Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP DASAR KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH

Anggota:

Bagas Setiawam

Putri Rohma Diana

Siva Noer Faeda

Kelas :

TLM 01-A

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

2018-2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah konsep dasar larutan
elektrolit dan cairan tubuh manusia.
.Secara khusus kami menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang
positif demi perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
patofisiologi.

Tangerang, 13 Februari 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Tujuan................................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit Tubuh ............................................... 3


B. Organ-organ yang berperan .................................................................. 3
C. Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia ..................... 4
D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia ........................... 5
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi..................................................... 6
F. Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.......................... 9

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTARPUSTAKA ................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu


exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan
cairan tubuh lainnya. Cairan adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion apabila dalam larutan. Cairan
dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan.
Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel
untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugas. Keseimbangan cairan dan
elektrolit karena adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
kedalam seluruh bagian tubuh.

B. Tujuan

1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui tentang keseimbangan cairan elektrolit


tubuh manusia.
2. Agar Mahasiswa mengetahui dan memahami gangguan keseimbangan cairan
dan elektolit.
3. Agar Mahasiswa mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit
dalam tubuh manusia.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?


2. Apa saja organ-organ yang terlibat dalam cairan dan elektrolit tubuh manusia?
3. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

1
4. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit?
6. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektolit ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Cairan dan Elektrolit Tubuh

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut .Kemudian
elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan . Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B. Organ-organ yang Berperan


Menurut (Sujono,2012) organ-organ tubuh yang berperan dalam pengaturan
kebutuhan cairan dan eletrolit antara lain:

1. Ginjal, merupakan organ yang berperan sebagai pengatur air, konsentrasi garam,
keseimbangan asam basa darah, dan sekresi bahan buangan atau kelebihan garam.
2. Kulit, berperan dalam pengaturan panas. Keringat merupakan sekresi aktif dari
kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis, melalui kelenjar keringat
suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasan air kurang lebih 0,5 liter/hari.

3
3. Paru, berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water
loss kurang lebih 400ml/hari. Proses ini berkaitan dengan respon akibat
perubahan terhadap upaya bernafas.
4. Sistem endokrin:
 ADH, meningkatkan reabsorpsi air. Dibentuk oleh hipotalamus yang ada di
hipofise posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan
osmolaritas dan menurunkan cairan eksternal.
 Aldosteron, berperan dalam absorbs natrium yang di sekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron dipengaruhi
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.
 Prostaglandin, asam lemak pada jaringan berfungsi merespon radang
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointentinal.
 Glukokotikoid, meningkatkan reabsorbsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
 Mekanisme rasa haus, diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan
dengan cara merangsang pelepasan rennin menimbulkan produksi
angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus hingga muncul rasa
haus.

C. Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat
terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir
60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air
dari berat badannya.
2. Solut(terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
elektrolit dannon-elektrolit.

4
a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif
dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu
sama lain.
 Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh
yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
 Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular
utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).
b. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).
Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan
bilirubin.

D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

Fungsi Cairan dalam Tubuh


a) Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti
karbohidrat,vitamin dan mineral pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.
b) Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
samping hasil metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses
metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat
c) Sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung,
pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh
d) Katalisator reaksi biologik sel.
e) Pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.

5
f) Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada
pada kondisi ideal yaitu ± 37C.

Fungsi Elektrolit dalam Tubuh


a) Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel
terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES
meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES untuk
keseimbangan cairan.
b) Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya
sistem bufer.
c) Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan
terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara


lain:
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan
metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki
proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang
hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan
cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang
tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang
dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar
dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal

6
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat.
Selain itu, kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui
kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak
dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu
bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di
lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat
berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di
lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit.
Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan
protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan

7
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan
retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan
produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung
dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air
dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat- obat anastesia.

8
F. Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

Gangguan keseimbangan cairan


Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa
defisit volume cairan atau sebaliknya.
1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]). Defisit volume cairan
adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan
dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan
elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah
hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik mengalami
perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel
masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara umum,
kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang
sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
130-145 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150
mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
darah adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa


perubahan. Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia)
dan perubahan hematokrit. Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh
banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut
(mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan eksresi
urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain

9
yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi
dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :

a. Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari


berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak
yang lebih besar dan individu dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi
berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung melalui kulit,
saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
b. Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-
10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar
152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6
liter. Kadar natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita
dapat mengalami hipotensi.
2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]). Volume cairan
berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini
dikenal juga dengan istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan
oleh gangguan pada fungsi ginjal. Manifestasi yang kerap muncul terkait
kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema. Edema terjadi akibat
peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema
sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting
adalah edema yang muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan
terbentuk cekungan yang tidak langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini
karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan edema pitting tidak
menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada edema
non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan
penekanan jari. Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan
cairan ekstrasel, melainkan kondisi infeksi dan trauma yang menyebabkan
pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan. Kelebihan cairan

10
vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada
permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh
tubuh. Manifestasi edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea,
batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.

Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :

a. Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium


di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini
mengakibatkan pindahnya cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel
menjadi bengkak. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
Addison, kehilangan natrium melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih,
dieresis, serta asidosis metabolic. Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan
cairan adalah sindrom ketidaktepatan hormon antidiuretik (syndrome of
inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]), peningkatan asupan cairan,
hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan polidipsia psikogenik.
Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi postural, postural
dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urine
<1,010. Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel. Kondisi ini mengakibatkan
berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab hipernatremia meliputi asupan
natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan
berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes insipidus. Tanda dan gejalanya
meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi, kejang, oliguria, atau
anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar natrium serum >144 Meq/l,
berat jenis urine >11,30.
b. . Hipokalemia dan hiperkalemia. Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium
di cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion
hydrogen dan kalium tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau

11
perubahan pH plasma. Gejala defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot,
distensi usus, penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia
adalah kelebihan kadar kalium di cairan ekstrasel. Kasus ini jarang sekali terjadi,
kalaupun ada, tentu akan sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat
trasmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi
hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan insulin
sebab insulin dapat membantu mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan
gejala hiperkalemia sendiri meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler,
hipotensi, parastesia, dan kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
nilai kalium serum >5 mEq/l, sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang
T memuncak, QRS melebar, dan PR memanjang.
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia.
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan
berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda
dan gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas
gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta
memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda
Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada
cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf
yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia
meliputi penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan
letargi, nyeri punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar
kalsium serum >5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat
kekurangan cairan. Hasil rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta
pembentukan kavitas tulang yang menyebar.

12
d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila kadar
magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh
konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi
usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang
hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l.
Hipermagnesemia adalah kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum.
Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal ginjal.,
terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda dan
gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon profunda,
depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar
magnesium serum >3,4 mEq/l.

e. Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion


klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi
gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan
nasogastrik. Tanda dan gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu
apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini adalah nilai ion klorida >95 mEq/l. Hiperkloremia adalah peningkatan
kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia,
khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal. Kondisi hiperkloremia
menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan ketidakseimbangan
asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan kelemahan, letargi, dan
pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion klorida >105 mEq/l.

f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar


fosfat di dalam serum. Kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di
usus, peningkatan ekskresi fosfat, dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang.
Hipofosfatemia dapat terjadi akibat alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes,

13
dan hipertiroidisme. Tanda dan gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia,
kelemahan otot, serta gejala neurologis yang tersamar. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl. Hiperfosfatemia adalah peningkatan
kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau
saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu, hiperfosfatemia juga bisa terjadi
akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan laksatif yang mengandung fosfat.
Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan fosfat, maka tanda dan gejala
hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu peningkatan eksibilitas
sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani, peningkatan motilitas usus,
masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas jantung/gejala gagal
jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai ion fosfat >4,4
mg/dl atau 3,0 mEq/l.

14
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total
jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat
badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia.
Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu
difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua
kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira
2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran
cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan
gastrointestinal.
Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari
keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan
keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan
elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih
banyak.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan
faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis,
pengobatan, dan pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan
cairan dan elektrolit.

15
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya
bagi mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan
untuk perbaikan makalah kami selanjutnya

16
DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta:


Salemba Medika.
Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.
dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan
Keseimbangan Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai