Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3 TERHADAP BAHAN KIMIA, TERILISASI & DESINFEKTAN, DAN


PENGAMBILAN SAMPEL DARAH, URIN, FASES)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja
Dosen pembimbing : Wasludin, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :
Kelompok 4

1. Agum Gumelar (P27901119003)


2. Dian Sugiharty (P27901119012)
3. Fitri Anisa (P27901119020)
4. Huda Husyada (P27901119024)
5. Meylita Ruslina (P27901119030)
6. Nida Nuroktaviani (P27901119036)
7. Rospita Sari (P27901119046)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TANGERANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melipatkan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Kesehatan
Keselamatan Kerja yang di bimbing oleh Wasludin, SKM, M.Kes dengan judul
“KESEHATAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP BAHAN KIMIA,
TERILISASI & DESINFEKTAN, DAN PENGAMBILAN SAMPEL FACES,
URIN DAN DARAH“

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalh ini masih jauh dari sempurna
dikarnakan terbatasnya pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Tangerang, 04 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................

2.1 K3 Terhadap Bahan Kimia.......................................................................2


2.2 K3 Terhadap Sterilisasi & Desinfeksi......................................................6
2.3 K3 Terhadap Pengambilan Sampel Darah, Urin dan Feses ....................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................28

3.1 Kesimpulan...............................................................................................28
3.2 Saran.........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang penting
dan rasional adalah melakukan setiap proses pencegahan infeksi yang
dianjurkan. Setiap petugas kesehatan baik yang bertugas di Apotik,
Industri farmasi, Industri makanan, Rumah sakit, Rumah tangga maupun
Laboratorium kimia mempunyai resiko untuk terkena infeksi dari pasien
yang sedang ditanganinya. Selain itu juga dapat menularkan infeksi dari
pasien satu ke pasien yang lain melalui alat-alat medis dan non medis yang
digunakan dan sudah terkontaminasi. Infeksi dapat juga terjadi apabila
petugas tidak melakukan prosedur yang benar dalam menangani alat-
alat/intrumen yang bekas pakai (daur ulang).
Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih
sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat.
Untuk segera dapat disembuhkan, perlu di tentukan penyakitnya dan
pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat,
atau fatal. Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan
beberapa uji laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari
pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari
penderita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan K3 terhadap bahan kimia!
2. Apa yang dimaksud dari K3 terhadap sterilisasi dan Desinfeksi
3. Jelaskan K3 pengambilan sampel feces, urin, dan darah
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami K3 terhadap bahan kimia
2. Mampu memahami K3 terhadap sterilisasi dan Desinfeksi
3. Mampu memahami K3 pengambilan sampel feces, urin, dan darah

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 K3 Terhadap Bahan Kimia


Kesehatan dan Keselamata Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja (laboratorium/analis). Secara keilmuan K3 merupakan ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Laboratorium kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi
yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan penggunaan dan
pemakaian bahan kimia maupun peralatan analisis. Laboratorium kimia
dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia merupakan tempat
berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para
pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan kesehatan dan keselamatan kerja
maka para pengguna diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman
dan nyaman.
A. Tujuan peraturan keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin:
1. Kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di
laboratorium.
2. Mencegah orang lain terkena resiko pekerjaan laboratorium yang
menyebabkan terganggunya kesehatan.
3. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah
terbakar dan beracun.
4. Mengonrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke
udara, sehingga tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.

2
B. Pakaian di Laboratorium
Pekerja di laboratorium harus mentaati etika berbusana di
laboratorium. Busana yang digunakan di laboratorium berbeda dengan
busana yang digunakan sehar-hari.
Busana atau pakaian di laboratorium hendaklah mengikuti aturan
sebagai berikut :
1. Dilarang memakai perhiasan yang rusak oleh bahan kimia, sepatu
safety yang terbuka, sepatu licin, atau ber hak tinggi. Harus
menggunakan sepatu safety yang memenuhi standar. Bagi wanita
juga harus menggunakan sepatu safety khusus wanita.
2. Wanita dan pria yang memiliki rambut panjang harus diikat,
rambut panjang yang tidak terikat dapat menyebabkan kecelakaan.
Karena dapat tersangkut pada alat yang berputar.
3. Pakailah jas praktikum, sarung tangan dan pelindung yang lain
dengan baik meskipun, penggunaan alat-alat keselamatan
menjadikan tidak nyaman.

C. Bekerja Dengan Bahan Kimia


Bekerja dengan bahan kimia diperlukan perhatian dan kecermatan
dalam penanganannya. Ada pun hal umum yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
2. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah
khusus (cukup dengan mengkibaskan daerah hidung).
4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan
iritasi (pedih dan gatal)
 Memindahlan Bahan Kimia
Seorang laboran pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan
kimia pada setiap kerjanya. Ketika melakukan pemindahan bahan
kimia maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

3
1. Baca label bahan sekurang-kurangnya dua kali untuk
menghindari kesalahan dalam pengambilan bahan misalnya
antar bahan sitrat dan asam nitrat
2. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan
3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
4. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula
untuk menghindari kontaminasi, meskipun dalam hal ini
terkadang terasa boros
 Memindahkan bahan kimi cair
Ada sedikit perbedaan ketika seorang laboran memindahkan
bahan kimia yang wujudnya cair. Hal yang harus diperhatikan :
1. Tutup botol dibuka dengan cara dipegang dengan jari tangan
sekaligus telapak tangan memegang botol tersebut
2. Tutup botol jangan di taruh di atas meja karena isi botol bisa
terkotori oleh kotoran yang ada di atas meja
3. Pindahkan cairan menggunakan batang pengaduk untuk
menghindari percikan
4. Pindahkan dengan alat lain seperti pipet volume sehingga
lebih mudah
 Memindahkan bahan kimia padat
Pemindahan bahan kimia padat memerlukan penanganan seperti :
1. Gunakan sendok ungu atau alat lain yang bukan berasal dari
logam
2. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan
3. Gunakan alat untuk memindahkan yang bebas dari
kontaminasi. Hindari satu sendok untuk bermacam-macam
keperluan.
D. Peralatan dan cara kerja.
Bekerja dengan alat-alat kimia juga berpotensi terjadinya kecelakaan
kerja, oleh karena itu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

4
1. Botol reagen harus dipegang dengan cara pada bagian label yang
ada pada telapak tangan.
2. Banyak peralatan terbuat dari gelas, hati-hati kena pecahan kaca.
3. Bila memasukkan gelas pada propkaret gunakan sarung tangan
sebagai pelindung.
4. Ketika menggunakan pembakar spritus hati-hati jangan sampai
tumpah di meja karena mudah terbakar.
5. Jika digunakan bunsen amati keadaan selang apakah mash baik
atau tidak.
6. Hati-hati apabila menghancurkan asam sulfat pekat, asam sulfat lah
yang dituang sedikit demi sedikit dalam air dan bukan sebaliknya

E. Pembuangan Limbah.
Limbah bahan kimia secara umum meracuni lingkungan, oleh karena
itu perlu penanganan khusus :
1. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan.
2. Buang pada tempat yang disediakan.
3. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar didaur ulang.
4. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang di
tempat khusus.
5. Limbah yang tidak berbahaya (misal:detergen) boleh langsung
dibuang di pengenceran air yang cukup banyak.
6. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
7. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan beracun dikumpulkan
pada botol dan diberi label yang jelas

F. Terkena Bahan Kimia.


Kecelekaan kerja bisa saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati-
hati, bila itu terjadi maka perhatikan hal-hal berikut ini :
1. Jangan panik.

5
2. Mintalah bantuin dengan rekan yang ada didekat anda oleh karena
itu dilarang bekerja sendiri di laboratorium.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan
tersebut, bila memungkinkan bilas sampai bersih
4. Bila terkena kulit, jangan digaruk supaya tidak merata
5. Bawalah korban keluar ruangan agar banyak menghirup oksigen
6. Bila mengkhawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedic
secepatnya

 Kombinasi bahan yang harus dihindari


Kombinasi bahan di bawah ini berpotensi terjadi kecelekaan
kerja, oleh karenanya harus dihindari, yaitu :
1. Natrium atau kalium dengan air
2. Ammonium nitrat, serbuk seng dan air
3. Kalium nitrat dengan natrium asetat
4. Nitrat dengan ester
5. Prokasida dengan magnesium, seng atau alumunium
6. Benzena atau alcohol dengan api

2.2 K3 Terhadap Sterilisasi dan Desinfeksi

A. Pengetian Sterilisasi
Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri
pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat.
 Tujuan :
Memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen
termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran
dan perawatan yang dipakai.

6
B. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah menghancurkan atau membunuh kebanyakan
kebanyakan organisme patogen pada benda atau instrumen dengan
menggunakan campuran zat kimia
cair.
 Tujuan :
Sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan jasad
renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Hasil
proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda
- Tipe dan kontaminasi mikroba
- Pembersihan/dekontaminasi benda sebelumnya
- Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
- Struktur fisik benda
- Suhu dan PH dari proses desinfeksi

C. Contoh Sterilisasi dan Desinfeksi


1. Contoh Sterilisasi dan Desinfeksi di Rumah Sakit
a) Contoh Sterilisasi
 Sebelum memasuki ruangan operasi harus dilakukan
desinfeksi dan di sterilisasikan sampai aman untuk dipakai.
 Semua perlatan medis atau peralatan-peralatan yang
dimasukkan kedalam
 jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui saluran darah
harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan.
 Sebelum atau sesudah melakukan operasi dokter dan suster
harus mencuci tangan.

7
b) Contoh Desinfeksi
 Suhu pada desinfeksi secara fisik dengan air panas untuk
peralatan sanitasi.
 Ruangan operasi dan isolasi harus bebas dari
mikroorganisme hidup
 Semua benda atau alat yang akan di desinfeksikan harus di
bersihkan terlebih dahulu secara seksama unruk
menghilangkan semua bahan organik.

2. Contoh Sterilisasi dan Desinfeksi di Laboratorium Kimia


a) Contoh Sterilisasi
 Menggunakan zat kimia yaitu alkohol, uap formalin serta
sublimat dan halogen.
 Membersihkan alat sebelum digunakan
 Membersihkan ruangan

b) Contoh Desinfeksi
 Membersihkan wastafel
 Menyimpan alat yang sudah dibersihkan sesuai dengan
tempatnya
 Memebersihkan lantai laboratorium

3. Contoh Sterilisasi dan Desinfeksi di Rumah Tangga


a) Contoh Sterilisasi
 Mencuci baju
 Mengepel lantai
 Membersihkan toilet

b) Contoh Desinfeksi
 Merebus botol susu bayi sebelum digunakan

8
 Mencuci tangan dengan anti septik
 Membersihkan peralatan makan

4. Contoh Sterilisasi dan Desinfeksi di Apotik


a) Contoh Sterilisasi
 Sebelum menyentuh obat harus mencuci tangan terlebih
dahulu
 Alat-alat di apotik harus dibersihkan
 Ruangan di apotik harus steril

b) Contoh Desinfeksi
 Filtrasi ruangan
 Obat disimpan pada tempatnya agar tidak tercemar
 Sebelum meracik obat harus menggunakan perlengkapan

5. Contoh Sterilisasi dan Desinfeksi di Industri Farmasi


a) Contoh Sterilisasi
 Alat bahan harus di cuci
 Dikeringkan dengan kain lap
 Menggunakan pembungkusan dapat memakai kertas
aluminium

b) Contoh Desinfeksi
 Sebelum memasuki ruangan harus menggunakan alat
perlengkapan diri
 Membesihkan lantai ruangan
 Membersihkan kamar mandi

9
2.3 K3 Pengambilan Sampel Feces, Urin, dan Darah
A. Pengertian pengambilan Spesimen Darah Vena
1. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena
klien untuk mendapat spesimen darah.
Pembuluh balik (vena) adalah pembuluh darah yang menghantar
darah menuju ke jantung. Darah dari kapiler dalam jaringan tubuh
kembali ke jantung melalui venula, setelah itu ke pembuluh balik atau
vena. Pembuluh balik memiliki dinding lebih tipis, tidak elastis,
dan berdiamater lebih lebar dari pada pembuluh nadi. Ini terjadi
karena darah dalam perjalanannya kembali ke jantung memiliki
tekanan yang sangat rendah.
Tekanan yang rendah tersebut menyebabkan darah cenderung
mengalir kembali meninggalkan jantung. Untuk mencegah
peristiwa itu, pembuluh balik memiliki banyak katup yang
memastikan darah mengalir ke satu arah menuju jantung. Tekanan
darah yang rendah dalam pembuluh balik menyebabkan tidak terasa
adanya denyutan sehingga darah hanya menetes (tidak memancar)
apabila pembuluh balik terluka. Pembuluh balik terletak di dekat
dengan permukaan tubuh tampak kebiru-biruan. Pembuluh balik
berfungsi menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung.
Pembuluh ini dilalui darah yang mengandung banyak karbondioksida,
kecuali pada pembuluh balik dari paru- paru menuju ke jantung
(pembuluh balik paru-paru atau vena pulmonalis) yang dilalui darah
mengandung banyak oksigen. Pembuluh balik yang besar ada dua
macam, yaitu pembuluh balik besar atas (vena kava superior) dan
pembuluh balik besar bawah (vena kava inferior).

2. Jenis-jenis pembuluh balik (Vena)


a) Vena Pulmonalis

10
b) Pembuluh darah yang banyak mengandung oksigen dari paru-
paru menuju ke antrium kiri jantung. Vena pulmonalis
terbagi atas dua macam atau jenis yakni vena pulmonalis kanan
dan vena pulmonalis kiri.
c) Vena Cava atau Vena Sistemi
Pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh tubuh
menuju ke jantung bagian antrium kanan. Vena cava terbagi atas
dua yakni vena cava superior dan vena cava interior.
d) Vena Superfisialis
Pembuluh balik yang terletak dekat dengan permukaan kulit dan
tidak terletak dekat dengan arteri yang tepat.
e) Vena Dalam atau deep
Pembuluh darah vena yang menyertai arteri dan biasanya
tersimpan dalam selubung pembungkus vena dan arteri.

3. Ciri-ciri pembuluh balik (Vena)


a) Pembuluh balik yang dinding lebih tipis.
b) Pembuluh yang tidak elastis, dan berdiamater lebih lebar
daripada pembuluh nadi.
c) Pada umumnya terletak didekat dengan permukaan tubuh
dan tampak kebiru-biruan.

4. Prosedur pengambilan darah vena


Pengambilan spesimen darah vena dengan syring (alat suntik)
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik
(syring) merupakan cara yang masih sering dilakukan di berbagai
laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat
suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari
sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai
ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran
terbesar sampai dengan terkecil adalah: 21G, 22G, 23G, 24G dan

11
25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada
pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat
diandalkan (rapuh atau kecil).

 Alat dan bahan:


1) 1 pasang sarung tangan bersih.
2) 1 botol kecil alcohol.
3) Kapas (secukupnya).
4) Satu buah bantal kecil sebagai penopang.
5) 1 buah pengalas.
6) 1 buah tourniquet.
7) 1 buah spuit (sesuaikan ukuran spuit dengan dengan jumlah
darah yang akan diambil).
8) Plester (secukupnya).
9) 1 buah kertas label.
10) 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium.
11) 1 buah wadah spesimen dan tutupnya.
12) 1 buah plastik specimen.

 Prosedur pelaksanaan:
1) Jaga privasi klien.
2) Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan.
3) Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di
kursi.
4) Cuci tangan.
5) Pakai sarung tangan bersih.
6) Pasang pengalas di bawah tangan klien.
7) Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan (biasanya di
fossa antecubital).
8) Pasang tourniquet 5-10 cm di atas vena yang dipilih.

12
9) Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol dengan
arah sirkuler dari dalam ke luar (± 5 cm). Biarkan kulit
mongering.
10) Tempatkan jari telunjuk tangan non domianant di bawah
lokasi penusukan (± 2,5 cm) dan tarik kulit secara perlahan..
11) Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat dengan
perlahan.
12) Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi.
13) Lepaskan tourniquet.
14) Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan dengan
kapas alcohol.
15) Pasang plester di lokasi penyuntikan.
16) Lepaskan jarum suntik dari syringenya.
17) Masukkan darah ke dalam wadah specimen.
18) Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien, tanggal,
jenis pemeriksaan, nama ruangan).
19) Masukkan wadah spesimen kedalam palstik specimen.
20) Rapikan alat dank klien.
21) Lepaskan sarung tangan.
22) Cuci tangan.
23) Dokumentasi tindakan.
24) Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form
permintaan pemeriksaan laboratarium.

B. Cara Pengambilan Spesimen Darah Arteri


1. Pengertian
Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil
darah arteri yaitu pembuluh darah yang berasal dan bilik jantung
yang berdinding tebal dan kaku.
Pembuluh nadi (arteri) adalah pembuluh darah yang berotot dan
membawa darah ke jantung. Dinding pembuluh nadi tersusun dan

13
tiga lapisan,yakni lapisan luar yang bersifat elastis, lapisan tengah
yang berupa sel-sel otot polos, dan lapisan dalam yang disusun
oleh selapis sel berdinding tipis.Pembuluh nadi memiliki dinding
tebal, kuat, dan elastis, yang membantu tenaga pemompaan
jantung untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh. Pemompaan
oleh jantung menyebabkan darah didorong untuk mengalir. Hal itu
memberi tekanan di sepanjang dinding pembuluh yang dilaluinya
dan menimbulkan denyutan. maka terjadi, darah akan memancar
keluar apabila pembuluh nadi terluka. Pada umumnya, pembuluh
nadi berada di bagian dalam tubuh. Pembuluh nadi yang paling
besar disebut aorta. Pembuluh ini berpangkal pada bilik kiri
jantung dan bertugas membawa darah yang mengandung banyak
oksigen (darah bersih) ke seluruh tubuh. Pembuluh ini memiliki
sebuah katup yang terletak tepat di luar jantung.
Fungsi pembuluh darah arteri yaitu, Mengalirkan darah dan
jantung ke seluruh tubuh, Menghantarkan oksigen dan nutrisi ke
semua sel, Mengangkut zat buangan misalnya karbon dioksida,
Menjaga keseimbangan mobilitasi protein, kimia, unsur-unsur dan
sistem kekebalan tubuh dan sel.

2. Jenis-jenis pembuluh nadi arteri


a) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis atau nadi paru-paru adalah pembuluh yang
dilewati darah dan bilik menuju ke paru-paru. Pembuluh ini
mengandung banyak karbon dioksida yang akan dilepaskan
keparu-paru yakni di alveolus.
b) Arteri Sistemik
Arteri sistemik adalah pembulu yang mengantar darah ke
arteriol setelah itu ke pembuluh kapiler tempat dimana zat
nutrisi dan oksigen ditukarkan.
c) Aorta

14
Aorta adalah pembuluh terbesar yang ada dalam tubuh dan
keluar dan ventrikel yang membawa banyak oksigen.
d) Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi yang paling kecil yang
berhubungan dengan pernbuluh kapiler.
e) Pembuluh Kapiler
Pembuluh kapiler adalah tempat pertukaran zat yang
menjadi fungsi utama dalam sistem sirkulasi, pembuluh kapiler
merupakan pembuluh yang bukan sesungguhnya. Pembuluh
kapiler merupakan pembuluh yang menghubungkan cabang-
cabang dan pembuluh balik dengan sel-sel tubuh.

3. Ciri Pembuluh Darah Arteri


a) Dinding pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis
b) Lapisan luar berupa sel-sel otot elastis
c) Lapisan tengah berupa sel-sel otot polos
d) Lapisan dalam yang hanya disusun oleh selapis sel berdinding
tipis.
e) Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastic
f) Membawa darah yang bersih
g) Mempunyai satu katup yaitu awal pembuluh yang berada
di dekat jantung
h) Jika terluka, darah akan memancar
i) Umumnya terletak dibagian dalam tubuh

4. Prosedur Pelaksanaan
 Alat dan Bahan
1) Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 untuk
anak – anak dan ukuran 20 atau 21 untuk dewasa
2) Heparin
3) Yodium-povidin

15
4) Penutup jarum (gabus atau karet)
5) Kasa steril
6) Kapas alkohol
7) Plester dan gunting
8) Pengalas
9) Handuk kecil
10) Sarung tangan sekali pakai
11) Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
12) Wadah berisi es
13) Kertas label untuk nama
14) Bengkok
 Prosedur pelaksanaan
1) Cek alat-alat yang akan digunakan
2) Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
3) Perkenalkan nama perawat
4) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
5) Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
6) Jaga privasi klien
7) Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
8) Posisikan klien dengan nyaman
9) Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
10) Pasang pengalas
11) Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan
12) Palpasi arteri radialis
13) Lakukan allen’s tes
Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral
arteri radialis. Klien diminta mengepalkan tangan dengan
kencang. Pengambil darah dengan jari menekan kedua
arteri radialis dan ulnaris. Klien diminta membuka dan
mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian
biarkan telapak tangan terbuka. Pengambil darah

16
melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak
tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari
arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan. Bila terdapat
gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris ( uji Allen
negatif ), arteri radialis tidak boleh digunakan untuk
pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat kolateralisasi
arteri radialis dan arteri ulnaris ( uji Allen negatif ), arteri
radialis tidak boleh digunakan. Minta klien untuk
mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung
pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna
jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah
menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika
pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa
tangan yang lain.
14) Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan
handuk
15) Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling
keras dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
16) Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-
povidin, kemudian diusap dengan kapas alkohol
17) Berikan anestesi lokal jika perlu
18) Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml
dan kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada
dalam jarum dan spuit
19) Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut
45° sambil menstabilkan arteri klien dengan tangan yang
lain

17
20) Observasi adanya pulsasi ( denyutan ) aliran darah masuk
spuit (apabila darah tidak bisa naik sendiri,
kemungkinan Fungsi mengenai vena )
21) Ambil darah 1 sampai 2 ml
22) Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan
menggunakan kasa 5-10 menit
23) Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan
gabus atau karet
24) Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
25) Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
26) Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu,
konsentrasi oksigen yang digunakan klien jika kilen
menggunakan terapi oksigen
27) Kirim segera darah ke laboratorium
28) Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak
mengeluarkan darah ( untuk klien yang mendapat terapi
antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama )
29) Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
30) Cuci tangan
31) Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
32) Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan
waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil
dan respon klien.

C. Cara Pengambilan Speismen Urin


1. Pengertian
Suatu prosedur melakukan pengambilan contoh urin dari klien
untuk pemeriksaan diagnostik.
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul

18
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.

2. Fungsi Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun
atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum
menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaita dengan
kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing
yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung
bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir
bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan
bahwa urin itu merupakan zat yang steril.

3. Tujuan Pengambilan Spesimen Urin


a) Melakukan pemeriksaan kesehatan klien secara umum dan
memeriksa apakah urin klien normal atau tidak. Urin normal
adalah urin yang tidak terdapat bakteri, keton, darah, protein
atau zat obat adiktif.
b) Mendiagnosa penyakit metabolik atau sistemik yang
mempengaruhi fungsi ginjal.
c) Mendiagnosa kelainan endokrin. Untuk tes ini
dilakukan pemeriksaan urin 24 jam.
d) Mendiagnosa kelainan atau penyakit ginjal atau saluran kemih.
e) Melakukan monitoring klien dengan Diabetes.
f) Melakukan tes kehamilan.

4. Jenis Pengambilan Spesimen Urin


a) Urin bersih (clean voided urine spesimen)

19
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin
b) Urin tengah (clean-catch or midstream urin spesimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman
untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih.
Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di
permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan
kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme
khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
c) Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin
yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya
berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya
disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif
tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau
mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.Biasanya urin
ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke
penampungan yang lebih besar.
d) Urin acak
Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan
kandungan urin
e) Kateter indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area
kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan
jarum suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika
tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin
diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur
urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
5. Prosedur Pengambilan Spesimen Urin
a) Pengambilan Spesimen Urin Sewaktu (Random Urine)
 Alat dan Bahan:

20
1) 1 pasang sarung tangan bersih
2) 1 buah handuk kecil/ tisu
3) 1 buah pakaian mandi
4) 1 buah sabun
5) 1 buah kertas label
6) 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
7) 1 buah wadah spesimen dan tutupnya
8) 1 buah plastik specimen

 Prosedur pelaksanaan
1) Jaga privasi klien
2) Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3) Cuci tangan
4) Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah
spesimen dan sabun
5) Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan
sabun dan mengeringkannya dengan handuk kecil.
6) Minta klien untuk menampung urinnya di dalam wadah.
7) Minta klien menutup wadah spesimen tanpa menyentuh
bagian dalam tutup.
8) Pasang sarung tangan bersih
9) Keringkan bagian luar wadah dengan tisu
10) Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,
tanggal, jenis pemeriksaan, nama ruangan)
11) Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
12) Rapikan alat dank lien
13) Lepaskan sarung tangan
14) Cuci tangan
15) Dokumentasi tindakan
16) Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form
permintaan pemeriksaan laboratarium.

21
b) Pengambilan Spesimen dari Kateter
 Alat dan Bahan:
1) 1 pasang sarung tangan bersih
2) 1 buah spuit 3 cc dengan jarum ukuran 21-25 (untuk
urin kultur)
3) 1 buah spuit 20 cc dengan jarum ukuran 21- 25 (untuk
urin rutin)
4) 1 buah klem
5) Kapas alkohol
6) Tissue
7) 1 buah kertas labelnya
8) 1 buah wadah spesimen (non steril untuk urin rutin dan
steril untuk kultur)
9) 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium 10.
1 buah plastik specimen

 Prosedur pelaksanaan:
1) Jaga privasi klien
2) Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3) Cuci tangan
4) Pasang sarung tangan bersih
5) Klem kateter selama 30 menit sebelum pengambilan
spesimen
6) Bersihkan entry port posisi penusukan jarum suntik
dengan kapas alkohol
7) Masukkan jarum suntik di entry port dengan arah 30
derajat
8) Aspirasi urin 3 cc untuk kultur atau 20 cc untuk urin
rutin
9) Pindahkan urin dari syringe ke wadah non steril (untuk
urin rutin)atau pindahkan ke wadah steril (untuk kultur)

22
10) Tutup wadah urin tanpa menyentuh bagian dalam tutup
11) Buka klem kateter dan biarkan urin mengalir ke urin-
bag
12) Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13) Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,
tanggal, jenis pemeriksaan, nama ruangan)
14) Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
15) Rapikan alat dan klien
16) Lepaskan asarung tangan
17) Cuci tangan
18) Dokumentasi tindakan
19) Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form
permintaan pemeriksaan laboratarium.

D. Cara Pengambilan Spesimen Feses


1. Pengertian
Pemeriksaan feses merupakan cara yang dilakukan untuk
mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu
pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur, jenis makanan
serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya.
a) Pengertian Feses
Feses adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh
manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan
makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus
digestifus). Pengertian feses ini juga mencakup seluruh
bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk
karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari
proses pernapasan, keringat,lendir dari ekskresi kelenjar, dan

23
sebagainya. Feses juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri
dari: sisa - sisa makanan; air; bakteri; zat warna empedu.

b) Pekiraan Komposisi Fases Tanpa Urine


Komponen Kandungan (%)
Air 66-80
Bahan organic (dari berat kering) 88-97
Nitrogen (dari berat kering) 5,7-7,0
Fosfor (sebagai P2O5 dari berat 3,5-5,4
kering)
Potasium (sebagai K2O dari berat 1,0-2,5
kering)
Karbon (dari berat kering) 40-55
Kalsium (sebagai CaO dari berat 4-5
kering)
C N rasio (dari berat kering) 5-10

c) Kuantitas Fases dan Urin


Tinja / Air Seni Gram/ Orang/ Hari
Berat Basah Berat
Kering
Tinja 135-270 35-70
Air Seni 1.000-1.300 50-70
Jumlah 1.135-1.570 85-140

d) Fases Normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses
per hari dari jumlah tersebut 70% merupakan air dan
separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa -
sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa
sayur mayur sedikit lemak, sel - sel epitel yang rusak dan
unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid
silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun
keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi
normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

24
2. Tujuan
Mendapatkan spesimen feses yang memenuhi
persyaratan untukpemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan
dengan menggunakan spesimen feses bertujuan untuk
mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela,
sigela, sherichia coil, stafilokokus, dan lain-lain.

3. Indikasi
a) Adanya diare dan konstipasi
b) Adanya icterus
c) Adanya gangguan pencernaan
d) Adanya lendir dalam feses
e) Kecurigaan penyakit gastrointestinal

4. Kontra Indikasi

Tidak ada

5. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala
awal dan sebaliknya sebelum pemberian antibiotik. Feses
yang diambil dalam keadaan segar.

6. Alat dan Bahan


a) 1 pasang sarung tangan
b) Alat pengambil feses
c) Wadah atau penampung specimen
d) Hand scoon bersih
e) Vasseline
f) Kapas

25
g) Pot tinja (pispot)
h) Bengkok
i) Perlak pengalas
j) Tissu
k) Sampiran
l) Lebel

7. Prosedur
a) Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan minta persetujuan
tindakan yang akan dilakukan pada bayinya.
b) Menyiapkan alat yang diperlukan.
c) Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi dipopoknya,
hindari kontak dengan urine.
d) Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
e) Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses
kedalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus.
f) Observasi warna, konsistensi, lendir,darah,telur cacing dan
adanya parasit pada sample.
g) Buang alat dengan benar
h) Cuci tangan.
i) Berikan label pada wadah specimen dan kirimkan ke
laboratorium
j) Lakukan pendokumentasian dan tidakan yang sesuai

8. Hal-Hal Yang Perlu di Perhatikan


Klien dapat melakukan pengambilan feses secara mandiri
tetapi klien perlu diajarkan cara pengambilan dengan tehnik
antiseptic.

26
 Usahakan feses yang diambil tidak bercampur
dengan urin, darah mensturasi, kertas tissue
atau air. Akan lebih baik jika klien BAK
terlebih dahulu sebelum pengambilan
spesimen feses. Jika feses bercampur dengan air
maka feses tersebut tidak dapat digunakan untuk
pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.

 Spesimen feses yang sudah diambil sebaiknya


sesegera mungkin dibawa ke laboratorium karena
yang fress atau baru dikeluarkan oleh klien akan
menghasilkan analisa yang jauh lebih akurat.

 Gunakan sarung tangan untuk mencegah


kontaminasi tangan perawat dengan feses klien.
Usahakan feses tidak menyentuh bagian lua
penampung feses. Guanakan alat bantu untuk
memindahkan feses kedalam penampung feses.
Jika sudah dibungkus terlebih dahulu alat bantu
tersebut sebelum dibuang ke kantong plastik
sampah khusus untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme.

 Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5cm


atau sekitar 15-30cc (jika dalam bentuk cair). Jika
feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan
pula dalam pemeriksaan spesimen.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

27
Pengambilan spesimen atau bahan pemeriksaan merupakan Iangkah
awal yang sangat menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka
memperoleh jawaban yang menentukan penyebab infeksi. Hasil
pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara
pengambilan, saatm pengambilan dan seleksi spesimen.
Pengambilan specimen dilakukan dengan standar  prosedur yang
ada. Menyediakan dan mengirim bahan pemeriksaan laboratarium
sesuai dengan tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan terhadap
pasien atau kiien yang bersangkutan. Bahan pemeriksaan dapat
segera dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. Sehingga hasilnya
dapat secepatnya digunakan untuk menentukan dan mengetahui
perkembangan penyakit pasien atau klien bersangkutan.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan yang profesional dituntut mampu untuk


mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan. OIeh karena
itu, kita harus selalu mengupdate ilmu dalam segala hal terutama
dalam hal keperawatan. 

DAFTAR PUSTAKA

Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Dilorenzo. 2014.


Urinalisasi dan Cairan Tubuh. Mardiana, penerjemah. Jakarta :

28
EGC. Terjemahan dari: Urinalysis And Body Fluid, Sixth
Edition.

Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Dilorenzo. 2014.


Intisari Flebotomi : Panduan Pengambilan Darah. Mardiana,
penerjemah. Jakarta : EGC. Terjemahan dari: Phlebotomy Notes:
Pocket Guide To Blood Collection.

https://www.academia.edu/36585939/K3_DI_LABORATORIU
M_KIMIA

https://www.scribd.com/document/424452591/k3-docx

https://www.scribd.com/document/404202608/K3-
Pengambilan_feses_urin-dan-Darah-docx

29

Anda mungkin juga menyukai