UNIT GIZI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
Panduan Pelayanan Unit Gizi ini telah selesai disusun. Paduan ini disusun sebagai acuan
bagi Unit Gizi dalam bekerja. Panduan ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan
perbaikan bila ditemukan hal hal yang tidak sesuai dengan kebijakan pelayanan di RSU
Martha Friska Multatuli. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu
menyelesaikan penyusunan buku panduan ini.
Unit Gizi
RSU Martha Friska Multatuli
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………..……………………………………………………. ii
BAB IX PENUTUP............................................................................................................... 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi merupakan salah satu pendukung dalam penyembuhan pasien.
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan sebuah panduan sebagai acuan
untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan pasien,
memperpendek lama hari rawat dan menghemat biaya perawatan. Pelayanan gizi
yang diberikan, disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status
gizi, status metabolisme tubuh.
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan
peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition–related disese) pada semua
kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (lansia),
memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu, dibutuhkan
pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang
optimal dan mempercepat penyembuhan.
Risiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien
dengan anoreksia, kondisi mulut dan gigi yang buruk, gangguan menelan, penyakit
saluran cerna disertai mual, muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan
kesadaran dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan energi yang tidak
adekuat, lama hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan faktor
yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi di rumah sakit.
B. Tujuan Panduan
1. Tujuan Umum
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu sebagai bagian pelayanan
kesehatan RSU Martha Friska Multatuli.
2. Tujuan Khusus
a. Menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat inap.
b. Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman
dikonsumsi.
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
d. Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis,dan biokimia tubuh (laboratorium).
e. Penyelenggaraan pengkajian diet dan pola makan berdasarkan anamnesis
diet dan pola makan.
f. Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
g. Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan,
jumlah pemberian serta cara pengolahan bahan makanan.
h. Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet, penyediaan dan
pengolahan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan penyakit.
i. Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
j. Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada
klien/pasien dan keluarga.
1
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan gizi rumah sakit meliputi :
1. Pelayanan gizi rawat jalan.
2. Pelayanan gizi rawat inap yaitu ruang rawat inap VK, ICU, 3A, 4A, 4B, 4C dan
4D.
3. Penyelenggaraan makanan.
4. Pengawasan dan Pengendalian Mutu Asuhan Gizi
5. Pengawasan Mutu Bahan Makanan
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, kesimpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan, dietetik dalam rangka mencapai status
kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
2. Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
3. Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Proses asuhan gizi terstandar adalah pendekatan sistematik dalam memberikan
pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang
terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya
untuk memenuhi kebutuhan gizi.
5. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip – prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual, melalui pengembangan,
penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai
area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
6. Gizi klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara
makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat–zat gizi dan
bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan
dari tubuh.
7. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh ahli gizi/dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
8. Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan–pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi dan kesehatan. Penyuluhan
gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat massal dan target yang
diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-
hari.
2
9. Profesi gizi adalah suatu pekerjaan dibidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan, memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
10. Standar profesi tenaga gizi adalah batasan kemampuan minimal yang harus
dimiliki/dikuasai oleh tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan
praktik pelayanan gizi secara professional yang diatur oleh organisasi profesi.
11. Tenaga gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang–undangan.
12. Sarjana gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia.
13. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun
rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan lain.
14. Nutrisionis Registered adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi
yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang– undangan.
15. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi
yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji
kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang–undangan
berhak mengurus ijin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan
menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
16. Teknikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku atau ahli
madya gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang–undangan.
17. Tim Asuhan Gizi adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi pasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter
spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasis dari setiap unit pelayanan,
bertugas bersama memberikan pelayanan paripurna yang bermutu.
18. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam
lingkungan RS dan terkait dengan aktifitas RS, terdiri dari pegawai atau
karyawan, pasien rawat inap, dan pengunjung poliklinik.
19. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan dan minuman.
20. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan pathogen dalam makanan, minuman,
peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan
manusia.
3
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan gizi di rumah sakit
diperlukan perundang–undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan
perundang– undangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
4. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara Nomor 23/Kep/M.PAN/4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kredit.
5. Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
6. Undang undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/PER/VII/2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).
10. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Direktur Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, 2013.
1. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Depkes 2000;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene sanitasi
Jasa Boga,
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27/MENKES/2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 tentang Pedoman Gizi Rumah Sakit
Tahun 2013;
7. Buku Pedoman Gizi Rumah Sakit Kementrian Kesehatan RI 2013;
8. Keputusan Direktur Corporate PT. Karya Utama Sehat Sejahtera Nomor :
002/SK/MFM/V/2022 tentang Penetapan Direktur RSU Martha Friska Multatuli;
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
b) Ahli Gizi
Tenaga gizi dalam pelayanan rumah sakit adalah profesi gizi yang terdiri dari
Tenaga Gizi Nutrisionis Registered (NR) dan Teknikal Registered Dietisien (TRD)
bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan gizi dan pelayanan makanan serta
dietetik dan melaksanakan kewenangan sesuai dengan kompetensi.
1. TRD Kompeten adalah TRD atau nutrisionis terampil pelaksana pada jabatan
fungsional, memiliki pengalaman praktek dietetik umum (general) kurang atau
sama dengan empat tahun termasuk menangani masalah gizi dan dietetik yang
sederhana/tidak kompleks.
2. TRD Spesialis adalah TRD kompetensi atau nutrisionis terampil lanjutan yang
memiliki pengalaman praktek dietetik pada satu peminatan (misalnya
ginjal/diabetes melitus/anak/geriatri atau manajemen makanan dan dietetik) lebih
atau sama dengan dari 5 tahun dan telah mengikuti pendidikan/pelatihan yang
intensif sesuai dengan peminatannya.
5
3. TRD Advanced adalah TRD Spesialis atau nutrisionis terampil penyelia yang
memiliki pengalaman praktek dietetik dengan peminatan tambahan selama 5
tahun atau lebih, mengikuti pelatihan profesi secara intensif atau membantu
penelitian gizi, mendapat pengakuan sebagai penyelia dalam manajeman
makanan dan dietetik.
6
Tugas dan fungsi ahli gizi pelayanan gizi rumah sakit meliputi :
1. Ahli gizi
• Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik.
• Pengelola pelayanan gizi di masyarakat.
• Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RS.
• Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizi.
• Pelaksana penelitian gizi.
• Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral.
• Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis.
• Tugas dan fungsi Juru Masak (Cooker) pelayanan gizi RSU Martha Friska
Multatuli meliputi :
1. Melakukan penerimaan bahan makanan.
2. Melakukan penyiapan bahan makanan.
3. Melakukan pengolahan bahan makanan
d) Pramusaji (Steward)
Steward adalah petugas di unit gizi yang bertugas menyiapkan dan
membersihkan peralatan yang akan dipergunakan di rumah sakit.
• Tugas dan fungsi steward pelayanan gizi rumah sakit meliputi :
1. Membagikan makanan ke ruangan rawat inap.
2. Mengambil piring kotor dari ruangan rawat inap.
3. Membersihkan peralatan makan.
2. Distribusi Ketenagaan
Distribusi tenaga gizi di unit gizi RSU Martha Friska Multatuli disesuaikan dengan
standar tingkat pendidikan pada unit pelayanan gizi menurut Pedoman Pelayanan Gizi
Kementerian Kesehatan, 2013. Adapun distribusi ketenagaan pelayanan gizi di RSU
Martha Friska Multatuli adalah sebagai berikut :
• Tenaga untuk penyelenggaraan makanan (dietisien, cook , steward)
• Tenaga untuk asuhan gizi (dietisien)
7
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA UNIT GIZI (110 Tempat Tidur)
1. Kebutuhan tenaga Ahli gizi
Untuk asuhan gizi rawat inap dan penyelenggara makanan berdasarkan jumlah
konsumen :
Ratio tenaga ahli gizi : konsumen = 1:40
Hari pelayanan 7 hari / minggu, hari kerja efektif 6 hari / minggu
Koreksi faktor cuti = 0,2
Jam kerja = 8 jam / hari dan istirahat 1 jam (jam kerja efektif 7 Jam)
Perhitungan dengan jumlah konsumen 110 adalah sebagai berikut:
Ratio 1:40, 110/40 orang = 2,75 orang
Koreksi faktor hari kerja : 7/6 hari x 2,75 orang = 3,20 orang
Koreksi Cuti, Libur, dll: 3,2 + (0,2 x 3,2) = 3,84 orang
Koreksi Istirahat 1 jam: 8/7 x 3,84 orang = 4,38 orang
Maka kebutuhan tenaga ahli gizi adalah 4 orang, sedangkan jumlah ahli gizi yang
tersedia 3 orang, jadi kurang 1 orang.
3. Tenaga Pramusaji
Kebutuhan tenaga pengolahan berdasarkan jumlah konsumen.
Rasio tenaga pengolah : konsumen = 1:25
Hari pelayanan 7 hari / siklus, hari kerja efektif 6 hari / siklus
Koreksi faktor cuti = 0,2
Jam kerja = 8 jam rata-rata / siklus dan istirahat 1 jam (jam kerja efektif 7 Jam)
Perhitungan dengan jumlah konsumen 110 adalah sebagai berikut:
Ratio 1:25, 110/25 orang = 4,4 orang
Koreksi faktor hari kerja : 7/6 hari x 4,4 orang = 5,13 orang
Koreksi Cuti, Libur, dll: 5,13 orang + (0,2 x 5,13) = 6,15 orang
Koreksi Istirahat 1 jam: 8/7 x 6,15 orang = 7,02 orang
Maka kebutuhan tenaga pramusaji adalah 7 orang, sedangkan jumlah tenaga
pengolahan yang tersedia 4 orang, jadi kurang 3 orang.
8
Pencucian peralatan makan pasien: 1 orang
Analisa kebutuhan tenaga Pemeliharaan adalah sebagai berikut:
Hari pelayanan 7 hari/minggu, hari kerja efektif 6 hari / minggu
Koreksi faktor cuti = 0,2
Jam kerja = 8 jam rata-rata / siklus dan istirahat 1 jam (jam kerja efektif 7 Jam)
Perhitungan adalah sebagai berikut:
Koreksi faktor hari kerja : 7/6 hari x 1 orang = 1,16 orang
Koreksi Cuti, Libur, dll : 1,16 orang + (0,2 x 1,16) = 1,39 orang
Koreksi Istirahat 1 jam : 8/7 x 1,39 orang = 1,58 orang
Maka kebutuhan tenaga Pemeliharaan adalah 2 orang, sedangkan jumlah tenaga
pemeliharaan sarana prasarana yang tersedia 1 orang, jadi kurang 1 orang.
Distribusi ketenagaan di RSU Martha Friska Multatuli juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Jumlah pasien.
2. Jumlah dan jenis porsi yang dilayani.
3. Jumlah macam menu yang diselenggarakan.
4. Sarana dan prasarana yang tersedia.
3. Pengaturan Jaga
1. Pramusaji :
• Shift Pagi (06.00 – 14.00) = 1 orang
• Shift Siang (14.00 – 22.00) = 1 orang
• Shift Malam (22.00 – 06.00) = 1 orang
2. Cook :
• Shift Pagi (06.00 – 14.00) = 1 orang
• Shift Siang (14.00 – 22.00) = 1 orang
• Shift Malam (22.00 - 06.00) = 1 orang
3. Ahli Gizi :
• Shift Pagi (06.00 – 14.00) = 1 orang
• Shift Siang (14.00 – 22.00) = 1 orang
• Shift Malam (22.00 - 06.00) = 1 orang
Ahli Gizi Ruangan (08.00-16.30) = 1 orang
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Denah Ruang Unit Gizi
RUANG RUANG
PENYIMPANAN PENYIMPANAN
BAHAN MAKANAN BAHAN MAKANAN
KERING BASAH
RUANG PERSIAPAN
2. Standar Fasilitas
Kegiatan pelayanan gizi di RSU Martha Friska Multatuli dapat berjalan dengan
optimal bila didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan
pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap dan penyelenggaraan makanan.
10
c) Peralatan antropometri : alat ukur tinggi dan berat badan dewasa.
11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
PERENCANAAN MENU
PENGADAAN MAKANAN
DISTRIBUSI/PENYALURAN MAKANAN
12
• Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk
memenuhi selera konsumen atau pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi
prinsip gizi seimbang.
Tujuannya adalah tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di
rumah sakit.
Standar Prosedur Operasional Perencanaan Menu :
1. Tim penyusunan menu yang terdiri dari dietisien, kepala juru masak,
menyusun menu di ruangan gizi untuk dihidangkan ke pasien.
2. Juru masak membuat contoh masakan menu yang akan diberlakukan.
3. Karyawan gizi mengajukan contoh masakan menu ke manajemen rumah sakit
untuk melakukan test awal menu.
4. Jika kepala gizi menyetujui, maka daftar menu mulai diberlakukan.
8. Menu pasien di RSU Martha Friska Multatuli menggunakan bahan makanan
yang berkualitas dan bervariasi dengan siklus menu 7 hari dan diganti setiap 6
bulan sekali.
13
3. Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara
jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang bahan
makanan kering dan dingin/beku.
Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan
kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.Prasyarat penyimpanan bahan makanan
adalah :
1. Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan segar.
2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai peraturan.
3. Tersedianya kartu stok bahan makanan/buku catatan keluar masuknya bahan
makanan.
14
5. Ahli gizi menyerahkan data rekapitulasi diet pasien ke bagian pengolahan
makanan.
6. Bagian pengolahan makanan memasak makanan sesuai data tersebut.
15
Merebus yaitu memasak dengan banyak air. Ada 3 cara dalam merebus, yaitu :
• Api besar unruk mendidihkan cairan dengan cepat dan untuk merebus sayuran.
• Api sedang untuk memasak santan dan berbagai masakan sayur.
• Api kecil untuk membuat kaldu juga dipakai untuk masakan yang memerlukan
waktu lama.
3. Memasak dengan menggunakan lemak.
Menggoreng adalah memasukkan bahan makanan dalam minyak banyak atau
dalam mentega atau margarine sehingga bahan menjadi kering dan berwarna
kuning/kecoklatan.
4. Memasak dengan kombinasi
Memasak dengan kombinasi misalnya menumis yaitu memasak dengan sedikit
minyak atau margarine untuk membuat setengah masak dan ditambah air sedikit
dan ditutup.
Standar Prosedur Operasional Memasak Nasi :
1. Juru masak mencuci beras sampai bersih dengan air mengalir ± 3x pencucian.
2. Juru masak memasukkan beras bersih ke dalam dandang yang berisi air dengan
volume air ± 2-3 ruas jari orang dewasa.
3. Setelah itu dandang dimasukkan ke mesin penanak nasi.
4. Beras dimasak selama ± 60 menit.
5. Setelah nasi masak, nasi diaduk agar kematangan nasi merata.
6. Juru masak mengangkat nasi ke ruang penyajian.
16
Standar Prosedur Operasional Menumis Sayur :
1. Juru masak memetik sayur yang akan dimasak sesuai kebutuhan.
2. Juru masak mencuci sayur yang akan dimasak dengan air mengalir.
3. Juru masak menuangkan sedikit minyak/margarine ke wajan secukupnya hingga
mendidih.
4. Juru masak menuangkan bumbu misalnya bawang merah, bawang putih ke dalam
wajan.
5. Juru masak memasukkan sayur ke dalam wajan.
6. Juru masak menuangkan sedikit air bersih ke dalam wajan, lalu dibiarkan hingga
air mendidih.
7. Juru masak mengaduk sayur, bumbu, dan air dalam bumbu hingga merata ± 3
menit.
8. Setelah masak, juru masak mengangkat dan membawa tumisan sayur ke ruang
penyajian.
7. Distribusi/Penyaluran Makanan
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai
dengan jenis makanan dan jumlah porsi konsumen/pasien yang dilayani.
Tujuan :
Konsumen/pasien mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku .
Prasyarat :
1. Tersedianya peraturan pemberian makanan rumah sakit.
2. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
3. Adanya peraturan pengambilan makanan.
4. Adanya daftar permintaan makanan konsumen/ pasien.
5. Tersedianya peralatan untuk distribusi makanan dan peralatan makan.
6. Adanya jadwal pendistribusia makanan yang ditetapkan.
Distribusi makanan di RSU Martha Friska Multatuli dilakukan secara
dipusatkan/sentralisasi yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat makan di ruang
produksi makanan.
17
Adapun Jadwal Pendistribusian Makanan:
1. Sarapan Pagi : 06.15 – 08.00
2. Snack Pagi : 09.00 – 10.00
3. Makan Siang : 11.30 – 13.30
4. Snack Sore : 15.00 – 16.00
5. Makan Malam : 17.30 – 20.30
18
9. Asuhan Gizi Rawat Inap
Pelayanan Gizi Rawat Inap
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari proses
pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan
makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta monitoring dan evaluasi gizi.
Tujuan :
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
Mekanisme kegiatan asuhan gizi rawat inap :
1. Skrining Gizi
Dilakukan oleh perawat ruangan dan penetapan order diet awal oleh dokter.
Tujuan skrining gizi adalah mengidentifikasi pasien/ klien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus (misalnya pasien dengan kelainan
metabolik; hemodialisis; anak; geriatrik; kanker dengan kemoterapi/radiasi;
luka bakar; pasien dengan imunitas menurun). Hasil skrining gizi awal dicatat
dalam formulir Skrining Gizi Awal dan dimasukkan dalam rekam medis
pasien.
19
c) Ahli Gizi memantau dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi
asupan gizi seperti : kondisi nafsu makan, jumlah makanan yang tidak
dimakan (sisa), makanan dari luar rumah sakit yang dimakan, reaksi saluran
cerna terhadap makanan dalam bentuk wawancara.
d) Ahli Gizi melakukan pencatatan di lembar monitoring dan evaluasi di
rekam medis pasien.
e) Ahli Gizi melaporkan kepada DPJP tentang hal monitoring dan evaluasi.
5. Pencatatan tentang respons pasien terhadap terapi nutrisi yang diberikan dicatat
dalam rekam medis dengan metode ADIME.
6. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan
dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu.
20
BAB V
LOGISTIK GIZI
2. Perawatan
a. Perbaikan Kerusakan
Standar Prosedur Operasional Perbaikan Kerusakan Peralatan Dapur :
1. Kerusakan peralatan dapur dilaporkan oleh karyawan Unit gizi ke kepala gizi.
2. Kepala gizi melaporkan kerusakan peralatan dapur ke bagian teknisi.
3. Bagian teknisi menerima laporan kerusakan alat.
4. Bagian teknisi melakukan perbaikan peralatan dapur.
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan dapur dilakukan setiap harinya yaitu dengan :
1. Mencuci semua peralatan dapur setelah selesai digunakan.
2. Membersihkan peralatan dapur setelah selesai digunakan.
3. Menyapu ruangan dapur setiap tampak kotor.
4. Mengepel ruangan setiap hari.
c. Distribusi
21
Adapun distribusi logistik unit gizi RSU Martha Friska Multatuli:
1. Bahan makanan basah disimpan di tempat penyimpanan basah (kulkas dan
freezer)
2. Bahan makanan kering disimpan di tempat penyimpanan kering (gudang)
3. Peralatan dapur terdistribusi di :
• Ruang penerimaan bahan makanan : timbangan
• Ruang penyimpanan bahan makanan : kulkas, freezer, timbangan, lemari.
• Ruang pengolahan bahan makanan : kompor, pisau, talenan, rice cooker,
panci, kuali, sendok goreng, dan lain–lain.
• Ruang penyajian makanan : mangkok, piring, sendok, nampan, dan lain–lain.
• Ruang penyimpanan trolley : trolley.
• Ruang pencucian : bak pencucian, sabun cuci piring, sikat untuk mencuci
piring.
d. Penyediaan
Penyediaan bahan makanan basah, bahan makanan kering serta peralatan dapur
dilakukan sesuai Standar Prosedur Operasional yang berlaku di RSU Martha
Friska Multatuli.
e. Perlengkapan
Daftar inventaris unit gizi RSU Martha Friska Multatuli
No. Nama Peralatan
1. Kulkas
2. Trolley Diet
3. Trolley Belanja
4. Rice Cooker
5. Blender
6. Mixer
7. Komputer
8. Pemanas Air
9. Gelas
10. Printer
11. Piring Snack
12. Gelas Keramik
13. Kompor Gas
14. Freezer
15. Keranjang Piring
16. AC
17. Piring Keramik
18. Plato
19. Nampan
20. Pisau Buah
21. Pisau Daging
22. Telenan
22
23. Kuali
24. Baskom
Daftar bahan makanan basah unit gizi RSU Martha Friska Multatuli :
• Sayuran :
No. Nama Sayuran
1. Arcis
2. Bayam
3. Brokoli
4. Buncis
5. Bunga Kol
6. Jagung Manis
7. Janten
8. Kacang Merah
9. Kacang Panjang
10. Kangkung
11. Kentang
13. Labu Kuning
15. Oyong
16. Selada
18. Sawi Hijau
19. Sawi Putih
21. Tauge
22. Timun
23. Tomat Sayur
25. Wortel
29. Jeruk Madu
30. Jeruk Nipis
33. Melon
34. Nanas
35. Pepaya
36. Pisang Barangan
37. Pisang Kepok
38. Semangka Merah
39. Kincung
38. Rimbang
40. Jamur Kering
41. Lobak
42. Sayur Parit
Sayur Semangka Kuning
43.
44. Labu Siam
23
45. Labu Air
46. Tahu
47. Tempe
48. Tofu
49. Pokcoy
50. Buncis
51. Daun Kemangi
• Ikan :
No. Nama Ikan
1. Ayam
2. Bakso ikan
3. Ikan fillet
4. Ikan Gembung
5. Ikan Tongkol
6. Ikan Patin
7. Ikan Nila
• Bumbu :
No. Nama Bumbu
1. Asam Potong
2. Daun Jeruk
3. Bawang Bombay
4. Bawang Merah
5. Bawang Putih
6. Cabe merah
7. Cabe rawit
8. Cabe hijau
9. Daun Pandan
10. Daun prey
11. Daun sop
12. Daun salam
13. Jahe
14. Kelapa santan
15. Kemiri
16. Lengkuas
17. Kencur
18. Serai
19. Kunyit
21. Bunga Lawang
22. Kapulaga
24
23. Kayu manis
24. Cengkeh
25. Asam Jawa
26. Buah Pala
27. Andaliman
28. Jeruk Nipis
Daftar Bahan Makanan Kering Unit Gizi RSU Martha Friska Multatuli:
No. Nama bahan makanan kering
1. Tepung Agar-Agar
2. Beras
3. Bihun
4. Bubuk Teh
5. Coklat Seres
6. Garam
7. Farmipan
8. Gula Merah
9. Gula Pasir
10. Ifumie
11. Kacang Tanah
12. Kecap Asin
13. Kecap Manis
14. Kembang Tahu
15. Kerupuk
16. Margarine
17. Mata Ikan
18. Minyak Makan
19. Nutrijell
20. Gula Tropicana Slim
21. Susu Diabetasol
22. Telur
23. Tepung Beras
24. Tepung Kanji
25
25. Royco
26. Tepung Maizena
27. Tepung Panir
28. Tepung Terigu
29. Susu Proten
30. Kismis
31. Makaroni
32. Energen
33. Milo
34. TBM
35. Baking Powder
36. Soda Kue
37. Saus Tiram
38. Saus Tomat
39. Saus Sambal
40. Mie Telur
41. Mie Hun
42. Vanili
43. Jamur Kuping
44. Pasta Kuning
45. Pasta Coklat
46. Pasta Pandan
47. Pasta Mocca
48. Pasta Merah
49. Susu Kental Manis Rasa Coklat
50. Susu Kental Manis Rasa Vanila
51. Kacang HIjau
52. Bubuk Teh Bendera
53. Cup Gelas Sedang + Tutup
54. Wrapping Film
55. Bento
56. Sendok Makan Plastik
57. Tisu Makan
58. Sedotan
59. Plastik Klip
60. Plastik Buah
61. Mika Kecil
62. Mika Sedang
63. Sarung Tangan Plastik
64. Korek Api
65. Tepung Tapioka
26
66. Tepung Hunkwe
f. Ketenagaan
Data sumber daya manusia yang ada di unitgizi RSU Martha Friska Multatuli adalah
No. Jenis kualifikasi Jumlah
1. Dietisien 2
2. Cooker 3
3. Steward 6
27
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan pasien
di RSU Martha Friska Multatuli. Makanan yang diberikan tidak hanya harus
memenuhi unsur gizi tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus bebas dari
komponen – komponen yang menyebabkan penyakit.
A. Keamanan Makanan
Keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan.
Prinsip keamanan makanan meliputi :
1. Good Manufacturing Practices (GMP) atau cara pengolahan makanan yang baik
dan benar.
2. Melindungi klien dari produksi makanan yang tidak aman dan tidak memenuhi
syarat.
3. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang diproduksi sudah
aman dan layak dikonsumsi.
4. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan yang
disajikan.
Mekanisme keamanan makanan dilakukan pada beberapa tahap, yaitu :
1. Pemilihan bahan makanan.
2. Penyimpanan bahan makanan.
3. Pengolahan bahan makanan.
4. Penyimpanan makanan masak.
5. Pengangkutan Makanan.
6. Penyajian Makanan.
Pemilihan Bahan Makanan
a) Memilih dan ciri–ciri makanan yang berkualitas.
Memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi dapat dilakukan dengan beberapa
cara sebagai berikut :
• Makanan dipilih dalam keadaan tertutup atau dalam kemasan sehingga terbebas dari
debu, lalat, kecoa dan tikus serta mikroba.
• Makanan dipilih dalam kondisi baik atau sebelum melewati tanggal kadaluarsa.
• Makanan dipilih dengan mengamati apakah makanan tersebut berwarna
mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya
• Makanan dipilih dengan memperhatikan kualitas makanan tersebut apakah
masih segar atau sudah berjamur yang bisa menyebabkan keracunan
• Makanan dipilih dengan mengamati komposisinya apakah mengandung bahan
tambahan makanan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan
b) Tanda kerusakan bahan makanan
Berbagai tanda kerusakan bahan makanan adalah sebagai berikut :
1. Ayam dan produk olahannya.
Tanda – tanda kerusakan ikan adalah :
28
• Adanya bau busuk karena gas ammonia, sulfida atau senyawa busuk
lainnya, terbentuknya lendir pada permukaan ayam
• Adanya perubahan warna yaitu kulit dan daging ayam menjadi kusam atau
pucat
2. Ikan dan produk olahannya.
Tanda – tanda kerusakan ikan adalah :
• Adanya bau busuk karena gas ammonia, sulfida atau senyawa busuk
lainnya, terbentuknya lendir pada permukaan ikan
• Adanya perubahan warna yaitu kulit dan daging ikan menjadi kusam atau
pucat
• Adanya perubahan daging ikan yang tidak kenyal lagi, tumbuhnya kapang
pada ikan kering.
3. Susu dan produk olahannya.
Tanda–tanda kerusakan susu adalah :
• Adanya perubahan rasa susu menjadi asam dan susu
menggumpal.
• Adanya perubahan bau menjadi tengik, tumbuhnya kapang pada produk
olahan susu.
4. Telur dan produk olahannya.
Tanda – tanda kerusakan telur utuh adalah :
• Adanya perubahan fisik seperti penurunan berat karena airnya menguap,
pembesaran kantung telur karena sebagian isi telur berkurang, timbulnya
bintik–bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena tumbuhnya bakteri,
tumbuhnya kapang perusak telur, timbulnya bau busuk.
5. Sayuran dan buah–buahan serta produk olahannya.
Tanda–tanda kerusakan sayuran dan buah–buahan serta produk olahannya adalah :
• Menjadi memar karena benturan fisik.
• Menjadi layu karena penguapan air, timbulnya noda–noda warna karena
spora kapang yang tumbuh pada permukaannya.
6. Biji–bijian, kacang–kacangan dan umbi–umbian
Tanda kerusakan pada biji–bijian, kacang–kacangan dan umbi–umbian adalah
• Adanya perubahan warna dan timbulnya bintik–bintik berwarna karena
pertumbuhan kapang pada permukaannya.
7. Minyak goreng
Tidak menggunakan minyak goreng daur ulang atau minyak yang telah digunakan
lebih dari dua kali proses penggorengan. Tanda minyak daur ulang komersial
adalah :
• Harganya murah, ada kemungkinan sudah diputihkan, dan makanan hasil
penggorengannya akan menyebabkan tenggorokan gatal jika dikonsumsi.
Minyak goreng yang lebih dari dua kali penggorengan biasanya warnanya
sudah hitam kecoklatan.
8. Saos
Saos yang rendah mutunya dan berisiko tidak aman dicirikan oleh harga yang amat
murah, warna merah yang mencolok, dijual dalam kemasan tidak bermerek,
citarasa yang tidak asli, dan rasa pahit setelah dikonsumsi.
29
c) Penyimpanan Bahan Makanan
Cara penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara keamanan makanan (kering atau basah), baik kualitas maupun
kuantitas pada tempat yang sesuai dengan karakteristik bahan makanannya.
Penyimpanan bahan makanan dapat berjalan dengan baik jika sudah
memiliki/memenuhi prasyarat penyimpanan yaitu :
a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun
bahan berbahaya.
b. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out ( FIFO ) dan first
expired first out ( FEFO ) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
dan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan terlebih dahulu.
c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan
makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari
pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak
lembab.
d. Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm.
e. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80–90 %.
f. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu +10°
g. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit – langit
30
c. Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi pengerasan.
d. Semua bahan yang akan dimasukkan ke lemari/ruang pendingin sebaiknya
dibungkus plastik/kertas timah.
e. Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan makanan
yang tidak berbau.
f. Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul – betul diperhatikan.
Lama Waktu Penyimpanan
No. Jenis Bahan Makanan
< 3 hari ≤ 1 minggu >1 minggu
Daging, ikan, udang dan hasil -10- -50 0 C < -10 0 C
1. olahannya -5- 00 C
Telur, buah dan hasil -5-0 0 C < -50 C
2. olahannya 5-70 C
3. Sayur, buah dan minuman 250 C 250 C 250 C
4. Tepung dan biji-bijian 250 C 250 C 250 C
d) Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan yang baik adalah pengolahan makanan yang mengikuti
prinsip–prinsip hygiene dan sanitasi atau cara produksi yang baik yaitu :
1. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan teknis
hygiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan
dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya.
2. Pemilihan bahan (sortir) untuk memisahkan /membuang bagian bahan yang
rusak untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi risiko
pencemaran makanan.
3. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam
memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan
yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
4. Peralatan
Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan makanan (food
grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
31
• Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak serta makanan
basah dan kering.
• Dahulukan memasak makanan yang tahan lama seperti goreng – gorengan
yang kering.
• Makanan berkuah dimasak paling akhir.
• Makanan yang belum waktunya dimasak disimpan di kulkas/lemari es.
• Uap makanan jangan sampai masuk ke dalam makanan karena akan
menyebabkan kontaminasi ulang.
• Tidak menjamah makanan jadi/masak dengan tangan tetapi harus
menggunakan alat seperti penjepit/sendok.
• Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci.
Pengangkutan Makanan
Pengangkutan bahan makanan
• Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
• Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis
• Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting, dan diduduki.
• Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan dingin,
diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan makanan tidak rusak
seperti daging, susu cair dan sebagainya.
Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap
• Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
• Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu
higienis.
• Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing–masing dan bertutup.
32
• Wadah harus utuh, kuat tidak karat dan ukurannya memadai dengan jumlah
makanan yang akan ditempatkan. Wadah tidak dibuka tutup selama perjalanan.
• Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang mencair
(kondensasi).
• Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan
tetap panas pada suhu 60°C atau tetap dingin pada suhu 40°C.
Penyajian Makanan
Prinsip penyajian makanan :
• Prinsip pewadahan yaitu setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
yang terpisah dan memiliki tutup untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang.
• Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi baru
dicampur menjelang penyajian untuk menghindari makanan cepat basi.
• Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan bahan yang
dapat dimakan, hal ini bertujuan untuk menghindari kecelakaan salah
makan.
• Prinsip pemisah yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus dipisah satu
sama lain.
• Prinsip panas yaitu penyajian makanan yang harus disajikan dalam keadaan
panas, hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan
meningkatkan selera makan. Panas yaitu makanan yang harus disajikan
panas diusahakan tetap dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu
makanan, sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean
merry) makanan harus berada pada suhu > 60° C.
• Prinsip bersih yaitu setiap peralatan/wadah yang digunakan higienis, utuh, tidak
cacat atau rusak.
• Prinsip handling yaitu setiap penanganan makanan tidak boleh kontak
langsung dengan anggota tubuh.
• Prinsip tepat penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hiding dan
tepat volume (sesuai jumlah).
33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Pengertian
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
ataupun kelalaian/kesengajaan.
2. Tujuan
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi perlindungan pada pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi, dan penularan.
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
j. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya.
l. Mengamankan dan memperlancar pangangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
o. Mencegah terkena aliran listrik.
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
34
6) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan
badan dan kualitas barang.
7) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penerimaan dan
penyimpanan.
35
5) Tersedia alat/obat P3K yang sederhana.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
36
Pelayanan gizi di RSU Martha Friska Multatuli dikatakan berkualitas bila hasil pelayanan
mendekati hasil yang diharapkan dan dilakukan sesuai dengan standard dan prosedur
yang berlaku.Fungsi dari pengendalian mutu adalah :
1. Mengawasi setiap tahapan proses.
2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan.
3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu
Indikator mutu pelayanan gizi mencerminkan mutu kinerja unit gizi. Beberapa
indikator yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur mutu pelayanan gizi adalah :
A. Indikator berdasarkan Indikator Kinerja Unit
1. Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien
Judul Indikator Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
Definisi operasional Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
adalah ketepatan penyediaan makanan pada pasien sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan unit gizi
Dimensi Mutu Efektifitas, akses dan kenyamanan
Frekuensi pengumpulan 1 bulan
Data
Periode analisis 3 bulan sekali
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang mendapat makanan
tepat waktu sesuai jadwal dalam satu bulan.
Denuminator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan
Sumber data Survey
Metodologi Analisis Data Line Chart
Standar ≥ 90%
Penanggung jawab Kepala Unit Gizi
37
• Perhitungan rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang selama
triwulan/tahunan.
• Rekapitulasi pemasukan dan pemakaian bahan makanan.
• Perhitungan harga rata – rata pemakaian bahan makanan per orang per hari
dalam satu kali putaran menu.
• Pelaporan tentang kondite karyawan harian/tahunan.
• Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar per bulan.
• Realisasi penggunaan anggaran belanja.
• Evaluasi anggaran belanja.
7. Pendataan dan pencatatan nama dan diet pasien adalah proses pendataan
dengan mencatat nama pasien dan diet pasien rawat inap sesuai dengan data
yang diperoleh dari bidang keperawatan yang meliputi :
• Nama pasien.
• Nomor rekam medis.
• Tanggal lahir (umur pasien).
• Diagnosis.
• Diet.
• Alergi.
38
BAB IX
PENUTUP
39