Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN

TERAPI GIZI TERINTEGRASI


PADA PASIEN RESIKO NUTRISI

RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA SIGLI


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayahNya yang telah diberikan kepada penyusun sehingga panduan terapi gizi terintegrasi
pada pasien resiko nutrisi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Sigli dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan dokumentasi akreditasi diperlukan acuan tata naskah agar
format yang dihasilkan seragam, sehingga perlu dibuat panduan Pelayanan Pasien Seragam
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Sigli yang akan dijadikan acuan dan pedoman dalam
pembuatan dokumen pada kegiatan akreditasi dirumah sakit.
Dalam panduan ini diuraikan tentang definisi, ruang lingkup, tata laksana dan
pendokumetasian terkait panduan Pelayanan Pasien Seragam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Sigli. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan panduan ini.

Sigli, Agustus 2019


Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Sigli

dr. Fanny Noviyanti,SE


NP. 201410 02 001

i
DAFTAR ISI

BAB I Definisi....................................................................................... 1

BAB II Pengertian, Tujuan Dan Prinsip Dasar Terapi Gizi ……………


BAB III Organisasi Tim Terapi Gizi……………………………………
BAB IV Pelayanan Tim Terapi Gizi.........................................................

BAB V Penutup…………………………………………………………
BAB I
DEFINIS

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan dan gizi merupakan factor yang sangat penting menjaga kualitas
hidup yang optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi.
Sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat –zat gizi dalam jumlah
berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah
banyak dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah
Sakit Umum di Jakarta tahun 1995 – 1999 menunjukkan 20 – 60% pasien menderita
kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di Rumah Sakit. Untuk itu perlu adanya
terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal, mempercepat
penyembuhan dan membantu mencegah memburuknya kondisi kesehatan pasien.

Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan
bagian dari pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan secara
terpadu dengan upaya pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitative.

Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di


rumah sakit yang disebut dengan Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari dokter spesialis,
dokter, dietisien, perawat ruangan, serta ahli farmasi yang mempunyai komitmen
terhadap pelayanan gizi klinik.

Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi
dan memberikan manfaat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian
seperti penelitian oleh Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan bahwa intervensi
gizi oleh Tim Terapi Gizi.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang


mengutamakan keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang
pelayanan kesehatan yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan terbaik pasien
yang diutamakan. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalumeningkatkan kualitasnya melalui
pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan pasien, yang disebut dengan
pelayanan gizi berbasis patient safety dan sejalan dengan standar akreditasi.

B. RUANG LINGKUP
1. Organisasi Tim Terapi Gizi
2. Pelayanan Tim Terapi Gizi

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir / terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisa masalah gizi, merumuskan dan
mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta
serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki
keinginan untuk tahu lebih dalam.
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip – prinsip keilmuan
makanan, gizi, social dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan
pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area / lingkungan / latar
belakang praktek pelayanan.
4. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi gizi
sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu kekompok dengan kepentingan yang
sama bergabung untuk memangani masalah yang terindenfitikasi. Pada
pelaksanan PAGD dietisien mengkomunikasikan rencana proses, dan hasil
monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan
lain yang menangani masalah gizi tersebut.
6. Membuat Keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik
dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Memecahkan Masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi,
formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil.
8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien
klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
9. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan teknis
fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic, baik dimasyarakat
maupun rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya.
10. Nutrisionis Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana
gizi yang yang telah lulus uji kompetensi dan terintegrasi sesuai ketentuan
peraturan perundang – undangan.
11. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,
makanan,dietetic masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan
suatu rangkaian
12. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan berbagai
kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang
menekankan pada pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambuh dari
proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran yang
objektif untuk perbaikan berkelanjutan.
13. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual
mulai dari menetapkan kebutuhan energy, komposisi zat gizi yang mencakup zat
gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute
pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi,
komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta
kesukaan dan nilai - nilai yang dianut oleh pasien / klien.
14. Proses Asuhan Gizi Terstandar ( PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga
gizi, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi
kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
15. Registered Dietision ( RD ) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana
gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi ( internship ) dan telah lulus uji
kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan
berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan
menyelenggarakan praktek gizi mandiri.
16. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbul balik atas pasien dengan masalah gizi, baik
secraa vertical maupun horozantal.
17. Technical Registered Dietisien ( TRD ) adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli
Madya Gizi ( AMG ) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan.
18. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan dibidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan. Tenaga gizi meliputi Technical
Registered Dietisien ( TRD ), Nutrisionis Registered ( NR ) dan Registered
Dietisien ( RD ).

D. DASAR HUKUM
1. Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Tentang jabatan Fungsional
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelengaraan Pekerjaan dan Praktek Tenaga Gizi
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pelayanan dan Praktek Tenaga Gizi.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit ( PGRS).
BAB II
PENGERTIAN, TUJUAN DAN PRINSIP DASAR TERAPI GIZI

A. PENGERTIAN
Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian makanan
khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien ( Nutrition and Diet Theraphy
Dictionary, 2004 ).
Terapi gizi medik dahulunya dikenal dengan istilah terapi diet ( dietary
treatment ) yaitu pengaturan jumlah serta jenis makanan dan jadwal makan setiap
hari yang bertujuan membantu penyembuhan pasien. Terapi gizi medis adalah terapi
gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut maupun kronis, serta merupakan
suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan
agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang telah disusun.
Didalam terapi gizi medic merupakan alur proses kegiatan perencanaan makan sampai
makanan disajikan kepada pasien yang melibatkan beberapa orang yang memiliki
profesi yang berbeda seperti dokter spesialis gizi klinik, ahli gizi dan pramusaji
dengan menghasilkan suat makanan yang sesuai dengan standar perencanaan sampai
makanan disajikan harus sesuai dengan jumlah, jenis, dan jadwal makanan pasien.
Proses tahapan dari terapi gizi medik dimulai dari preskripsi diet, kitir makanan,
pemorsian makanan dan makanan disajikan untuk pasien.
Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan ilmu
perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat perubahan yang bermakna
pada kehidupan pasien.

B. TUJUAN
Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan pasien.
Pengaturan dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi pasien,
diharapkan akan :
1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai status gizi
optimal
2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
4. Mempercepat proses penyembuhan.
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian

C. PRINSIP DASAR
Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara mendalam
dan komprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara individual dan
tepat. Pasien harusdilibatkan dalam menentukan tujuan terapi. Hasil dari terapi gizi
medis dievaluasi dengan baik sampaimencapai tujuan terap.
Prinsip dasar terapi gizi medis antara lain:
1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan menyembuhkan pasien.
3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan kondisi
pasien.
4. mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya sendiri.
Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
proses pengobatanmeliputi jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang dibutuhkan. Selain
itu konsistensi dan jenis makanandisesuaikan dengan penerimaan pasien. Pelaksanaan
terapi gizi medis harus menyeluruh dan dinamismengikuti perkembangan klinis
pasien. Diperlukan kerjasama yang baik antara dokter, dietisien, perawat dan petugas
lain yang terkait sejalan dengan pelaksanaan Tim Asuhan Gizi di rumah sakit

 
BAB III
ORGANISASI TIM TERAPI GIZI

Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi yang dapat
Melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.
A. VISI
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu
berorientasi kepadakualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan kepuasan
pasien.
B. MISI
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh
berdasarkan bukti klinis,teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.
3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.
4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal
efisiensi biaya dandampaknya.

C. PENGORGANISASIAN
Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Utama Rumah Sakit dan
diketuai oleh dokter spesialis yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik
serta menyediakan waktu penuh untuk pelayanan gizi klinik. Anggota Tim Terapi
Gizi terdiri dari tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan penyelenggaraan
terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi.Agar Tim Terapi Gizi
dapat berfungsi secara optimal maka dibuat pengorganisasian dan jalurkoordinasi
pelayanan gizi klinik sebagai berikut
 
PENGORGANISASIAN TIM TERAPI GIZI RUMAH SAKIT

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR PELAYANAN

TIM TERAPI GIZI

RUANG RAWAT INAP

D. PERAN DAN FUNGSI


1. Pelayanan Pasien Rawat Inap
Kajian status gizi dan metabolik serta pengelolaan pasien yang membutuhkan
terapi gizi oral, enteral maupun parenteral, serta pengawasannya melalui visite
tim.
2. Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan oleh seluruh anggota tim sesuai dengan fungsi masing-masing anggota

No Kegiatan Dokter Dietisien Perawat Farmasi


1 Kajian Perawat tim terapi
nutrisi awal gizi / perawat ruang
rawat inap
2 Anamnesis 1. Keluhan utama 1. Kebiasaan makan 1. Identitas pasien
sebelum sakit dan
saat sakit
2. Riwayat 2. Analisis asupan 2. Mengkaji pasien
Penyakit gizi ( food
recall/food
Frequensi)
sebelum dan
selama sakit
3. Riwayat 3. Analisis dietary 3. Cairan beberapa
penyakit dahulu history hari terakhir
4. Riwayat 4. Mengkaji
penyakit perkembangan
keluarga keluhan pasien
5. Riwayat 5. Riwayat alergi/
masalah gizi intoleran
6. Riwayat 6. Riwayat alergi
kelahiran dan intoleransi
3 Pemeriksaa 1. Analisis hasil Pemeriksaan 1. Penimbangan BB
n fisik pemeriksaan antropometri awal dan pengukuran
antropometri TB/PB
2. Pemeriksaan 2. Evaluasi tanda
tingkat vital ( TD,RR,
kesadaran dan nadi, suhu ) dan
tanda kegawatdarurata
kegawatdarurata n
n
3. Pemeriksaan
status generalis,
inspeksi,
perkusis,
palpasi, dan
auskultasi.
4 Tindakan 1. Menetapkan 1. Analisis asupan 1. Pemantauan 1. Mempersiapk
status gizi selama perawatan tanda vital an obat,
pasien ( jumlah & elektrolit &
komposisi asupan nutrisi
) parenteral
2. Menentukan 2. Menyediakan diet 2. Pemantauan 2. Menentukan
terapi gizi awal sesuai kondisi status gizi kompatibilita
sesuai diagnosis medis & daya s zat gizi
medis terima pasien yang akan
3. Preskripsi terapi 3. Monitoring & 3. Pemantauan diberikan
gizi awal ( jenis, Evaluasi Terapi intake dan output kepada
bentuk, jumlah, Gizi cairan pasien
frekuensi 4. Pemantauan
makan) penyakit dan
keluhan pasien
5. Pemantauan
tanda infeksi,
perawatan infuse
dan NGT
6. Membuat surat
control ulang

 
BAB IV
PELAYANAN TIM TERAPI GIZI

A. PROSES TERAPI GIZI


Tahapan langkah proses terapi gizi dari skrininng/penapisan, kajian, diagnosis medis
dan diagnosis gizi (penentuan masalah gizi), formulasi terapi (intervensi gizi),
pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi, penyusunan rencana ulang terapi
atau penghentian terapi. Rangkaian langkah tersebut bertujuan untuk memberi
dampak terapi yang optimal bagi pasien dan mempunyai keefektifan biaya.
1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi
oleh perawat ruangan dan penetapan diet awal oleh dokter. Skrining gizi bertujuan
untuk
mendidentifikasi pasien yang berisiko, tidak berisisko malnutrisi atau kondisi khu
sus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelaianan metabolik,
hemodialisis, anak, geriatri, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien
dengan imunitas menurun, sakit kritis dan sebagainya.
Idealnya skrining awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien
masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya singkat, cepat dan disesuaikan
dengan kondisi rumah sakit.Contoh metode skrining antara lain Malnutrition
Universal Screening Tools (MUST), MalnutritionScreening Tools (MST),
Nutrition Risk Sreening (NRS) dan sebagainya.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka
dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan dilakukan dengan langkah-langkah Prose
s Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) oleh dietisien. Pasien dengan status gizi baik
atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 1
minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan Proses
Asuhan Gizi Terstandar.
2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang berisiko kurang gizi,
mengalami kurang gizi atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu, proses ini
merupakan serangkaian kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:
Pasien masuk

TUJUAN TERCAPAI

Skrining Gizi Diit Biasa STOP Pasien Pulang

Berisiko malnutrisi/sudah malnutrisi

PengkajianDiagnosis Intervensi Monitoring


PROSES
ASUHAN GIZI TERSTANDAR TUJUAN
gizi gizi gizi evaluasi
TERCAPAI

TUJUAN TERCAPAI

a. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1) Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diit saat ini dan data lain yang terkait. Selain itu
diperlukan pula data kepedulian pasien terhadap gizi dan kesehatan, aktifitas fisik
dan olahraga dan ketersediaan makanan di lingkungan klien. Gambaran asupan
makan dapat digali melalui anamnesis kualitatif dan kuantitatif.
2) Biokimia
Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan status
gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap
timbulnya masalah gizi.
3) Antropometri
Merupakan pengukuran fisik individu yang dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain pengukuran Tinggi Badan (TB), pengukuran Berat Badan (BB). Pada
kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB),
Tinggi Lutut (TL), Rentang Lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain
seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), tebal lipat kulit, lingkar kepala, dan lain
sebagainya dapat dilakukan. Penilaian status gizi dilakukan dengan
membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya Indeks Masa tubuh (IMT).
Pemeriksaan fisik yang paling sederhana untuk melihat status gizi pada pasien
rawat inap adalah BB. BB pasien sebaiknya dicatat saat pasien masuk dirawat dan
dilakukan pengukuran BB secara periodik selama pasien dirawat minimal 7 hari.
4) Pemeriksaan fisik/klinis
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan kinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi. Contoh
beberapa
data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema, asites, kondisi gigi geligi, ma
sa otot yang hilang, lemak tubuh yang menumpuk.
5) Riwayat personal
Data riwayat personal meliputi :
 Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
 Sosial budaya, meliputi sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama,
situasi rumah, dukungan pelayanan kesehatan dan sosial.
 Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait masalah gizi, riwayat
penyakit dahulu dan sekarang, riwayat pembedahan penyakit kronik atau
risiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental serta
kemampuan kognitif.
 Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.
b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola hubungan antara data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan meny
atakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada.
Penulisan diagnosa gizi terstuktur dengan konsep PES atau Problem, Etiologi dan
Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokan menjadi tiga (3) domain, yaitu :
1. Domain Asupan
Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan
energi, zat gizi,cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui
oral maupun parenteral danenteral.
2. Domain Klinis
Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis
atau fisik/fungsi organ.
3. Domain Perilaku/Lingkungan
Domain perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses
keamanan makanan
c. Intervensi Gizi
Terdapat dua (2) komponen intervensi gizi yaitu :
1. Perencanaan Intervensi
Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Output dari
intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diit dan strategi pelaksanaan
(implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi
b) Preskripsi diit
c) Menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi dan zat gizi
individual, jenis diit, bentuk makanan, komposisi zat gizi, frekuaensi
makan/jadwal pemberiandiit, jalur makanan.
2. Implementasi Intervensi
Dietisien melaksanakan dan megkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien
dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan respon
pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
d. Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk menilai proses dan
keberhasilan implementasi terapi gizi serta rencana tindak lanjut terapi. Empat (4)
langkah kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu :
1) Monitor perkembangan, antar lain : mengecek pemahaman dan ketaatan
diit pasien,mengecek asupan makan, menentukan apakah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana, menentukan status gizi pasien
tetap/berubah, toleransi saluran cerna dan status hemodinamik serta
kondisi metabolik pasien, dan mengidentifikasi hasil pemeriksaan lain.
2) Pengukuran hasil
3) Evaluasi hasil
4) Pencatatan dan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi antara lain
Subjektive Objektive Assesment Planning (SOAP) dan Assesment
Diagnosisi Intervensi Monitoring (ADIME). Format ADIME merupakan
model yang sesuai dengan langkah PAGT.
e. Konseling
Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan mampu
mengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan. Konseling diberikan
kepada pasien dan atau keluarganya yang membutuhkan untuk mendapatkan
penjelasan tentang diet yang harus dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit
dan kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.
BAB V
PENUTUP

Terapi gizi merupakan bagian dari pelayanan medis yang memberi kontribusi penyembuhan
pasien dan menurunkan angka malnutrisi RS, lama hari rawat dan biaya perawatan.
Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi Gizi dalam
bentuk kebijakan dan operasional dengan membentuk Tim Terapi Gizi, meningkatkan
profesionalisme tenaga dan penetapan biaya makan pasien dipisahkan dari biaya perawatan,
sehingga biaya gizi merupakan bagian dari biaya makan pasien.
Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu kriteria standar pelayanan
rumah sakit dan dijadikan kriteria penilaian akreditasi. Sehingga mutu pelayanan gizi RS
dapat ditingkatkan secara berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai