masuk
Monev
Rawat Inap Rawat Jalan Kontrol Ulang
Intervensi Gizi :
Asesmen Gizi Penentuan Monitoring &
Diagnosa Gizi Pemberian Edukasi & Evaluasi Gizi
Diet Konsultasi
Gizi
Permintaan, Pembatalan,
Perubahan Diet
11
B. Pelayanan Gizi Rawat Inap
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi,
diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi,
dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi. Penyediaan makanan atau nutrisi yang
sesuai untuk pasien, tersedia secara reguler. Sebelum memberi makan pasien, semua pasien
rawat inap telah memesan makanan dan dicatat oleh ahli gizi. Pesanan didasarkan atas status
gizi dan kebutuhan pasien. Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan
kondisi dan pelayanannya seperti yang disarankan oleh ahli gizi.
Tujuan :
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan
yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses penyembuhan,
mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
Sasaran :
1. Pasien
2. Keluarga pasien
Mekanisme kegiatan :
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh dokter
Bangsal (dokter umum) / Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sedangkan
penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) ditentukan oleh dokter IGD atau DPJP
poliklinik. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko, tidak berisiko
malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan anak;
geriatric, luka bakar ; Diabetes Melitus, stroke, jantung.
Skrining gizi dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk rawat inap
rumah sakit. Metode skrining yang digunakan rumah sakit Citama adalah metode Malnutrition
Screening Tool (MST) untuk anak menggunakan metode stronge kid.
Pada asesmen awal, pasien diperiksa untuk mengidentifikasi adanya risiko nutrisi.
Pasien ini akan dikonsulkan ke ahli gizi untuk asesmen lebih lanjut. Pasien dengan resiko
nutrisi mendapat terapi nutrisi dan ada proses yang menyeluruh untuk merencanakan,
memberikan serta memonitor terapi nutrisi. Respon pasien terhadap terapi nutrisi dimonitor
dan dicatat direkam medisnya. Dokter, perawat dan ahli gizi serta keluarga pasien
bekerjasama merencanakan dan memberikan terapi gizi.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka pasien dengan
risiko nutrisi tersebut akan dirujuk ke ahli gizi untuk mendapat terapi nutrisi selanjutnya. Terapi
nutrisi berupa pengkajian/ assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah - langkah proses
12
asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi. Untuk pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko
malnutrisi akan dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu untuk ranap dan dilakukan skrining
ulang pada saat kontrol untuk pasien rawat jalan. Jika nantinya hasil skrining ulang berisiko
malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi.
Tujuan
Tidak tercapa
beresik
Skrining Gizi Diet biasa i
STOP Pasien
ooo
(standar) Pulang
Beresiko Malnutrisi/sudah Malnutrisi
13
1) Anamnesa Riwayat gizi
Anamnesa Riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanantermasuk komposisi, pola
makan, diet saat ini dan data lain yang terkait.selain itu diperlukan data kepedulian pasien
terhadap gizi dan Kesehatan, aktifitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di
lingkungan paisen. gambaran asupan makan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan.
Anamnesis secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan asupan zat gizi secara “recall”
makanan 24 jam dengan alat bantu food model. Kemudian dilakukan Analisa zat gizi yang
merujuk kepada daftar bahan makanan penukar atau daftar komposisi zat gizi makanan.
2) Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan
dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap timbulnya masalh gizi. pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait
masalah gizi harus selaras dengan data assesment gizi lainnyaseperti gizi yang lengkap,
termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan sebagainya. Disamping itu proses
penyakit, Tindakan pengobatan, prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi
perubahan kimiawi darahdan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.
3) Antropometri
Antropometri merupakn pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain pengukuran Tingi Badan (TB), Berat Badan (BB). Pada
kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang badan, Tinggi Lutut (TL).
Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LILA),Tebal lipatan kulit (Skin Fold), Lingkar
Kepala, Lingkar Kepala, Lingkar Dada, Lingkar Pinggang dan Lingkar Pingguldapat
dilakukan secara kebutuhan. Penilaian status guzu dapat dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran tersebut diatas misalnya Indeks Masa Tubuh (IMT)
yaitu ratio BB terhadap TB.
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi [ada [asien rawat inap
adalah BB. Pasien sebaiknya ditimbang dengan menggunakan timbangan yang
kaurat/terkalibrasi dengan baik. Berat badan akurat sebaiknya dibandingkan dengan BB
Ideal pasien atau BB pasien sebelum sakit. Pengukuran BB sebaiknya
mempertimbangkan hal-hal diantaranya kondis kegenukan dan odema. Kegemukan dapat
dideteksi dengan perhitungan IMT. Namun, pada pengukuran ini terkadang terjadi
kesalahan yang disebakan oleh adanya odema.
14
BB pasien sebaiknya dicatat pada saat pasien masuk dirawat inap dan dilakukan
pengukuran BB secara periodik selam apsien dirawat minimal setiap 7 hari.
4) Pemeriksaan fisik/klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berkaitan
dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi
merupakan kombinasi dari, tanda tanda vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan
dari catatan medik pasien serta wawancara
5) Riwayat personal
Data Riwayat personal meliputi 4 area yaitu Riwayat obat – obatan atau suplemen yang
sering dikonsumsi, social budaya, Riwayat penyakit, data umum pasien.
Riwayat obat - obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi
Sosial Budaya
Status social ekonomi, budaya kepecayaan/agama, situasi rumah, dukungan
pelayanan Kesehatan dan sosial serta hubungan social.
Riwayat penyakit
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, Riwayat penyakit yang dulu dan
sekarang, Riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi, Riwayat
penyakit keluarga, status Kesehatan mental/emosi serta kemampuan kognitif
seperti pada pasien stroke
Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat Pendidikan.
b) Diagnosa Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan kemungkinan
penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi
secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur
dengan konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/ Symptoms.
15
2. Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi
organ.
Contoh :
Kesulitan meyusui (P) berkaitan dengan E) kurangnya dukungan keluarga ditandai dengan
penggunaan susu formula bayi tambahan (S)
3. Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan makanan.
Contoh :
Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan mendapat informasi
yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang dijalaninya (E) ditandai dengan
memilih bahan makanan/ makanan yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai
anjuran (S)
c) Intervensi gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan implementasi
1. Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat mrujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan tujuan dan
prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem),rancang strategi intervesni
berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila penyebab tidak didapat diintervensi
maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi gejala/tanda (Sign dan symptom).
Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari inytervensi ini adalah tujuan yang
terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi :
a. Penetapan tujuan intervensi
Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.
b. Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan
energidan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan, komposis zat gizi, frekuensi
makan.
Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan gizi yang diberikan kepada pasien atas dasar diagnosis gizi,
kondisi pasien dan jenis penyakitnya
Jenis diet
16
Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat inap sudah dibuat permintaan
makanan berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter jaga/ DPJP. Dietisien
secara mandiri atau bersama tim akan menetapkan jenis diet berdasarkan
diagnosis gizi. Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan diet order maka doet
tersebut diteruskan dan dilengkapi dengan rancangan diet. Bila diet tidak sesuai
akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya terlebih
dahulu dengan DPJP.
Modifikasi diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal). Pengubahan
dapat berupa perubahan dalam konsistensi, meningkatkan/menurunan nilai energi,
menambah/mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi yang dikonsumsi,
membatasi jenis atau kandungan makanan tertentu, menyesuaikan komposisi zat
gizi (protein, lemak, KH, cairan dan zat gizi lain), mengubah jumlah ,frekuensi
makan dan rute makanan. Makanan (diet) di RS Citama berbentuk makanan
biasa, lunak, saring dan cair.
Jadwal Pemberian Diet
Jadwal pemberian diet/makanan dituliskan sesuai dengan pola makan. Untuk
makan (diet) non cair diberikan 3 kali makan dan 3 kali snack untuk kelas VIP,I
sedangkan kelas II dan kelas III 1 kali snack. Untuk diet cair jadwal pemberian
sesuai kebutuhan.
Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau parenteral
2. Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana ahli gizi melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan gizi kepada pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga
lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus menggambarkan dengan jelas : “ apa, dimana,
kapan, dan bagaimana” intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data
kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi. Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama, intervensi
dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi; edukasi gizi,
konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok mempunyai terminologinya
masing - masing.
Ahli gizi akan melakukan implementasi intervensi gizi pada pasien dengan kegiatan sebagai
berikut :
1. Pemberian makanan atau diet pasien
17
Setelah ahli gizi menentukan rencana intervensi gizi untuk masing-masing pasien
rawat inap maka pada tahapan implementasi intervensi gizi ini ahli gzi menetapkan jenis diet,
jumlah kalori, konsistensi diet dan cara pemberian diet pasien, kemudian menuliskannya pada
buku pemesanan diet pasien rawat inap. form pemesanan diet ini berisi : no, nama pasien,
umur pasien, no RM pasien, diagosa medis pasien, ruang dimana pasien dirawat, jenis diet
dan kalorinya, serta konsistensi diet yang diberikan pada setiap waktu pemberian makan. form
pemesanan diet pasien rawat inap ini akan digunakan sebagai dasar pengisian kartu
pemesanan diet pasien. Selanjutnya form ini diambil oleh staf gizi untuk dibuatkan diet sesuai
pesanan ahli gizi. form pemesanan diet pasien rawat inap akan di update setiap kali ada
pasien masuk rawat inap (pasien baru) maupun pasien keluar rawat inap. Untuk pasien yang
masuk rawat inap/pasien baru maka update penulisan pemesanan diet pasien rawat inap
dilakukan oleh petugas gizi sesuai rekomendasi pemesanan diet awal dokter IGD atau DPJP.
Sedangkan untuk pasien yang keluar dari rawat inap maka akan ditandai dengan tanda silang
pada bagian no (dalam buku pemesanan diet pasien ranap) dan menuliskan keterangan PBJ
untuk pasien dengan status Boleh Pulang/ diijinkan pulang oleh DPJP/dokter bangsal, tanda +
untuk pasien meninggal dunia, PAPS untuk pasien dengan status pulang Atas Permintaan
Sendiri dan Rujuk untuk pasien yang dirujuk pada kolom keterangan buku pemesanan diet
pasien rawat inap. Makanan yang didistribusikan secara regular kepada pasien rawat inap
harus menggunakan daftar diet dan label standar identitas pasien untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemberian diet pasien.
Untuk pasien dengan status gizi buruk dan stunting di berikan makanan Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP) dengan frekuensi 3 kali makanan utama dan 3 kali selingan (snack) dengan
menambahkan telur rebus dan susu
2. Edukasi gizi
Edukasi gizi dilakukan pada pasien rawat inap dengan prioritas edukasi sesuai hasil
skrining gizi masing-masing. Pasien dengan resiko masalah gizi merupakan prioritas utama
untuk diberikan edukasi. Materi edukasi yang diberikan sesuai dengan check list pada form
konsultasi gizi. Setelah edukasi dilakukan maka ahli gizi menandatangani form konsultasi gizi
sebagai bukti telah melakukan edukasi dan memintakan tanda tangan pernyataan pada
pasien dan atau keluarga pasien bahwa pasien dan atau keluarga pasien telah memahami
konsultasi yang diberikan. Selanjutnya form di masukkan pada status rekam medis.
18
1) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien yang
bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang diharapkan oleh pasien maupun tim.
Kegiatan yang berkaitan dengan monitor perkembangan antara lain :
o Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien
o Mengecek asupan makan pasien
o Menentukan apakah intervensi dilaksankan sesuia dengan rencana/preskripsi diet
o Menentukan apakah status gizi pasien tetap atau berubah
o Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif
o Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya perkembangan dari
kondisi pasien.
2) Mengukur hasil
Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi sebagai respon
terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda dan gejala dari
diagnosis gizi.
3) Evaluasi akhir
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan diatas akan didapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
o Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman, perilaku, akses,
dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada asupan makan dan zat
gizi
o Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau zat gizi
dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen dan melalui rute
enteral maupun parenteral
o Dampak dan tanda-tanda dan gejala fisikyang terkait gizi yaitu pengukuran yang terkait
dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan fisik /klinis
o Dampak terhadap pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada kualitas
hidupnya
4) Pencatatan dan laporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu dan komunikasi. Dokumentasi yang di pakai menggunakan format ADIME
yang sesuia dengan Langkah PAGT
Koordinasi Pelayanan
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik
bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, Ahli gizi berkolaborasi dengan
dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam memberikan
19
pelayanan asuhan gizi. Peran masing masing tenaga kesehatan tersebut dalam
memberikan pelayanan adalah
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis pasien
Menentukan preksripsi diet awal (order diet awal) atau diet pasien baru.
Bersama ahli gizi menetapkan preskripsi diet definitive.
Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan terapi gizi.
Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling/konsultasi gizi.
Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala bersama ahli
gizi, perawat dan tenaga kesehatan lain selama pasien dalam masa perawatan.
Perawat
Melakukan skrining gizi pasien pada assesmen awal perawatan
Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi khusus
ke ahli gizi.
Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi badan/
panjang badan secara berkala.
Melakukan pemantauan dan respon klinis pasien terhadap diet yang diberikan dan
menyampaikan informasi kepada ahli gizi bila terjadi perubahan kondisi pasien.
Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan melalui
oral/ enteral dan parenteral.
Ahli Gizi
Mengkaji hasil skrining gizi dan order diet awal dari dari dokter
Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang berisiko malnutrisi,
malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa dan interpretasi data
riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil laboratorium terkait gizi
dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi.
Mengidentifikasi masalah/diagnosis gizi berdasarkan hasil asesmen dan menetapkan
prioritas diagnosis gizi
Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang lebih
terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan edukasi / konseling.
Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive.
Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan
intervensi gizi.
Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi
20
Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien dan keluarganya.
Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi ke dokter
Melakukan assesmen gizi ulang ( reassesment) apabila tujuan belum tercapai.
Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat, anggota tim
asuhan gizi lain, pasien dan keluarganya dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan
gizi.S
Farmasi
Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi
parenteral.
Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien
Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parenteral oleh
pasien bersama perawat.
Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemantauan interaksi obat dan makanan.
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan makanan.
Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi wicara berkaitan
dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada pasien dengan gangguan menelan
yang berat.
C. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja,
pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan,
distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Praktek pelaksanaannya harus memenuhi
peraturan dan perundangan yang berlaku.
Tujuan :
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat
diterima oleh pasien untuk mencapai status gizi yang optimal.
Sasaran dan Ruang Lingkup
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit Citama terutama pasien yang rawat
inap. Ruang lingkup penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi dan
distribusi makanan
Alur Penyelenggaraan Makanan :
Gambar 3.
Alur Penyelenggaraan Makanan RS Citama
21
Perencanaan Pengadaan Penerimaan &
Pelayanan Penyimpanan
Menu Bahan
makanan Bahan
Pasien
22
yang tercantum dalam Penuntun Diet dan disesuaikan dengan kebijakan rumah
sakit.
Tujuan :
Tersedianya acuan macam dan jumlah bahan makanan seorang sehari sebagai
alat untuk merancang kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan dalam
penyelenggaraan makanan.
Langkah Penyusunan Standar Bahan Makanan Seorang Sehari :
Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di rumah sakit dengan
memperhitungkan ketersediaan dana di rumah sakit.
Terjemahkan standar gizi (1) menjadi item bahan makanan dalam berat kotor.
seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan
prasarana) disediakan oleh pihak RS.
Pada pelaksanaannya bagian Gizi mengelola kegiatan gizi sesuai fungsi manajemen yang
dianut dan mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku dan
menerapkan Standar Prosedur yang ditetapkan.
Perencanaan Menu
Kaidah penyusunan menu harus mencakup aspek :
1) Balace
Artinya adanya keseimbangan dalam rasa, warna dan penggunaan bahan makanan. Bisa
juga diartikan bahwa tidak boleh terjadi :
a. Pengulangan warna pada setiap kali makan
b. Pengulangan bahan pada setiap kali makan
c. Pengulangan bentuk pada setiap kali makan
d. Pengulangan rasa pada satu kali makan
2) Bervariasi
Artinya tidak boleh terjadi penggunaan hidangan yang sama dalam satu hari siklus menu
atau tidak boleh terjadi metode pemasakan yang sama dalam satu kali makan.
Langkah-langkah perencanaan menu :
1. Membentuk tim kerja
Membentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari Ahli gizi dan koordinator
rumah tangga dan dapur (petugas pengolah).
2. Menetapkan macam menu
Macam menu yang dimaksud berupa standar menu (diet biasa) dan standar diet khusus
pasien. Hal ini bertujuan agar terdapat bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien
konsisten dengan kondisi dan pelayanannya.
23
3. Menetapkan lama siklus menu dan kurun waktu penggunaan menu.
Siklus menu yang ditetapkan untuk sub bagian gizi RS Citama berupa siklus menu 10 hari
plus 1 hari, sedangkan perputaran penggunaan menu dilakukan selama 6 bulan.
4. Menetapkan pola menu.
Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi macam hidangan yang
direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran menu.
Beberapa ketentuan kerjasama dengan pihak ke dua (supplier) dalam pengadaan bahan
makanan adalah :
1. Bahan makanan sesuai spesifikasi RS
2. Harga yang ditawarkan sesuai dengan anggaran RS
3. Supplier mentaati peraturan yang telah diterapkan oleh RS sesuai surat perjanjian
kerjasamanya.
27
Tujuan :
Diterimanya bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan, waktu pesanan dan spesifikasi
yang ditetapkan.
Langkah – langkah penerimaan bahan makanan :
1. Petugas gizi atau ahli gizi menerima bahan makanan/logistik dari petugas belanja/supplier
bahan makanan/bagian pengadaan RS
2. Petugas gizi/ahli gizi mengecek kesesuaian jenis, jumlah, Expired dan spesifikasi bahan
makanan yang dipesan dengan yang diterima dan dengan nota belanja.
3. Jika jenis, jumlah, expired dan spesifikasi bahan makanan yang diterima telah sesuai
dengan pesanan maka petugas gizi/ahli gizi mencentang pada buku pemesanan dan
penerimaan bahan makanan dan mencocokkannya dengan nota belanja.
4. Jika jenis, jumlah, expired dan spesifikasi bahan makanan belum sesuai maka petugas
gizi/ahli gizi segera melakukan retur barang pada supplier/petugas belanja.
5. Petugas gizi/ahli gizi menyimpan nota belanja pada tempat yang telah disediakan dengan
rapi.
Penerimaan bahan makanan/barang logistik dilakukan oleh petugas gizi/koordinator
rumah tangga dan dapur/ kasubag gizi. Jika jumlah, jenis, expired dan spesifikasi bahan
makanan tidak sesuai dengan pesanan maka bahan makanan/barang logistik akan di retur
maksimal dalam waktu 2 jam setelah penerimaan untuk diganti dengan bahan
makanan/logistik yang sesuai dengan pesanan.
Pengolahan makanan (diet) pasien terdiri dari pengolahan makanan (diet) biasa dan
pengolahan makanan untuk diet khusus. Pengolahan makanan mengacu pada standar
pengolahan yang sudah ditetapkan oleh bagian gizi.
Jenis (diet khusus/non khusus) dan Jumlah diet yang dimasak/diolah sesuai buku pesanan
diet ditambahkan 3 porsi (untuk semua jenis diet). 3 Porsi ini digunakan sebagai cadangan
untuk diet pasien baru sejumlah 2 porsi dan sampel uji petik makanan 1 porsi.
Pengolahan makanan (diet) pasien didasarkan pada siklus menu dan standar resep yang
telah ditetapkan oleh bagian gizi. Jenis maupun jumlah menu yang diolah berdasarkan form
order pemesanan diet pasien rawat inap dan buku pemesanan diet rawat inap.
Penyajian Makanan
Pengertian :
Kegiatan untuk menyajikan makanan (diet) pasien.
Pada proses penyajian ini ditetapkan ketentuan – ketentuan yang bertujuan untuk menyiapkan
makanan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan. Penyajian makanan
untuk pasien diberikan dengan bersih, higienis dan rapi. Penyajian makanan (diet) pasien
rawat inap RS Citama disajikan menggunakan peralatan makan berupa piring, mangkuk,
lepek dan gelas yang terbuat dari keramik/kaca dan sendok yang terbuat dari bahan stainleis
steil. Disajikan menggunakan nampan dan plato. Untuk menghindari kontaminasi bakteri, alat
makan pasien tersebut di sterilisasi secara regular oleh petugas gizi. Makanan juga disajikan
dengan ditutup menggunakan plastik wrap khusus. Pada saat proses wrapping, suhu
makanan diperkirakan 60˚C - 75˚C (hangat – hangat kuku). Kemudian makanan ditata rapi
pada nampan.
Penyajian makanan (diet) pasien Bagian Gizi RS Citama adalah sebagai berikut :
a. Piring keramik besar : untuk KH (bubur saring, bubur nasi, tim atau nasi)
b. Tatakan (lepek keramik) : untuk lauk hewani dan nabati
c. Mangkok sup keramik : untuk sayur/sup
d. Tatakan (lepek keramik) : untuk lauk ekstra tambahan vip
e. Tatakan (lepek keramik) : untuk snack vip
31
f. Tatakan (lepek keramik) : untuk snack klas I dan II
g. Mika Bx5A : untuk buah pasien
h. Gelas kaca dan tutup : untuk minum
i. Sendok aluminium : untuk sedok makan pasien
j. Teko : untuk stock air minum pasien
k. Plato : untuk diet pasien kelas II dan III
Untuk penyajian makanan untuk kelas VIP menggunakan garnis (hiasan makanan) yang
terbuat dari bahan makanan matang. Bentuk dan ukuran garnis disesuaikan dengan tampilan
makanannya.
Setelah makanan (diet) pasien disajikan menggunakan peralatan makan sesuai ketentuan
maka diet pasien akan dilengkapi dengan tulisan identitas pasien berupa :
a. Nama pasien.
b. Tanggal Lahir
c. Nomor Rekam Medis
d. Tanggal
e. Ruangan rawatan
f. Dit, alergi serta pantangan
Sebelum diet pasien didistribusikan, makanan/diet yang sudah tersajikan akan di cek terlebih
dahulu oleh ahli gizi/petugas gizi 1 untuk memastikan kesesuaian antara pemasanan diet
dengan diet yang disajikan. Bukti pengecekan adalah centang pada buku rekap diet pasien
rawat inap, tulis nama dan tanda tangan petugas. Jika seluruh diet yang disajikan telah
sesuai makanan (diet) pasien dapat didistribusikan.
Distribusi Makanan
Pengertian :
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai
dengan jenis maknan dan jumlah porsi pasien yang dilayani.
Tujuan :
Pasien mendapat mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
Distribusi makanan (diet) bagian Gizi RS Citama menggunakan metode distribusi sentralisasi
(terpusat), yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat makan di ruang produksi makanan
(ruang dapur). Makanan didistribusikan kepada pasien secara tepat waktu sesuai yang telah
ditetapkan. Begitu juga untuk memenuhi permintaan khusus dari pasien seperti jenis makanan
tertentu, ahli gizi harus tetap menyesuaikan sesuai dengan kondisi kesehatan pasien serta
melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait permintaan dari pasien tersebut. Bila perlu, pasien
dan keluarga di re-edukasi dalam pemberian terapi gizi.
32
Jadwal pemberian makan (diet) pasien Bagian Gizi RS Citama adalah sebagai berikut
Jadwal pemberian makan diatas adalah waktu keluarnya makanan (diet) pasien dari bagian gizi
untuk didistribusikan ke pasien. Untuk memonitoring ketepatan waktu pemberian makan (diet) ke
pasien dibuat waktu rentang pemberian makanan. Waktu pemberian makanan yang ditetapkan
adalah sebagai berikut :
Sift Waktu
Rentang waktu pemberian makan yang dimaksud adalah lama waktu distribusi
makanan dari diet mulai dikeluarkan dari sub bagian gizi hingga diet selesai didistribusikan ke
semua pasien rawat inap.
Distribusi makanan dilakukan menggunakan troli gizi tertutup yang terbuat dari bahan
stainlees steill. Makanan/diet pasien ditata rapi dalam troli dan troli gizi ditutup rapat untuk
menghindari kontaminasi bakteri pada makanan (diet) pasien.
Setelah diet pasien sampai ke bangsal rawat inap, petugas gizi harus memastikan
kembali keadaan diet pasien kemudian memintakan bukti tanda tangan penyerahan diet
pasien pada petugas perawat yang berada di bangsal rawat inap. Tanda tangan di tulis pada
buku serah terima diet pasien. Kemudian petugas gizi mulai memberikan diet pada masing –
masing pasien.
1. Keamanan Makanan
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan, sehingga menjadi hal yang mutlak
harus dipenuhi dalam proses pengolahan makanan di rumah sakit. Makanan yang tidak aman
dapat menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang
timbul akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung atau tercemar bahan/senyawa
beracun atau organisme pathogen. Upaya untuk menjamin keamanan makanan adalah
dengan menerapkan jaminan mutu yang berdasarkan keamanan makanan. Prinsip Keamanan
makanan meliputi; 1). Good Manufacturing Practices (GMP); 2). Hygiene dan sanitasi
makanan (Penyehatan Makanan); dan 3). Penggunaan bahan tambahan makanan. Upay
tersebut merupakan program dan prosedur proaktif yang bersifat antisipasi dan preventif,
perlu didokumentasikan secara teratur agar dapat menjamin keamanan makanan.
34
a) Good Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Pengolahan Makanan yang baik dan
benar GMP merupakan kaidah cara pengolahan makanan yang baik dan benar untuk
menghasilan makanan/produk akhir yang aman, bermutu dan sesuai selera konsumen.
Secara rinci tujuan kaidah ini adalah :
Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan tidak memenuhi
syarat
Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang diproduksi sudah aman
dan layak dikonsumsi
Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan yang disajikan
Penerapan kaidah tersebut dilakukan mulai dari persiapan dan pemilihan bahan makanan
sampai penyajian makanan ke konsumen.
35
d. Perhatikan juga kualitas makanan tersebut, apakah masih segar, atau sudah berjamur
yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses
pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah kadaluarsa.
e. Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan tambahan makanan
yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan.
Macam – macam ciri bahan makanan yang baik terdapat dalam standar spesifikasi bahan
makanan sub bagian gizi RS Citama
39
6. Petugas gizi/petugas belanja menulis jumlah barang yang disimpan pada kolom in kartu
stok persediaan bahan makanan
3) Pengolahan Makanan
Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat menjaga mutu dan keamanan hasil
olahan makanan. Sedangkan cara pengolahan yang salah dapat menyebabkan
kandungan gizi dalam makanan hilang secara berlebihan. Secara alamiah beberapa jenis
vitamin (B dan C) rentan rusak akibat pemanasan. Bahan makanan yang langsung
terkena air rebusan akan menurun nilai gizinya terutama vitamin vitamin larut air (B
kompleks dan C), sedangkan vitamin larut lemak (ADEK) kurang terpengaruh. Makanan
disiapkan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan dengan cara
melakukan pengolahan makan dengan baik yaitu pengolahan makanan yang mengikuti
kaidah prinsip-prinsip higiene dan sanitasi atau cara produksi makanan yang baik yaitu :
1) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis higiene
sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah
masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya.
a. Menu disusun dengan memperhatikan: Pemesanan dari konsumen, Ketersediaan
bahan, jenis dan jumlahnya, Keragaman variasi dari setiap menu, Proses dan lama
waktu pengolahannya,
b. Pemilihan bahan (sortir) untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang rusak/afkir
dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi risiko pencemaran
makanan.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam
memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan yang
siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
d. Peralatan
1) Peralatan yang kontak dengan makanan
o Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara makanan
(food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
o Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau
garam yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak mengeluarkan bahan
40
berbahaya dan logam berat beracun seperti Timah Hitam (Pb), Arsenikum (As),
Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon (Stibium) dan lain – lain.
o Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan
beracun.
o Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin
harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber
pencemaran dan tidak menyebabkan sumber bencana (kecelakaan)
o Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang kontak
langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut
o Kebersihan alat artinya tidak boleh mengandung Eschericia coli dan kuman
lainnya.
o Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal dan
mudah dibersihkan.
2) Wadah/Tempat Penyimpanan Makanan
o Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup
sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk
mencegah penggembungan (kondensasi).
o Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta makanan
basah dan kering.
Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan yang
akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan prioritas.
Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal 90°C agar
kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak hilang
akibat penguapan.
Prioritas dalam memasak :
1) Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng –gorengan yang
kering;
2) Makanan rawan seperti makanan berkuah dimasak paling akhir;
3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak di kulkas/lemari es.
4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan dalam keadaan
panas
5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan karena akan
menyebabkan kontaminasi silang;
41
6) Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus menggunakan
alat seperti penjepit atau sendok.
7) Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci.
42
Tabel Suhu Penyimpanan Makanan Masak Berdasarkan Jenisnya
Suhu Penyimpanan
No Jenis Makanan Disajikan dalam Akan segera Belum segera
waktu lama disajikan disajikan
1 Makanan kering 25°C s/d 30°C
(PGRS, 2003)
Penyimpanan bahan makanan masak di bagian gizi RS Citama hanya dilakukan untuk uji
petik sebanyak 1 porsi. Suhu penyimpanan sesuai ketentuan. Jika dalam kurun waktu 1 x
24 jam tidak terjadi kejadian keracunan makanan maka 1 porsi makanan tersebut akan
diambil dari tempat penyimpanan makanan untuk dibuang.
h. Pengangkutan Makanan
Makanan masak sangat disukai oleh bakteri karena cocok untuk berkembangnya bakteri.
Oleh karena itu cara penyimpanan dan pengangkutan harus memperhatikan wadah
penyimpanan makanan masak (setiap makanan masak memiliki wadah yang terpisah,
pemisahan didasarkan pada jenis makanan dan setiap wadah harus memili tutup tetapi
tetap berventilasi serta alat pengangkutan yang khusus). Alat pengangkutan yang
digunakan di suba bagian RS Citama berupa troli makan (gizi) tertutup dan troli terbuka
yang tebuat dari bahan steinleis steel.
Pengangkutan bahan makanan :
a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
43
b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis
c. Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki
d. Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan dingin,
diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan makanan tidak rusak
seperti daging, susu cair dsb.
Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap :
a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu
hidienis yaitu menggunakan troli gizi steinlles steil.
c. Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup. Hindari
perlakuan makanan yang ditumpuk, diduduki, diinjak dan dibanting.
d. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah makanan
yang akan ditempatkan. Wadah tidak dibuka tutup selama perjalanan.
e. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadinya uap makanan yang mencair
(kondensasi)
f. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan
tetap panas pada suhu 60°C atau tetap dingin pada suhu 40°C.
i. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir perjalanan makanan. Makanan yang
disajikan adalah makanan yang siap dan laik santap.
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada tahap penyajian makanan anatara lain sebagai
berikut :
Tempat penyajian
1. Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke tempat
penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama pengangkutan karena akan
mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan di luar dugaan sangat mempengaruhi
keterlambatan penyajian.
2. Prinsip penyajian makanan
o Prinsip pewadahan yaitu sejenis makanan ditempatkan dalam wadah yang terpisah
dan memiliki tutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
o Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru dicampur
menjelang penyajian untuk menghindari makanan cepat basi.
o Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang dapat
dimakan, hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan salah makan
44
o Prinsip pemisahan yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus dipisah satu
sama lain.
o Prinsip panas yaitu penyajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan
panas, hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bekteri dan meningkatkan
selera makan. Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap
dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempat
dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus berada pada suhu
> 60°C
o Prinsip bersih yaitu setiap peralatan/wadah yang digunakan harus higienis, utuh,
tidak cacat atau rusak.
o Prinsip handling yaitu setiap peralatan/wadah yang digunakan harus higienis, utuh,
tidak cacat atau rusak.
o Prinsip handling yaitu setiap penanganan makanan tidak boleh kontak langsung
dengan anggota tubuh.
o Prinsip tepat penyajian disesuaikan dengan kelas pelayanan dan kebutuhan. Tepat
penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hiding dan tepat volume (sesuai
jumlah).
Penyajian makanan (diet) pasien ditutup menggunakan wrap untuk menghindari
kontaminasi bakteri.
45
1. Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu hidangan
(panas atau dingin);
2. Penyajian dan penanganan yang layak terhadap makanan yang dipersiapkan lebih awal;
3. Memasak tepat waktu dan suhu;
4. Dilakukan oleh penjamah makanan yang sehat mulai penerimaan hingga distribusi;
5. Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum dibagikan;
6. Memantau secara teratur bahan makanan mentah dan bumbu – bumbu sebelum dimasak;
7. Panaskan kembali sisa makanan menurut suhu yang tepat (74°C).
8. Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah, makanan masak melalui
organ (tangan), alat makan dan alat dapur.
9. Bersihkan semua permukaan alat/tempat setelah digunakan untuk makanan.
47
3 Kebiasaan mencuci Setelah keluar dari WC atau kamar kecil
tangan Sebelum dan setelah meracik bahan mentah seperti daging,
ikan, sayuran dll
Setelah mengerjakan pekerjaan lain seperti bersalaman,
menyetir kendaraan, memperbaiki peralatan, memegang uang
dll
Tidak menggaruk-garuk rambut, lubang hidung atau sela-sela
jari/kuku
Tidak merokok
Perilaku penjamah Menutup mulut saat bersin atau batuk
makanan dalam Tidak meludah sembarangan diruangan pengolahan makanan
4 melakukan kegiatan Tidak menyisir rambut sembarangan terutama di ruangan
pelayanan persiapan dan pengolahan makanan
penanganan Tidak memegang, mengambil, memindahkan dan mencicipi
makanan makanan langsung dengan tangan (tanpa alat)
Tidak memakan permen dan sejenisnya pada saat mengolah
makanan
Selalu bersih dan rapi, memakai celemek
5 Penampilan Memakai tutup kepala
penjamah makanan Memakai alas kaki yang tidak licin
Tidak memakai perhiasan
Memakai sarung tangan, jika diperlukan.
Memakai masker
Untuk memastikan seluruh petugas gizi dalam keadaan sehat/bebas dari penyakit
menular, akan dilakukan pemeriksaan secara berkala setiap 6 bulan sekali yang dibuktikan
dengan surat keterangan bebas penyakit menular dari dokter. Monitoring akan dilakukan
secara berkala terutama mengenai sikap dan perilaku hygiene petugas gizi.
Selanjutnya untuk menghindari kontaminasi bakteri dari perilaku pengolah, pada
proses kegiatan pengolahan, petugas gizi diharuskan mengunakan APD (Alat Pengaman Diri)
berupa masker, sarung tangan plastik khusus untuk memasak, celemek, jilbab khusus untuk
memasak dan sandal khusus (tidak licin) yang digunakan pada saat proses pengolahan.
Selain itu petugas gizi harus melakukan 6 langkah cuci tangan sesuai prosedur sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan
48
Peralatan pengolahan pangan yang kotor dapat mencemari pangan, oleh karena itu peralatan
harus dijaga selalu tetap bersih. Upaya – upaya untuk menghindari pencemaran pangan dari
peralatan yang kotor adalah sebagai berikut :
1) Menggunakan peralatan yang mudah dibersihkan. Peralatan yang terbuat dari stainless
steel umumnya mudah dibersihkan. Karat dari peralatan logam dapat menjadi bahaya
kimia dan lapisan logam yang terkelupas dapat menjadi bahaya fisik jika masuk ke dalam
pangan.
2) Bersihkan permukaan meja tempat pengolahan pangan dengan deterjen/sabun dan air
bersih dengan benar.
3) Bersihkan semua peralatan masak termasuk pisau, sendok, panci, piring setelah dipakai
dengan menggunakan deterjen/sabun dan air panas.
4) Meletakkan peralatan yang tidak dipakai dengan menghadap ke bawah. Bilas kembali
peralatan dengan air bersih sebelum mulai memasak
5) Membersihkan peralatan pengolahan dapat dijaga dengan menerapkan cara pencucian
peralatan yang benar dan tepat. Cara-cara pencucian peralatan yang benar meliputi :
Cara-cara pencucian peralatan yang benar meliputi
a) Prinsip Pencucian
Upaya pencucian peralatan makan dan masak meliputi beberpa prinsip dasar yaitu
Tersedianya sarana pencucuian
Dilaksanakannya teknik pencucian yang benar
Mengetahui dan memahami tujuan pencucian
b) Sarana Pencucian
Sarana pencucian terdiri dari 2 jenis yaitu perangkat keras yaitu sarana fisik dan
permanen yang digunakan berulang-ulang dan perangkat lunak yaitu bahan habis pakai
dalam proses pencucian.
Perangkat keras yaitu bagian untuk persiapan, bagian pencucian yang terdiri dari 1
sampai 3 bak/bagian (bak pencucian, bak pembersihan dan bak desinfeksi) dan
bagian pengeringan atau penirisan. Ukuran bak minimal 75 x 75 x 45 cm
Perangkat lunak yaitu air bersih, zat pembersih, bahan penggosok dan desinfektan.
c) Teknik Pencucian
Teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil pencucian yang sehat dan aman.
Tahapan- tahapan pencucian adalah sebagai berikut :
Scraping atau membuang sisa kotoran.
Flushing atau merendam dalam air.
Washing atau mencuci dengan detergen.
Rinsing atau membilas dengan air bersih.
49
Sanitizing/desinfection atau membebas hama.
Toweling atau mengeringkan.
d) Bahan-Bahan Pencuci
Jenis-jenis bahan pencuci yang sesuai digunakan untuk mencuci peralatan makan/masak
antara lain detergen, detergen sintetis, sabun dan pencuci abrasive
e) Desinfektan
Jenis-jenis desinfektan yang biasa digunakan dalam pencucian antara lain hypochlorit,
iodophor, QACs (Quarternary Ammonium Compounds), amphoteric surfactants, dan
penolik desinfektan.
Untuk menjaga hygiene sanitasi peralatan makan sub bagian gizi RS Citama dilakukan
sterilisasi peralatan makan pasien secra berkala. Sebelumnya dilakukan pengambilan alat
makan ke pasien dengan jadwal waktu sebagai berikut :
Waktu pengambilan alat makan dilakukan berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Jika pada pengambilan alat makan putaran I masih ada alat makan yang belum bisa
diambil maka pengambilan alat makan kembali dilakukan selang 10 menit kemudian
(putaran ke II). Dan seterusnya jika belum bisa diambil selang waktunya 10 menit
kemudian.
Jika hingga akhir jam jaga per shif masih ada alat makan yang belum bisa diambil,
maka petugas gizi boleh menitipkan pengambilan alat makan pasien tersebut pada
petugas shif berikutnya maksimal sebanyak 3 set alat makan. Pasien dengan diagnosa
penyakit infeksius, makanan (diet) nya disajikan menggunakan tempat makan khusus.
50
Kegiatan selanjutnya yaitu dengan memisahkan tempat cuci alat makan, tempat sabun
dan busa cuci alat makan pasien penyakit infeksi dan non infeksi
Setelah dicuci peralatan makan pasien akan disterilisasi sesuai prosedur
menggunakan air panas. Sterilisasi peralatan ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi
bakteri melalui peralatan makan pasien. Langkah – langkah sterilisasi peralatan makan
sebagai berikut :
1. Petugas gizi membersihkan bak cuci
2. Petugas gizi menyiapkan sabun cair dan busa. Busa cuci yang digunakan dipisah
antara busa untuk mencuci peralatan makan pasien, karyawan, peralatan masak dan
peralatan infeksius.
3. Petugas gizi mengambil alat makan kotor dari troli distribusi
4. Petugas gizi membuang sisa makanan ke dalam tempat sampah sisa makanan
5. Petugas gizi memisahkan alat makan khusus untuk pasien infeksi dan tempat makan
untuk pasien non infeksi kemudian memisahkan kembali tempat makan sesuai
jenisnya.
6. Petugas gizi mengalirkan air mengalir pada alat makan kotor pasien kemudian mencuci
satu per satu dengan sabun cair
7. Petugas gizi membilas hingga bersih menggunakan air mengalir.
8. Petugas gizi merendam alat makan menggunakan air hangat – hangat kuku (suhu 60˚C
- 75˚C) selama 2 menit.
9. Petugas gizi meniriskan alat makan pada rak piring/gelas.
10. Petugas gizi memindah alat makan kering ke rak kering dan almari penyimpanan alat
makan.
11. Alat saji siap digunakan.
Setelah proses sterilisasi ini peralatan makan pasien akan disimpan dalam almari tertutup
untuk menghindari kontaminasi bakteri dan debu.
Ruang pengolahan :
Ruang dapur dilengkapi dengan cerobong asap yang berfungsi untuk membuang asap
panas yang ditimbulkan dari proses pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu
ruang dapur / gizi agar tidak terlalu panas. Ruang dapur juga dilengkapi dengan
thermometer ruangan yang berfungsi untuk mengontrol suhu ruangan. Seluruh pintu
dilengkapi dengan penutup pintu otomatis yang bisa menutup dengan sendirinya agar
ruangan selalu tertutup sehingga terhindar dari hewan pengerat atau serangga.
Dilengkapi dengan sandal khusus (tidak licin) yang digunakan petugas gizi dan atau
ahli gizi untuk berkegiatan di dapur. Setiap orang yang masuk di dapur harus
menggunakan sandal khusus tersebut. Kamar mandi juga dilengkapi sandal khusus
yang hanya digunakan selama di kamar mandi.
51
Terdapat 3 bak tempat sampah tertutup, berupa tempat sampah basah, kering dan
sisa makanan yang berfungsi menampung sampah selama kegiatan gizi.
Untuk menjaga ruangan tetap bersih, dilakukan pembersihan ruangan secara rutin
oleh bagian sanitasi dan pembersihan ruangan secara berkala oleh petugas clening
service.
Ruangan dapur/gizi dilengkapi dengan sarana pemadam kebakaran dan prosedur
penggunaan alat pemadam kebakaran untuk mengantisipasi kejadian kebakaran yang tidak
diinginkan. Selanjutnya juga dilakukan pengecekan saluran air secara berkala oleh bagian
IPSRS untuk mengontrol kelancaran saluran tersebut.
53
Inventarisasi ini dilakukan setiap hari oleh petugas yang ditunjuk dan dibuktikan dengan
catatan inventarisasi peralatan bagian gizi
BAB V
LOGISTIK
Sistem pemenuhan kebutuhan logistik bagian gizi diatur dan dikelola secara mandiri oleh bagian
gizi. Tahap-tahap pemenuhan kebutuhan logistic meliputi :
A. Perencanaan logistik/bahan
Dilakukan dengan memperhatikan rata-rata kebutuhan logistik bagian gizi selama 1 bulan. Selain
itu juga melihat kebutuhan logistik bagian gizi pada bulan sebelumnya. Perencanaan dilakukan
dengan memperhatikan pemilihan jenis, jumlah dan harga bahan sesuai anggaran.
Perencanaan logistik tahunan diajukan dan disetujui pada bulan November pada setiap tahunnya.
Ditanda tangani oleh Kepala ruangan gizi, penunjang medis dan dimintakan persetujuan pada
Direktur.
Metode yang digunakan dalam perencanaan perbekalan menggunakan metode konsumsi dan
epidemiologi
B. Pemesanan logistik
Logistik dipesan berdasarkan kebutuhan dan perencanaan yang telah dilakukan. Cara
pemesanan logistik dilakukan menggunakan form pemesanan barang. Form ini berfungsi untuk
memesan bahan yang diinginkan. Kemudian pemesanan logistik dimintakan tanda tangan
persetujuan pada Kepala ruangan gizi. Manager
C. Pengadaan logistik
Pengadaan logistik di bagian gizi dilakukan dalam 3 cara :
a) Pengadaan harian
Adalah pengadaan logistik yang dilakukan setiap hari. Sebagai contoh : pengadaan bahan
makanan basah, BHP yang dilakukan seminggu 2 kali (Senin dan Jumat)
Pengadaan Bulanan
54
Adalah pengadaan logistik dan bahan makanan kering yang dilakukan dalam setiap bulan.
Contoh : pengadaan bahan makanan kering, peralatan.
b) Pengadaan segera
Adalah pengadaan logistik yang harus segera dipenuhi.
D. Penerimaan logistik
Penerimaan logistik dilakuakan dengan metode conventional dengan cara mencocokkan barang
pesanan dengan buku pemesanan dan kuitansi pembelian. Selain itu penerima barang dalam hal
ini petugas pengolah/petugas pramusaji/ahli gizi harus melakukan check terhadap jumlah dan
kualitas barang yang dipesan, termasuk melakukan check untuk tanggal kadaluarsa bahan. Jika
barang yang diterima tidak sesuai maka barang akan dikembalikan/diretur.
E. Penyimpanan Logistik
Penyimpanan bahan logistik harus disesuaikan dengan jenis barang yang akan disimpan.
Penyimpanan dilakukan pada 2 tempat penyimpanan yaitu gudang penyimpanan bahan makanan
kering dan penyimpanan bahan makanan basah.
Metode penyimpanan
1. First In First Out (FIFO)
Barang yang masuk/disimpan terlebih dahulu, dipakai terlebih dahulu.
2. First Expire Date First Out (FEFO)
Barang yang memiliki waktu kadaluwarsa terlebih dahulu, dipakai terlebih dahulu.
55
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risio pasien,
pelaporan dan insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta immplementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan
suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
56
2. Kejadian Tidak Cedera adalah suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
menimbulkan cedera. Contoh : cita rasa makanan
3. kejadian Nyaris Cedera adalah suatu insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga
pasien tidak cedera. Contoh : Perubahan diet pasien
4. Kejadian Tidak di harapkan adalah suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak. bukan karena
kondisi pasien. Contoh : Alergi makanan
5. kejadian sentinel adalah suatu kejadian tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kematian
atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima. Contoh : keracunan makanan
system pelaporan insiden keselamatan pasien ( KTD dan sentinel ) dilakukan system pelaporan
2 kali 24 jam dari pembuatan laporan kronologis kejadian oleh petugas yang menemukan
kejadian, kemudian petugas yang menemukan kejadian melaporkan kepada Kepala Unit dalam
waktu 1 x 24 jam kemudian kepala unit lanju membuat laporan insiden dan dilaporkan kepada
TIM SKP.
57
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Penyehatan dan keselamatan kerja mempunyai kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan
kejadian yang disebabkan kelaianan petugas dapat pula mengakibatkan kontaminasi terhadap
makanan. Pekerjaan yang terorganisasi dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang
terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan dalam proses
penyelenggaraan makanan banyak.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah, terjadi dengan tiba-tiba dan
tentunya tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan oleh pegawai, yang dapat menyebabkan
kerusakan pada alat-alat, makanan, dan melukai karyawan/pegawai.
Pengertian :
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam rangka
menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian/kesengajaan.
Bahaya / kecelakaan Fisik.
a. Tersayat pisau :
i. Bersihkan luka pada air mengalir dan berikan betadine
ii. Segera lapor ke Unit Gawat Darurat untuk perawatan lebih lanjut
iii. Lapor kepada Penanggung Jawab harian (Pengawas) dan mengisi formulir kecelakaan
kerja.
b. Kecelakaan karena arus listrik.
i. Matikan panel listrik sesegera mungkin atau penderita harus segera dilepaskan
hubungannya dengan arus listrik, hati – hati penolong sendiri jangan sampai terkena arus
58
listrik. Berdirilah di atas kain dan lepaskan hubungan penderita dengan kawat listrik denga
menggunakan tongkat sapu.
ii. Pertolongan selanjutnya disesuaikan dengan keadaan penderita, bila pingsan dilakukan
Basic Life Support segera melapor pada tim blue code, bila kondisi tidak pingsan dibawa
ke IGD
iii. Lapor kepada penanggung jawab harian (Pengawas) dan membuat berita acara
c. Kebakaran.
i. Di dalam jam kerja.
1. Kebakaran kecil
a) Penemu kebakaran :
Padamkan kebakaran dengan menggunakan APAR.
Lapor kepada penanggung jawab (komandan lantai)
59
b) Sementara regu bantuan pemadam kebakaran belum tiba di lokasi kejadian, usaha
pemadaman, penyelamatan dan evakuasi tetap dilaksanakan oleh petugas yang
ada di lingkungan Rumah Sakit CItama.
c) Pada saat bersamaan semua petugas pelaksana OPKD melaksanakan upaya dan
tindakan yang diperlukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing – masing
dengan pengawasan dan pengendalian dari para pejabat OPKD terkait di lokasi
kejadian.
ii. Di luar jam kerja
1. Kebakaran kecil
a) Penemu kebakaran :
1) Padamkan kebakaran dengan menggunakan APAR.
2) Laporkan kepada posko.
2. Kebakaran besar
Petugas – petugas jaga lainnya : teknik, medis dan pekerja – pekerja yang sedang
melaksanakan kerja lembur, membantu kelancaran pelaksanaan usaha
penanggulangan kebakaran, setelah semua pejabat/fungsi OPKD berada di lokasi
kejadian, maka operasi penanggulangan kebakaran dilaksanakn sesuai prsedur
kebakaran besar dalam jam kerja.
d. Gempa bumi
1. Tetap tenang dan jangan panik.
2. Sebelum ada perintah evakuasi dari komandan lantai, tetap tinggal di tempat dan berlindung
pada tempat yang aman dan terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda – benda.
3. Bila gempa bumi berkelanjutan dan membahayakan, disaster chief menyatakan bencana.
4. Komandan gedung akan menginstruksikan kepada para komandan lantai untuk melaksanakan
evakuasi penghuni lantai masing – masing secara berurutan dimulai dari lantai tertinggi hingga
terendah.
5. Bagi orang yang berada di lift pada waktu terjadi gemap bumi harus segera keluar pada lantai
terdekat.
6. Apabila lift mati, tetap tenang dan tekan tombol “Panggilan Darurat”.
7. Setelah kejadian gempa bumi selesai, komandan gedung, K3, komandan operasi teknik dan
komandan operasi sekuriti melakukan pengkajian terhadap kondisi gedung dan hasilnya
dilaporkan pada fire chief.
8. Bilamana dari hasil pemeriksaan kondisi gedung tidak terdapat hal – hal yang
membahayakan, maka fire chief menyatakan aman (bencana berakhir).
60
Bahaya / Kecelakaan Biologi.
Bahaya Ergonomi
Bahaya Psikososial
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen mutu, yaitu :
a. Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman
b. Menjamin Kepuasan konsumen
c. Assessment yang berkualitas.
Dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (Depkes RI, 2008), ditetapkan bahwa indikator
Standar Pelayanan Gizi meliputi :
1). Ketepatan dalam pemberian diit kepada pasien (100 %),
2) Kepatuhan Identifikasi pasien
61
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam satu bulan
Sumber data Survei
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala instalasi gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap
62
BAB IX
PENUTUP
63
sub bagian gizi atau ahli gizi maupun tenaga teknis gizi lainnya untuk menjalankan kegiatan gizi
sehari – hari. Segala yang berkaitan dengan pelayanan gizi harus mengacu dan menyesuaikan buku
pedoman ini. Kemudian secara berkala panduan ini akan di tinjau ulang untuk dilakukan perbaikan
secara terus menerus.
64