Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROSES PERUBAHAN KESEIMBANGAN CAIRAN


ELEKTROLIT DAN ASAM BASAH

Dosen Pembimbing : Ns. Mardiah, M .Kes

Disusun Oleh : Kelompok 4

Anggota :

1. Reviyola (144012027021) 4. Tanaka Risanda (144012027025)

2. Ririn Antika (144012027022) 5. Wardatul Mahmuda (144012027026)

3. Saharani (144012027024) 6. Yogi Putra Nugraha (144012027028)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

SITI KHADIJAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya ,yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makala pendidikan tentang
“PROSES PERUBAHAN KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT DAN ASAM
BASAH“.Makala ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makala ini .Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkonstribusi dalam
pembuatan makala ini. Terlepas dari semua itu ,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan yang terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makala ini sesuai ketentuan yang ada. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih dan berharap semoga makala ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca .

Palembang, 27 Mei 2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..…1

DAFTAR ISI…………….……………………………..…………………………..……2

BAB I PENDAHULUAN……...…..……………………………………………..…….3

A. LatarBelakang………………………………………………………...............3
B. RumusanMasalah……………………………………………………………...3
C. Tujuan…………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN MASALAH…………………..…………..………………….5

2.1 Pengertian Cairan Dan Elektrolit…………………………………………………….5

2.2 Komposisi Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia…………………...............5

2.3 Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh……………………………………….…………6

2.4 Fungsi Cairan Dan Elektrolit Dalam Tubuh Manusia.…………………….…………7

2.5 Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh…………………………………..…………7

2.6 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit…………………………………...……………8

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit …………11

2.8 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit ………………………………………12

I. EDEMA…………………………………………………………………………16

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….18

KESIMPULAN……………………………………………………………………18

SARAN……………………………………………………………………………18

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan atau


homeostasis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-
partikel bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung
komponen- komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan
bermuatan negative (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk
fungsi neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit
memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air
( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya;

Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai pengertian dari cairan
dan elektrolit, komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia, cairan dan elektolit
dalam tubuh manusia, fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia, pergerakan cairan
dan elektrolit tubuh manusia, keseimbangan cairan dan elektrolit, faktor-faktor yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan keseimbangan cairan dan
elektolit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari cairan dan elektrolit?

2. Apa saja komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

3. Bagaimana cairan dan elektolit dalam tubuh manusia?

4. Apa fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

5. Bagaimana pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia?

6. Bagaimana Proses perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit?

7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit?

8. Apa saja gangguan keseimbangan cairan dan elektolit ?

3
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari cairan dan elektrolit

2. Untuk mengetahui dan memahami komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia

3. Untuk mengetahui dan memahami cairan dan elektolit dalam tubuh manusia

4. Untuk mengetahui dan memahami fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh manusia?

5. Untuk mengetahui dan memahami pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia

6. Untuk mengetahui dan memahami proses keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan


cairan dan elektrolit

8. Untuk mengetahui dan memahami gangguan keseimbangan cairan dan elektolit

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006).
Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai


cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan
cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

2.2 Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)

1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir
60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari
berat badannya.
2. Solut(terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
elektrolit dannon- elektrolit.
a. Elektrolit
Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif
dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama
lain( miliekuivalen/liter ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam
miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L ) atau dengan berat molekul
dalam garam ( milimol/liter mEq/L) § Kation : ion-ion yang mambentuk muatan
positif dalam larutan.
Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na ), sedangkan kation intraselular
utama adalah kalium (K ). Sistem pompa˖ ˖ terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam. § Anion : ion-ion yang
membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah
klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4 ).ɜ
b. Non-elektrolit
Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya
yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
5
2.3 Cairan dan Elektolit dalam Tubuh

2.3.1 Cairan dalam Tubuh Manusia

Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia membutuhkan


cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh. Hal
tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air
menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat 70 kg bisa memiliki
sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan
pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang
relative banyak (relative bebas- air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit
dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :

Cairan intraselular (CIS).

CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi sebagai
media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40%
dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+ , Mg+ , sedikit Na+ . Elektolit anion
terbanyak adalah HPO4 2- , protein-protein, sedikit HCO3 - , SO4 2- , Cl-

Cairan ekstraselular (CES).

CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total
cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan cairan transeluler.
Cairan interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe,
serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan
dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh
serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah : kation dan anion.

2.3.2 Elektrolit Utama Tubuh Manusia

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.Non
elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik,
seperti:protein,urea,glukosa,oksigen,karbon dioksida dan asam-asam organik.Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),kalium (K+), Kalsium (Ca++),magnesium (Mg++),
Klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian denganbagian yang
lainnya,tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas
listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-
muatan positif.Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intarseluler maupun
padaplasma terinci dalam tabel di bawah ini : N o. Elektrolit Ekstraseluler Interstitial
Intraseluler Plasma 1. Kation : Natrium (Na+) Kalium (K+) 144,0 mEq 5,0 mEq 137,0 mEq
4,7 mEq 10 mEq 141 mEq

6
2.4 Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

2.4.1 Fungsi Cairan dalam Tubuh

a. Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu
sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral pembawa oksigen ke
dalam sel-sel tubuh.

b. Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil
metabolism juga dapat dikatakan berperan dalam proses metabolisme seperti karbon
dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat

c. Sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam
cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh

d. Katalisator reaksi biologik sel,

e. Pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan
darah dan konsentrasi zat terlarut.

f. Selain itu sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi
ideal yaitu ± 37C.

2.4.2 Fungsi Elektrolit dalam Tubuh

a. Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di luar sel terutama
denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan
akan berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.

b. Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya sistem
bufer.

c. Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka akan terjadi
perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan mengakibatkan terjadinya
kontraksi otot.

2.5 Pergerakan Cairan Dan Elektrolit Tubuh

Regulasi cairan dalam tubuh meliputi hubungan timbal balik antara sejumlah
komponen, termasuk air dalam tubuh dan cairannya, bagian-bagian cairan, ruang cairan,
membran, sistem transpor, enzim, dan tonisitas. Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam
tiga tahap. Pertama, plasma darah begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua,
cairan interstisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan
dan substansi bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme
pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu :

7
A. Difusi.
Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada proses ini,
cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan dua kompartemen
sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang. Kecepatan difusi
dipenngaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan dan temperature
larutan.
a. Osmosis.
Osmosis adalah perpindahan cairan melintasi membrane semipermiabel dari area
berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Pada proses ini, cairan
melintasi membrane untuk mengencerkan kedua sisi membrane. Perbedaan osmotic ini
salah satunya dipengaruhi oleh distribusi protein yang tidak merata. Karena ukuran
molekulnya yang besar, ketidakseimbangan tekanan osmotic koloid (tekanan onkotik)
sehingga cairan tertarik ke dalam ruang intravaskular.
b. Transport Aktif.
Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk
berpindah melintasi membrane selmelawan gradient konsentrasinya. Dengan kata lain,
transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi lain tanpa memandang
tingkatannya. Proses ini membutuhkan energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP).
ATP berguna untuk mempertahankan konsentrasi ion natrium dan kalium dalam ruang
ekstrasel dan intrasel melalui suatu proses yang disebut pompa “natrium-kalium”.

2.6 Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

2.6.1 Keseimbangan Cairan

Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone anti-diuretik


(ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai hal tersebut antara lain :

1) Rasa haus.
Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan cairan. Rasa haus
biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295 mOsm/kg. Osmoreseptor
yang terletak di pusat rasa haus hipotalamus sensitive terhadap perubahan osmolalitas
pada cairan ekstrasel. Bila osmolalitas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa
haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi. Mekanismenya adalah sebagai berikut :

a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang akhirnya menghasilkan


angiotensin II. Angiotensin II merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat
neuron yang bertanggungjawab meneruskan sensasi haus.

b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan


mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus. c) Rasa haus dapat
diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status hiperosmolar. Selain itu, rasa
haus bisa juga muncul untuk menghilangkan sensasi kering yang tidak nyaman akibat
penurunan saliva.

8
2) Hormon ADH.

Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di dalam neurohipofisis pada


hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolalitas
dan penurunan cairan ekstrasel. Selain itu, sekresi juga dapat terjadi pada kondisi stres,
trauma, pembedahan, nyeri, dan pada penggunaan beberapa jenis anestetik dan obat-
obatan. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat
menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. ADH juga disebut sebagai
vasopresin karena mempunyai efek vasokonstriksi minor pada arteriol yang dapat
meningkatkan tekanan darah.

3) Hormon aldosteron.
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan
aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, kadar natrium serum, dan
sistem rennin-angiotensin.

4) Prostaglandin.
Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di banyak jaringan dan
berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan darah, kontraksi uterus, dan
motilitas gastrointestinal. Di ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal,
reabsorpsi natrium.

5) Glukortikoid.
Glukortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga memperbesar
volume darah dan mengakibatkan retensi natrium. Oleh karena itu, perubahan kadar
glukortikoid mengakibatkan perubahan pada keseimbangan volume darah (Tambayong,
2000).
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan
haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui
beberapa organ, yakni kulit, paru- paru, pencernaan, dan ginjal.

a. kulit

Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini disebabkan oleh
aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi demam. Pengeluaran
cairan melalui kulit dikenal dengan istilah insensible water loss (IWL). Hal yang sama
juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 15-
20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.

b.Paru-paru.

Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan suatu bentuk
respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena pergerakan atau
kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.

9
c.Pencernaan.

Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem pencernaan setiap
harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 ml/kg
BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL normal setiap kenaikan suhu 10 C.

d.Ginjal.

Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh. Pada
individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.

2.6.2 Keseimbangan Elektrolit

Keseimbangan elektrolit sangat penting karena total konsentrasi elektrolit akan


memengaruhi keseimbangan cairan, dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuskular. Elektrolit yang terbanyak di
dalam tubuh adalah kation dan anion.

a) Kation.
Kation yang terdapat dalam tubuh meliputi :
Ø Natrium(Na+ )
Natrium merupakan kation utama dalam CES. Konsentrasi normal natrium diatur
oleh ADH dan aldosteron (di ekstrasel). Natrium tidak hanya bergerak ke dalam dan
keluar sel, tetapi juga bergerak di antara dua kompartemen cairan utama. Natrium
berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan, hantaran impuls dan kontraksi otot.
Fungsi utama natrium adalah untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan,
terutama intrasel dan ekstrasel, dengan menggunakan sistem “pompa natrium-kalium”.
Regulasi ion natrium dilakukan dengan asupan natrium, hormone aldosteron dan
haluaran urin.
Ø Kalium(K+ ).
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam CIS. Sumber kalium diperoleh
dari pisang, brokoli, jeruk dan kentang. Kalium penting untuk mempertahankan
keseimbangan asam-basa, serta mengatur trasmisi impuls jantung dan kontraksi otot.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan perubahan dan penggantian dengan ion
kalium di tubulus ginjal.
Ø Calcium(Ca2+ ).
Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulangdan gigi
untuk membuatnya keras dan kuat, meningkatkan fungsi syaraf dan muscle,
meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin
dan thrombin. Sumber : susu dengan kalsium tinggi,ikan dengan tulang,sayuran,dll. b)
Anion. Anion yang terdapat dalam tubuh meliputi : Ø Klorida (Cl- ). Klorida temasuk
salah satu anion terbesar di cairan ekstrasel. Klorida berfungsi mempertahankan tekanan
osmotic darah. Nilai normal klorida adalah 95-105 mEq/l. Ø Bikarbonat(Cl- ).

10
Bikarbonat merupakan buffer kimia utama dalam tubuh yang terdapat di cairan
ekstrasel dan intrasel. Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. Nilai normal bikarbonat
adalah 22-26 mEq/l. Ø Fosfat(PO4 2- ). Fosfat merupakan anion buffer dalam cairan
intrasel dan ekstrasel. Fosfat berfungsi membantu pertumbuhan tulang dan gigi serta
menjaga keutuhannya. Selain itu, fosfat juga membantu kerja neuromuscular,
metabolisme karbohidrat, dan pengaturan asam-basa. Kerja fosfat ini diatur oleh hormon
paratiroid dan diaktifkan oleh vitamin D.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan


Elektrolit

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:

a. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertumbuhan memiliki proporsi cairan
tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh
laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
b. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan
dan aktivasi kelenjar keringat.
c. Iklim Normalnya,
individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak
akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water
loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang
bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja
berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan
panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang
panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
d. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
11
e. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

f. Penyakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melalui IWL,penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
g. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
h. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
i. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban
cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau
sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

2.8 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit

2.8.1 Gangguan keseimbangan cairan

Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume
cairan atau sebaliknya. 1. Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]). Defisit volume
cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit)
mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan
hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi
kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel.

12
Secara umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :

a) Dehidrasi isotonik.
Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.

b) Dehidrasi hipertonik.
Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah elektrolit
yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik.
Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.

Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan.


Di antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit.
Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan
cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat
menyebabkan eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta
kelainan lain yang menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi
dapat digolongkan menurut derajat keparahan menjadi :

a. Dehidrasi ringan.
Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau sekitar
1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu
dewasa sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih
dapat berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau
pembuluh darah.
b. Dehidrasi sedang.
Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat tubuh
atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu
gejalanya adalah mata cekung.
c. Dehidrasi berat.
Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium
serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami
hipotensi.

13
2.6.2 Gangguan keseimbangan elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi :

a. Hiponatremia dan hipernatremia.


Hiponatremia adalah kekurangan kadar natrium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan perubahan tekanan osmotic. Perubahan ini mengakibatkan pindahnya
cairan dari ruang ekstrasel ke intrasel sehingga sel menjadi bengkak. Hiponatremia
umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit Addison, kehilangan natrium
melalui pencernaan, pengeluaran keringat berlebih, dieresis, serta asidosis metabolic.
Penyebab lain yang berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan
hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon [SIADH]),
peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes, oliguria, dan
polidipsia psikogenik. Tanda dan gejala hiponatremia meliputi cemas, hipotensi
postural, postural dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang dan koma.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah kadar natrium serum <136
mEq/l dan berat jenis urine <1,010. Hipernatremia adalah kelabihan kadar natrium di
cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrasel.
Kondisi ini mengakibatkan berpindahnya cairan intrasel keluar sel. Penyebab
hipernatremia meliputi asupan natrium yang berlebihan, kerusakan sensasi haus,
disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari paru-paru, poliuria karena diabetes
insipidus. Tanda dan gejalanya meliputi kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia,
agitasi, kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini kadar
natrium serum >144 Meq/l, berat jenis urine >11,30.

b. Hipokalemia dan hiperkalemia.


Hipokalemia adalah kekurangan kadar kalium di cairan ekstrasel yang
menyebabkan pindahnya kalium keluar sel. Akibatnya, ion hydrogen dan kalium
tertahan di dalam sel dan menyebabkan gangguan atau perubahan pH plasma. Gejala
defisiensi kalium pertama kali terlihat pada otot, distensi usus, penurunan bising usus,
serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai
kalium serum <3,0 mEq/l. hiperkalemia adalah kelebihan kadar kalium di cairan
ekstrasel.
Kasus ini jarang sekali terjadi, kalaupun ada, tentu akan sangat
membahayakan kehidupan sebab akan menghambat trasmisi impuls jantung dan
menyebabkan serangan jantung. Saat terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah memberikan insulin sebab insulin dapat membantu
mendorong kalium masuk ke dalam sel. Tanda dan gejala hiperkalemia sendiri
meliputi cemas, iritabilitas, irama jantung ireguler, hipotensi, parastesia, dan
kelemahan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan nilai kalium serum >5 mEq/l,
sedangkan pada pemeriksaan EKG didapat gelombang T memuncak, QRS melebar,
dan PR memanjang.

14
c. Hipokalsemia dan hiperkalsemia.
Hipokalsemia adalah kekurangan kadar kalsium di cairan ekstrasel. Bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan
berusaha memenuhi kebutuhan kalsium dengan mengambilnya dari tulang. Tanda dan
gejala hipokalsemia meliputi spasme dan tetani, peningkatan motilitas
gastrointestinal, gangguan kardiovaskuler, dan osteoporosis. Temuan laboratorium
untuk kondisi ini meliputi kadar kalsium serum <4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml serta
memanjangnya interval Q-T. Selain itu, hipokalsemia juga dapat dikaji dari tanda
Trosseau dan Chvostek positif. Hiperkalsemia adalah kelebihan kadar kalsium pada
cairan ekstrasel. Kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang
pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. Tanda dan gejala hiperkalsemia meliputi
penurunan kemampuan otot, anoreksia, mual, muntah, kelemahan dan letargi, nyeri
punggung, dan serangan jantung. Temuan laboratorium meliputi kadar kalsium serum
>5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml dan peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hasil
rontgen menunjukkan osteoporosis generalisata serta pembentukan kavitas tulang
yang menyebar.

d. Hipomagnesemia dan hipermagnesemia.


Hipomagnesemia terjadi apabila kadar magnesium serum urang dari 1,5
mEq/l. Umumnya, kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih,
malnutrisi, diabetes mellitus, gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan
gejalanya meliputi tremor, refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi,
disorientasi, halusinasi, kejang, takikardi, dan hipertensi. Temuan laboratorium untuk
kondisi ini meliputi kadar magnesium serum <1,4 mEq/l. Hipermagnesemia adalah
kondisi meningkatnya kadar magnesium di dalam serum.
Meski jarang ditemui, namun kondisi ini dapat menimpa penderita gagal
ginjal., terutama yang mengkonsumsi antasida yang mengandung magnesium. Tanda
dan gejala hipermagnesemia meliputi aritmia jantung, depresi refleks tendon
profunda, depresi pernapasan. Temuan laboratorium untuk kondisi ini meliputi kadar
magnesium serum >3,4 mEq/l.

e. Hipokloremia dan hiperkloremia.


Hipokloremia adalah penurunan kadar ion klorida dalam serum. Secara
khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang
berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta pengisapan nasogastrik. Tanda dan
gejala yang muncul menyerupai alkalosis metabolic, yaitu apatis, kelemahan,
kekacauan mental, kram, dan pusing. Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah
nilai ion klorida >95 mEq/l.
Hiperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida serum. Kondisi ini kerap
dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.
Kondisi hiperkloremia menyebabkan penurunan bikarbonat sehingga menimbulkan
ketidakseimbangan asam-basa. Lebih lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan
kelemahan, letargi, dan pernapasan Kussmaul. Temuan laboratoriumnya adalah nilai
ion klorida >105 mEq/l.

15
f. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia.
Hipofosfatemia adalah penurunan kadar fosfat di dalam serum. Kondisi ini
dapat muncul akibat penurunan absorpsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat,
dan peningkatan ambilan fosfat untuk tulang. Hipofosfatemia dapat terjadi akibat
alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis diabetes, dan hipertiroidisme. Tanda dan
gejalanya meliputi anoreksia, pusing, parestesia, kelemahan otot, serta gejala
neurologis yang tersamar.
Temuan laboratorium untuk kondisi ini adalah nilai ion fosfat <2,8 mEq/dl.
Hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat dalam serum. Kondisi ini dapat
muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. Selain itu,
hiperfosfatemia juga bisa terjadi akibat asupan fosfat berlebih atau penyalahgunaan
laksatif yang mengandung fosfat. Karena kadar kalsium berbanding terbalik dengan
fosfat, maka tanda dan gejala hiperfosfatemia hampir sama dengan hipokalsemia yaitu
peningkatan eksibilitas sistem saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani,
peningkatan motilitas usus, masalah kardiovaskular seperti penurunan kontraktilitas
jantung/gejala gagal jantung, dan osteoporosis. Temuan laboratoriumnya adalah nilai
ion fosfat >4,4 mg/dl atau 3,0 mEq/l.

1. EDEMA

A. Pengertian Edema

Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial (celah di antara
sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan. Pada kondisi yang normal secara
umum cairan tubuh yang terdapat diluar sel akan disimpan di dalam dua ruangan yaitu
pembuluh darah dan ruang – ruang interstitial. Apabila terdapat gangguan pada
keseimbangan pengaturan cairan tubuh, maka cairan dapat berakumulasi berlebihan di dalam
ruang interstitial sehingga menimbulkan edema. Namun apabila cairan sangat berlebih maka
kelebihan cairan adakalanya dapat berkumpul di ruang ketiga yaitu rongga – rongga tubuh
seperti perut dada dan rongga perut.

B. Penyebab Edema Pada Kaki

Oiya, perlu Anda ketahui, kondisi pembengkakan ini umumnya terjadi pada beberapa
bagian tubuh yang sangat aktif. Dan salah satu bagian tubuh yang dimaksud adalah kaki, dan
beberapa bagian tubuh sekitar kaki. Adapun penyebabnya sendiri antar lain:

1. Penggumpalan darah pada kaki

2. Terjadinya pembesaran pembuluh darah vena.

3. Tidak bergerak dalam kurun waktu yang lama.

4. Cuaca yang teramat panas.

5. Akibat luka bakar.

6. Tekanan yang mengganggu aliran darah.

16
C. Cara mengobati

1. Lakukan olah raga secara rutin dan teratur.

2. Budayakan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

3. Usahakan untuk senantiasa bergerak dan tidak terlalu lama diam.

4. Perbanyak mengonsumsi air putih.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan
tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat
badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.

Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi,
osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu
pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB,
sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ
tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal.

Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan
dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang
melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi
lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak. Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor yaitu
usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan pembedahan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

 A, Aziz Alimul H.2009:”Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2.”Jakarta: 


Salemba Medika.
 Potter, Perry.2009:”Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku.” Jakarta: Salemba
Medika.
 dr.Jan Tambayong. Patofsiologi untuk keperawatan
 Elizabeth J. Corwin Buku Saku Patofisiologi
 Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan
Keseimbangan Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
 Syaifudin, Drs. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Edisi
4. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai