BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan
negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia
harapan hidup, dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat
dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan
gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi di
dalam keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya harus
dirawat di suatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit (RS) (PGRS, 2013).
Masalah gizi di Rumah Sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan
kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan
mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan
penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan (PGRS, 2013).
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi
kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk
perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya
penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi,
dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya (PGRS, 2013).
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis
yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan
fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat
jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi
(PGRS, 2013).
Ditinjau dari pentingnya penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit Islam Kota Magelang
maka dibuat suatu pedoman penyelenggaraan pelayanan makanan agar dapat menjadi acuan
Instalasi Gizi di Rumah Sakit Amal Sehat dalam pengelolaan makanan dan gizi klinis.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
1. Pelayanan gizi rawat jalan;
2. Pelayanan gizi rawat inap;
3. Penyelenggaraan makanan;
4. Penelitian dan pengembangan gizi.
D. LANDASAN HUKUM
Pedoman ini disusun berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku yaitu :
1. UU RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan;
2. UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Makanan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/KEP/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
5. Permenkes No. 26 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga
Gizi;
6. Buku Pelayanan Gizi Rumah Sakit tahun 2013.
A. LATAR BELAKANG
BAB II Pedoman Pelayanan Gizi
STANDAR KETENAGAAN
Pelayanan gizi yang baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian
standar akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu pada The Joint
Comission Internasional (JCI) for Hospital Accreditation. Semakin baik pelayanan gizi yang
diberikan oleh rumah sakit, maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut.
Hal ini dapat terlaksana bila tersedia tenaga gizi yang profesional dalam memberikan
pelayanan gizi. Profesionalisme tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi diatur
berdasarkan Permenkes No 26 tahun 2013, tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan
Praktek Tenaga Gizi. Dalam upaya menjamin pelaksanaan pelayanan gizi yang optimal di
rumah sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci yang memuat
jenis dan jumlah tenaga gizi.
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit. selain tenaga gizi, dibutuhkan juga
tenaga pendukung lainnya.
2. Ahli Gizi
Kualifikasi ahli gizi Rumah Sakit Islam Kota Magelangberpendidikan S1 Gizi Kesehatan
yang berpengalaman selama minimal 2 tahun di pelayanan gizi rumah sakit, memiliki
STR dan memiliki sertifikat pelatihan gizi.
3
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
C. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Kepala Instalasi Gizi
Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri dipimpin oleh petugas S1 Gizi
Kesehatan yang telah memiliki STR, telah berpengalaman minimal 2 tahun dan telah
memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan (selaku pengelola) dan sertifikat
pelatihan gizi lainnya. Kepala Instalasi Gizi bertanggung jawab dalam mengelola
pelayanan gizi, pelayanan gizi klinis serta secara operasional bertanggung jawab kepada
Kepala Penunjang Medis. Tugas dan fungsi Kepala Instalasi Gizi meliputi :
a) Kegiatan Asuhan Gizi
Ruang lingkup asuhan gizi meliputi asuhan gizi rawat jalan dan rawat inap.
Pelayanan asuhan gizi, baik kasus umum maupun kasus- kasus khusus (seperti
gangguan ginjal, diabetes, penyakit gastrointestinal, dan sebagainya serta pada
sakit berat dan memerlukan dukungan gizi). Pada pelayanan ini dibutuhkan
pimpinan/staf yang kompeten (qualified) mengembangkan kriteria untuk
mengidentifikasi pasien yang memerlukan assesmen nutrisional lebih lanjut dan
memiliki ketrampilan khusus dalam melakukan assemen gizi, pengetahuan
dietetik yang tinggi, pemberian enteral, perhitungan parenteral dan penanganan
masalah gizi pada kondisi sakit berat.
Pelaksanaan kegiatan asuhan gizi terstandar :
· Melakukan proses asuhan gizi terstandar termasuk intervensi konseling gizi;
· Mengikuti ronde tim kesehatan dan memberikan arahan mengenai
intervensi gizi pasien rawat inap;
· Mengumpulkan, menyusun dan menggunakan materi dalam memberikan
edukasi gizi;
· Interpretasi dan menggunakan hasil penelitian terkini yang berkaitan
dengan asuhan gizi.
4
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
· ·
·
· ·
·
· ·
Merencanakan dan mengembangkan menu;
Pedoman
Menyusun spesifikasi untuk pengadaan makanan dan peralatan;
Pelayana
Memantau dan mengevaluasi penerimaan pasien/klien terhadap pelayanan
n Gizi
makanan;
Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengawasan mutu
Merencanakan, mengontrol, dan
makanan;
mengevaluasi pelayanan makanan;
Merencanakan dan menentukan tata letak ruang pengolahan makanan dan
Mengelola sumber dana dan sumber
kebutuhan peralatan;
daya lainnya;
Menerapkan hasil studi/ penelitian untuk mengembangkan operasional,
Menetapkan standar sanitasi,
efisiensi dan kualitas sistem pelayanan makanan.
keselamatan dan keamanan;
2. Ahli Gizi
Ahli Gizi Rumah Sakit Islam Kota Magelangberjumlah 1 orang termasuk kepala instalasi
gizi yang merangkap fungsi dan perannya sebagai ahli gizi.
5
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
D. PENGATURAN JADWAL
Pelayanan Instalasi Gizi terbagi dalam 3 shif yaitu shif pagi, siang dan malam, dengan
jam jaga sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pengaturan Jadwal
SHIFT WAKTU
Proporsi petugas sesuai kebutuhan terdiri dari ; petugas pengolah gizi dan petugas pramusaji.
Setiap petugas pengolah juga mempunyai tugas perbekalan yang dilakukan dalam setiap kali
jaga. Sedangkan kepala instalasi gizi selaku merangkap ahli gizi tidak masuk shif, bertugas
selama 6 hari dari jam 07.00 – 14.00. Dengan proporsi petugas belum sesuai kebutuhan.
Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Kota Magelangjuga berfungsi sebagai ahli gizi dalam
penyelenggaraan makanan maupun pelayanan klinis.
E. PEMBINAAN TENAGA
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan
memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikat) baik internal maupun eksternal, pendidikan
lanjutan, kursus, mengikuti symposium/ seminar yang bertujuan untuk untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu, sesuai dengan jenjang
dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
6
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
BAB III
STANDAR FASILITAS
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal bila didukung dengan
sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan pelayanan gizi rawat jalan , rawat inap
dan penyelenggaraan makanan (PGRS, 2013).
2. Peralatan
a) Peralatan kantor : Meja, kursi, komputer, kursi ruang tunggu, print dan rak arsip.
b) Peralatan penunjang konseling : leflet, formulir asuhan gizi, leflet daftar bahan
makanan penukar, food model, SPO, buku pedoman pelayanan gizi.
c) Peralatan antropometri : timbangan berat badan dewasa, microtoice, alat ukur
LILA, metlin dan formulir skrening gizi.
Keterangan :
1. Ruang ganti
2. Gudang alat
Gambar 3.1
Denah Instalasi Gizi
3. Tempat cuci bahan,alat dan sterilisasi alat
4. Ruang distribusi
5. Ruang pencucian alat
6. Ruang racik
7. Ruang masak
8. Ruang penyajian
9. Gudang bahan kering
10. Ruang administrasi
Fasilitas minimal yang terdapat di ruang gizi Rumah Sakit Islam Kota Magelangmeliputi
: Kulkas, kompor, ciller, water hitter, wastafel, mejikom,showcase, meja racik, exhausfan,
rak tiris, rak peralatan masak, rak penyimpanan bahan makanan, troli makanan tertutup, troli
terbuka, almari penyimpanan alat makan, meja ahli gizi, peralatan makan pasien, peralatan
makan karyawan, peralatan memasak, ember, tabung gas, thermometer, telepon internal,
alat tulis kantor, kursi, rak penyimpanan buku, timbangan makanan dan alat pemadam
kebakaran (APAR).
Peralatan/fasilitas minimal untuk konsultasi gizi Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri:
- Buku kepustakaan
- Leaflet diet penyakit
- Ruang konsultasi gizi
- Timbangan BB
- Microtoa
- Peralatan menulis
- Metlin
- Form asuhan gizi
- Food model
- Daftar bahan makanan penukar
Monev
Kontrol Ulang
Rawat Inap Rawat Jalan
Permintaan, Pembatalan,
Perubahan Diet
10
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
JALAN
Pedoman Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan
monitoring evaluasi kepada pasien di rawat jalan. Asuhan gizi rawat jalan pada umumnya
disebut kegiatan konseling gizi dan dietetik atau edukasi/ penyuluhan gizi.
Tujuan :
Memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan membantu
mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai jumlah asupan makanan yang
sesuai, jenis diet, yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis diet dengan kondisi
kesehatannya.
Sasaran :
· Pasien dan keluarga
· Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
· Individu pasien yang datang atau dirujuk
· Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah sakit.
Mekanisme kegiatan :
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti; pelayanan konseling
gizi dan dietetik di bagian rawat jalan. Pelayanan penyuluhan berkelompok seperti;
pemberian edukasi di kelompok pasien diabetes, pasien stroke, pasien ginjal, ibu hamil dan
menyusui, pasien jantung koroner, pasien AIDS, kanker, dll.
Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling
gizi untuk pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok adalah sebagai berikut :
11
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
i) j)
Pedoman Pelayanan
yang telah diberikan
untuk mengetahui tingkat pemahaman/penerimaan materi pendidikan yang telah
Gizi
disampaikan.
Ahli gizi melakukan review Jika pasien dan atau keluarga belum paham dengan materi yang diberikan maka
terhadap materi konsultasi gizi ahli gizi akan kembali memberikan penjelasan pokok-pokok materi secara
singkat.
k) Jika pasien dan atau keluarga telah memahami materi yang diberikan maka ahli
gizi segera mengakhiri konsultasi gizi.
l) Ahli gizi menganjurkan ke pasien dan untuk melakukan kunjungan ulang (control),
untuk mengetahui keberhasilan intervensi untuk dilakukan monitoring dan
evaluasi gizi (monev)
m) Ahli gizi mencatat hasil konsultasi gizi dengan format ADIME (Asesmen, Diagnosis,
Intervensi, Monitoring & Evaluasi) dimasukkan ke rekam medik pasien
n) Untuk rujukan pasien eksternal, Ahli gizi menulis balasan rujukan yang ditujukan
oleh dokter/ahli gizi perujuk.
2. Penyuluhan Gizi
a) Persiapan penyuluhan :
· Menentukan materi sesuai kebutuhan
· Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
· Merencanakan media yang akan digunakan
· Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
· Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
b) Pelaksanaan penyuluhan :
· Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
· Ahli gizi menyampaikan materi penyuluhan.
· Melakukan sesi tanya jawab
Mekanisme Kegiatan
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh dokter
bangsal (dokter umum)/ Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan dibantu oleh
perawat sedangkan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) ditentukan oleh
dokter IGD atau DPJP. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang
berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud
adalah pasien dengan kelainan metabolik; hemodialisis; anak; geriatrik; kanker dengan
kemoterapi/ radiasi; luka bakar ; pasien dengan imunitas menurun; sakit kritis dan
sebagainya.
Skrining gizi dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk rawat inap
rumah sakit. Metode skrining yang digunakan Rumah Sakit Islam Kota Magelangadalah
metode MST (Malnutrition Screening Tool).
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka pasien dengan
risiko nutrisi tersebut akan dirujuk ke ahli gizi untuk mendapat terapi nutrisi
selanjutnya. Terapi nutrisi berupa pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan
langkah - langkah proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi. Untuk pasien dengan
status gizi baik atau tidak berisiko malnutrisi akan dilakukan skrining ulang setelah 1
minggu untuk ranap dan dilakukan skrining ulang pada saat kontrol untuk pasien rawat
jalan. Jika nantinya hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan proses
asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi.
Persiapan Bahan
Makanan
Perencan Penyajia
aan Menu Pengadaan n bahan Pengolahan
Penerimaan & Pelayana
Bahan makanan Bahan
Penyimpanan n
Bahan Makanan
makanan
Distribusi makanan Pasien
1. Menetapkan Standar Performance
(120 2. 3. Performance dari
hari/10) x Ʃ
Konsumen Menguku Bandingka standar
rata – rata
x total r n 4.
macam dan Performa Performan
Ʃ makanan Mengadakan
10 hari nce ce dengan Tindakan
Gambar 4.2
Standar Perbaikan
Proses Asuhan Gizi Rumah Sakit Islam Kota Magelang
13
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
Langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar :
a) Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu :
1) Pengukuran antropometri;
2) Data biokimia, tes medis dan prosedur
3) Pemeriksaan fisik klinis;
4) Riwayat makan pasien/personal.
Yang melakukan pengukuran data assessment gizi adalah perawat/bidan untuk BB
dan TB, analis kesehatan untuk data biokimia, dokter untuk pemeriksaan fisik
klinis dan ahli gizi/dokter untuk riwayat makan/ personal.
Penjabaran lebih lengkap mengenai assessmen/pengkajian gizi terdapat pada
buku panduan assesmen gizi.
b) Diagnosa Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang
ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem
Etiologi dan Signs/ Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :
1) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan
energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui
oral maupun parenteral dan enteral.
Contoh :
Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa
dan nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata rata sehari
kurang dari 40 % kebutuhan (S).
2) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ.
Contoh :
Kesulitan menyusui (P) berkaitan dengan (E) kurangnya dukungan keluarga
ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S).
3) Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan
keamanan makanan.
Contoh :
Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan
mendapat informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet
yang dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan makanan/ makanan
yang tidak dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran (S).
c) Intervensi Gizi
Intervensi gizi merupakan proses penting dari sebuah proses asuhan gizi
terstandar karena pada intervensi gizi inilah ada proses yang menyeluruh untuk
Jenis Diet :
Sebelum memberi makan (diet) pada pasien, semua pasien rawat inap telah
dipesankan makanan (diet) dan dicatat pada status rekam medis pasien
berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter IGD/ dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP). Pesanan diet (makan) pasien ini didasarkan atas
status gizi dan kebutuhan pasien. Setelah pasien masuk ke bagian rawat
inap ahli gizi secara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan
diagnosis gizi. Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan diet order dari
dokter IGD/DPJP maka diet tersebut diteruskan dengan dilengkapi
rancangan diet selanjutnya. Bila diet tidak sesuai maka akan dilakukan
usulan perubahan jenis diet dengan mendiskusikannya terlebih dahulu
bersama (DPJP).
Modifikasi diet :
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi,
meningkatkan/menurunan nilai energi, menambah/mengurangi jenis bahan
makanan atau zat gizi yang dikonsumsi, membatasi jenis atau kandungan
makanan tertentu, menyesuaikan komposisi zat gizi (protein, lemak, KH,
15
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
cairan dan zat gizi lain), mengubah jumlah ,frekuensi makan dan rute
makanan. Makanan (diet) di Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri berbentuk
makanan biasa, lunak, halus, saring dan cair.
Jalur makanan :
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau
parenteral
3. Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana ahli gizi
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan gizi kepada pasien
dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi
harus menggambarkan dengan jelas : “ apa, dimana, kapan, dan
bagaimana” intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan
respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi. Untuk
kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama, intervensi
dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi;
edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi. Setiap kelompok
mempunyai terminologinya masing - masing.
17
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
Ahli gizi akan melakukan implementasi intervensi gizi pada pasien dengan
kegiatan sebagai berikut :
· Pemberian Makanan Atau Diet Pasien
Setelah ahli gizi menentukan rencana intervensi gizi untuk masing-
masing pasien rawat inap maka pada tahapan implementasi
intervensi gizi ini ahli gzi menetapkan jenis diet, jumlah kalori,
konsistensi diet dan cara pemberian diet pasien, kemudian
menuliskannya pada buku pemesanan diet pasien rawat inap. Buku
pemesanan diet ini berisi : no, nama pasien, umur pasien, no RM
pasien, diagosa medis pasien, ruang dimana pasien dirawat, jenis
diet, data laboraturium (bila ada) serta konsistensi diet yang
diberikan pada setiap waktu pemberian makan. Form pemesanan
diet pasien rawat inap ini akan digunakan sebagai dasar pemesanan
diet pasien. Selanjutnya form ini akan diserahkan ke bagian gizi
untuk dibuatkan diet sesuai pesanan ahli gizi. Form pemesanan diet
pasien rawat inap akan di update setiap kali ada pasien masuk rawat
inap (pasien baru) maupun pasien keluar rawat inap. Untuk pasien
yang masuk rawat inap/pasien baru maka update penulisan
pemesanan diet pasien rawat inap dilakukan oleh petugas gizi sesuai
rekomendasi pemesanan diet awal dokter IGD atau DPJP. Sedangkan
untuk pasien yang keluar dari rawat inap maka akan ditandai dengan
tanda silang pada bagian no (dalam form pemesanan diet pasien
ranap) dan menuliskan keterangan BLPL untuk pasien dengan status
Boleh Pulang/ diijinkan pulang oleh DPJP/dokter bangsal, tanda +
untuk pasien meninggal dunia, APS untuk pasien dengan status
pulang atas permintaan sendiri dan REVER/ RUJUK untuk pasien yang
dirujuk pada kolom keterangan buku pemesanan diet pasien rawat
inap.
· Edukasi Gizi
Edukasi gizi dilakukan pada pasien rawat inap dengan prioritas
edukasi sesuai hasil skrining gizi dan sesuai kebijakan direktur.
Pasien dengan resiko masalah gizi merupakan prioritas utama untuk
diberikan edukasi. Materi edukasi yang diberikan sesuai dengan
check list pada form konsultasi gizi. Setelah edukasi dilakukan maka
ahli gizi menandatangani form konsultasi gizi sebagai bukti telah
melakukan edukasi dan memintakan tanda tangan pernyataan pada
pasien dan atau keluarga pasien bahwa pasien dan atau keluarga
pasien telah memahami konsultasi yang diberikan.
Koordinasi Pelayanan
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan
asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan, ahli gizi berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan
tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan
asuhan gizi. Peran masing masing tenaga kesehatan tersebut dalam
memberikan pelayanan adalah :
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
· Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan
keadaan klinis pasien.
· Menentukan preksripsi diet awal (order diet awal) atau diet
pasien baru.
· Bersama ahli gizi menetapkan preskripsi diet definitive.
· Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
· Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
peranan terapi gizi.
· Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau
konseling/konsultasi gizi.
· Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi
secara berkala bersama ahli gizi, perawat dan tenaga
kesehatan lain selama pasien dalam masa perawatan.
19
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
2. Dokter Umum Pedoman Pelayanan Gizi
· Skrining pasien baru/awal perawatan
· Memesan diet pasien baru
· Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
peranan terapi gizi.
· Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau
konseling/konsultasi gizi.
· Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi
secara berkala bersama ahli gizi, perawat dan tenaga
kesehatan lain selama pasien dalam masa perawatan.
3. Perawat
· Membantu proses skrinning awal pasien
· Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi
dan atau kondisi khusus ke ahli gizi.
· Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat
badan, tinggi badan/ panjang badan secara berkala.
· Melakukan pemantauan dan respon klinis pasien terhadap diet
yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada ahli gizi
bila terjadi perubahan kondisi pasien.
· Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait
pemberian makanan melalui oral/ enteral dan parenteral.
4. Ahli Gizi
· Melakukan skrining gizi, mengkaji hasil skrining gizi dan order
diet awal dari dari dokter IGD atau DPJP.
· Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang
berisiko malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi
pengumpulan, analisa dan interpretasi data riwayat gizi;
riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil laboratorium
terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi.
· Mengidentifikasi masalah / diagnosa gizi berdasarkan hasil
asesmen dan menetapkan prioritas diagnosis gizi.
· Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan
preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet
definitive serta merencanakan edukasi / konseling.
· Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet
definitive.
· Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain
dalam pelaksanaan intervensi gizi.
· Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
· Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
· Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada
pasien dan keluarganya.
· Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi.
· Melakukan assesmen gizi ulang (reassesment) apabila tujuan
20
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
belum tercapai.
· Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan
dokter, perawat, anggota tim asuhan gizi lain, pasien dan
keluarganya dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan
gizi.
5. Farmasi
· Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin,
mineral, elektrolit dan nutrisi parenteral.
· Menentukan kompatibilitas zat gizi yang diberikan kepada
pasien.
· Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan
cairan parenteral oleh pasien bersama perawat.
· Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemantauan interaksi
obat dan makanan.
· Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
interaksi obat dan makanan.
D. PENYELENGGARAAN MAKANAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja,
pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan,
distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Praktek pelaksanaannya harus memenuhi
peraturan dan perundangan yang berlaku.
Tujuan :
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat diterima
oleh pasien untuk mencapai status gizi yang optimal.
Pengolahan Persiapan
Distribusi Penyajian
Bahan Bahan
makanan bahan
Makanan Makanan
makanan
Gambar 4.3
Alur Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit Islam Kota Magelang
21
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
yang dianut dan mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku dan
menerapkan Standar Prosedur yang ditetapkan.
1. PERENCANAAN
Perencanaan Menu
Kaidah penyusunan menu harus mencakup aspek :
a) Balace
Artinya adanya keseimbangan dalam rasa, warna dan penggunaan bahan
makanan. Bisa juga diartikan bahwa tidak boleh terjadi :
· Pengulangan warna pada setiap kali makan
· Pengulangan bahan pada setiap kali makan
· Pengulangan bentuk pada setiap kali makan
· Pengulangan rasa pada satu kali makan
b) Bervariasi
Artinya tidak boleh terjadi penggunaan hidangan yang sama dalam satu hari siklus
menu atau tidak boleh terjadi metode pemasakan yang sama dalam satu kali
makan.
Langkah-langkah perencanaan menu :
a) Membentuk Tim Kerja
Membentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari ahli gizi dan
koordinator rumah tangga dan dapur (petugas pengolah).
b) Menetapkan Macam Menu
Macam menu yang dimaksud berupa standar menu (diet biasa) dan standar diet
khusus pasien. Hal ini bertujuan agar terdapat bermacam variasi pilihan makanan
bagi pasien konsisten dengan kondisi dan pelayanannya.
c) Menetapkan Lama Siklus Menu dan Kurun Waktu Penggunaan Menu
Siklus menu yang ditetapkan untuk instalasi gizi Rumah Sakit Islam Kota Magelang
berupa siklus menu 10 hari plus 1 hari, sedangkan perputaran penggunaan menu
dilakukan selama 6 bulan.
d) Menetapkan Pola Menu
Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi macam
hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran
menu.
e) Menetapkan Besar Porsi
Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang direncanakan setiap
kali makan dengan menggunakan satuan penukar berdasarkan standar makanan
yang berlaku.
f) Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang dan malam pada satu putaran
menu termasuk jenis makanan selingan.
g) Merancang Format Menu
Format menu adalah susunan hidangan sesuai dengan pola menu yang telah
ditetapkan. Setiap hidangan yang terpilih dimasukkan dalam format menu sesuai
golongan bahan makanan.
(120 hari/10) x Ʃ Konsumen rata – rata x total macam dan Ʃ makanan 10 hari
Pengertian :
25
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
· Pemesanan Logistik
Pemesanan logistik dilakukan dalam setiap awal bulan. Pemesanan ini diajukan
oleh koordinator rumah tangga dan dapur, petugas gizi dan atau ahli gizi dengan
persetujuan kepala bagian gizi. Selanjutnya pemesanan logistik ini diserahkan
· pada bagian keuangan untuk diajukan pada direktur untuk mendapat persetujuan.
Pemesanan Bahan Makanan yang Bersifat Cito
Adalah pemesanan bahan makanan yang bersifat segera. Dilakukan dengan cara
melakukan order melalui telfon dan diketahui Kepala Gizi atau koordinator dapur
dan rumah tangga. Pemesanan bisa dilakukan di sekitar lingkungan Rumah sakit
Amal Sehat Wonogiri.
26
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
·
Pedoman Pelayanan Gizi
27
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
makanan. Pedoman Pelayanan Gizi
Tujuan :
Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan.
Penyimpanan bahan makanan di instalasi gizi dilakukan di tiga tempat berbeda yakni di
:
a) Gudang Penyimpanan Bahan Makanan Kering
Terdapat ruang penyimpanan khusus bahan makanan kering di instalasi gizi
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri. Penyimpanan bahan makanan kering bersifat
minimal yaitu meminimalkan stok atau penyimpanan bahan makanan ini hanya
untuk jangka waktu ± 1 minggu. Penyimpanan bahan makanan kering dan BHP
diletakkan dalam rak penyimpanan tertutup yang telah tersedia. Disimpan
berkelompok berdasarkan jenis bahan makanannya dan diberikan label yang
bertuliskan tanggal pembelian bahan. Penyimpanan bahan makanan kering
bersifat first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO). Bahan yang
dibeli lebih awal/yang memiliki kode expired lebih awal disimpan pada bagian
depan agar terambil lebih dahulu. Selanjutnya petugas gizi (pengolah/penyaji)
akan mengisi jumlah bahan, kualifikasi bahan, jenis bahan dan tanggal
penerimaan pada buku stok bahan makanan kering. Untuk menjaga ketersediaan
stok dan kualitas bahan makanan dilakukan pengecekan setiap 1 minggu sekali
untuk BHP dan setiap hari oleh petugas shif jaga malam untuk bahan makanan
kering.
karet kemudian ditempeli kertas label pada polybag yang bertuliskan tanggal
kapan susu dibuka/pertama kali digunakan. Batas waktu penyimpanan susu dalam
polybag maksimal dapat digunakan kembali dalam waktu 1 bulan dengan
ketentuan sebagai berikut :
· Tidak berubah warna dan rasa
· Tidak menggumpal
· Tidak berbau tengik/bau selain bau khas susu
· Tidak berjamur
· Tidak terdapat cemaran hewani maupun cemaran lain yang berbahaya.
Nutrisi enteral disimpan pada tempat yang memiliki suhu sejuk, kering dan
tempat yang bersih sesuai dengan ketentuan penyimpanan pabrik. Untuk menjaga
kualitas penyimpanan nutrisi enteral dilakukan pengecekan setiap 3 kali dalam 1
minggu oleh petugas gizi yang ditunjuk.
29
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
· Pedoman Pelayanan Gizi
·
Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan
makanan.
Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
Persyaratan :
· Tersedianya menu, pedoman menu dan siklus menu
· Tersedianya bahan makanan yang akan dimasak
· Tersedianya peralatan pemasakan bahan makanan
· Tersedianya prosedur tetap pemasakan
Pengolahan makanan (diet) pasien terdiri dari pengolahan makanan (diet) biasa dan
pengolahan makanan untuk diet khusus. Pengolahan makanan mengacu pada standar
pengolahan yang sudah ditetapkan oleh bagian instalasi gizi. Standar pengolahan
terlampir.
Jenis (diet khusus/non khusus) dan jumlah diet yang dimasak/diolah sesuai buku
pesanan diet ditambahkan 3 porsi (untuk semua jenis diet). 3 Porsi ini digunakan
sebagai cadangan untuk diet pasien baru sejumlah 2 porsi dan sampel uji petik makanan
1 porsi.
Pengolahan makanan (diet) pasien didasarkan pada siklus menu dan standar resep yang
telah ditetapkan oleh bagian instalasi gizi. Jenis maupun jumlah menu yang diolah
berdasarkan form order pemesanan diet pasien rawat inap dan buku pemesanan diet
rawat inap. Semua petugas gizi diharuskan memakai APD lengkap pada saat persiapan,
pengolahan maupun penyajian makanan.
8. PENYAJIAN MAKANAN
Pengertian :
Kegiatan untuk menyajikan makanan (diet) pasien.
Pada proses penyajian ini ditetapkan ketentuan – ketentuan yang bertujuan untuk
menyiapkan makanan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan.
Penyajian makanan diharuskan menggunakan masker, makanan untuk pasien diberikan
dengan bersih, higienis dan rapi. Penyajian makanan (diet) pasien rawat inap Rumah
Sakit Amal Sehat Wonogiri disajikan menggunakan peralatan makan berupa piring,
mangkuk, lepek dan gelas yang terbuat dari keramik/melamin dan sendok yang terbuat
dari bahan stainleis steil dan plato. Disajikan menggunakan nampan. Untuk menghindari
kontaminasi bakteri, alat makan pasien tersebut di sterilisasi secara regular oleh
petugas gizi. Makanan juga disajikan dengan ditutup menggunakan plastik wrap khusus.
Pada saat proses wrapping, suhu makanan diperkirakan 60˚C - 75˚C (hangat – hangat
kuku). Kemudian makanan ditata rapi pada nampan.
Penyajian makanan (diet) pasien bagian instalasi gizi Rumah Sakit Amal Sehat
Wonogiri adalah sebagai berikut :
a) Piring keramik dan melamin : untuk KH (bubur saring, bubur nasi, tim atau nasi)
b) Tatakan ( lepek ) : untuk lauk hewani dan nabati
c) Mangkok sup : untuk sayur/sup
d) Tatakan ( lepek ) : untuk snack kelas I, II, III dan VIP
e) Mika ukuran Bx6A : untuk buah iris kelas I, II, III dan VIP buah non iris
disajikan dengan dibungkus tissue makan
30
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
f )
Pedoman Pelayanan
Gizi
Gelas kaca dan tutup : untuk minum
g) Sendok aluminium : untuk sedok makan pasien
Untuk penyajian makanan untuk kelas I, II, III dan VIP menggunakan garnis (hiasan
makanan) yang terbuat dari bahan makanan matang. Bentuk dan ukuran garnis
disesuaikan dengan tampilan makanannya.
Setelah makanan (diet) pasien disajikan menggunakan peralatan makan sesuai
ketentuan maka diet pasien akan dilengkapi dengan tulisan identitas pasien berupa :
a) Nama pasien;
b) Nomer RM pasien;
c) Ruang pasien;
d) Jenis diet pasien yang ditulis menggunakan kode.
Sebelum diet pasien didistribusikan, makanan/diet yang sudah tersajikan akan di cek
terlebih dahulu oleh ahli gizi/petugas gizi untuk memastikan kesesuaian antara
pemesanan diet dengan diet yang disajikan. Bukti pengecekan adalah centang pada
buku rekap diet pasien rawat inap, tulis nama dan tanda tangan petugas. Jika seluruh
diet yang disajikan telah sesuai naka makanan (diet) pasien dapat didistribusikan.
9. DISTRIBUSI MAKANAN
Pengertian :
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai
dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien yang dilayani.
Tujuan :
Pasien mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.
Distribusi makanan (diet) bagian instalasi gizi Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
menggunakan metode distrisusi sentralisasi (terpusat), yaitu makanan dibagi dan
disajikan dalam alat makan di ruang produksi makanan (ruang dapur). Distribusi
makanan (diet) pasien ini harus dilakukan secara tepat waktu, dan memenuhi
permintaan khusus. Jadwal pemberian makan (diet) pasien bagian instalasi gizi Rumah
Sakit Islam Kota Magelangadalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jadwal Pemberian Makan (diet) Pasien Rumah Sakit Islam Kota Magelang
SHIFT WAKTU
Pagi Pk. 05.30 WIB
Snack pagi Pk. 09.00 WIB
Siang Pk. 12.00 WIB
Snack siang Pk. 15.00 WIB
Sore Pk. 17.00 WIB
Jadwal pemberian makan diatas adalah waktu keluarnya makanan (diet) pasien
dari bagian gizi untuk didistribusikan ke pasien. Untuk memonitoring ketepatan waktu
pemberian makan (diet) ke pasien dibuat waktu rentang pemberian makanan. Waktu
rentang pemberian makanan yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
SHIFT WAKTU
Rentang waktu pemberian makan yang dimaksud adalah lama waktu distribusi
makanan dari diet mulai dikeluarkan dari bagian gizi hingga diet selesai didistribusikan
ke semua pasien rawat inap.
Distribusi makanan dilakukan menggunakan troli gizi tertutup yang terbuat dari
bahan stainlees steill. Makanan/diet pasien ditata rapi dalam troli dan troli gizi ditutup
rapat untuk menghindari kontaminasi bakteri pada makanan (diet) pasien.
Setelah diet pasien sampai ke bangsal rawat inap, petugas gizi harus memastikan
kembali keadaan diet pasien kemudian memintakan bukti tanda tangan penyerahan diet
pasien pada petugas perawat yang berada di bangsal rawat inap. Tanda tangan di tulis
pada buku serah terima diet pasien. Kemudian petugas gizi mulai memberikan diet pada
masing – masing pasien.
Makanan/diet pasien dikatakan telah terdistribusi apabila sudah sampai ke tangan
pasien dengan benar. Sebelum diberikan petugas gizi harus memastikan identitas pasien
dengan memberi pertanyaan terbuka pada pasien. Pertanyaan berupa “ siapa nama
pasien?”. Kemudian nama yang disebutkan pasien dicocokkan dengan makanan/diet
pasien yang dibawa oleh petugas gizi. Selain mencocokkan dari jawaban nama pasien,
petugas gizi juga bisa mencocokkan dengan data identitas pasien yang tertera pada
gelang pasien. Jika semua sudah sesuai maka makanan/diet pasien bisa diberikan pada
pasien.
35
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
2)
Penyimpanan bahan makanan kering Pedoman Pelayanan Gizi
Yaitu kegiatan penyimpanan bahan makanan kering/ pabrikan.
Penyimpanan bahan makanan kering :
· Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam
golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan.
· Menggunakan bahan makanan yang diterima terlebih dahulu (FIFO =
First In First Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima
diberi tanggal penerimaan.
· Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai
pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk
kartu stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, letakan
pada tempatnya, diperiksa dan diteliti secara kontinyu.
· Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan,
harus segera di isi dan diletakan pada tempatnya.
· Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan.
· Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup,
terbungkus rapat dan tidak berlobang. Diletakan di atas rak
bertingkat yang cukup kuat dan tidak menempel pada dinding.
· Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada
waktu-waktu yang ditentukan. Pegawai yang keluar masuk gudang
juga hanya pegawai yang ditentukan.
· Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19 – 21°C.
· Pembersihan ruangan secara periodik 1 kali seminggu.
· Penyemprotan ruangan dengan insektisida dilakukan secara periodik
dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.
· Semua lubang yang ada di gudang berkasa, serta bila terjadi
perusakan oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki.
c) Pengolahan Makanan
Cara pengolahan makanan yang baik dan benar dapat menjaga mutu dan
keamanan hasil olahan makanan. Sedangkan cara pengolahan yang salah dapat
menyebabkan kandungan gizi dalam makanan hilang secara berlebihan. Secara
alamiah beberapa jenis vitamin (B dan C) rentan rusak akibat pemanasan. Bahan
makanan yang langsung terkena air rebusan akan menurun nilai gizinya terutama
vitamin-vitamin larut air (B kompleks dan C), sedangkan vitamin larut lemak
(ADEK) kurang terpengaruh. Makanan disiapkan dengan cara mengurangi risiko
kontaminasi dan pembusukan dengan cara melakukan pengolahan makan dengan
baik yaitu pengolahan makanan yang mengikuti kaidah prinsip-prinsip higiene dan
sanitasi atau cara produksi makanan yang baik yaitu :
1) Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan
teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap
makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan
lainnya.
· Menu disusun dengan memperhatikan: Pemesanan dari konsumen,
ketersediaan bahan, jenis dan jumlahnya, keragaman variasi dari
setiap menu, proses dan lama waktu pengolahannya,
· Pemilihan bahan (sortir) untuk memisahkan/ membuang bagian
bahan yang rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan
makanan serta mengurangi risiko pencemaran makanan.
· Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan
prioritas dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus
higienis dan semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air
mengalir.
· Peralatan
a. Peralatan yang kontak dengan makanan
o Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari
bahan tara makanan (food grade) yaitu peralatan yang
aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
37
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
o Pedoman Pelayanan Gizi
38
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
Suhu Penyimpanan
Disajikan Akan segera Belum
No Jenis Makanan dalam waktu segera
disajikan
lama disajikan
1 Makanan kering 25°C s/d 30°C
2 Makanan basah > 60°C - 10°C
(berkuah)
- 5°C s/d -
3 Makanan cepat basi > 65,5°C
1°C
(santan, telur, susu)
5°C s/d 10°C < 10°C
4 Makanan disajikan
dingin
(PGRS, 2013)
Penyimpanan bahan makanan masak di bagian instalasi gizi Rumah Sakit
Amal Sehat Wonogiri hanya dilakukan untuk uji petik sebanyak 1 porsi. Suhu
penyimpanan sesuai ketentuan. Jika dalam kurun waktu 1 x 24 jam tidak terjadi
kejadian keracunan makanan maka 1 porsi makanan tersebut akan diambil dari
tempat penyimpanan makanan untuk dibuang.
e) Pengangkutan Makanan
Makanan masak sangat disukai oleh bakteri karena cocok untuk berkembangnya
bakteri. Oleh karena itu cara penyimpanan dan pengangkutan harus
memperhatikan wadah penyimpanan makanan masak (setiap makanan masak
memiliki wadah yang terpisah, pemisahan didasarkan pada jenis makanan dan
setiap wadah harus memili tutup tetapi tetap berventilasi serta alat
pengangkutan yang khusus). Alat pengangkutan yang digunakan di bagian instalasi
gizi Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri berupa troli makan (gizi) tertutup yang
terbuat dari bahan steinleis steil.
Pengangkutan bahan makanan :
· Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
· Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis
· Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki
· Bahan makanan yang selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan
dingin, diangkut dengan menggunakan alat pendingin sehingga bahan
makanan tidak rusak seperti daging, susu cair dsb.
Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap :
· Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3)
· Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus
selalu hidienis yaitu menggunakan troli gizi steinlles steil.
· Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.
Hindari perlakuan makanan yang ditumpuk, diduduki, diinjak dan
dibanting.
· Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan
jumlah makanan yang akan ditempatkan. Wadah tidak dibuka tutup selama
perjalanan.
· Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadinya uap makanan yang
mencair (kondensasi)
· Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar
makanan tetap panas pada suhu 60°C atau tetap dingin pada suhu 40°C.
f) Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir perjalanan makanan. Makanan
yang disajikan adalah makanan yang siap dan laik santap.
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada tahap penyajian makanan antara lain
sebagai berikut :
Tempat penyajian
· Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan ke
tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama
pengangkutan karena akan mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan di
Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku, mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/KEP/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Langkah penting dalam mewujudkan higiene dan sanitasi makanan, adalah :
· Mencapai dan mempertahankan hasil produksi yang sesuai dengan suhu hidangan
(panas atau dingin);
· Penyajian dan penanganan yang layak terhadap makanan yang dipersiapkan lebih
awal;
· Memasak tepat waktu dan suhu;
· Dilakukan oleh penjamah makanan yang sehat mulai penerimaan hingga
distribusi;
· Memantau setiap waktu suhu makanan sebelum dibagikan;
· Memantau secara teratur bahan makanan mentah dan bumbu – bumbu sebelum
dimasak;
· Panaskan kembali sisa makanan menurut suhu yang tepat (74°C).
· Menghindari kontaminasi silang antara bahan makanan mentah, makanan masak
melalui organ (tangan), alat makan dan alat dapur.
· Bersihkan semua permukaan alat/tempat setelah digunakan untuk makanan.
·
Menjaga kebersihan kulit dari bahan-bahan kosmetik yang tidak
perlu.
Memotong kuku dan membersihkan kuku secara periodic.
2) Sumber cemaran lain yang penting yaitu luka terbuka/koreng, bisul atau
nanah dan ketombe lain dari rambut. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam upaya pengaanan makanan yaitu :
· Jika terjadi luka teriris, segera ditutup dengan plester tahan air
· Jika terdapat koreng atau bisul tahap dini ditutup dengan plester
tahan air.
· Rambut ditutup dengan penutup kepala yang menutup bagian depan
sehingga tidak terurai.
3) Sumber cemaran karena perilaku yaitu tangan yang kotor, batuk, bersin
atau percikan ludah, menyisir rambut dekat makanan, perhiasan yang
dipakai.
4) Sumber cemaran karena asesoris yang digunakan seperti cincin, gelang dan
jam tangan.
5) Sumber cemaran karena ketidaktahuan. Ketidaktahuan dapat terjadi
karena pengetahuan yang rendah dan kesadarannyapun rendah. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya penyalahgunaan bahan makanan yang
dapat menimbulkan bahaya seperti :
· Pemakaian bahan palsu
· Pemakaian bahan pangan rusak/rendah kualitasnya
· Tidak bisa membedakan bahan pangan dan bukan bahan pangan
· Tidak bisa membedakan jenis pewarna yang aman untuk makanan.
b) Menerapkan perilaku – perilaku untuk mencegah pencemaran seperti yang
disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Syarat Higiene Penjamah Makanan
No Parameter Syarat
Tidak menderita penyakit mudah menular : batuk,
1 Kondisi Kesehatan pilek, influenza, diare, penyakit menular lainnya.
Menutup luka (luka terbuka, bisul, luka lainnya)
Mandi teratur dengan sabun dan air bersih
Menggosok gigi dengan pasta gigi secara teratur,
2 Menjaga paling sedikit dua kali dala sehari yaitu setelah makan
Kebersihan Diri dan sebelum tidur
Mencuci rambut/keramas secara rutin dua kali dalam
seminggu.
Kebersihan tangan : kuku dipotong pendek, kuku
tidak di cat atau kutek, bebas luka
Memotong dan membersihkan kuku
Sebelum menjamah atau memegang makanan
Sebelum memegang peralatan makan
3 Kebiasaan
Setelah keluar dari WC atau kamar kecil
mencuci tangan
Setelah meracik bahan mentah seperti daging, ikan,
sayuran dll
43
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
Untuk memastikan seluruh petugas gizi dalam keadaan sehat/bebas dari penyakit
menular, akan dilakukan pemeriksaan secara berkala setiap 6 bulan sekali yang
dibuktikan dengan surat keterangan bebas penyakit menular dari dokter. Monitoring
akan dilakukan secara berkala terutama mengenai sikap dan perilaku hygiene petugas
gizi.
Selanjutnya untuk menghindari kontaminasi bakteri dari perilaku pengolah, pada
proses kegiatan pengolahan, petugas gizi diharuskan mengunakan APD (Alat Pelindung
Diri) berupa masker, sarung tangan plastik khusus untuk memasak, celmek, jilbab
khusus untuk memasak dan sandal khusus (tidak licin) yang digunakan pada saat proses
pengolahan. Selain itu petugas gizi harus menepati 12 langkah saat cuci tangan sesuai
prosedur.
Ruang pengolahan :
Ruang dapur dilengkapi dengan cerobong asap yang berfungsi untuk membuang
asap panas yang ditimbulkan dari proses pengolahan. Hal ini bertujuan untuk menjaga
suhu ruang dapur / gizi agar tidak terlalu panas. Ruang dapur juga dilengkapi dengan
thermometer ruangan yang berfungsi untuk mengontrol suhu ruangan. Seluruh pintu
dilengkapi dengan penutup pintu otomatis yang bisa menutup dengan sendirinya agar
ruangan selalu tertutup sehingga terhindar dari hewan pengerat atau serangga.
Dilengkapi dengan sandal khusus (tidak licin) yang digunakan petugas gizi dan atau ahli
gizi untuk berkegiatan di dapur. Setiap orang yang masuk di dapur harus menggunakan
sandal khusus tersebut. Kamar mandi juga dilengkapi sandal khusus yang hanya
digunakan selama di kamar mandi. Terdapat 3 bak tempat sampah tertutup, berupa
tempat sampah basah, kering dan sisa makanan yang berfungsi menampung sampah
selama kegiatan gizi.
Untuk menjaga ruangan tetap steril, dilakukan sterilisasi ruangan secara berkala
oleh bagian sanitasi dan pembersihan ruangan secara berkala oleh petugas clening
service. Ruangan dapur/gizi dilengkapi dengan sarana pemadam kebakaran dan
prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran untuk mengantisipasi kejadian
kebakaran yang tidak diinginkan. Selanjutnya juga dilakukan pengecekan saluran air
secara berkala oleh bagian IPSRS untuk mengontrol kelancaran saluran tersebut.
f)
Pedoman Pelayananlalat dan tidak meninggalkan bau busuk serta buanglah
agar tidak dihinggapi
sampah secara teratur di tempat pembuangan sampah sementara (TPS).
Gizi
Membersihkan lantai dan dinding secara teratur
g) Pastikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) berfungsi dengan baik.
h) Sediakan tempat cuci tangan yang memenuhi syarat.
48
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
50
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Mekanisme kegiatan disusun berdasarkan urutan dan prioritas yang dianggap penting,
sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi di masing-masing rumah sakit. Instalasi gizi rumah
sakit diharapkan menyusun program-program penelitian dan pengembangan yang bermanfaat
dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah penelitian.
Kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan diupayakan dengan
mendayagunakan sarana, fasilitas, dan dana yang tersedia. Penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan khusus dalam lingkup pelayanan gizi terutama teknologi, penyederhanaan,
dan cara kerja serta penilaian hasil kerja yang dicapai. Di luar unit layanan gizi, kegiatan di
atas dilaksanakan melalui kerjasama dengan unit kerja lain dan instansi terkait.
BAB V
LOGISTIK
Sistem pemenuhan kebutuhan logistik bagian instalasi gizi diatur dan dikelola secara mandiri
oleh bagian gizi. Tahap-tahap pemenuhan kebutuhan logistik meliputi :
B. PEMESANAN LOGISTIK
Logistik dipesan berdasarkan kebutuhan dan perencanaan yang telah dilakukan. Cara
pemesanan logistik dilakukan menggunakan buku pemesanan barang. Buku ini berfungsi untuk
memesan bahan yang diinginkan. Kemudian pemesanan logistik dimintakan tanda tangan
persetujuan pada kepala bagian gizi dan diberikan kepala bagian logistik.
C. PENGADAAN LOGISTIK
Pengadaan logistik di bagian gizi dilakukan dalam 3 cara :
1) Pengadaan Harian
Adalah pengadaan logistik yang dilakukan setiap hari. Sebagai contoh : pengadaan
bahan makanan basah.
2) Pengadaan Bulanan
Adalah pengadaan logistik dan bahan makanan kering yang dilakukan dalam setiap
bulan. Contoh : pengadaan bahan makanan kering, BHP dan peralatan.
3) Pengadaan Cito
Adalah pengadaan logistik yang harus segera dipenuhi.
D. PENERIMAAN LOGISTIK
Penerimaan logistik dilakukan dengan metode conventional dengan cara mencocokkan barang
pesanan dengan buku pemesanan dan kuitansi pembelian. Selain itu penerima barang dalam
hal ini petugas pengolah/petugas pramusaji/ahli gizi harus melakukan check terhadap jumlah
dan kualitas barang yang dipesan, termasuk melakukan check untuk tanggal kadaluarsa bahan.
Jika barang yang diterima tidak sesuai maka barang akan dikembalikan/diretur.
E. PENYIMPANAN LOGISTIK
Penyimpanan bahan logistik harus disesuaikan dengan jenis barang yang akan disimpan.
Penyimpanan dilakukan pada 2 tempat penyimpanan yaitu gudang penyimpanan bahan
A. PENGERTIAN
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Pedoman Pelayanan Gizi
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan rasio
pasien, pelaporan dan insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
immplementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan
atau tidak melakukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. TUJUAN
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit;
2) Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat;
3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit;
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Penyehatan dan keselamatan kerja mempunyai kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan
kejadian yang disebabkan kelaianan petugas dapat pula mengakibatkan kontaminasi terhadap
makanan. Pekerjaan yang terorganisasi dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang
terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan dalam proses
penyelenggaraan makanan banyak.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat dicegah, terjadi dengan tiba-tiba
dan tentunya tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan oleh pegawai, yang dapat menyebabkan
kerusakan pada alat-alat, makanan, dan melukai karyawan/pegawai.
Pengertian : Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
ataupun kelalaian/kesengajaan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pelayanan gizi di rumah sakit dikatakan bermutu jika memenuhi 3 komponen mutu, yaitu : 1.)
Pengawasan dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman, 2.)
Menjamin Kepuasan konsumen dan 3). Assessment yang berkualitas.
Dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (Depkes RI, 2008), ditetapkan bahwa indikator
Standar Pelayanan Gizi meliputi : 1). Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien (100 %),
2). Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien ( ≤ 20 %) dan 3). Tidak ada kesalahan pemberian
diet (100 %). Beberapa rumah sakit sudah mulai mengembangkan kepuasan konsumen dengan
indikator mutu.
Mengingat ruang lingkup pelayanan gizi di rumah sakit yang kompleks meliputi pelayanan
rawat jalan, pelayanan rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan pengembangan maka
setiap rumah sakit perlu menetapkan dan mengembangkan indikator mutu pelayanan gizi agar
tercapai pelayanan gizi yang optimal.
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, dan kebijakan yang
ditetapkan dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Pengawasan memberikan dampak
positif berupa:
· Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
· Mencegah terulang kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban.
· Mencari cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik untuk mencapai
tujuan dan melaksanakan tugas organisasi.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan perbaikan yang terjadi
sesuai dengan tujuan arah Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua
kegiatan-kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna, dilaksanakan
sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan dan pengendalian (Wasdal)
merupakan unsur penting yang harus dilakukan dalam proses manajemen. Fungsi
manajemen :
· Mengarahkan kegiatan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan
· Identifikasi penyimpangan
· Dapat dicapai hasil yang efisien dan efektif.
57
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
3. Evaluasi/ Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini
bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan
yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian,
pengelola dapat memperbaiki rencana bila perlu ataupun membuat rencana program
yang baru. Pada kegiatan evaluasi, tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan,
proses, luaran, dampak untuk menilai relevansi kecukupan, kesesuaian dan kegunaan.
Dalam hal ini diutamakan luaran atau hasil yang dicapai.
Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam mengawasi
dan mengendalikan mutu untuk menjamin hasil yang diharapkan sesuai dengan standar.
Strategi Pengawasan dan pengendalian berupa pemantauan dan pengendalian melalui
proses-proses atau teknikteknik statistik untuk memelihara mutu produk yang telah
ditetapkan sebelumnya. Metode-metode yang sering digunakan dalam pengawasan dan
pengendalian mutu adalah, menilai mutu akhir, evaluasi terhadap output, kontrol mutu,
monitoring terhadap kegiatan sehari-hari.
Pada dasarnya terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan, yaitu :
· Penyusunan standar, baik standar biaya, standar performance mutu, standar
kualitas keamanan produk, dsb
· Penilaian kesesuaian, yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan atau
pelayanan yang ditawarkan terhadap standar tersebut
· Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan
· Perencanaan peningkatan mutu, yaitu membangun upaya-upaya yang
berkelanjutan untuk memperbaiki standar yang ada.
1. Menetapkan Standar
Performance
2. Mengukur Performance
Performance
dari standar
4. Mengadakan Tindakan
Perbaikan
(PGRS, 2013)
Gambar 8.1
Skema Proses Pengendalian
58
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
59
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
60
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
Pedoman Pelayanan Gizi
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, khususnya dibidang gizi,
peraturan perundang-undangan dan pembaruan standar acuan pelayanan yang berkualitas melalui
akreditasi baru yang mengacu pada The Joint Comission Internasional (JCI) for Hospital
Accreditation berdampak pada pelayanan gizi dan dietetik. Pelayanan gizi yang dilaksanakan di
rumah sakit tentunya perlu disiapkan secara professional sesuai perkembangan tersebut.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di
rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan di rumah sakit.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas dan
profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit yang tepat bagi klien/
pasien sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pedoman ini juga akan bermanfaat
bagi pengelola gizi rumah sakit dalam mengimplementasikan dan mengevaluasi kemajuan serta
perkembangan pelayanan gizi yang holistik.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ini dilengkapi dengan lampiran tentang materi, model/
format pencatatan dan pelaporan, formulir lain yang diperlukan dan mendukung kegiatan pelayanan
gizi di ruang rawat inap, ruang rawat jalan dan pengelolaan penyelenggaraan makanan rumah sakit
yang mutakhir dan professional di rumah sakit.
Pedoman pelayanan gizi ini disusun berdasarkan pustaka dan pedoman-pedoman yang
mengatur tentang standar pelayanan gizi rumah sakit. Pedoman ini merupakan panduan bagi Kepala
bagian gizi atau ahli gizi maupun tenaga teknis gizi lainnya untuk menjalankan kegiatan gizi sehari –
hari. Segala yang berkaitan dengan pelayanan gizi harus mengacu dan menyesuaikan buku pedoman
ini. Kemudian secara berkala panduan ini akan di tinjau ulang untuk dilakukan perbaikan secara
terus menerus.
62
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri