Anda di halaman 1dari 18

MAKA LAH

STERILISASI, DESINFEKSI DAN DEKONTAMINASI

DISUSUN OLEH : KEL 4

1. RESTI 14401207019
2. RIRIN ANTIKA 144012027022
3. SAHARANI 144012027024
4. TANAKA RISANDA 144012027025
5. WARDATUL M 144012027026
6. YOGI PUTRA N 144012027027

DOSEN PENGAMPU : ZUHANA HAYUN, SKM, M.Kes


MATA KULIAH : K3

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,karena rahmatnya kami bisa menulis


makalah ini dengan judul “Sterilisasi, Desinfeksi dan Dekontaminasi” tepat pada
waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 dengan dosen
pengampu ibu Zuhana Hayun, SKM , M.Kes.

Terima kasih kepada ibu Zuhana Hayun, SKM , M.Kes yang telah
memberikan tugas pembuatan makalah ini yang diharapkan dapat menambah
wawasan ilmu kami selaku penulis juga para pembaca dalam mata kuliah
keperawatan maternitas.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini. Oleh, karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran
untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang ,5 May 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .........................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 5
C. TUJUAN ........................................................................................................... 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7
A. Sterilisasi ...........................................................................................................7
Metode Sterilisasi ...................................................................................... 8
Cara-Cara Sterilisasi .................................................................................. 9
B. Desinfeksi ........................................................................................................11
Tingkatan Desinfeksi ...............................................................................12
Cara-Cara Desinfeksi ...............................................................................13
C. Dekontaminasi .................................................................................................15
Produk-produk Dekontaminasi : ............................................................. 16
Tujuan prosedur dekontaminasi ...............................................................16
BAB III ........................................................................................................................17
PENUTUP ...................................................................................................................17
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen yang


memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah,
mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) salah satu nya adalah
melakukan sterilisasi, desinfeksi, dan dekontaminasi.
Penerapan sterilisasi, desinfeksi, dan dekontaminasi diantaranya
dilakukan di Rumah Sakit, di laboratorium, ataupun di sebuah industri.
Sebagai contoh, rumah sakit merupakan tempat dengan derajat kontaminasi
yang cukup tinggi. Sumber kontaminasi utama di rumah sakit umumnya
adalah manusia berupa limbah dari proses kehidupan seperti urine, tinja
semburan pernafasan, kelupasan kulit yang selalu diproduksi dan disebarkan.
Terhadap kontaminan pokok itu, individu sakit akan menambah residu
dan sekresi yang berasal dari jaringan yang sakit. Banyak kuman patogen
yang berada dalam lingkungan inanimate, seperti jamur dan kuman patogen
gram negatif maupun gram positif yang terbawa masuk ke dalam rumah sakit
dan tersebar melalui kegiatan masyarakat di rumah sakit. Kontaminasi dapat
terjadi pada udara, peralatan, perlengkapan, personalia, air buangan dari
pasien, dan secara rinci kemungkinan terjadinya kontaminasi adalah sebagai
berikut:
1. Udara : Udara kering sebetulnya bukan tempat yang baik untuk
kehidupan mikroorganisme. Berbeda halnya kalau ada uap air, udara
dapat menjadi media penularan penyakit.
2. Air : Air dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi
mikroorganisme dan dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit.
3. Ruangan dan bangunan : Dinding, plafon, lantai, saluran pembuangan,
pintu, jendela yang tidak dibersihkan dan didesinfeksi mudah ditumbuhi
jamur dan bakteri
4. Perlengkapan atau peralatan : Hampir semua peralatan di rumah sakit
dapat ditempati dan ditumbuhi mikroorganisme. Jenis dan jumlah
mikroorganisme yang tumbuh tergantung pada sumber kontaminasi
sebelumnya, kondisi nutrisi, dan temperatur lingkungan.
5. Personalia : Selama kegiatan di ruang aseptic bisa terjadi kontaminasi
yang bersumber dari kulit, tangan, rambut, dan pernafasan petugas.
Jumlah mikroorganisme akan meningkat bila terdapat luka -luka terbuka
6. Pasien : Pasien yang telah ter infeksi merupakan sumber penularan bagi
dirinya sendiri dari bagian satu ke bagian lainnya dari tubuhnya atau
kepada pasien lain.
Pencegahan dan mitigasi kontaminasi mikroorganisme di rumah sakit
umumnya dilakukan melalui dua tahapan prosedur, berupa dekontaminasi
dan diikuti dengan desinfeksi atau sterilisasi tergantung pada tingkat bebas
kuman yang dikehendaki. Penerapan ini tidak hanya berlaku di rumah sakit,
melainkan juga di laboratorium dan industri agar semua pekerja
mendapatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Pada bab selanjutnya
akan dibahas lebih jelas terkait sterilisasi, dekontaminasi, dan desinfeksi
yang bertujuan untuk menerapkan sistem K3.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Untuk mengetahui bagaimana proses dari sterilisasi, desinfeksi, dan
dekontaminasi
2. Mempelajari pengertian dan macam - macam dari sterilisasi,
desinfeksi, dan dekontaminasi

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui proses dari sterilisasi, desinfeksi, dan


dekontaminasi serta memahami pengertian sterilisasi, desinfeksi dan
dekontaminasi beserta macam macam dari sterilisasi, desinfeksi, dan
dekontaminasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sterilisasi

Sterilisasi yaitu proses membunuh semua mikroorganisme termasuk


spora bakteri pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Tujuan
sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada
peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang
akan disterilkan.
Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang
dimana pada akhir proses tidak dapat ditunjukkan adanya mikroorganisme
hidup pada bahan atau barang tersebut (DepkesRI,2002).
Kematian mikroorganisme ditentukan oleh daya tahan
mikroorganisme terhadap teknik sterilisasi. Daya tahan ini tergantung pada
jenis, jumlah, umur mikroorganisme, serta kondisi lingkungan proses
sterilisasi. Sedangkan sterilisasi dengan teknik pemisahan mikroorganisme
yang memerlukan penyaring dengan ukuran diameter saringan lebih kecil dari
diameter mikroorganisme.
Contoh penerapan sterilisasi di Rumah Sakit, diantaranya :
1. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik
dengan pemanasan pada suhu ± 121° C selama 30 menit atau pada suhu
134° C selama 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan
alat sterilisasi yang digunakan. Hal-Hal Yang Perlu Dipertimbangkan
Dalam Memilih Metode Sterilisasi :
• Sifat bahan yang akan disterilkan
• Metode yang paling mudah, murah namun cukup efektif.
• Bila terdapat beberapa fasilitas untuk melakukan sterilisasi, haruslah
dipilih cara yang baik.

 Metode Sterilisasi

a. Sterilisasi secara fisik


Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengtan
bahan kimia tidak akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan
tinggi. Cara membunuh mikroorganisme tersebut adalah dengan panas.
Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen
sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Pemanasan
basah dapat memakai otoklaf, tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf
adalah alat serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air.
Tyndalisasi merupakan metode dengan mendidihkan medium dengan
uap beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi
dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah mikrooranisme tanpa
merusak fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat memakai oven dan
pembakaran. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan sinar
gelombang pendek (Waluyo, 2005).
b. Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia.
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada
tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan
bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat
bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain
halogen (senyawa klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen peroksida,
zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosalin, deterjen, logam-logam
berat, aldehida, ETO, uap formaldehid ataupun beta-propilakton (Volk,
1993).
c. Sterilisasi secara mekanik.
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan.
Penyaringan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan
penyaring

 Cara-Cara Sterilisasi

1. Sterilisasi dengan pemanasan kering


a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin
sterilisasinya, namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja,
misalnya: benda-benda dari logam (instrument), benda-benda dari kaca,
benda-benda dari porselen. Caranya yaitu:
1) Siapkan bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand
spritus, korek api.
2) Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom
tersebut. Selanjutnya dinyalakan dengan api.
3) Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.

b. Dengan cara udara panas kering


Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu prosesoksidasi,
cara ini memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
sterilisasi pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan
cara ini yaitu benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk,
vaselin, dan kaca. Caranya yaitu:
1) Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu.
2) keringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
3) Berilah indikator pada setiap set
4) Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai aluminium foil.
5) Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
6) Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah.
Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:
a) Dimasak dalam air biasa.
tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat
dibinasakan tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna
itu agar efektif membunuh spora maka dapat ditambahkan natrium
nitrat 1% dan phenol 5%. Caranya yaitu:
1) Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah,
nanah atau kotoran lain.
2) Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3) Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya
mati
4) Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
5) Seluruh permukaan harus terendam.

c. Dengan uap air.


Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai
dengan dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi
lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan
disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.Caranya yaitu:
1) Ala-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta
didesinfeksi.
2) Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan
dalam dandang

- Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.


Jenis sterilisasi dengan caraini merupakan cara yang paling
umum digunakan dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat
yang disebut autoclave.Caranya yaitu:
1) Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan
didesinfeksi
2) Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
3) Kemudian dibungkus kain/kertas.
4) Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.

3. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia


Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara
pemanasan kering. Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak
tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa dilaksanakan karena keadaan.
Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.

4. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet


Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan
sterilisasi udara dan biasanya dilakukan di tempat-tempat
khusus.Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dsb. dan udaranya
harus steril. Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air
sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet, sinar Gama, sinar X dan
sinar katoda.

B. Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses penghancuran dan pemusnahan


mikroorganisme patogen pada benda-benda yang ada, tanpa tindakan khusus
untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. Tindakan ini juga
untuk membunuh organisme organisme patogen yang dilakukan terhadap
benda mati.
Di mana dalam proses disinfeksi dilakukan dengan menggunakan zat
yang disebut Desinfektan. Desinfektan adalah zat kimia yang digunakan untuk
mrmbunuh mikroba patogen pada benda-benda, misalnya: pada lantai ruangan,
meja operasi, dan sebagainya.
Desinfektan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara ,
antara lain yaitu dengan cara pembersihan, sinar matahari, pendinginan, dan
pemanasan. Desinfeksi pada lingkungan rumah sakit dilakukan pada:
1) Permukaan alat-alat kesehatan, misalnya: tombol-tombol alat kesehatan,
alat-alat radiologi yang digunakan untuk arteriografi, alat-alat
laboratorium yang digunakan untuk fungsi vena. Permukaan alat-alat
yang terkontaminasi dengan darah, produk darah, atau cairan tubuh
memerlukan proses desinfeksi tingkat menegah. Metode desinfeksi yang
digunakan adalah dengan cairan senyawa chlorin, alcohol, glutaraldehid,
hydrogen peroksida, formaldehid, senyawa phenol, dan yodium.
2) Permukaan alat -alat rumah tangga, misalnya: dinding, lantai, tempat
cuci tangan, permukaan meja. Kontaminasi dengan nanah, darah, produk
darah, urine, cairan tubuh, dan tinja pada permukaan alat-alat rumah
tangga perlu desinfeksi tingkat menengah. Metode desinfeksi yang
digunakan sama dengan desinfeksi pada permukaan alat-alat kesehatan
(Depkes RI, 2002).

 Tingkatan Desinfeksi

Terdapat 3 tingkat desinfeksi, yaitu:


a. Desinfeksi tingkat tinggi, dengan membunuh semua organisme
dengan perkecualian spora bakteri.
b. Desinfeksi tingkat sedang, dengan membunuh bakteri dan jamur
kecuali spora bakteri.
c. Desinfeksi tingkat rendah, dengan membunuh kebanyakan bakteri,
beberapa virus dan beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh
mikroorganisme yang resisten seperti basil tuberkel dan spora
bakteri.
 Cara-Cara Desinfeksi

Ada 6 cara desinfeksi yang dapat dilakukan sebagai penerapan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, industri, ataupun
laboratorium diantaranya :
a. Pembersihan
Pembersihan benda-benda atau permukaan tubuh akan mengurangi
jumlah mikroba sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi,
misalnya : cuci tangan dengan sabun dan dibelas dengan air sebelum
melakukan operasi.
Mencuci tangan harus dengan sabun kemudian dibasahi dengan
menggunakan alkhohol 70%. Cui luka khususnya luka kotor menggunakan
betadine. Mencuci kulit atau jaringan tubuh yang akan di operasi dengan
larutan iodium tinktur 3 %, kemudian dilanjutkan dengan alkohol.
b. Sinar matahari
Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida. Dapat
membunuh bakteri bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk
membunuh bentuk spora waktunya harus lebih lama.Sinar ultra violet juga
digunakan untuk desinfeksi air , sterilisasi ruang bedah,dan ruangindustri
farmasi.Walaupun sinar ultraviolet sangat panas terhadap mikroba, tetapi
daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba
yang terdapat pada permukaan saja.
c. Pendinginan
Suhu randah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroba terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang
mudah membusuk. Pada suhu -20 derajat C, mikroba tidak bisa merombak
makanan sehingga tidak terjadi pembusukan.bakteri patogen mati pada suhu
0 derajat C, misalnya neisseria gonorrhoea, treponema pallida.

d. Pemanasan
Pada umumnya bakteri bentuk vegetatif mati dalam waktu 5-10 menit
pada suhu 65 derajat C. Sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama.
Pemanasan dapat mematikan bakteri, karena menggumpalkan (koagulasi)
protoplasmanya (protein). Koagolasi protoplasma akan lebih cepat bila
terdapat banyak air karena itu desinfeksi dengan uap air panas akan lebih
cepat dibandingkan dengan menggunakan udara panas kering. Bentuk spora
clostridium botilinum dengan uap air panas suhu 120 derajat C mati dalam
waktu 10 menit. Sedangkan dengan udara panas kering suhu 120 derajat C
mati dalam 120 menit.
e. Pengeringan
Pengeringan dapat menyebabkan larutan disekeliling mikroba
menjadi hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan dapat
menyebabkan mikroba mati. Gangguan tekanan osmotik akan diper hebat
apabila ditambahkan garam dan bumbu seperti halnya pada pembuatan ikan
asin dan bandeng. Karena dengan pengeringan ini dapat menyebabkan
berhentinya pembunuhan dan perkembang biakan mikroba.
f. Menggunakan zat kimia
- Alkohol
Ethyl alkohol merupakan desinfektan yang paling sering di
pakai . Untuk desinfektin kulit digunakan kadar ethyl alkohol 70%.
Daya kerjanya yaitu mengkoagulasikan protein dan menarik air sel.
- Yodium
Merupakan germicida tertua. Namun kurang baik kelarutannya
dalam air. Lebih baik kelarutannya dalam alkohol. Preparatnya adalah
betadin yang banyak digunakan untuk membersihkan luka. Dan
tindakan antiseptik pada kulit sebelum pembedahan.Yodium
merupakan baktericida yang paling kuat.
- Preparat chlor
Banyak dipakai untuk desinfeksi air minum, misalnya kaporit.
Daya kerjanya berdasarkan proses oksidasi.
- Zat warna
Misalnya getianviolet, tertuma menghambat gram positif dan
jamur. Zat warna lainnya misalnya acriflavin. Acriflavin digunakan
untuk tindakan anti septik pada selaput lendir dan pengobatan luka.
Daya kerja zat warna ini karena berkaitan dengan protein bakteri.
- Sabun dan detergent sintetis
Sabun juga menyebabakan menurunnya tegangan permukaan,
sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat
yang bersifat germicida sering di tambahkan dalam pembuatan sabun.
- Aerosol
Aerosol adalah zat kimia sebagai anti mikrobial yang di
semprotkan diudara sehingga membentuk butiran-butiran halus dan
tetap tersuspensi dalam udara untuk waktu yang cukup lama. Di
pergunakan untuk desinfeksi ruangan.Hasil proses desinfeksi
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
- Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
- Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.-
- Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
- Struktur fisik benda
- Suhu dan PH dari proses desinfeksi

C. Dekontaminasi

Dekontaminasi yaitu membuang semua material yang tampak (debu,


kotoran) pada benda, lingkungan, permukaan kulit dengan menggunakan
sabun, air dan gesekan.Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh staf sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivikasi HBV,
HBC dan HIV) dan mengurangi tapi tidak menghilangkan jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi.
 Produk-produk Dekontaminasi :
- Larutan klorin 0,5 % dan 0,1 %
- Etil 70 %
- Alkohol
- Bahan Fenolik atau karbol 0,5 % –3 %
Bahan klorin mempunyai daya kerja yang cepat untuk
mematikan virus hepatitis B dan HIV, bila benda-benda yang
terkontaminasi di rendam dalam 10larutan klorin selama 10 menit.
Namun daya kerja tersebut akan cepat mengalami penurunan sehingga
larutan tersebut harus diganti paling sedikit setiap 24 jam atau lebih
cepat jika terlihat telah kotor atau keruh.

 Tujuan prosedur dekontaminasi

Tujuan prosedur dekontaminasi diantaranya :


1. Mencegah penyebaran infeksi melalui peralatan pasien atau permukaan
lingkungan.
2. Untuk membuang kotoran yang tampak.
3. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme).
4. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan
alat pensteril atau desinfektan.
5. Untuk melindungi personal dan pasien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme
dengan cara fisik dan kimiawi.

2. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan


kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan,bahan, dan
ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

3. Disinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah


mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasukspora)
dengan cara fisik dan kimiawi.

Ketiganya yakni sterilisasi, dekontaminasi, desinfeksi merupakan hal


yang sangat penting dalam penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3). Apabila tindakan sterilisasi tidak dilakukan, hasil yang diinginkan
tidak akan tercapai, selain itu apabila dekontaminasi dan desinfeksi tidak
dilakukan hal ini akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.
Prinsip sterilisasi, dekontaminasi, desinfeksi diterapkan pada Rumah Sakit,
laboratorium, maupun industri (pabrik).

B. Saran

Untuk mengantisipasi terjadi kecelakan kerja dan menjamin Kesehatan


dan Keselamatan Kerja perlu mengetahui dan memahami apa itu Sterilisasi,
Desinfeksi dan Dekontaminasi serta mengetahui macam –macam dan cara
Sterilisasi, Desinfeksi dan Dekontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Denz ,2011,STERILISASI, http://dprayetno.wordpress.com/sterilisasi/ diakses pada


kamis, 7 februari 2019 pukul 11.53

Dirtjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Volk, W.A. dan Wheeler, M.F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta

Yalun,2009, Tekni-teknik sterilisasi bagian 1:cairandan padatan),


http://yalun.wordpress.com/2009/teknik-teknik-sterilisasi-bagian-1-:cairan-dan-
/padatan diakses pada kamis, 7 februari 2019 pukul 12.30. waluyo, L. 2005.
Mikrobiologi Umum. UMM Press : Malang.

Anda mungkin juga menyukai