Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gizi dan Diet
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Tingkat 1B
2020/2021
Jl. Dr. Semeru No. 116, Menteng, Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat 16111,
Indonesia
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
yang diberikan sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Tanpa berkat dan rahmat-Nya tidak mungkin rasanya
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik. Juga mohon maaf
apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.2 Dampak 3
2.6 Evaluasi 20
Bab 3 Pelaksanaan 24
3.1. Pengukuran
3.4. Pengolahan
3.5. Penyajian
3.6. Evaluasi
3.7. Skenario
ii
Bab 4 Pembahasan
Bab 5 Penutup
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Daftar Pustaka
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Hati dan kandung empedu terletak di perut kanan bagian atas dan
keduanya dihubungkan oleh suatu saluran yang dikenal sebagai duktus
biliaris (saluran empedu). Meskipun memiliki saluran penghubung dan
keduanya berperan dalam fungsi yang sama, tetapi hati dan kandung sangat
berbeda satu sama lain. Hati berbentuk seperti baji dan merupakan pabrik
kimia pada tubuh manusia.
1
Orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tersebut sama
artinya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama. Seiring
pertambahan usia, mereka lebih gampang terkena kondisi ini karena biasanya
penyakit ini mudah menyerang orang yang berusia enam puluh tahun ke atas.
Kondisi ini juga dipengaruhi jenis kelamin dan sebagian besar perempuan
yang gemuk, subur, dan memiliki kulit kuning langsat berada pada risiko
tertinggi untuk terkena. Makanan yang dikonsumsi orang juga berpengaruh
terhadap kemungkinan orang terkena penyakit ini. Makanan berlemak dan
manis dihubungkan dengan penyakit ini. Demikian juga obesitas adalah faktor
lain yang juga dapat menyebabkan penyakit ini.
Nutrisi dengan penyakit hepar dan empedu adalah dua kondisi yang saling
berkaitan. Hepar dan empedu merupakan organ pencernaan yang kecil tetapi
begitu penting fungsinya untuk keseimbangan tubuh kita. Gangguan yang
terjadi pada kedua organ ini akan berdampak terhadap status gizi seseorang.
Pasien dengan penyakit berat perlu pemenuhan kebutuhan zat gizi yang
mencukupi dalam perawatan intensif, seringkali muncul kasus kurang gizi
terhadap protein dan kalori yang tidak memungkinkan untuk pemberian zat
gizi secara oral karena adanya gangguan pencernaan, sehingga perlu diberikan
zat gizi parenteral untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien sehari-hari
(James & Chatgilaou, 1998). Zat gizi parenteral adalah suatu bentuk sediaan
cair farmasi yang dalam kombinasi sesuai dapat menyediakan semua zat gizi
normal yng diabsorbsi melalui saluran pencernaan (Lund, 1994).
2
laporan secara lisan dan / atau tertulis tentang kemungkinan akibat yang
kurang baik kerena pemberian makanan tersebut. Perawat juga bertanggung
jawab untuk memberi penjelasan secara garis besar kepada pasien dan
keluarganya tentang makanan atau diet yang diberikan.
Oleh karena itu, kita sebagai calon perawat dituntut untuk mengetahui
macam-macam diet untuk mampu dijalankan dengan baik. Untuk itu akan kita
bahas disini masalah diet untuk (dalam kasus ini) penyakit hati yang
sebelumnya dakan kita bahas terlebih dahulu sekilas tantang gambaran umum
hati, fungsi-fungsinya, serta beberapa penyakit hati yang nantinya akan sering
kita jumpai.
1.2. DAMPAK
1.2.1. Dampak Negatif
Asupan oral inadekuat, hal ini dapat terjadi karena adanya gejala-
gejala mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri abdomen, anoreksia,
demam, dan lainnya;
Penurunan berat badan yang tidak diharapkan, dapat terjadi karena
asupan oral yang inadekuat;
Defisiensi zat gizi dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat;
Interaksi obat dan makanan (treatment HCV).
3
Peningkatan kebutuhan zat gizi.
1.2.2. Dampak Positif
4
iii. Untuk mengetahui cara melakukan skrining dan menghitung
kebutuhan nutrisi klien gangguan fungsi hepar dan kandung
empedu.
iv. Untuk mengetahui cara menentukan menu untuk klien gangguan
fungsi hepar dan kandung empedu.
v. Untuk mengetahui penatalaksanaan pemberian nutrisi pada
klien gangguan fungsi hepar dan kandung empedu.
vi. Untuk mengetahui makanan apa saja yang tidak boleh
dikonsumsi oleh klien dengan gangguan fungsi hepar dan
empedu.
5
klien dengan penyakit tertentu, khususnya gangguan fungsi hepar
dan empedu.
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
7
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit hepatitis
dan penyakit infeksi lain (Wijaya, 2013).
c. Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, malaise umum.
d. Sirkulasi
Tanda:
i. Bradikardi (hiperbilirubinemia berat)
ii. Ikterik pada skelera, kulit, membran mukosa
e. Eliminasi
Gejala:
i. Urine gelap
ii. Diare/kontipasi: feses warna tanah liat
iii. Adanya/berulang hemodialisa
f. Makanan/cairan
Gejala:
i. Hilangnya nafsu makan
ii. Penurunan BB/meningkat edema
iii. Mual, muntah
g. Neurosensori
Tanda:
i. Peka rangsang
ii. Cenderung tidur
iii. Letargi
iv. Asteriksis
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
i. Kram abdomen, nyeri tekanan kuadran atas
ii. Mialgia, artalgia, sakit kepala
iii. Gatal (proritiasi)
i. Pernafasan
Gejala: tidak minat/enggan merokok (perokok)
j. Keamanan
8
Gejala: adanya transfusi darah
Tanda:
i. Urtikaria, lesi makulopapular, eritemia tidak beraturan
ii. Eksaserbasi jerawat
iii. Angioma jarring-jaring, eritemia palmar, ginekomastia
iv. Splenomegali (Wijaya, 2013)
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Fungsi Hati (Abnormal 4-10 x dari normal)
b. AST (SGOT), ALT (SPGT)
c. Darah lengkap
d. Leukopenia: Trombositopenia makan ada (Splenomegali)
e. Difenisial darah lengkap: leukositosis, monositosis, limfositatipikal
dan sel plasma.
f. Alkali fostafase: meningkat, (kecuali ada kolestasis berat)
g. Feses: warna tanah liat, penurunan fungsi hati
h. Albumin serum: menurun
i. Gula darah: Hiperglikemia/hipoglekimia
j. Anti HAV IG.M: positif pada tipe A
k. Masa protombim: memanjang
l. Bilirubin serum: diatas 2,5 mg/100 ml
m. Bropsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
n. Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin
hati
o. Urinalisa: peningkatan bilirubin, protein / hematuria (Wijaya, 2013)
3. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum:
penurunan kekuatan, keterbatasan aktifitas.
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual/muntah, gangguan absorbsi dan metabolisme
perencanaan makanan.
9
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan kelebihan melalui muntah dan diosis, asistesi, gangguaan
proses pembekuan.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan gejala marah, isolasi, sakit
lama.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
f. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas,
ikretik, udema.
g. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosis dan penatalaksanaan penyakitnya.
Beberapa contoh diagnosa gizi pada pasien dengan hepatitis:
1. Gangguan utilisasi zat gizi (P atau Problem) berkaitan dengan
hepatitis (E atau Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan SGOT dan
SGPT abnormal, bilirubin tinggi, tampak kuning (SS atau Signs dan
Symtomps).
2. Asupan oral tidak adekuat (P atau Problem) berkaitan dengan mual,
muntah (E atau Etiologi) ditandai/dibuktikan dengan asupan energi
kurang dari kebutuhan, penurunanberat badan, dan tampak kurus (SS
atau Signs dan Symtomps).
10
gizi Memberikan makanan sesuai
kemampuan tubuh dengan
gangguan metabolism zat gizi
ETIOLOGI Penyakit hepatitis Strategi:
Pemberian terapi diet
hepatitis
SIGN / SGOT dan SGPT
SYMPTOM abnormal, bilirubin
tinggi, tampak kuning
Intervensi Gizi terdiri dari 4 domain, yaitu pemberian diet, edukasi gizi,
konseling gizi dan koordinasi.
Untuk menentukan jumlah kebutuhan kalori total per hari, biasanya para
ahli gizi menggunakan rumus Harris Benedict, yakni:
Pria = 66 + (13,7 × berat badan) + (5 × tinggi badan) – (6,8 × usia)
Wanita = 655 + (9,6 × berat badan) + (1,8 × tinggi badan) – (4,7 ×
usia).
Pemberian diet atau preskripsi diet pada penyakit hepatitis (Penuntun Diet,
2004):
1. Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, untuk mencegah
pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai dengan
kemampuan pasien (40-45 kkal/kg BB).
2. Protein agak tinggi, yaitu 1,25-1,5g/Kg BB agar terjadi anabolisme
protein. Pada kasus Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala
ensefalopati yang disertai peningkatan amoniak dalam darah,
pemberian protein harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu
sebanyak 30-40 g/hari. Pada sirosis hati terkompensasi, protein
diberikan sebanyak 1,25 g/Kg BB. Asupan minimal protein
hendaknya 0,8-1 g/KgBB. Protein nabati memberikan keuntungan
karena kandungan serat yang dapat mempercepat pengeluaran
amoniak melalui feses. Namun, sering timbul keluhan berupa rasa
11
kembung dan penuh. Diet ini dapat mengurangi status ensefalopati,
tetapi tidak dapat memperbaiki keseimbangan nitrogen.
3. Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20-25% total energi dengan bentuk
mudah cerna atau dalam bentuk emulsi. Bila ada gangguan utilisasi
lemak (jaundice atau steatorrhea), maka diberikan:
a. Pembatasan lemak < 30%
b. Kurangi lemak sumber Long Chain Triglycerides (LCT) atau
lemak dengan rantai carbon panjang dan gunakan lemak
sumber Medium Chain Triglycerides (MCT) atau lemak
dengan rantai karbon sedang, karena lemak ini tidak
membutuhkan aktivasi enzim lipase dan empedu dalam
metabolismenya. Pemberian lemak sebanyak 45 gram dapat
mempertahankan fungsi imun dan proses sintesis lemak.
Namun penggunaan harus hati-hati jika ada risiko diare.
4. Kebutuhan karbohidrat, merupakan sisa total energi, dan
didistribusikan dalam satu hari dengan porsi kecil tapi sering untuk
menghindari kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia.
5. Kebutuhan Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu dengan
suplemen vitamin B kompleks, vitamin C, dan vitamin K.
6. Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, jika perlu diberikan suplemen
zat besi (Fe), seng (Zn), Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Fosfor
(P). Untuk natrium (Na) dibatasi bila ada udema atau asites, yaitu 2
gram/hari.
7. Kebutuhan cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada
kontraindikasi, seperti udema atau asites.
8. Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan muntah) atau bentuk
makanan biasa.
9. Rute makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.
10. Pemilihan bahan makanan, ada bahan makanan yang dibatas dan
tidak dianjurkan. Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan
makanan sumber lemak (daging berlemak), dan bahan makanan
yang mengandung gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak,
12
ketimun, durian, nangka. Sedangkan bahan makanan yang tidak
dianjurkan adalah makanan dan minuman mengandung alkohol, teh
dan kopi kental.
Diet 1500 Kalori, 30 gram protein, 184 gram karbohidrat, 60 gram lemak,
cairan 750 ml. Batasi bahan makaan sumber lemak dan gas dan bahan
makanan yang mengandung kafein, pemberian makan dengan frekuensi 6
kali dengan porsi kecil, rute oral.
Untuk intervensi gizi domain edukasi, konseling dan koordinasi gizi, dapat
direncanakan sebagai berikut:
13
4. Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kol,
sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
5. Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
6. Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila prekoma sudah
dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai nafsu makan. Melihat
keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau lunak.
Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak diberikan dalam bentuk
mudah dicerna. Formula enteral dengan asam amino rantai cabang (Branched
Chain Amino Acid/BCAA) yaitu leusin, isoleusin dan valin dapat digunakan.
Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian cairan maksimal 1
liter/hari.
Makanan ini rendah energy, protein, kalsium, zat besi dan tiamnin karena itu
sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja. Menurut beratnya retensi
garam atau air, makanan diberikan secara Diet Hati I Garam Rendah. Bila ada
asites hebat dan tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan Diet Garam
14
Rendah I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral juga
diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
No
Bahan Makanan Berat (g) Ukuran
.
1 Beras 100 4 gelas bubur
2 Telur ayam 50 1 butir
3 Maizena 20 4 sdm
4 Daging 50 1 potong sedang
5 Sayuran 200 2 gelas
6 Buah 300 3 potong sedang papaya
7 Margarin 20 2 sdm
8 Gula pasir 100 10 sdm
Contoh Menu
Waktu Menu
Bubur ayam
1
Pagi Telur masak
2
Jus tomat
Pudding maizena + sirup
Snack pagi (10.00)
Air jeruk
Bubur nasi/nasi tim
Gadong daging
Siang
Setup bayam
pepaya
Snack sore (16.00) Sirup
Bubur nasi/nasi tim
Perkedel daging
Malam
Sup wortel + labu siam
Pisang
Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati I kepada
pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan pasien, makanan
15
diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1 g/kg BB dan
lemak sedang (20-25% dari kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah
dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A, C tetapi kurang
kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan sebagai Diet Hati II Garam Rendah. Bila asites hebat dan diuresis
belum baik diet mengikuti pola diet Garam Rendah I.
No
Bahan Makanan Berat (g) Ukuran
.
1 Beras 200 4 gelas tim
2 Telur ayam 50 1 butir
3 Maizena 40 8 sdm
4 Daging 100 2 potong sedang
5 Sayuran 200 2 gelas
6 Buah 300 3 potong sedang papaya
1
7 Minyak 20 2 sdm
2
8 Gula pasir 70 7 sdm
Contoh Menu
Waktu Menu
Bubur manado
1
Pagi Telur masak
2
Teh
Ongol-ongol + kelapa muda
Snack pagi (10.00)
Jus apel
Nasi/tim
Semur bola-bola daging
Siang Soufflé tahu saos tomat
Tumis bayam
Salad buah
Pudding caramel
Snack sore (16.00)
Sirup
16
Nasi/tim
Lele bakar kecap
Malam Pepes tempe
Sayur lodeh
Papaya
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau
kepada pasien Hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B)
dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat menerima protein,
dan tidak menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Contoh Menu
Waktu Menu
Pagi Nasi/tim
17
Telur ceplok
Setup buncis
Susu
Bubur kacang hijau
Snack pagi (10.00)
Teh
Nasi/tim
Air ikan bakar + saos tomat
Siang Tumis tahu
Sup bayam
Apel
Kelepon
Snack sore (16.00)
Teh
Nasi/tim
Empal daging
Malam Oseng-oseng tempe
Sup kacang polong wortel
Papaya
18
2.4. CARA PENGOLAHAN
Suatu kegiatan mengubah atau memasak bahan makanan mentah menjadi
makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan dari pengolahan bahan makanan, yaitu:
a. Mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan makanan;
b. Meningkatkan nilai cerna;
c. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan
penampilan makanan (kualitas makanan);
d. Bebas dari bahan potensial dan zat yang berbahaya bagi tubuh.
19
5) Memberikan penghargaan kepada klien
6) Membentangkan serbet dibawah dagu klien
7) Duduk dengan posisi yang mempermudahkan pekerjaan
8) Menawarkan minum kepada pasien
9) Menyuapkan makanan
10) Memperhatikan apakah makanan sudah ditelan
11) Setelah memberikan makan klien diberi minum
12) Membersihkan mulut klien dan sekitarnya dengan tindakan
D. Fase Terminasi
1) Merapihkan klien dan alat
2) Mengevaluasi respon klien
3) Mengucapkan terima kasih kepada klien
4) Mengucapkan salam
5) Mencuci tangan
6) Dokumentasi
2.6. EVALUASI
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah
kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu:
A. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan
monitor perkembangan antara lain:
a. Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien.
b. Mengecek asupan makan pasien/klien.
c. Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana/preskripsi Diet.
d. Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah.
e. Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negative.
f. Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien/klien.
20
B. Mengukur hasil
Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi
sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur
berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
C. Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4 jenis
hasil, yaitu:
a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
b. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,
minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
c. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran yang terkait dengan antropometri, biokimia dan
parameter pemeriksaan fisik/klinis.
d. Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang
diberikan pada kualitas hidupnya.
Waktu Menu
Jaffle telur
Pagi
Skim milk (susu rendah lemak)
Snack pagi (10.00) Pudding cokelat
Bubur ayam alami (tanpa bumbu kuning)
Telur rebus matang
Siang Pepes tahu putih telur
Tumis buncis muda
Buah semangka
Snack sore (16.00) Agar-agar buah
Malam Bubur tim saring
Sup (tofu, wortel, daun bawang, seledri, dada
21
ayam)
Abon tabur
Buah pepaya
Waktu Menu
Bubur kacang hijau
Pagi
Buah papaya
Snack pagi (10.00) Pudding buah naga
Nasi tim
Semur daging
Siang
Cha bayam
Buah jeruk
Snack sore (16.00) Marble cake
Nasi tim
Ayam suir kecap
Malam
Setup wortel
Buah pisang
Waktu Menu
Sandwich dada ayam
Pagi
Buah jeruk
Snack pagi (10.00) Pudding marie
Bubur tim udang
Siang Abon tabur
Buah pisang
Snack sore (16.00) Pie buah
Bubur tim saring
Ayam bakar suir (rendah bumbu)
Malam Sup brokoli
Korma
Jus tomat
22
BAB 3
PELAKSANAAN
3.1. PENGUKURAN
Ny. M merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun dengan
kategori aktivitas fisik sedang. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 19
Februari 2020 dengan diagnosa Hepatitis dan Gastritis. Diagnosa Hepatitis
A ditegakkan berdasarkan hasil tes antibodi IgM HAV pada tanggal 20
Februari 2020. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan kembung, nyeri
ulu hati dengan skala 3 (0-10), mual, muntah dan tidak nafsu makan sejak 9
hari sebelum masuk rumah sakit serta pusing sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, selain itu mata pasien tampak kuning berdasarkan pemeriksaan
di IGD. Pasien memiliki riwayat gastritis sejak 10 tahun yang lalu
Tabel 1. Identitas Pasien
Keterangan Hasil
Nama Ny. M
Jenis kelamin Perempuan
Usia 35 tahun 1 bulan 18 hari
Kelas ruangan Kelas II
Diagnosis medis Hepatitis A dan Gastritis
Mual, muntah, nyeri ulu hati, mata
Keluhan pasien saat kunjungan
tampak kuning
Riwayat penyakit dahulu Gastritis
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Agama Islam
Suku Sunda
Keterangan Hasil
Berat Badan Sekarang 40,3 kg
Berat Badan Sebelum Sakit 45 kg
Tinggi Badan 145 cm
Berat Badan Ideal 38,25 kg
IMT 19,16 kg /m 2
Status Gizi Normal (18,5 – 25)
23
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis Pasien
Pemeriksaa
Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
n
Kreatinin 0.36 0.7 – 1.13 mg/dL Rendah
Ureum 26 10 – 50 mg/dL Normal
SGOT 297 10 – 31 U/L Tinggi
SGPT 1121 9 – 36 U/L Tinggi
Gula Darah
116 70 – 200 mg/dL Normal
Sewaktu
Hemoglobin 14.6 12 – 16 g/dL Normal
Hematokrit 44.7 35 – 47 % Normal
Trombosit 314000 150000 – 440000 Sel/uL Normal
Eritrosit 4.91 3.6 – 5.8 Juta/uL Normal
Leukosit 11990 3800 – 10600 Sel/uL Leukosit
HAV Reaktif - - Positif
Nama Frekuensi
Porsi
Makanan Harian Mingguan
Nasi 1 centong 1×
Biskuit 4 keping 1×
Kentang 3 sdm 3×
Tahu 1 buah 3×
Tempe 1 buah 4×
Ayam 1 potong 1×
Ikan basah 1 potong 5×
Bayam 1 mangkok
3×
sedang
24
Jagung muda 2 sdm 3×
Wortel 3 sdm 3×
Labu siam 2 sdm 3×
Apel 1 buah 2×
Jeruk manis 1 buah 3×
Papaya 1 potong kecil 3×
Minyak 1 sdt 3×
Tahu isi 3 buah 1×
Bala-bala 3 buah 1×
Indikator Preskripsi
Jenis Diet Diet Hati dan Lambung
Frekuensi Makan 3× makanan utama + 2× snack + 3× buah
Bentuk Makanan Makanan Lunak
Rute Pemberian Oral
Tujuan Diet a. Meningkatkan asupan energi sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan dan daya terima
25
pasien dimulai dari 70% total kebutuhan
energi selama 3 hari.
b. Membantu mengkontrol kadar nilai
laboratorium dengan terapi diet.
c. Mencegah penurunan berat badan atau status
gizi.
d. Mengurangi faktor yang menyebabkan
tingginya asam lambung.
e. Meringankan kerja hati dan lambung.
Prinsip dan Syarat a. Kebutuhan energi 1644.79 kkal dimulai dari
Diet 1151.35 kkal
b. Protein 15% dari kebutuhan energi
c. Lemak 20% dari kebutuhan energi
d. Karbohidrat 65% dari kebutuhan energi
e. Makanan yang diberikan mudah dicerna serta
tidak merangsang terjadinya mual
f. Porsi kecil namun sering
Perhitungan Keb. Energi = (10×BB) + (6.25×TB) – (5×U) – 161
Kebutuhan = (10×40.3) + (6.25×145) – (5×35) – 161
= 973.25 kkal
Keb. E. Total = Keb. Energi × FA ×FS
= 973.25 kkal × 1.3 × 1.3
= 1644.79 kkal
(15 % × 1644.79 kkal)
Protein = = 61.68 g
4
(20 % × 1644.79 kkal)
Lemak = = 36.55 g
9
(65 % × 1644.79 kkal)
Karbohidrat = = 267.28 g
4
26
Karbohidrat Jaffle telur
Pagi Protein Skim milk (susu rendah
lemak)
Snack pagi
Pudding cokelat
(10.00)
Karbohidrat Bubur ayam alami (tanpa
Protein hewani bumbu kuning)
Protein nabati Telur rebus matang
Siang
Sayur Pepes tahu putih telur
Lemak Tumis buncis muda
Buah Buah semangka
Snack sore
Agar-agar buah
(16.00)
Karbohidrat Bubur tim saring
Protein Sup (tofu, wortel, daun
Malam Lemak bawang, seledri, dada ayam)
Sayur Abon tabur
Buah Buah pepaya
27
Lemak
Setup wortel
Sayur
Buah pisang
Buah
28
Bahan makanan yang dibatasi untuk diet hati adalah sumber lemak,
yaitu semua makanan dan daging yang mengandung lemak dan santan serta
bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi,
lobak, ketimun, durian dan nangka.
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hati adalah makanan
yang mengandung alkohol, teh atau kopi kental.
Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain:
Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging
kambing dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju,
mentega/ margarin, minyak serta makanan bersantan seperti gulai,
kare, atau gudeg.
Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah,
kol, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
29
Makanan sebaiknya berbentuk lunak seperit pudding, bubur
sumsum, biscuit yang dicampur dengan susu hangat dan pisang
dalam porsi sedikit tapi sering.
Jenis Makanan yang dibatasi, dihindari bagi Penderita Gastritis
Sayuran yang dihindari: kol, kembang kol, lobak, sawi, nangka
muda, dan sayuran mentah yang apabila dikonsumsi akan
mengakibatkan peningkatan asam lambung.
Buah buahan yang banyak mengandung gas dan harus dihindari oleh
penderita penyakit gastritis diantaranya durian, nangka, cempedak,
nanas, dan semua jenis buah-buahkan yang diawetkan.
3.4. PENGOLAHAN
Cara pengolahan makanan yaitu dengan cara direbus, dikukus, dipanggang,
ditumis, dan di ungkep. Hindari pengolahan makanan dengan cara
menggoreng.
Jaffle Egg
Buat scramble egg. Kocok telur beri sedikit garam beri susu.
Panaskan wajan, tuangkan butter secukupnya, tuangkan telur, aduk
aduk. Tiriskan.
Potong tomat dadu kecil.
Siapkan roti tawar. Beri scramble egg dan tomat. Tutup dengan roti
tawar lainnya. Panggang di pemanggang roti selama 3 menitan.
Jaffle egg siap disajikan
Bubur Ayam Tanpa Bumbu Kuning
Rebus ayam dengan 7 gelas air. Buang kotoran yang mengambang
diatasnya. Rebus sampai ayam matang. Angkat ayam.
Sisihkan airnya untuk merebus bubur
Goreng ayam sampai kuning kecoklatan. Angkat, dinginkan.
Suir suir daging ayam untuk taburan bubur. Sisihkan tulang untuk air
rebusan nasi.
30
Rebus nasi dengan 3 gelas air sampai mendidih, aduk sesekali
sampai air berkurang dan nasi berubah menjadi bubur. Tambahkan
air rebusan ayam beserta tulang. Jangan lupa tambahkan garam,
daun salam dan kaldu bubuk. Masak lagi sampai air menyusut dan
bubur semakin lembut
Sebelum diangkat, tambahkan air kapur sirih, aduk2 sekitar 10
menit. Setelah itu biarkan mendidih lagi. Boleh masak diatas kompor
atau menggunakan magic com.
Setelah matang, angkat sisihkan.
Taruh bubur dalam mangkok, siram dengan beberapa tetes kecap
asin, beri daun seledri dan daun bawang, bawang goreng, cakue,
suiran ayam serta kerupuk
Pepes Tahu Putih Telur
Siapkan bahan bahan. Uleg bawang merah, bawang putih dan
ketumbar. Lumatkan tahu dan campur bersama putih telur, daun
kemangi, bumbu uleg, dan garam. Aduk hingga rata.
Mulai panaskan kukusan. Siapkan daun pisang bersih. Beri 1 lembar
daun salam, 1 lembar daun jeruk, 1 buah cabe rawit dan 1 potong
tomat. Tambahkan adonan tahu. Gulung dan sematkan lidi.
Kukus selama 30 menit. Setelah matang, angkat, siap dinikmati.
Tumis Buncis Muda
Cuci dan potong-potong buncisnya. Iris halus bawang. Tumis dahulu
bawang hingga wangi.
Masukkan buncis. Bisa beri sedikit air agar mudah matang. P \akai
api sedang. Buncisnya sambil terus dioseng sampai kira-kira hampir
matang.
Langkah terakhir. Tambahkan garam dan lada. Kaldu bubuk juga
boleh kalo suka. Apinya gedein. Oseng hingga tingkat kematangan
yang diharapkan. Awas overcook. Buncis yang matang, warnanya
berubah lebih muda, juga masih krenyes-krenyes. Kalo kematangan
udah ga krenyes.
Bubur Tim Saring
31
Siapkan panci dan rebus air.
Setelah air panas masukkan nasi dan wortel.
Setelah wortel setengah matang masukkan pokcay dan tomat.
Setelah semua sayuran matang, masukkan keju.
Tunggu sampai air sedikit, angkat dan bubur siap di berikan pada
pasien.
Sup
Potong dadu ayam fillet dan tofu.
Geprek jahe, cincang bawang putih dan iris serong daun bawang.
Rebus air hingga mendidih, masukkan jahe dan bawang putih,
biarkan mendidih kembali, kemudian masukkan ayam, masak hingga
10 menit. Buang lemak yang mengapung.
Masukan tofu, lada, kaldu dan garam. Koreksi rasa. Masak hingga
matang. Matikan kompor, masukkan daun bawang, aduk dan
diamkan 1-2 menit sebelum di sajikan.
Bubur Kacang Hijau Tanpa Santan
Cuci bersih kacang hijau, tiriskan. Siapkan panci, isi dengan air.
Masukkan kacang hijau, daun pandan, dan jahe. Rebus sampai
kacang hijau empuk.
Iris gula merah, tambahkan ke dalam panci berisi kacang hijau.
Masak sampai mendidih.
Masukkan kismis, aduk sebentar. Matikan kompor, angkat.
Siapkan mangkuk saji, tuang bubur kacang hijau.
Nasi Tim
Panaskan minyak di dalam panci. Tumis bawang putih hingga
harum.
Masukkan beras, aduk rata. Tambahkan kaldu ayam, kecap manis,
minyak wijen, dan merica putih. Aron hingga ¾ matang. Angkat.
Ambil 1 buah mangkuk stainless steel yang akan digunakan untuk
mengukus. Padatkan nasi di dalamnya. Ulangi hingga habis.
Kukus hingga matang. Angkat.
32
Semur Daging
Haluskan bawang merah, bawang putih, dan cabai merah.
Siapkan minyak untuk menumis dalam wajan.
Tumis bumbu yang telah dihaluskan, tambahkan daun salam dan
jahe. Tumis hingga harum.
Masukkan daging. Tumis hingga daging berubah warna.
Masukkan kentang. Tumis kembali hingga bumbu tercampur.
Masukkan air hingga merendam daging dan kentang. Tambahkan
kecap manis, gula merah, gula pasir, garam, kayu manis bubuk, dan
lada secukupnya.
Tutup wajan dan kecilkan api. Masak hingga air meresap dan daging
matang serta empuk.
Hidangkan semur daging sapi selagi hangat.
Cha Bayam
Bersihkan bayam, kemudian cuci bersih. iris tipis bumbu tumisnya
(cabai, bawang merah, bawang putih).
Tumis bumbu sampe harum. Masukkan bayam aduk-aduk sebentar.
Kemudian tambahkan tomat potong.
Tambahkan gula dan garam, aduk sebentar. Angkat sajikan.
Ayam Suwir Kecap
Bersihkan ayam lalu rebus sampai matang.
Setelah ayam matang, suwir-suwir menggunakan garpu sesuai
selera. Sisihkan.
Panaskan wajan, lalu tumis bawang bombay, bawang putih, cabai
dan daun bawang hingga harum. Lalu, masukkan ayam. Aduk rata.
Tambahkan kecap manis, kaldu bubuk ayam, garam dan gula. Aduk-
aduk. Tambahkan sedikit air dan masak hingga matang. Sajikan
selagi hangat.
Setup Wortel
Bersihkan ayam kemudian potong dadu dan rebus sampai keluar
minyaknya dan tiriskan.
33
Panaskan minyak, kemudian tumis bawang bombay + bawang putih
hingga harum.
Masukkan ayam + wortel tumis sebentar.
Tambahkan Saus Tiram + Saus Tomat + Saus Sambal + Garam +
Lada Bubuk + gula aduk hingga rata kemudian tambahkan air.
Masak hingga matang dan air berkurang, setelah itu masukkan daun
bawang aduk dan tambahkan larutan maizena aduk rata dan aduk
kembali hingga rata. Cek rasa.
Jika sudah OK angkat dan siap disajikan.
Sandwich Dada Ayam
Marinasi dada ayam, kemudian bakar di teflon sampai matang.
Panggang roti tawar sampai sedikit kecokelatan.
Beri romaine lettuce, tomat, campuran telur, dan irisan ayam bakar.
Tutup dengan roti tawar.
Bubur/Nasi Tim Udang
Cuci bersih semua bahan.
Rendam brokoli 5 menit dengan air garam. Potong kecil udang,
brokoli, wortel, dan tomat (tanpat biji dan kulit). Geprek bawang
merah dan bawang putih.
Tuang eloo ke dalam panci, panaskan sebentar. Tumis bawang
merah dan bawang putih. Masukkan udang dan tomat. Setelah
setengah matang tambahkan air dan nasi.
Setelah mendidih masukan brokoli dan wortel. Masak sampai air
habis.
Ayam Bakar Suir
Haluskan bawang putih, bawang merah, tomat, Lombok besar dan
Lombok kecil.
Cuci ayam sampai bersih, rebus hingga matang. Setelah matang,
angkat dan dinginkan. Saat dingin suwir ayam.
34
Panaskan sedikit minyak. Masukkan bumbu halus. Beri sedikit air
lalu masukkan suwiran ayam. Masukan penyedap rasa organik.
Aduk ayam hingga kering, lalu angkat dan sajikan.
Sup Brokoli
Masukkan kaldu ayam. Tambahkan wortel yang telah dipotong-
potong biarkan hingga mendidih dan agak empuk.
Haluskan bawang merah, bawang putih, gula, lada, dan pala lalu
masukkan ke panci.
Masukkan brokoli, daun bawang dan daun seledri masak sebentar
saja. Sup brokoli siap dihidangkan.
Jus Tomat
Cuci bersih buah tomat, kemudian potong-potong.
Masukkan kedalam blender (boleh ditambahkan 1 potong papaya
jika untuk detox).
Haluskan, dan jus tomat pun siap disajikan.
3.5. PENYAJIAN
Intervensi pemberian nutrisi yang dilakukan dapat dilihat dari tabel di
bawah ini.
3.6. EVALUASI
Hasil Antropometri
Hasil penimbangan awal berat badan pasien adalah 40.3 kg dan setelah
dilakukan intervensi selama 3 hari berat badan naik menjadi 41 kg.
35
Kenaikan berat badan pasien dapat terjadi karena asupan pasien selama di
Rumah Sakit mengalami peningkatan namun asupan tersebut belum sampai
pada kategori baik (>80%). Peningkatan berat badan juga menunjukkan
bahwa status gizi pasien mengalami perbaikan (Paruntu, 2013).
Nilai
Nama Hasil Hari Ke- Satuan
Rujukan
Pemeriksaan
Ke-1 Ke-2 Ke-3
36
Kreatinin 0.36 - - 0.7 – 1.13 mg/dL
Ureum 26 - - 10 – 50 mg/dL
SGOT 297 - 241 10 – 31 U/L
SGPT 1121 - 650 9 – 36 U/L
Gula Darah
116 - - 70 – 200 mg/dL
Sewaktu
Hemoglobin 14.6 - - 12 – 16 g/dL
Hematokrit 44.7 - - 35 – 47 %
150000 –
Trombosit 314000 - - Sel/uL
440000
Eritrosit 4.91 - - 3.6 – 5.8 Juta/uL
3800 –
Leukosit 11990 - - Sel/uL
10600
Anti HAV
- Positif - Positif -
IgM
37