Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

HALAMAN

1. PENDAHULUAN 1

2. LATAR BELAKANG 2

3. TUJUAN 3

4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 3

5. CARA MELAKUKAN KEGIATAN 8

6. SASARAN 9

7. JADWAL PELAKSANAAN 9

8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN 10

9. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 10

10. PENUTUP 10
I. PENDAHULUAN

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan
berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi
perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi
hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia;
telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum
terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas
serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman
walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Diantara sarana kesehatan, Laboratorium Kesehatan merupakan
suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang
cukup besar. Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai risiko berasal
dari faktor fisik, kimia,

1
ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan
laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan
kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka risiko
yang dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat.
Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpapar
terhadap bahan kimia yang merupakan bahan toksik korosif, mudah meledak
dan terbakar serta bahan biologi/infeksius. Selain itu dalam pekerjaannya
menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi serta alat-alat
elektronik dengan voltase yang mematikan.
Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja”
hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk
Laboratorium Kesehatan.
Fasilitas laboratorium
a. Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
b. Desain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat.
c. Desain laboratorium harus mempunyai pemadam api (APAR) yang tepat
terhadap bahan kimia yang berbahaya yang dipakai.
d. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan
terpisah sejauh mungkin.
e. Tempat penyimpanan di disain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh
bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
f. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)
g. Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium RS X

2. LATAR BELAKANG

Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan


hasil dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat
kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila
terdapat ketidak-serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja
berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas kerja.

2
3. TUJUAN
Umum :
Terselenggaranya pelayanan keamanan laboratorium dalam aspek penanganan
pencegahan dan infeksi
Khusus :
1. Melindungi petugas laboratorium dalam melakukan pekerjaan
2. Memberikan petunjuk terhadap petugas laboratorium tentang tata cara bekerja
yang baik di laboratorium
3. Menjamin keselamatan orang lain yang berada disekitarnya .

4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Pokok :
1. Melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan Kewaspadaan Standar
(Standar Precaution) seperti :
a. Program cuci tangan (6 langkah)
b. Penggunaan Alat pelindung Diri : Jas laboratorium, Sarung tangan
disposable, masker (jika diperlukan)
2. Melakukan prosedur cara: Pengumpulan, pengiriman dan penyimpanan
spesimen pemeriksaan laboratorium
3. Melaksanakan prosedur pencegahan bahaya/ kecelakaan fisik, kimia dan
biologis
4. Pemeriksaan kesehatan terhadap analis laboratorium (Sputum BTA, Foto
Thoraks bila diperlukan)
5. Mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium
6. Mengikuti program pelatihan cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan melaksanakan kegiatan sesuai prosedur
7. Pencegahan penularan Hepatitis B melalui Vaksinasi Hepatitis B kepada
Petugas Laboratorium

Rincian Kegiatan :
1. Melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan Kewaspadaan Standar
(Standar Precaution) seperti :
a. Program cuci tangan (6 langkah)
Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air
yang mengalir. Sedangkan langkah-langkah teknik mencuci tangan yang
benar adalah sebagai berikut.
Tahap 1 Pakailah sabun sabun/antiseptik : 40-60 detik dan dengan
handrub antiseptik 20-30 detik, sambil membersihkan bagian-
bagian tangan

3
Tahap 2 Bersihkan telapak tangan dengan cara menggosok-gosokkan
telapak tangan yang saling berhadapan.
Tahap 3 : Bersihkan punggung tangan dengan cara menggosok-gosokkan
punggung tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain.
Lakukan secara bergantian antara tangan kiri dan tangan
kanan.
Tahap 4 : Bersihkan jari jemari dan persendiaannya dengan cara saling
meremas antara jari-jari tangan kiri dengan jari-jari tangan
kanan.
Tahap 5 : Bersihkan ibu jari dengan cara menggenggam ibu jari yang satu
dengan tangan lainnya dan saling memutar-mutar dengan arah
berlawanan. Lakukan secara bergantian antara tangan kiri dan
kanan.
Tahap 6 : Bersihkan ujung jari dengan cara menggosok-gosokkan ujung jari
terhadap telapak tangan yang satunya. Lakukan secara
bergantian antara tangan kiri dan kanan.
Bilas pada air yang mengalir guna membersihkan tangan dari sabun,
keringkan dengan handuk atau diangin-anginkan
b. Penggunaan Alat pelindung Diri :
 Saat bekerja jas laboratorium dipakai dan kancing baju di tutup
 Untuk petugas perempuan rambut yang panjang di ikat
 Memakai sepatu tertutup bagian depannya
 Gunakan sarung tangan sebelum bekerja (melakukan pemeriksaan)
 Pakai masker untuk menutupi bagian mulut dan hidung sehingga
terlindung dari gas berbahaya, bahan patologi, percikan zat
kimia/spesimen
 Setelah selesai bekerja di ruang laboratorium masker/sarung
tangan di buang ke tempat sampah (kantong kuning)
 Cuci tangan

2. Melakukan prosedur cara: pengiriman dan penyimpanan, pengawetan


spesimen pemeriksaan laboratorium
a. Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya
dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan
persyaratan pengiriman spesimen antara lain
 Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen
 Tidak boleh terkena sinar matahari langsung

4
 Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan
Infeksius” atau Bahan Pemeriksaan Berbahaya”
 Suhu pengiriman harus memenuhi persyaratan (dimasukan dan
diberikan dry ice pack dalam cool box dengan suhu 20C – 80C)
 Penggunaan media transport untuk pemeriksaan mikrobiologi
(media swab amies)
 Untuk jaringan Patologi Anatomi :
 Jaringan harus terendam Formalin 10% (dengan perbandingan
1:10),
 Papsmear/Slide FNAB difiksasi alkohol 96% selama 30 menit
 Botol yang berisi jaringan PA harus diparafilm agar tertutup rapat
(tidak bocor) jika perlu bungkus ulang dengan plastik dan ikat
untuk menghindari penguapan
b. Penyimpanan
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesimen dapat berubah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain


:
 Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
 Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
 Terjadi penguapan
 Terkena paparan oleh suhu matahari

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan


dengan memperhatikan jenis pemeriksaan. Persyaratan pennyimpanan
beberapa spesimen untuk beberapa pemeriksaan laboratorium harus
memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan wadah
serta stabilitas.

Beberapa cara penyimpanan spesimen :


 Disimpan pada suhu kamar
 Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-80C
 Dibekukan suhu -200C (jangan sampai terjadi beku ulang)
 Dapat diberikan pengawet
 Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau
lisat

Pengawetan (Pengelolahan) spesimen


Beberapa contoh pengelolahan spesimen :

5
a. Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai dengan volum dan fungsi pemeriksaan,
kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-balik tabung kira-kira
10-12 kali secara hati-hati dan merata
b. Serum
 Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 20-
30 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 15 menit
 Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
 Serum yang memenuhi persyaratan harus tidak kelihatan merah
(hemolisis), keruh (lipemik) dan ikterus
c. Plasma
 Campur darah EDTA/Citrat dengan segera secara hati-hati
 Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
 Plasma yang memenuhi persyaratan harus tidak kelihatan merah
(hemolisis), keruh (lipemik) dan ikterus
d. Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
dengan cara :
 Wadah urin digoyangkan agar mudah memperoleh sampel yang
tercampur rata(homogen)
 Masukkan + 15 ml urin kedalam tabung sentrifus
 Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
 Buang supernatannya, sisakan + 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen
 Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat Sternheimer Malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya
 Untuk pemeriksaan urin tampung 24 jam diberikan zat pengawet urin
(Toluen)
e. Sputum (Dahak)
 Masukkan dahak kedalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama
banyak (1:1)
 Kocok dengan baik
 Inkubasi pada suhu kamar (25-300C) selama 15-20 menit dengan
pengocokan teratur tiap 5 menit
 Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit

6
 Buang supernatan ke dalam larutan lysol
 Ambil endapannya untuk dilakukan pemeriksaan
f. Pus
 Sebelum pengambilan pus, bersihkan luka dengan NaCl fisiologis
 Gunakan swab amies untuk pengambilan pus
 Segera tanam pada media/simpan dikulkas suhu 20C-80C

3. Melaksanakan prosedur pencegahan bahaya/kecelakaan fisik, kimia dan


biologis
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari
yang paling ringan sampai kepada yang paling berat
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :
a. Terpeleset , biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di
laboratorium.
Akibat :
 Ringan : memar
 Berat : fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

Pencegahan :
 Pakai sepatu anti slip
 Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
 Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin)
atau
tidak rata konstruksinya.
Pemeliharaan lantai dan tangga
b. Mengangkat beban
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila
mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat : cedera pada punggung

Pencegahan :
 Beban jangan terlalu berat
 Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
 Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
 Pakaian jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat, pada saat
mengangkat beban
c. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya

7
Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari di laboratorium
Akibat : Tertusuk jarum suntik, Hepatitis B dll.
Pencegahan :
 Gunakan alat suntik sekali pakai
 Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai
tapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya
gunakan destruction clip).
 Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
4. Pemeriksaan kesehatan terhadap analis laboratorium (Foto Thoraks)
a. Pemeriksaan foto dilakukan 1 setiap tahun
b. Pemberian imunisasi Vaksinasi Hepatitis B
5. Mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium, yang diadakan oleh team K3 RS
6. Mengikuti program pelatihan cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan melaksanakan kegiatan sesuai prosedur diadakan oleh pihak K3
RS
7. Mendapatkan suntikan Vaksinasi Hepatitis B

5. CARA MELAKUKAN KEGIATAN


1. Cuci tangan (6 langkah) : Dilakukan setiap hari oleh setiap petuigas
Laboratorium
2. Penggunaan Alat pelindung Diri : DIlakukan setiap hari oleh setiap petuigas
Laboratorium
3. Prosedur Pengumpulan, pengiriman dan penyimpanan spesimen pemeriksaan
laboratorium : oleh setiap petuigas Laboratorium
4. Melaksanakan prosedur pencegahan bahaya/ kecelakaan fisik, kimia dan
biologis : DIlakukan setiap hari oleh setiap petuigas Laboratorium
5. Pemeriksaan kesehatan terhadap analis laboratorium : Pada saat jadwal
pemeriksaan, SDM akan memberitahukan kapan saat pemeriksaa kemudian
petugas laboratorium mendaftar untuk dilakukan MCU. Oleh dokter MCU akan
diminta untuk melakukan pemeriksaan di Laboratorium dan Radiologi RS X
6. Mengikuti Program Pendidikan dan Pelatihan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium: Petugas Laboratorium mengajukan
permohonan untuk mengikuti kegiatan pelatihan, workshop maupun seminar.
7. Mengikuti program pelatihan cara penggunaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan melaksanakan kegiatan sesuai prosedur. Pada saat pelaksanaan,
SDM akan memberitahukan
8. Mendapatkan jadwal pelaksanaan vaksinasi oleh Tim PPI kemudian
mendapatkan suntikan vaksinasi.

8
6. SASARAN
Sasaran program kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium RS X
ditujukan kepada seluruh staff laboratorium.

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Program Kesehatan dan Keselamatan laboratorium dilaksanakan secara rutin
sesuai standar operasional Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang sudah
ditetapkan oleh Direktur RS X

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2018

Catatan :
Apabila ada prosedur baru dan penggunaan B3 baru maka sebelum di aplikasikan
akan dilakukan pelatihan dan pendidikan untuk staff, termasuk simulasinya, dan
pelatihan tersebut akan di infokan ke bagian K3 RS.

8. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Dilakukan evaluasi secara berkala ( 6 bulan ) terhadap faktor – faktor yang berkaitan
dengan proses Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium .

Tahapan Evaluasi Pelaksanaan kegiatan keselamatan laboratorium


diinterprestasikan dengan jelas dalam bentuk pelaporan dan daftar hadir

9. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Pencatatan
Seluruh perolehan data dari hasil pelaksanaan pekerjaan di catat di formulir
untuk keperluan analisa, evaluasi serta dilakukan rekomendasi lanjut
2. Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Keseluruhan data, analisa dan evaluasi di rangkum dalam bentuk laporan
disampaikan kepada Tim PPI dan K3 dan pihak managemen

Anda mungkin juga menyukai