Anda di halaman 1dari 13

Nama : Sri Wirdayanti Andup

Kelas : B /Pendidkan Biologi

Nim : 431418076

Budaya Keselamatan dan Keamanan Laboratorium

1. Pengertian Keselamatan Kerja Laboratorium


Keselamatan dan Keamanan Kerja atau laboratory safety (K3) memerlukan
perhatian khusus , karena penelitian menunjukkan telah terjadi kecelakaan kerja
dengan intensitas yang mengkawatirkan yaitu 9 orang/hari . Oleh karena itu K3
seyogyanya melekat pada pelaksanaan praktikum dan penelitian di laboratorium.
Laboratorium adalah tempat staf pengajar, mahasiswa dan pekerja lab
melakukan eksprimen dengan bahan kimia alat gelas dan alat
khusus. Penggunaan bahan kimia dan alat tersebut berpotensi terjadinya kecelakaan
kerja. Pada umumnya kecelakan kerja penyebab utamanya adalah kelalaian atau
kecerobohan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dengan cara membina dan mengembangkan kesadaran (attitudes) akan
pentingnya K3 di laboratorium.
Keselamatan Kerja di Laboratorium, perlu diinformasikan secara cukup (tidak
berlebihan) dan relevan untuk mengetahui sumber bahaya di laboratorium dan akibat
yang ditimbulkan serta cara penanggulangannya. Hal tersebut perlu dijelaskan
berulang ulang agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Keselamatan yg dimaksud
termasuk orang yg ada disekitarnya.
2. Jenis Bahaya Pada Percobaan Praktikum
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang dapat berpotensi
menimbulkan cidera atau penyakit atau kombinasi keduanya. Bekerja di laboratorium
mengandung bahaya berupa kecelakaan. Kecelakaan yamg sering terjadi di
laboratorium berupa kebakaran, kesakitan, kematian dan kerugian akibat kecelakaan
ataupun kerusakan peralatan laboratorium.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di tempat kerja,  Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat
kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat
berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu
potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau
dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal
dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi
termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang
melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik
fisik maupun psikis.
A.      Jenis-jenis Bahaya dalam Laboratorium
Menurut Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium
diantaranya adalah ;
a.       Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah
terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
b.      Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti
oksidator.
c.       Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
d.      Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata
sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e.       Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
f.       Sengatan listrik.
B. Beberapa sumber bahaya dalam percobaan di laboratorium dapat dikategorikan
sebagai berikut :
a. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan
kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa
faktor yang harus diperhatikan antara lain:
(1). Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika
penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.

(2). Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar


keamanan dari peralatan.

(3). Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat


diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.

(4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang


memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air.
Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan
peralatan listrik.

(5). Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar


tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan
keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.

(6). Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik


maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan
kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.

(7). Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah
meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk
pengendalian gas yang mudah terbakar.

(8). Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh


pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan
isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari
bahan polivinil clorida (PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah
0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum
pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator
dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC,
sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.
b. Keracunan
Keracunan  akibat  penyerapan  zat  kimia  beracun  (toxic)  baik  melalui 
oral  maupun  kulit. Keracunan  dapat  bersifat  akut  atau  kronis.  Akut  artin
ya  dapat  memberikan  akibat  yangdapat dilihat atau dirasakan dalam waktu 
singkat. Misalnya, keracunan fenol dapat menyebabkan diare dan keracunan
karbon monoksida dapat menyebabkanpingsan ataukematian  dalam  waktu 
singkat.  Kronis  artinya  pengaruh  dirasakan  setelah  waktu  yang lama, aki
bat  penyerapanbahankimia yang terakumulasi terus menerus.Contoh mengh
irupudara benzena, kloroform, atau karbon tetraklorida terus menerus dapat 
menyebabkan sakithati (lever). Uap timbal dapat menyebabkankerusakan da
lam darah.
c. Api
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia
dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan,
pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan
dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar
yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol,
dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja
harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat
dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan
penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di
dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan
secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau
tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah
meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus
diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber
kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah
terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan
klasifikasi oleh NFPA (National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan
menjadi:
1.      Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic yang
terbakar
2.      Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah
menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di
laboratorium.
3.      Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4.      Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti
magnesium, titanium, kalium, dan natrium.
       Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang
digunakan harus disesuaikan dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis
pemadam kebakaran yang dapat digunakan adalah:
1.      Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok
untuk api kelas B, C, dan D.
2.      Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C
3.      Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas
A, B,  dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran.
Jenis dray chemical extinguisher yang digunakan adalah:
a)       Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung
natrium atau kalium karbonat
b)       Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung
ammonium fosfat
4.      Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C
pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal
karena tidak meninggalkan zat berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan
untuk api yang berasal dari listrik.
5.      Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu
(personal protective equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas
laboratorium, sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung mata.
3. Tata tertib guru dan siswa di dalam laboratorium
 SEBELUM PRAKTIKUM
1.      Siswa wajib datang tepat waktu.
2.      Siswa tidak diperkenankan masuk ke ruang Laboratorium tanpa seizin guru.
3.      Siswa diperkenankan masuk ke ruang Laboratorium setelah semua peralatan
siap
dan dalam kondisi layak digunakan.
4.      Siswa yang terlambat kurang dari 15 menit diperkenankan memasuki
Laboratorium setelah mendapat izin dari guru.
5.      Siswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan memasuki
Laboratorium (kecuali alasan tertentu).
6.      Siswa tidak diperkenankan membawa makanan/ minuman ke ruang
Laboratorium,kecuali untuk praktikum.
 SELAMA PRAKTIKUM
1.      Tidak diperkenankan bekerja menurut kemauan sendiri
2.      Tidak diperkenankan bersendau gurau dan mengganggu teman lain yang sedang
bekerja.
3.      Mencoba-coba alat atau bahan praktikum yang membahayakan diri sendiri atau
orang lain.
4.      Dilarang mencorat-coret bangku/ ruang laboratorium.
5.      Alat-alat/ bahan praktikum harus digunakan sesuai dengan petunjuk
penggunaan atau sesuai anjuran guru.
6.      Dalam melakukan praktikum, hendaknya digunakan bahan yang secukupnya.
7.     Jika dalam praktikum siswa merusakkan/ memecahkan alat, maka yang
bersangkutan wajib menggantinya.
8.      Jika dalam praktikum terjadi kecelakaan (kena pecahan kaca, terbakar, tertusuk,
tertelan bahan kimia) harap segera melapor kepada guru.
9.      Dilarang mencicipi/ memakan sesuatu dalam praktikum kalau guru tidak
menyuruh untuk melakukannya.
10.  Bertanyalah pada guru apabila kurang paham tentang praktikum yang akan
dilaksanakan.
11.  Label/ etiket bahan yang rusak/ hilang harap segera dilaporkan kepada guru.
12.  Jagalah kebersihan dan buanglah sampah pada tempatnya.
13.  Jagalah bermain-main selama praktikum berlangsung.
14.  Menggunakan alat-alat / bahan-bahan kimia diluar petunjuk praktiku tanpa izin
guru pembimbing
15.  Mencoba-coba mencampurkan zat -zat kimia yang tersedia tanpa seizin guru
pembimbing atau yang tidak sesuai dengan buku petunjuk praktikum
16.  Membuang sampah yang tidak larut dibak cuci sebab akan menyumbat saluran.
Buanglah sampah ditempat sampah.
 SETELAH PRAKTIKUM
1.      Cuci tangan setelah praktikum berakhir.
2.      Setelah selesai praktikum, alat-alat/ bahan hendaknya dikembalikan ke tempat
semula dalam keadaan lengkap, bersih dan siap pakai.
3.      Sebelum meninggalkan ruang Laboratorium, meja praktikum harus dalam
keadaan bersih, kursi diletakkan diatas meja, kran air dan gas ditutup rapat,
kontak listrik dicabut.
4.      Dilarang membawa alat-alat dan bahan laboratorium ke luar laboratorium tanpa
seijin guru atau petugas.
5.      Membuat laporan sementara (data percobaan) dan di paraf oleh guru / laboran
6.      Membuat laporan lengkap seminggu setelah percobaan dan menyerahkan
kepada guru pembimbing, sebelum pelaksanaan praktikum selanjutnya.

 BAGI GURU
1. Berilah penjelasan kepada siswa sehingga siswa mau menghayati tata tertib
laboratorium bagi siswa .
2. Awasilah siswa yang sedang melaksanakan kegiatan Lab.
3. Berusahakah agar siswa penuh disiplin.
4. Siapkanlah alat dan bahan yang akan dipakai untuk kegiatan.
5. Berikanlah penjelasan setiap alat yang masih asing, mudah rusak, dan bahan
berbahaya bagi siswa.
6. Beritahukanlah pada siswa pengunaan alat listrik.
7. Usahakanlah agar laboratorium tetap bersih, tertib, rapih dan nyaman untuk
kegiatan.
8. Etiket pada botol harus benar dan jelas.
9. Berilah peringatan, petunjuk, dan larangan agar kegiatan berhasil sesuai tujuan.
10. Alat pemadam kebakaran harus selalu siap pakai.
11. Kotak P3 K selalu tersedia dan terawat, dan guru harus mampu menggunakan isi
kotak P3K itu.
12. Matikanlah semua lampu yang tidak digunakan, apabila akan meninggalkan
Laboratorium.
13. Guru harus mengatur suasana kegiatan dalam laboratoraium IPA dinamis, tidak
gaduh, dan tertib.
14. Usahakan agar laboratorium digunakan sesuai dengan jadwal, dan seefisien
mungkin.
16. Menuliskan catatan penting tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan pada buku
kegiatan harian lab yang tersedia.
Materi 2
1. Tanggung jawab keselamatan dan keamanan laboratorium
Keselamatan dan keamanan laboratorium mensyaratkan adanya peraturan dan
program wajib, komitmen terhadap keduanya, dan adanya konsekuensi jika
aturan-aturan dan harapan itu tidak dipenuhi. Lembaga memerlukan struktur
administrasi dan dukungan yang terbangun kokoh yang tidak hanya berasal dari
laboratorium, tetapi juga lembaga itu sendiri. Tanggung jawab keselamatan dan
keamanan sepenuhnya bergantung pada kepala lembaga dan satuan
pelaksananya. Pegawai lain yang bertanggung jawab memelihara lingkungan
laboratorium yang selamat dan aman antara lain:
 Kantor Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan: Kantor ini
mestinya dijalankan oleh staf pakar bidang keamanan kimia, teknik,
kedokteran kerja, pengamanan kebakaran, toksikologi, atau bidang lain.
Kantor kesehatan, keselamatan dan lingkungan ini paling efektif jika
saling bermitra dengan semua kepala atau direktur departemen, kepala
investigator atau manajer, dan pegawai laboratorium. Kantor ini
seharusnya membantu merancang program keselamatan dan keamanan
yang memberikan panduan teknis dan dukungan pelatihan yang sesuai
dengan kerja laboratorium, yang mudah dilaksanakan, dan sesuai dengan
undang-undang serta standar dasar keselamatan dan keamanan.
 Petugas Keselamatan dan Keamanan Kimia (CSSO): CSSO
menetapkan upaya bersama untuk manajemen keselamatan dan keamanan
dan memberikan panduan kepada semua orang di semua tingkat pada
lembaga. CSSO harus dibekali pengetahuan, tanggung jawab, dan
kewenangan untuk mengembangkan dan menegakkan sistem manajemen
keselamatan dan keamanan yang efektif.
 Manajer, Supervisor, dan Asisten Praktikum: Selain CSSO, tanggung
jawab langsung manajemen program keselamatan laboratorium biasanya
berada pada manajer laboratorium. Dalam praktikum, instruktur
laboratorium bertanggung jawab secara langsung atas segala tindakan
yang dilakukan para siswanya. Instruktur harus mendorong budaya
keselamatan dan keamanan dan mengajarkan kemampuan yang
diperlukan oleh siswa dan pegawai lain tentang cara menangani bahan
kimia dengan aman.
 Siswa dan Staf Laboratorium: Meskipun mereka dipandu oleh
pimpinan lembaga, siswa dan pegawai laboratorium lainnya bertanggung
jawab secara langsung untuk bekerja dengan aman dan menjaga bahan
kimia yang mereka gunakan. Semua orang yang bekerja di laboratorium,
siswa atau pegawai, harus mematuhi semua protokol keselamatan dan
keamanan untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain.
2. Sepuluh langkah menciptakan sistem manajemen keselamatan dan keamanan
laboratorium secara efektif
a) Kembangkan pernyataan kebijakan keselamatan dan keamanan. Menerapkan
kebijakan formal untuk mendefi nisikan, mendokumentasikan, dan menyetujui
sistem manajemen keselamatan dan keamanan kimia. Pernyataan kebijakan
formal menetapkan harapan dan menyampaikan keinginan lembaga.
b) Tunjuk Petugas Keselamatan dan Keamanan Kimia. Tugaskan CSSO untuk
mengawasi program manajemen keselamatan dan keamanan. Berikan waktu
dan sumber daya khusus serta kewenangan yang diperlukan CSSO untuk
melaksanakan tanggung jawabnya. CSSO harus memiliki akses langkah, jika
diperlukan, ke pejabat senior yang bertanggung jawab kepada publik.
c) Identifikasi dan atasi situasi yang sangat berbahaya. Laksanakan evaluasi
berbasis risiko untuk menentukan dampak dan kecukupan upaya kendali yang
ada, memprioritaskan kebutuhan, dan menerapkan tindakan perbaikan
berdasarkan tingkat kepentingan dan sumber daya yang tersedia. Informasi
yang dikumpulkan akan memberi dasar bagi terciptanya sistem manajemen
keselamatan yang kokoh, serta membantu memprioritaskan berbagai upaya
untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan.
d) Terapkan kendali administratif. Kendali administratif menjelaskan peraturan
dan prosedur lembaga tentang praktik keselamatan dan keamanan dan
menetapkan tanggung jawab para individu yang terlibat. Kendali administratif
juga harus memberikan mekanisme untuk mengelola dan menanggapi
perubahan, seperti prosedur, teknologi, ketentuan hukum, staf, dan perubahan
lembaga. Kontrol ini meliputi peraturan keselamatan umum, prosedur
kebersihan dan pemeliharaan laboratorium, panduan penggunaan bahan dan
peralatan, dan dokumen lain yang bisa digunakan untuk menyampaikan
peraturan dan harapan kepada semua pegawai laboratorium.
e) Terapkan prosedur manajemen bahan kimia. Manajemen bahan kimia adalah
komponen yang sangat penting dari program keselamatan laboratorium dan
meliputi prosedur tertentu untuk:
 membeli bahan kimia
 penanganan bahan kimia
 termasuk ventilasi yang memadai, penggunaan peralatan perlindungan diri
(PPE) secara tepat, dan peraturan dan prosedur lembaga, terutama untuk
tumpahan dan keadaan darurat
 penyimpanan bahan kimia
 pelacakan inventaris bahan kimia
 pengangkutan dan pengiriman bahan kimia
 pembuangan limbah kimia.
f) Kenakan Peralatan Pelindung Diri dan Peralatan Kendali Teknik. Setiap
lembaga harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang tepat untuk pegawai
laboratorium. Peralatan kendali teknik seperti tudung laboratorium, ventilasi
buang setempat, atau kotak sarung tangan, merupakan metode utama untuk
mengontrol bahaya di laboratorium kimia. Peralatan pelindung diri, seperti
kaca mata pengaman, kaca mata pelindung, dan pelindung wajah, harus
melengkapi peralatan kendali teknik.
g) Latih, komunikasikan, dan bina. Cara terbaik menciptakan budaya
keselamatan di tempat kerja adalah dengan memberi teladan yang baik setiap
hari dengan mematuhi dan menegakkan peraturan dan prosedur keselamatan
dan keamanan setiap hari. Sangatlah penting untuk membentuk sistem
pelatihan dan pembinaan semua orang yang bekerja di laboratorium. Setiap
lembaga harus menentukan saluran komunikasi yang efektif tentang
keselamatan bahan kimia dengan pegawai di semua tingkat lembaga. Bahan di
perangkat pengembangan (toolkit) yang menyertai buku ini meliputi studi
kasus dan sumber daya lain yang berguna untuk melatih manajer laboratorium
dan staf.
h) Evaluasi fasilitas dan atasi kelemahannya. Rancang semua laboratorium untuk
memudahkan kerja eksperimen serta mengurangi kecelakaan. Keselamatan
dan keamanan harus dipertimbangkan saat merancang dan memelihara
laboratorium dan ruang kerjanya.
i) Rencana untuk keadaan darurat Setiap laboratorium lembaga, departemen,
dan individu harus memiliki rencana kesiapan keadaan darurat. Langkah-
langkah pengembangan rencana keadaan darurat meliputi:
 menilai jenis kecelakaan yang paling mungkin terjadi
 mengidentifi kasi pembuat keputusan dan pemangku kepentingan, seperti
prioritas laboratorium
 membuat rencana keadaan darurat yang teridentifi kasi dalam langkah
pertama
 melatih staf tentang prosedur yang dijabarkan dalam rencana tersebut.
j) Identifikasi dan atasi halangan kepatuhan terhadap keselamatan dan
keamanan. Seperti dibahas sebelumnya, ada banyak halangan kepatuhan
terhadap sistem keselamatan dan keamanan, termasuk perubahan pegawai dan
kondisi yang khusus satu laboratorium tertentu. Lembaga harus mengidentifi
kasi halangan-halangan ini dan menetapkan insentif agar pegawai
laboratorium mematuhi upaya keselamatan dan keamanan.

Anda mungkin juga menyukai