Anda di halaman 1dari 54

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KESEHATAN

Dr. Erna Tresnaningsih MOH, PhD,SpOK

Pusat Kesehatan Kerja

SETJEN DEPKES R.I

I. PENDAHULUAN

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan
ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
enciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non
kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja
yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah
tersedia.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan
antara lain, setiap tempat kerja harus Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Laboratorium Aanalais Kesehatan melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Di antara sarana kesehatan, Laboratorium Kesehatan merupakan suatu institusi dengan jumlah
petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan laboratorium kesehatan
mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan
kelengkapan laboratorium menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan
IPTEK, khususnya kemajuan teknologi laboratorium, maka risiko yang dihadapi petugas laboratorium
semakin meningkat.

Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap bahan kimia yang
merupakan bahan toksisk korosif, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologi. Selain itu dalam
pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-alat
elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang
dimasukan ke jaringan hewan percobaan.

Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada
semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk Laboratorium Kesehatan.

II. FASILITAS LABORATORIUM

Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia
untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.

Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara yang
adekuat.

Disain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia yang
berbahaya yang dipakai.

Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas yang terbuka
untuk menghindari bahaya kebakaran.

Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang aman dari
bahaya kebakaran dapat disediakan bendung-bendung talam.

Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh mungkin.

Tempat penyimpanan di disain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh bahan-bahan
berbahaya dalam jumlah besar.

Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

III. MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga
komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat
merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai
suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari
beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30–40% masyarakat pekerja kurang kalori
protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan
seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal.
Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi
oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk
dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK
dan kecelakaan kerja.

Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 - 24 jam sehari,
dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja
bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang
meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif
rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban
psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat
menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases). Pengembangan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

IV. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM KESEHATAN


DAN PENCEGAHANNYA

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan
menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat.

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :


 Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
 Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

 Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain


 Lingkungan kerja
 Proses kerja
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja

Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain karena:

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana


 Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
 Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
 Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

Terpeleset , biasanya karena lantai licin.

Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.

Akibat :

Ringan : memar

Berat : fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

Pencegahan :

 Pakai sepatu anti slip


 Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
 Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya.
 Pemeliharaan lantai dan tangga

Mengangkat beban

Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah
ergonomi.

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Analis Kesehatan

5
Akibat : cedera pada punggung

Pencegahan :

Beban jangan terlalu berat

Jangan berdiri terlalu jauh dari beban

Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi

pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok

Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya

Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari di laboratorium

Akibat :

Tertusuk jarum suntik

Tertular virus AIDS, Hepatitis B

Pencegahan :

Gunakan alat suntik sekali pakai

Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai

tapi langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya

gunakan destruction clip).

Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup


4. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan

yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi

bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah

terbakar dan panas.

Akibat :

Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat

bahkan kematian.

Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahan :

Konstruksi bangunan yang tahan api

Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah

terbakar

Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran

Sistem tanda kebakaran

Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya

dengan segera

Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara

otomatis

-
Jalan untuk menyelamatkan diri

Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.

Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

B. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di

laboratorium kesehatan

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang

spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari

satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses

penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat

berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat

Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan

keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor

manusia juga (WHO).

Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja

(PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973),

Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab

multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan

dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat,

mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.

Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan

faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor

kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik

pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor


ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik

dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi,

radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien,

gawat darurat, karantina dll.)

1)

Faktor Biologis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan

favorable

bagi berkembang

biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic,

colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda

yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak

dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi

pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena

tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.

Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup

tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat

besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2

sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau

swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius

senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu

beracun mempunyai peluang terkena infeksi

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

Pencegahan :

1.

Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,


epidemilogi dan desinfeksi.

2.

Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan

dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk

bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

3.

Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (

Good

Laboratory Practice)

4.

Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang

benar.

5.

Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan

infeksius dan spesimen secara benar

6.

Pengelolaan limbah infeksius dengan benar

7.

Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.

8.

Kebersihan diri dari petugas.

2)

Faktor Kimia

Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan

kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent

yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal

sebagai zat yang paling karsinogen.


Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif

terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering

adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan

oleh iritasi (

amoniak, dioksan

) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi

keton

). Bahan toksik (

trichloroethane, tetrachloromethane

) jika tertelan,

trhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau

kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan

mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang

terpapar.

Pencegahan :

1.

”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada

untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.

2.

Menggunakan karet isap

(rubber bulb

) atau alat vakum untuk

mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.

3.

Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,

celemek, jas laboratorium) dengan benar.


4.

Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata

dan lensa.

5.

Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

3)

Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,

cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan

batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang

sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.

Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer

kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai

To fit the Job to the Man

and to fit the Man to the Job

Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan

pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya

tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan

pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran

pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat

menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan

dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis

(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja

(low back pain)

4)
Faktor Fisik

Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan kerja meliputi:

1.

Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan

ketulian

2.

Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium,

ruang perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan

gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.

3.

Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

4.

Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

5.

Terkena radiasi

Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,

penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat

membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan :

1.

Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.

2.

Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.

3.

Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi

4.
Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

5.

Pelindung mata untuk sinar laser

6.

Filter untuk mikroskop

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

e.

Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat

menyebabkan stress :

1.

Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut

hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di

tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai

dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan

2.

Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

3.

Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan

atau sesama teman kerja.

4.

Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor

formal ataupun informal.

V. PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN

MELALUI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A.
Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control)

antara lain :

1.

UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

2.

Petugas kesehatan dan non kesehatan

1.

UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

3.

UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

4.

Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.

5.

Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

6.

Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.

B.

Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative

control) antara lain:

1.

Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non

medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan

2.

Pengaturan jam kerja, lembur dan shift

3.

Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk

masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap


pelaksanaannya

4.

Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures)

terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan

kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan pengawasan

agar prosedur tersebut dilaksanakan

5.

Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan

kerja dan mengupayakan pencegahannya.

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

10

C.

Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) al.:

1.

Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja

2.

Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas

kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)

3.

Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain

D.

Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara

mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat

tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan

pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja

itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini,


maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi

penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas

masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan

diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment)

Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan

pekerja yang meliputi

1.

Pemeriksaan Awal

Adalah

pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang

calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai

melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan

mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi

kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan

kepadanya.

Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:

Anamnese umum

Anamnese pekerjaan

Penyakit yang pernah diderita

Alrergi

̧
Imunisasi yang pernah didapat

Pemeriksaan badan

Pemeriksaan laboratorium rutin

Pemeriksaan tertentu:

Tuberkulin test

Psiko test

Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan

11

2. Pemeriksaan Berkala

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala

dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko

kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak

waktu antar pemeriksaan berkala

Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan

pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila

diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan

resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

3. Pemeriksaan Khusus

Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu

pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada

keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.

Sebagai unit di sektor kesehatan p

engembangan K3 tidak hanya untuk


intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna

juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di

sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk

mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau

masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe

act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

VI. PENUTUP

Kesehatan dan keselamatan kerja di Laboratorium Kesehatan bertujuan

agar petugas, masyarakat dan lingkungan laboratorium kesehatan saat bekerja

selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk

dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama

yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen

Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan

masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan

pedoman K3 di laboratorium kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program

maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut.

Keterlibatan

dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau

pengelola laboratorium kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan

program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan

yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan

hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini.

Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas

kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di laboratorium kesehatan dapat

bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan

kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia Sehat 2010.


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja (laboran/analis) pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara
keilmuan K3 merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

• Tujuan
Setiap tenaga kerja/laboran dan orang lainnya yang berada di laboratorium mendapat perlindungan
atas keselamatannya.
Setiap bahan kimia atau peralatan dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.
Proses pengujian berjalan lancar.
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan
dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi

•Hakikat higiene laboratorium dan kesehatan kerja adalah dua hal :


1). Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan laboran/analis yang setinggi-tingginya, dengan
maksud untuk kesejahteraan laboran.
2). Sebagai alat untuk meningkatkan analisis, yang berlandaskan kepada meningginya effisiensi dan
daya produktivitas faktor manusia dalam analisis atau pengujian.

• Kondisi-Kondisi Kesehatan Yang Menyebabkan Rendahnya Produktivitas Kerja


1. Penyakit Umum
2. Penyakit Akibat Kerja
3. Kondisi Gizi
4. Lingkungan Kerja
5. Beban Kerja

• Terdapat 5 (lima) faktor penyebab penyakit akibat kerja


– Golongan fisik (keadaan suhu, kelembaban, suara kebisingan, radiasi, tekanan udara, penerangan,
getaran dan gerak udara yang memberikan suhu efektif diluar kenikmatan kerja.
– Golongan kimia
– Golongan biologi
– Golongan fisiologi/ergonomi
– Golongan Psikologi

• Sanitasi Ruang Dan Peralatan Laboratorium


- Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah dibersihkan
dan tidak ada genangan air.
- Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan, lampu-lampu dan benda lain
yang berada di sekitar ruang pengujian harus dalam kondisi bersih.
- Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan ventilasi yang baik.
Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi dengan baik. Pencahayaan atau penerangan
hendaknya tersebar secara merata dan cukup di semua ruangan, namun hendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan
- Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian harus selalu diperhatikan kebersihannya, dan
juga penanganannya harus hati-hati karena kebanyakan peralatan laboratorium mudah pecah.
- Setelah penggunaan alat gelas dan non gelas selesai atau pekerjaan telah selesai semua peralatan
tersebut dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus dibersihkan dengan bahan saniter. Saniter
adalah senyawa kimia yang dapat membantu membunuh bakteri dan mikroba. Air yang digunakan
dalam pencucian alat hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga
mencegah kontaminasi. Air bersih mempunyai ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan
tidak berbau

• Pengendalian Ruang Penyimpanan Bahan Kimia


- Ruang penyimpanan bahan kimia di laboratorium harus dikendalikan sehingga temperatur,
kelembaban, dan sirkulasi udara sesuai dengan yang diharapkan, Jika temperatur dalam ruang
penyimpanan bahan kimia tersebut tingga dan terasa pengap, maka exhaust fan (alat sejenis kipas
angin) dihidupkan dan ventilasi atau pintu dibuka agar terjadi sirkulasi udara, sehingga dapat
menurunkan temperatur dan kelembaban.
- Pada saat akan mengambil bahan kimia harus memakai alat keselamatan kerja. Sebelum masuk
ruang penyimpanan bahan kimia, harus memeriksa suhu dan kelembaban ruangan apakah sesuai
dengan persyaratan, baru melakukan pengambilan atau penempatan bahan kimia

• Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Kesehatan


- Iritasi, yaitu terjadinya luka bakar setempat akibat kontak bahan kimia dengan bagian tubuh.
- Korosif kerusakan jaringan.
- Timbulnya alergi nampak sebagian bintik-bintik merah kecil atau gelembung berisi cairan atau
gangguan pernafasan (tersumbat dan pendek-pendek)
- Pernafasan terganggu, seperti sulit bernafas sehingga terasa tercekik atau aspiksian karena
kekurangan oksigen akibat diikat olah gas thinner seperti : nitrogen dan karbon dioksida.
- Timbulnya keracunan sistemik, yaitu bahan kimia yang dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh
seperti merusak hati, ginjal, susunan syaraf dan lain-lain.
- Kanker, akibat paparan bahan kimia sehingga merangsang pertumbuhan sel-sel yang tidak
terkendali dalam bentuk tumor ganas.
- Kerusakan atau kelainan janin yang ditandai oleh kelahiran dalam keadaan cacat atau kemandulan.
- Phemokoniosis, yaitu timbunan debu dalam paru-paru sehingga kemampuan paru-paru untuk
menyerap oksigen menjadi kurang akibatnya penderita mengalami nafas pendek.

• Pembuangan Limbah
- Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam bentuk cair harus dikonstruksi dengan baik
sehingga proses pembuangan limbah cair tidak terhambat.
- Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ketempat umum karena akan
mengganggu dan mencemari lingkungan umum.
- Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah mengakibatkan ganggguan
pencemaran adalah indikasi awal bahwa masalah pencemaran di lingkungan telah terjadi, maka
disarankan untuk berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah

• Fasilitas Penggudangan
- Ruangan, dinding, bangunan dan pekarangan bangunan harus selalu bersih, bebas sampah dan
kotoran.
- Barang barang yang disimpan dalam gudang harus diatur dan disusun secara baik dan teratur,
dengan menyisakan jarak yang cukup, baik jarak antar tumpukan maupun dengan dinding tembok
- Barang yang telah rusak atau bahan baku yang telah busuk, hendaknya diambil dan dipisahkan dari
barang-barang yang masih baik
- Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan tempat pembuangan sampah padat yang
cukup, baik kebersihannya maupun ukurannya sesuai dengan jumlah sampah diproduksi

• Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan

• Tujuan keselamatan kerja adalah


- Melindungi laboran/analis atau tenaga kerja lainnya atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas .
- Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja (laboratorium).
- Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien
• Metoda Pencegahan Kecelakaan


Peraturan perundangan
Standarisasi
Pengawasan
Penelitian bersifat teknik yang meliputi sifat dan ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan
tentang pagar pengaman, Riset medis
Penelitian psikologis
Penelitian syarat statistik
Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik
Latihan-latihan
Penggairahan
Asuransi
Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan

• Pencegahan dan penanggulangan Keadaan Darurat di Laboratorium


1. Menggunakan Akal Sehat
2. Kacamata Pengaman
3. Bahan Kimia di Mata
4. Asam dan Basa
5. Luka karena Bahan Kimia
6. Luka Bakar
7. Tergores atau Teriris
8. Menghirup Bahan Beracun
9. Menghindari Kebakaran
10. Memadamkan Api
11. Memadamkan Api yang Membakar Pakaian
12. Menangani Pelarut

etiap pekerjaan pasti ada risikonya. Tingkat risiko tersebut ada yang kecil, ada juga yang
besar. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan usaha atau tindakan pencegahan agar di
dalam kegiatan di laboratorium terhindar dari kecelakaan sekecil apapun. Sehubungan
dengan kemungkinan timbul bahaya-bahaya di dalam kegiatan laboratorium, maka kalian
perlu mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh benda- benda atau barang-barang yang ada
di laboratorium.

Di samping itu juga perlu tahu usaha-usaha apa yang dapat dilakukan kalian, untuk mencegah
timbulnya bahaya akibat kerja di laboratorium. Sehingga dalam pembelajaran bab ini kalian
akan diajak untuk menerapkan keselamatan kerja dalam melakukan pengamatan gejala-gejala
alam.

A. Tata Tertib di Laboratorium


Tata tertib ini penting untuk menjaga kelancaran dan keselamatan bekerja/praktikum di
dalam laboratorium. Berikut ini beberapa contoh tata tertib.

Alat-alat serta bahan yang ada di dalam laboratorium tidak diperkenankan diambil keluar
tanpa seizin guru.
Alat dan bahan harus digunakan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
Jika dalam melakukan percobaan tidak mengerti atau ragu-ragu, hendaknya segera bertanya
kepada guru.
Bekerja di laboratorium hendaknya memakai jas laboratorium.
Jika ada alat yang rusak atau pecah, hendaknya dengan segera dilaporkan kepada guru.
Jika terjadi kecelakaan, sekalipun kecil, seperti kena kaca, terbakar, atau terkena bahan kimia,
hendaknya segera dilaporkan ke guru.
Etiket (label) bahan yang hilang atau rusak harus segera diberitahukan kepada guru, agar
dapat segera diganti.
Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
Setelah selesai percobaan, alat-alat hendaknya dikembalikan ke tempat semula dalam
keadaan bersih.
Buanglah sampah pada tempatnya.
Sebelum meninggalkan laboratorium, meja praktikum harus dalam keadaan bersih, kran air
dan gas ditutup, dan kontak listrik dicabut.
B. Pemeliharaan, Penyimpanan, dan Penggunaan Bahan Kimia

Untuk mencegah terjadinya bahaya yang tidak diinginkan, penyimpanan bahan kimia perlu
memperhatikan hal-hal berikut.

Botol-botol yang berisi bahan kimia disimpan pada rak atau lemari yang disediakan khusus
untuk itu.
Jangan mengisi botol-botol sampai penuh.
Jangan menggunakan tutup dari kaca untuk botol yang berisi basa, karena lama kelamaan
tutup itu akan melekat pada botol dan susah dibuka.
Semua peralatan/gelas kimia yang berisi bahan kimia harus diberi label yang menyatakan
nama bahan itu.
  Bahan kimia yang dapat bereaksi hebat hendaknya jangan disimpan berdekatan.
Bahan-bahan kimia yang sangat beracun dan berbahaya hendaknya dibeli dalam jumlah kecil
dan tanggai pembeliannya dicatat.
Semua bahan persediaan bahan kimia secara teratur diteliti.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat-zat kimia, yaitu:

Tabung reaksi yang berisi zat kimia tidak boleh diarahkan ke wajah sendiri atau orang lain.
Senyawa kimia tidak boleh dibau.
Larutan kimia yang tertuang di meja praktikum atau di lantai dibersihkan segera dengan cara
asam pekat dinetralkan dahulu dengan serbuk NaHC03. Basa kuat dinetralkan dahulu dengan
serbuk NH4CI, kemudian ditambah air yang cukup.
Larutan pekat yang tidak terpakai harus dibuang setelah diencerkan dengan air terlebih
dahulu. Mulut tabung reaksi atau bejana, selama digunakan untuk pencampuran atau
pemanasan tidak boleh ditengok langsung.
Senyawa/zat kimia tertentu (asam kuat dan basa kuat) tidak boleh dicampur karena akan
terjadi reaksi yang dahsyat, kecuali sudah diketahui pasti tidak menimbulkan bahaya.
Penggunaan pelindung wajah sangat diperlukan jika menangani zat-zat/senyawa-senyawa
kimia yang berbahaya, dan jangan mengembalikan zat/senyawa kimia yang terlanjur tertuang
untuk dikembalikan ke botol asalnya.
C. Penanganan Neraca

Pada umumnya sebuah laboratorium mempunyai satu atau lebih neraca. Alat ini merupakan
alat yang mahal, dan umurnya bergantung pada cara menggunakannya dan bagaimana
memeliharanya.
Umumnya laboratorium tidak mempunyai ruang tersendiri untuk neraca. Walaupun
demikian, hendaknya diusahakan agar neraca itu mendapat tempat yang baik. Neraca itu
harus berdiri di atas sebuah meja yang tahan getaran dan letaknya jangandekat jendela atau
pintu yang sering kali dibuka.

Setiap tahun neraca hendaknya ditera, untuk dapat mempertahankan ketelitiannya. Setelah
menimbang sesuatu, piring penimbang hendaknya dibersihkan. Jika ada zat yang tertumpah
ketika sedang menimbang, segera piring neraca dicuci dengan air, lalu dikeringkan.

Ketika menimbang harus diusahakan agar daya beban yang telah ditentukan tidak dilampaui.
Juga harus dijaga agar jumlah batu timbang tetap lengkap.

D. Penanganan Mikroskop atau Alat Optik Lainnya

Mikroskop hendaknya selalu tersimpan dalam kotaknya dan disimpan dalam lemari yang
terkunci. Ruang tempat menyimpan harus kering (tidak lembap). Kelembapan ruangan
menyebabkan jamur mudah tumbuh pada lensanya. Untuk membuat ruangan itu kering,
dalam lemari dipasang lampu yang selalu dinyalakan sebesar 25 watt. Sebaiknya keadaan
lensa-lensa dan filter-filter secara teratur diperiksa, sehingga dapat diketahui sedini mungkin
adanya jamur atau kotoran yang melekat pada lensa-lensa itu. Untuk membersihkan lensa
digunakan kertas lensa khusus. Untuk membersihkan jamur yang melekat pada susunan lensa
dalam sebaiknya diserahkan kepada seorang ahli.

E. Jenis Bahaya Akibat Kerja di Laboratorium

Jika kalian bekerja/praktikum di laboratorium, seharusnya mengetahui bahaya akibat


penggunaan alat dan bahan tersebut. Bahaya akibat praktikum di laboratorium di antaranya
adalah:

Bahaya radioaktif, contoh: penyakit akibat terkena bahan radioaktif.


Bahaya api, contoh: luka terbakar api.
Khusus pada kecelakaan akibat api, pada umumnya akibat kelengahan manusia atau tidak
sepengetahuan manusia.
Bahaya biologi, contoh: penyakit akibat menggunakan mikroorganisme/jasad renik.
Bahaya listrik, contoh: terkena arus listrik.
Bahaya mekanis, contoh akibat terkena alat- alat bergerak/berputar.
Klasifikasi penyebab timbulnya bahaya api dan jenis pemadam api untuk mengatasinya dapat
dilihat pada tabel berikut.

No.     
Klasifikasi Jenis Api
Jenis Pemadam Api yang Digunakan
1.         Api akibat listrik         Putuskan aliran listrik, C02, tidak boleh menggunakan air, atau
cairan busa.
2.         Api akibat logam         Serbuk kering, selimut asbes.
3.         Api disebabkan oleh cairan: bensin, minyak tanah, spirtus, minyak goreng, dan
parafin       Selimut basah, C02, cairan busa atau serbuk kering (serat asbes atau serat
gelas).Air, C02 atau karung basah.
4.         Api disebabkan kayu, kertas, kain, karet, atau plastik
Pada beberapa kemasan bahan kimia tertera lambang- lambang yang menunjukkan tingkat
bahaya, misalnya:

Lambang-lambang pada beberapa kemasan bahan kimia

Iritasi, contoh: kloroform, alkohol, hidrogen peroksida.


Beracun, contoh: sianida, arsen, merkuri.
Mudah meledak, contoh: perklorat, permanganat.
Korosi, contoh: asam-asam anorganik dan basa kuat.
Radioaktif, contoh: uranium, plutonium, torium.
Mudah terbakar, contoh: gas metana, kerosin, belerang, fosfor, eter.

F. Rangkuman

1. Tata tertib di laboratorium di antaranya:


Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam laboratorium.
Bekerja di laboratorium hendaknya memakai jas laboratorium.
Jika ada alat yang rusak atau pecah, hendaknya dengan segera dilaporkan kepada guru . Dan
lain-lain.
2. Penyimpanan bahan kimia perlu memperhatikan hal-hal berikut, di antaranya.

Jangan mengisi botol-botol sampai penuh


Bahan kimia yang dapat bereaksi hebat hendaknya jangan disimpan berdekatan. Dan lain-
lain.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat-zat kimia, di antaranya:

Tabung reaksi yang berisi zat kimia tidak boleh diarahkan ke wajah sendiri/orang lain.
Senyawa kimia tidak boleh dicium/dibau.
4. Neraca setiap tahun harus ditera untuk dapat mempertahankan ketelitiannya.

5. Mikroskop hendaknya selalu tersimpan dalam kotaknya dan disimpan dalam lemari yang
terkunci.

6. Bahaya akibat praktikum di laboratorium, di antaranya:

Bahaya radioaktif
Bahaya api
Bahaya biologi
Bahaya listrik
Bahasa mekanis
7. Pada beberapa kemasan bahan kimia tertera lambang-Iambang yang menunjukkan tingkat
bahaya, misalnya: iritasi, beracun, mudah meledak, korosi, radioaktif, mudah terbakar.

sumber: http://ilmupengetahuanalam.com/keselamatan-kerja-di-laboratorium.html

 Share
 Email
 Embed
 Like
 Save

Anda mungkin juga menyukai