Anda di halaman 1dari 12

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Seorang perempuan berusia 26 tahun bernama ibu Desi biasanya dipanggil ibu Eci dibawa oleh
keluarganya kerumah sakit dengan kondisi tangan diikat. Pasien berteriak-teriak sambil berkata
“Kanapa saya masuk rumah sakit jiwa, saya tidak gila, laki saya yang gila, pukuli saja dia,
jangan saya yang disakiti.” Menurut keluarga pasien mengamuk di rumah karena Baim anaknya
yang berusia 5 tahun minta dibelikan sepeda, dan pasien tidak punya uang. Beberapa hari yang
lalu, pasien juga memukul ibu-ibu komplek saat membeli sayur. Menurut ibu pasien, anaknya
Ny. Eci sering mengamuk semenjak ditinggal suaminya 4 bulan yang lalu, dan pada saat usia 17
tahun pasien pernah berobat ke polipsikiatri di RSU karena putus cinta. Pengobatan pasien tidak
selesai dan hanya berlangsung selama 1 bulan. Dan sekarang keluarga Ny. Eci memutuskan
untuk melanjutkan kembali pengobatan beliau di RS Medika karena perilaku anaknya kambuh
lagi.

Take 1

( Sesampainya dirumah sakit , Ny.Eci dan kelurganya segera disambut oleh perawat dan
segera diantar ke ruang rawat inap dengan nama ruangan A1. Dan keluarga Ny. Eci segera
mengurus berkas mengenai pembiayaan beliau di administrasi )

Administrasi : “Apakah ibu sebelumnya pernah berobat disini ?”

Keluarga Pasien : “Sudah pernah mba”

Administrasi : “Apakah ibu termasuk pasien dari BPJS?”

Keluarga Pasien : “Iya mba saya punya BPJS”

Administrasi : “Baiklah boleh saya liat kartu BPJS & KTP ibu?

Keluarga Pasien : (Menyerahkan kartu BPJS & KTP kepada administrasi )

Administrasi : (Mulai mengecheck Kartu BPJS & KTP tersebut ) baik semuanya sudah selesai bu
silahkan tanda tangan di bagian sini

Kelurarga Pasien : (Mulai Menanda tangani berkas tersebut )


Take 2

Tak lama kemudian dokter dan karu masuk keruangan Ny. Eci .

Dokter : “Selamat pagi ibu, bagaimana kabarnya pagi ini?”

Pasien: “Pagi”

Dokter : “Perkenalkan saya Anisa, saya dokter yang jaga pagi ini dan ini … sebagai karu yang
mendampingi saya serta mencatat perkembangan ibu desi pada hari ini. Apa benar dengan Ibu
Desi, ibu lebih senang dipanggil apa?

Pasien: “Eci saja.”

Dokter : “Ibu Eci, kita ngobrol sebentar ya kurang lebih 10 menit. Apa ibu bersedia?’

Pasien: “Jangan lama-lama.”

Dokter: “Ibu, bagaimana perasaan Ibu saat ini? Apakah masih ada perasaan kesal atau marah?”

Pasien: (Diam)

Dokter: “Saya dengar sebelum masuk rumah sakit ibu mengamuk ya? Apa betul?”

Pasien: “Ngapain sih ngomongin marahnya saya, kamu juga gak bisa bantu” (sedikit emosi)

Dokter : “Begini bu, saya disini ingin membantu ibu menyelesaikan.”

Pasien : “Halahh, paling kamu cuma mau bilang saya harus bersabarkan. Semua ini ada
hikmahnya. Saya juga bisa ngomong begitu. Tapi kalian semua tidak mengerti apa yang saya
rasakan” (muka merah)

Dokter : “Ibu tolong tenang, saya memang tidak bisa merasakan apa yang ibu rasakan.

Tetapi saya mohon ibu percaya, percaya sama saya. Saya disini ingin membantu ibu
menyelesaikan masalah ibu.”

Pasien : “Terus kamu bisa apa ?”

Dokter : “Ibu mau cerita sama saya? Biar kita pikirkan masalah ibu sama-sama.”

Pasien : “Baiklah.
Dokter : “Baik bu, kalau boleh saya tahu, apa betul ibu mengamuk karena anak ibu ?”

Pasien: “Iya.”

Dokter: “Apa yang ibu rasakan saat itu ?”

Pasien: “Saya kesal dok, rasanya ingin marah-marah saja. Saya itu pusing, saya nggak punya
uang”

( Karu …. sambil mencatat keadaan pasien )

Dokter: “Sejak kapan ibu tidak bisa mengontrol emosi ibu? Apa setelah bercerai dengan suami
ibu? ”

Pasien: “Iya dok. Saya nggak terima, semua saya berikan untuknya dok. Saya mencintai dengan
tulus, tetapi dia menceraikan saya. Setelah tahu ia menikah lagi, saya sakit hati. Saya gak terima
dia bahagia, kasian anak saya sus gak ada ayahnya” (Ny. Eci menceritakan kisahnya dengan
penuh emosi)

Dokter: “Apakah saat ibu marah, Ibu merasakan kesal kemudian dada Ibu berdebar - debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

Pasien: “Ya iya lah, namanya juga lagi marah, gimana sih kamu ini” (muka meremehkan)

Dokter: “Setelah itu apa yang Ibu lakukan”

Pasien: “Apa yang ada di sekitar saya, saya lempar dan saya pecahkan,”

Dokter: “Oh...ya, Jadi Ibu memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu, apakah dengan
cara ini mereka akan lebih menghargai Ibu?”

Pasien: “Tidak, tapi rasanya puas,”

Dokter: “ Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang Ibu lakukan?”

Pasien: “Anak saya ketakutan, keluarga saya jadi berpikir saya gila dan saya dibawa kesini”

Dokter: “Betul, anak ibu jadi takut kepada Ibu, barang-barang pecah, harus
mengeluarkan uang untuk membeli barang baru lagi. Menurut Ibu adakah cara lain yang lebih
baik? Maukah Ibu belajar cara mengontrol kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”

Pasien: “Bagaimana?”

Dokter: ”Ada 2 cara untuk mengontrol kemarahan, Bu. Cara pertama ibu bisa tarik napas dalam.
Cara kedua, ibu bisa memukul bantal atau kasur saat marah.”

Pasien: ”Begitu?”

Dokter: ”Iya bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Ibu rasakan, maka Ibu harus tenang, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu hembuskan lewat mulut seperti mengeluarkan
kemarahan. Ayo bu kita coba, tarik napas dari hidung, bagus.., tahan, dan hembuskan lewat
mulut. Coba lagi bu. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”

Pasien: “Agak lebih tenang,”

Dokter: “Nah, setelah tarik napas dalam yang kita lakukan tadi. Ibu bisa mengontrol kemarahan
dengan memukul bantal. Lampiaskan semua kemarahan, kekesalan, sakit hati ibu pada bantal
ini.” (memberikan bantal pada Ny. Eci)

Pasien: (memukul bantal)

Dokter: “Bagus bu, ungkapkan rasa marah yang ibu pendam.”

Setelah beberapa saat

Dokter: “Bagaimana perasaan ibu, setelah melakukan 2 cara tadi ?”

Pasien: “Lebih baik dok...” (tersenyum)

Dokter: “Sebaiknya latihan ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah
itu muncul, Ibu sudah terbiasa melakukannya. Sekarang kita buat jadwal latihannya ya, berapa
kali sehari Ibu mau latihan napas dalam dan memukul bantal untuk mengontrol kemarahan?”

Pasien: “Terserah dok”

Dokter: “Bagaimana kalau 3 kali sehari, pukul 8 pagi, pukul 12, dan pukul 4 sore ?”
Pasien: ”Iya, dok”

Dokter: ”Baik Bu, ada yang ingin ibu tanyakan ?”

Pasien: “Tidak ada.”

Dokter: ”Jadi berapa kali ibu harus latihan tarik napas dalam dan memukul bantal ?”

Pasien: “Tiga kali, pukul 8 pagi, 12, dan pukul 4 sore.”

Dokter: “Kalau begitu, nanti siang pukul 12.00 WIB perawat akan menjelaskan tentang obat
yang ibu minum. Tempatnya di kamar ibu saja. Apa ibu setuju ?”

Pasien: (mengangguk)

Dokter: “Saya permisi ibu. Kalau ibu perlu sesuatu, ibu bisa menekan tombol ini. Selamat pagi.”

Pasien: “Iya dok.”

Take 3
( Setelah mencatat dari data pasien tersebut, kepala ruangan langsung segera ke ruangan
jaga perawat )

Karu : “ Selamat pagi semuanya, saya … sebagai kepala ruangan. Alhamdullilah pada siang hari
ini kita diberikan kesempatan serta kesehatan sehingga kita bisa berkumpul di ruangan ini untuk
melakukan kegiatan pada siang hari ini. Jadi tadi ada pasien lama atas nama Ny.Eci yang berobat
kembali di rumah sakit ini, Oleh sebab itu saya tugaskan kepada desriani sebagai katim untuk
menjelaskan tugas kepada bunga sebagi perawat.”

Katim : “ Baik bu akan saya laksanakan. Kepada perawat bunga saya akan jelaskan bahwa kita
ada pasien yang sudah dijelaskan oleh kepala ruangan tadi. Jadi kamu bertugas di ruangan A1
dengan pasien atas nama Ny. Eci untuk bekerja secara professional, menjelaskan tentang obat
yang di minum dan perhatikan baik baik perkembangan pasien. Apakah ada yang ingin
ditanyakan ?”

Perawat : “Baik bu, tidak ada menurut saya penjelasan dari penyampaian ibu sudah cukup jelas.”

Katim : “ Baik jika begitu, terima kasih untuk perhatiannya, kita keruangan pasien pada pukul
12.00 WIB. Namun sebelum itu kamu ke apoteker untuk mengambil obat untuk Ny. Eci
Perawat : “Baik bu.”

( Perawat bunga langsung menuju ke apoteker untuk mengambil obat untuk Ny. Eci )

Perawat : “Permisi apotik,mau ambil obat”

Apoteker : “Iya sus, mau ambil obat atas nama siapa dan ruangan apa?”

Perawat : “Atas nama Ny. Eci ruangan A1.”

Apoteker : “Di tunggu dulu yah sus, di cari dulu.”

Perawat : “Baik, Terima kasih.”

Apoteker : “Resepnya atas nama Ny. Eci ruangan A1 sudah ada sus. Ini sus , obat nya ada 3
macam. Ini yang pertama itu diminumnya jam 6 pagi , ini yang kedua jam 2 siang , dan yang
ketiga jam 10 malam yah sus. Ini obatnya hanya berlaku untuk meredakan amarah pasien yah
sus. Dan ini tolong di cek resep sama obatnya udah benar yah sus”

Perawat : “Yak makasih yah sudah benar”

Apoteker : “Iya sama- sama sus”

( Setelah dari apoteker , perawat bunga langsung menemui Katim untuk bersama – sama ke
ruangan Ny. Eci )

Take 4

( Sesuai kesepakatan, pada pukul 12.00 WIB. Perawat akan memberi obat ke kamar Ny. Eci )

Perawat : “Siang bu Eci.”

Pasien : “Siang”

Perawat : “Seperti yang dikatakan dokter anisa. Saya disini akan menjelaskan tentang obat yang
ibu minum. Sebelumnya kenalkan nama saya Bunga sebagai perawat ”

Katim : “Saya Desriani sebagai Kepala Tim perawat

Pasien: “Kenapa harus dijelaskan ? Minum obatkan, ya tinggal diminum”


Perawat : “Iya ibu benar. Tetapi disini saya akan menjelaskan jenis obatnya, cara dan manfaat
dari obat tersebut. Pagi tadi ibu sudah ada minum obat?”

Pasien: “Iya, pagi tadi saya minum obat .”

Perawat : “Nah obat yang diresepkan dokter untuk ibu ada 3. Yang warnanya orange namanya
CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu
minum 3 kali sehari pukul 6 pagi, pukul 2 siang, dan pukul 10 malam. Masing-masing diminum
1 pil.”

Pasien: “Oh iya yang putih tadi buat apa ?”

Perawat : “Yang putih ini membantu ibu agar lebih rileks.”

Pasien: “Ohh...Tadi pagi saya sudah minum obat.

Perawat : “Iya, nanti selama disini, ibu akan di ingatkan oleh perawat untuk minum obat sesuai
jadwal. Perawat nanti juga akan bertanya nama lengkap ibu sebelum minum obat, supaya obat
yang diberikan tidak salah.”

Pasien: “Oh begitu.”

Perawat : “Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu mengatasinya
ibu bisa minum air putih yang tersedia di ruangan.”

Pasien: “Baiklah.”

Perawat : “Ibu minum obatnya rutin ya. Kalau tidak diminum rutin dapat terjadi kekambuhan.
Kalau masalah sampai kapan harus minum obat, nanti akan kita diskusikan lagi bersama dokter.”

Pasien: (mengangguk-ngangguk)

Katim : “Ibu sudah latihan tarik napas dalam dan memukul bantal pukul 12 tadi.”

Pasien: “Iya, saya latihan sesuai yang diajarkan dokter anisa.”

Katim : “Bagus bu, ada yang ingin ibu tanyakan.”

Pasien: “Tidak ada.”


Katim : “Baiklah bu, kalau tidak ada yang ditanyakan kami permisi terlebih dahulu, kalau ada
apa-apa silahkan panggil saya atau suster bunga di ruang jaga perawat, saya permisi”

Pasien: “Iya.”

Take 5

( Pada malam harinya pukul 07.00 WIB, PJ Shift datang ke ruangan Ny. Eci untuk
mengajarkan latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal )

PJ Shift : “Selamat malam bu, boleh saya masuk ?”

Pasien : “Boleh, silakan masuk.”

PJ Shift : “Bagaimana kabarnya hari ini bu ?”

Pasien : “Alhamdulillah saya sudah lebih tenang sekarang.”

PJ Shift : “Wah bagus sekali ibu sudah merasa lebih tenang.”

Pasien : “Iya Alhamdulillah”

PJ Shift : “Jadi begini bu, sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu, nama saya Aulia

saya perawat yang bertugas dari pukul 7 malam sampai pukul 12 malam nanti, tujuan saya kesini
saya ingin mengajarkan ibu bagaimana cara mengontrol perkataan ibu saat marah, apakah ibu
bersedia untuk saya ajari ?”

Pasien : “Oh ada lagi yang harus saya pelajari? Kalau begitu silahkan ajari saya.”

PJ Shift : “Baiklah bu, waktu yang kita perlukan kurang lebih 10 menit, ibu mau latihan disini
atau kita latihan di taman ?”

Pasein : “Disini saja ya, saya lagi malas keluar.”

PJ Shift : “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Apabila marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dan memukul bantal, selanjutnya kita perlu berbicara
dengan orang yang membuat kita marah. Ada 3 cara bu, yang pertama meminta dengan baik
tanpa marah dengan nada suara rendah serta tidak menggunakan kata-kata yang kasar contohnya
‘nak, tolong ambilkan ibu gelas itu’ silakan dipraktikkan bu.”
Pasien: “Begini kan? ‘Nak, tolong ambilkan ibu gelas itu’.”

PJ Shift: “Benar sekali ibu begitu cara nya, sekarang kita akan mencoba cara yang kedua ya bu.
Cara yang kedua yaitu menolak dengan baik, kata ibu kan ibu marah dikarenakan anak ibu yang
meminta dibelikan sepeda, jadi cara yang baik untuk menolaknya contohnya ‘nak, ibu sekarang
lagi gak punya uang, kalau ibu ada uang kita pasti akan beli sepeda untuk kamu’ seperti itu bu,
mohon dipraktikkan’.”

Pasien: “ ‘Nak, ibu sekarang lagi gak punya uang, kalau ibu ada uang kita pasti akan beli sepeda
untuk kamu’, seperti itu ?”

PJ Shift: “Betul sekali ibu, kita lanjutkan ke cara yang ketiga ya bu, yang ketiga ini yaitu
mengungkapkan perasaan kesal ibu, apabila ada yang membuat ibu kesal ibu bisa mengutarakan
perasaan kesal ibu, contohnya ‘saya jadi marah dengan perkataan mu itu’ begitu bu silakan di
praktikkan.”

Pasien: “Saya kan pernah sekali memukul tetangga saya karena saya kesal dia membicarakan
masalah keluarga saya, jadi bisa saya mengatakan seperti itu juga ?”

PJ Shift: “Bisa bu, biar saya contohkan, bagaimana kalau ibu mengatakan seperti ini

kepada orang yang membicarakan masalah ibu ‘Saya tidak suka kalau kamu membicarakan saya
seperti itu, kalau kamu tidak tahu kebenaran dari masalahnya, lebih baik diam saja tidak usah
membicarakannya’.”

Pasien: “ ‘Saya tidak suka kalau kamu membicarakan saya seperti itu, kalau kamu tidak tahu
kebenaran dari masalah saya, lebih baik diam saja tidak usah membicarakannya. Kamu itu
emang suka banget gosipin kehidupan orang. Urus saja keluarga mu, keluargamu saja berantakan
eh malah banding- bandingin dengan kelurga saya, yah jelas masih berantakan keluarga mu itu
HAHAHA….
( Tidak disangka-sangka ternyata Ny. Eci kehilangan kendali saat di singgung sedikit tentang
tetangganya itu, sambil mengacak – ngacak barang di depannya. Melihat kejadian tersebut PJ
shift berusaha untuk menenangkan beliau namun hasilnya nihil dan segera meminta bantuan
dengan perawat lainnya untuk segera di suntik obat penenang. Akan kejadian tersebut PJ
shift melapor ke supervisor untuk segera diamati mengenai kasus tersebut agar tidak terulang
kembali )

Take 6

Supervisor : Baiklah dari kejadian tersebut, kita bisa simpulkan bahwa Ny. Eci ini sangat sensitif
akan kejadian yang menyangkut mengenai masalah keluargannya. Untuk saat ini kita tidak perlu
terlalu menekan membahas mengenai masalah keluarganya, sebab kamu tadi memberi contoh
kepada Ny.Eci mengenai masalah keluarganya kan ?”

PJ Shift : “Iya bu benar”

Supervisor : “Iya tidak apa – apa, kita juga tidak tau bisa kejadian seperti ini, kedepannya kamu
beri contoh yang lain jangan membahas mengenai masalah keluarganya sampai beliau benar -
benar bisa stabil kondisi amarahnya”

PJ Shift : “Baik bu”

Take 7

Keesokan harinya, perawat bunga menghampiri Ny. Eci untuk latihan mengontrol kemarahan
secara spiritual untuk menggantikan metode latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal yang sempat gagal kemarin malam )

Perawat : “Siang bu. Bagaimana keadaan ibu hari ini ?”

Pasien : “Siang, saya baik sus.”

Perawat : “Perkenalkan ibu, nama saya Bunga. Saya perawat yang bertugas siang ini. Apa ibu
sudah mengikuti jadwal hari ini ?”

Pasien : “Iya sus, tadi saya latihan tarik napas dalam dan memukul bantal
Perawat : “Bagus bu. Nah maksud kedatangan saya, saya ingin mengajarkan mengontrol
kemarahan dengan spiritual. Apa ibu bersedia, waktunya sekitar 10 menit ?”

Pasien : “Iya sus.”

Perawat : “Ibu seorang muslim kan ?”

Pasien : “Ya, saya muslim.”

Perawat : “Kalau ibu sedang marah, ibu harus tenang, tarik napas dalam yang diajarkan dan
memukul bantal. Alangkah lebih baik lagi, kalau ibu ambil air wudhu. Setelah itu sholat.”

Pasien : “Ohhh, begitu ya sus. Selama ini shalat saya nggak teratur, kadang sholat kadang
enggak.”

Perawat : “Coba ibu sebutkan shalat 5 waktu.”

Pasien : “Sholat subuh, zuhur, asar, magrib, dan isya.”

Perawat : “Cara shalat masih ingatkan ibu ?”

Pasien : “Iya sus saya masih ingat. Tetapi kalau saya lagi haid, bagaimana sus ? Apa yang harus
saya lakukan ?”

Perawat : “Pertanyaan yang bagus bu. Kalau ibu sedang marah, ibu bisa membaca istighfar atau
shalawat agar hati ibu lebih tenang. Coba ibu, baca istighfar”

Pasien : “Astagfirullahal’adzim.”

Perawat : “Iya bu. Bagaimana perasaannya sekarang ?”

Pasien : “Lebih nyaman dan tenang. Rasanya Allah melindungi saya.”

Perawat : “Alhamdulillah.

Perawat : “Ada yang ingin ibu tanyakan lagi ?”

Pasien : “Tidak sus.”

Perawat : “Berhubung sekarang sudah pukul 1 siang, apa ibu sudah shalat Dzuhur ?”

Pasien : “Belum.”
Perawat : “Bagaimana kalau kita shalat Dzuhur bersama di mushala ?”

Pasien : “Saya mau.”

Perawat : “Ayo bu, kita ke mushalla.”

( Pasien dan Perawat pergi ke mushalla untuk melakukan shalat Dzuhur bersama. Semenjak
rutin dilakukan berbagai macam metode yang diberikan oleh perawat baik itu dari latihan
tarik napas dalam, memukul bantal dan mengontrol kemarahan secara spiritual.
Kondisi Ny. Eci pun lekas membaik dan bisa lebih mengontrol kemarahannya )

Kesimpulan : Risiko Perilaku Kekerasan (RPK) adalah keadaan dimana seseorang pernah
/mengalami riwayat melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri/ orang lain/
lingkungan baik secara fisik/ emosional/ seksual dan verbal. Tujuan tindakan untuk klien, ialah
klien mampu :

Mengidentifikasi penyebab, tanda & gejala, serta akibat dari perilaku kekerasan.

Mengontrol PK dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam & cara fisik 2 pukul kasur/bantal.

Mengontrol PK dengan cara verbal/bicara baik-baik.

Mengontrol PK denga cara spiritual.

Anda mungkin juga menyukai