Anda di halaman 1dari 13

Rangkuman

KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Inovatif yang
diampu oleh Dosen Ibu Dr. Masra Latjompoh, M.Pd

Oleh
Sri Wirdayanti Andup
(431418076)
Kelas B Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2020
1. Pengertian HOTS
Menurut beberapa ahli, definisi keterampilan berpikir tingkat tinggi salah
satunya dari Resnick (1987) adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan
materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan
membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar.
Keterampilan ini juga digunakan untuk menggarisbawahi berbagai proses tingkat
tinggi menurut jenjang taksonomi Bloom. Menurut Bloom, keterampilan dibagi
menjadi dua bagian. Pertama adalah keterampilan tingkat rendah yang penting
dalam proses pembelajaran, yaitu mengingat (remembering), memahami
(understanding), dan menerapkan (applying), dan kedua adalah yang
diklasifikasikan ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi berupa
keterampilan menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta
(creating).
Menurut Ernawati (2017) Berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking
Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak lagi   hanya menghafal secara
verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya,
untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik
dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju
penciptaan ide-ide kreatif dan produktif.

Menurut Gunawan, (2012) Kemampuan berpikir tingkat tinggi / Higher Order


Thinking Skills (HOTS) adalah   proses  berpikir yang mengharuskan murid
untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi
mereka pengertian dan implikasi baru.

2. Berpikir Kritis
Berpikir merupakan suatu hal yang diberikan Tuhan kepada manusia,
sehingga manusia menjadi makhluk yang dimuliakan. Berpikir memberikan
gambaran adanya sesuatu yang berada dalam diri seseorang. Sesuatu yang
merupakan tenaga yang dibangun oleh unsur-unsur dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas setelah adanya pemicu potensi, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Isi yang terkandung didalam potensi seseorang bisa berupa
subjek aktif dan aktivitas idealisasi atau bisa juga berupa interaksi aktif yang
bersifat spontanitas. Oleh karena itu, dalam berpikir terkandung sifat, proses, dan
hasil. Berpikir kritis adalah sebagai kegiatan rasional yang berkaitan dengan
penyampaian argumen – argumen rasioal.
Menurut Robert Ennis dalam Fisher, berpikir kritis adalah pemikiran yang
masuk akal dan relektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti
dipercaya atau dilakukan. Sedangkan, menurut Desmita berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpikir secara logis, reflektif dan produktif yag diaplikasikan
dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.

Kemampuan berpikir kritis adalah salah satu modal dasar yang sangat penting
bagi setiap orang, sebagaimana Edwar Glaser menyatakan bahwa berpikir kritis :

1) suatu sikap yang cenderung berpikir secara mendalam tentang masalah-


masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
2) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis.
3) Beberapa keterampilan dalam menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir
kritis menuntut  usaha keras untuk menguji setiap keyakinan atau pengetahuan
berdasarkan bukti yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan
yang diakibatkannya

Selanjutnya Orlinc, et al menjelaskan kemampuan berpikir kritis terdiri dari:


mengobservasi, mengidentifikasi pola, hubungan sebat-akibat, asumsi, alasan,
logika dan bias, membangun kriteria dan mengkasifikasikan, membandingkan dan
membedakan menginterprestasikan, meringkas, menganalisi, mensintesis,
menggenaralisasikan, membuat hipotesis, membedakan data yang relevan dan
tidak relevan.
 Kemudian, Bowell dan Kemp menyatakan bahwa berpikir kritis meliputi tiga
aspek, yaitu:

1) Mengidentifikasi hal penting yang sedang dibahas


2) Mengkontruksi argument
3) Mengevaluasi argumen yang direkonstruksi. Berpikir kritis juga
ditunjukkan dalam kemampuan berpendapat mengidentifikasi kesimpulan
dan pendapat, serta menggabungkan kesimpulan. Kemampuan berpikir
kritis merupakan suatu kemampuan yang bisa dikembangkan dalam diri
setiap peserta didik.

Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis


Bayer menjelaskan karakteristik berpikir kritis sebagai berikut:
1) watak, seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis 
mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah
kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap
kejelasan dan ketelitian
2) kriteria, standarisasi yang ditetapkan dalam berpikir kritis harus
berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan
sumber kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber
yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika
yang konsisten, dan pertimbangan matang;
3) argumen, Kemampuan berpikir kritis akan meliputi kegiatan:
pengenalan, penilaian, dan menyusun argument
4) Pertimbangan pemikiran  meliputi kegiatan menguji hubungan antara
beberapa pernyataan atau data
5) sudut pandang, seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang
sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda
6) prosedur, Prosedur dalam berpikir kritis meliputi merumuskan masalah,
menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi
perkiraan-perkiraan.
Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa peserta didik dapat dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis apabila
mampu mengidentifikasi suatu masalah, menemukan sebab-sebab kejadian
peristiwa, menyangkal suatu pendapat, bersikap jujur,  menilai dampak dari
kejadian peristiwa, memprediksi dampak lanjut, dan merancang sebuah solusi
berdasarkan masalah.

Manfaat Kemampuan Berpikir Kritis


Glaser berpendapat bahwa seseorang yang dapat dikatakan memiliki
kemampuan berpikir kritis, jika nalar dan kemampuan argumentasinya melibatkan
tiga hal, yakni (1) Sikap menanggapi berbagai persoalan, menimbang berbagai
persoalan yang dihadapi dalam pengalaman dan kemampuan memikirkanya
secara mendalam. Sikap dan kemampuan ini bertujuan untuk membebaskan
seseorang dari kebiasaan menerima berbagai informasi atau kesimpulan tanpa
mempertanyakannya. (2) Pengetahuan akan metode berpikir/bernalar dan inkuiri
logis. (3) Keterampilan atau kecakapan menerapkan metode – metodetersebut
Jadi berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa kemampuan
berpikir kritis bertujuan :

1) Kemampuan berpikir kritis menuntut adanya usaha untuk selalu menguji


keyakinan atau pengetahuan apapun dengan cara mempertanyakan sejauh
mana keyakinan atau pengetahuan itu didukung oleh data (evidance).
Tujuanya adalah untuk menguji kesahihan kesimpulan dari keyakinan atau
pengetahuan tersebut.
2) Berpikir juga menuntut adanya kemampuan untuk mengenali,
mengidentifikasi dan memahami persoalan serta menemukan solusi atasnya.
Kemampuan ini dituntut supaya seseorang dapat mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan atau data – data yang dituntut demi memecahkan masalah
tersebut.
3) Kemampuan mengindentifikasi atau menemukan hubungan antar berbagi
proposisi, menarik kesimpulanatau generalisasi – generalisasi, menguji
kembali kesimpulan yang telah diambil, serta mempertanyakan kembali
keyak9na dan pengetetahuan yang selama ini diterima begitu saja.

3. Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk
mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis,
konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekanannya
ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan
informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif
asli pemikir. Parkin (1995) mengemukakan berpikir kreatif adalah aktivitas
berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil.
Baer (1993) mengemukakan, berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir
divergen. Ada 4 indikator berpikir divergen, yaitu

a. Fluence  (kemampuan menghasilkan banyak ide),


b. Flexibility (kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi),
c. Originality (kemapuan menghasilkan ide baru atau ide yang
sebelumnya tidak ada)
d. Elaboration (kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide
sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail). Lebih lanjut, baer
mengemukakan bahwa kreativitas seseorang ditunjukkan dalam
berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap, pembawaan atau
keperibadian, atau kecakapan dalam memecahkan masalah.

Marzano, et al. (1988) mengemukakan 5 aspek berpikir kreatif berikut ini. 


1) Dalam kreativitas, berkait erat keinginan dan usaha. Untuk menghasilkan
sesuatu yang kreatif diperlukan usaha.
2) Kreativitas menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang telah ada. Orang
yang kreatif berusaha mencari sesuatu yang baru dan memberikan alternatif
terhadap sesuatu yang talah ada. Pemikir kreatif tidak pernah puas terhadap
apa yang telah ada atau ditemukan sebelumnya. Mereka selalu ingin
menemukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien.
3) Kreativitas lebih memerlukan evaluasi internal dibandingkan eksternal.
Pemikir kreatif harus percaya pada standar yang telah ditentukan sendiri.
4) Kreativitas meliputi ide yang tidak dibatasi. Pemikir kreatif harus bisa melihat
suatu masalah dari berbagai aspek (sudut pandang) dan menghasilkan solusi
yang baru dan tepat.
5) Kreativitas sering muncul pada saat sedang melakukan sesuatu, seperti
Mendeleyev menemukan susunan berkala unsur-unsur pada saat mimpi, dan
Arcimedes menemukan hukumnya saat sedang mandi.

4. Problem Solving
Problem Solving menurut Hamalik adalah suatu proses mental dan
intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan
informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan dengan tepat dan
cermat.
Ciri-Ciri Prolem Solving
Karakteristik khusus pendekatan kepada siswa dalam memecahan masalah
adalah sebagai berikut:
a) Adanya interaksiyang baik antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah.
b) Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa dan antar siswa dan guru
dalam menyelesaikan suatu masalah.
c) Guru menyediakan sebuat informasi yang cukup untuk siswa mengenai
masalah yang belum terpecahkan, dan siswa mengklarifikasi,
menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaian masalah
tersebut.
d) Guru menerima jawaban “ya” atau “tidak” dan tujuannya bukan untuk
mengevaluasi.
e) Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan
berwawasan dan berbagi solusi dalam proses pemecahan suatu masalah.

Menurut Solso (dalam Suharnan, 2005) Problem Solving akan meliputi tiga
komponen yaitu:

1) Problem solving merupakan proses berpikir aktivitas kognitif yang terjadi


dalam mental atau pikiran seseorang, tidak tampak, tetapi dapat disimpulkan
berdasarkan perilaku yang tampak.
2) Problem solving merupaan proses berpikir yang melibatkan beberapa
manipulasi pengetahuan didalam sistem kognitif.
3) Poblem solving merupakan Aktivitas berpikir yang diarahkan untuk
menghasilkan pemecahan masalah

Sedangkan, pengertian problem solving secara umum adalah kemampuan


dalam memecahkan masalah diantaranya adalah usaja menemukan urutan yang
benar dari jawaban-jawaban yang ada. Hingga bisa menggerakan kita agar lebih
dekat dengan tujuan yang dituju. Usaha tersebut juga membantu seseorang untuk
menemukan apa yang mereka mau dan mengetahui cara untuk mencapainya yang
biasanya dilalui dengan proses merumuskan masalah, menyusun rencana tindakan,
dan melaksanakan tindakan tersebut.

Langkah-langkah Problem Solving atau Pemecahan Masalah


Pada uraian di atas, telah disinggung tentang cara untuk memecahkan masalah.
Adapun langkah-langkah yang lebih lengkapnya adalah sebagai berikut;

1. Identifikasi Masalah
Pada dasarnya, mengidentifikasi suatu masalah yang kompleks adalah langkah
yang cukup sulit. Tetapi, mau tidak mau hal tersebut harus dilakukan karena
merupakan langkah awal untuk bisa menyelesaikan masalah itu sendiri. Maka dari
itu, sebelum melakukan hal lain, Anda harus mengidentifikasi masalah terlebih
dahulu. Agar bisa mengidentifikasi masalah, maka langkah yang bisa dilakukan
adalah memilih pertanyaan-pertanyaan yang sesuai sehingga bisa menemukan sumber
masalah. Pada langkah ini, jangan terlalu banyak asumsi dan menebak secara asal
sebelum didiskusikan dan disepakati bersama, karena problem solving yang baik
diawali dengan mencari informasi lengkap tentang masalah yang ada.
2. Mendefinisikan Masalah
Langkah berikutnya adalah mendefinisikan masalah setelah masalah pokok
ditemukan. Pada tahap ini Anda dituntu untuk bisa merumuskan dan menggambarkan
persoalan dengan cermat dan teliti. Maka dari itu, diharapkan untuk tidak gegabah
dan asal-asalan mengambil keputusan. Karena jika salah sedikit saja, peluang untuk
bisa menyelesaikan masalah sangatlah kecil.
3. Perumusan Masalah
Langkah beriktunya adalah perumusan masalah yang berarti suatu proses
penyajian atau pernyataan kondisi yang menyebabkan masalah tersebut
hadirRumusan masalah ini hadir ketika memang Anda sudah menemukan penyebab
utama masalah itu ada.
4. Eksplorasi berbagai Kemungkinan Alternatif
Setelah merumuskan masalah, tahap berikutnya adalah mengeksplorasi berbagai
cara untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah tersebut. Maka dari itu, di
langkah ini banyak alternative cara yang digunakan ada pula yang tidak karena
memang sudah mengetahui dampaknya ketika diuji cobakan.
5. Decision Making
Pengertian Pengambilan Keputusan (Decision Making) dan Jenis-jenisnya –
Dalam Kehidupan sehari-hari, kita selalu dihadapi dengan berbagai masalah
ataupun pilihan sehingga kita perlu mengambil keputusan yang terbaik untuk
menghadapi masalah tersebut. Demikian juga halnya dalam suatu organisasi,
Pengambilan Keputusan atau Decision Making merupakan suatu hal yang hampir
tidak bisa dihindari. Kegagalan ataupun Keberhasilan suatu Organisasi pada
dasarnya sangat tergantung pada Keputusan yang diambil oleh pihak
manajemennya. Tanpa pengambilan keputusan, Fungsi-fungsi dasar Manajemen
seperti Perencanaan, Pengorganisasian, Pemimpinan dan Pengendalian tidak akan
dapat dilaksanakan.
Pengertian Pengambilan Keputusan Menurut Ahli
Pengertian Keputusan menurut Irham Fahmi (2014:233), Keputusan
adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi.
Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman
basis dalam pengambilan keputusan.
Pengertian Pengambilan keputusan menurut Sondang P. Siagian, Pengambilan
Keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling cepat.

Jenis-jenis Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan (Decision Making) dan Pemecahan masalah (Problem
Solving) merupakan suatu proses yang berkesinambungan (continuous process)
untuk menganalisis dan mempertimbangkan berbagai alternatif dalam berbagai
kondisi, memilih tindakan-tindakan yang paling tepat dan mengikuti
perkembangan penerapan tindakan tersebut hingga masalah yang dihadapinya
diselesaikan.
Berdasarkan masalah yang dihadapi, Pengambilan Keputusan dapat dibagi
menjadi 2 jenis yaitu Keputusan yang diprogramkan (program decision) dan
Keputusan yang tidak diprogramkan (non-programmed decision).
 Keputusan yang diprogramkan (Program Decision)
Keputusan yang diprogramkan atau Program Decision adalah Keputusan yang
dibuat pada kondisi ataupun hal-hal yang bersifat rutin dan sering terjadi dengan
menggunakan prosedur operasi standar atau biasanya dikenal dengan SOP
(Standard Operation Procedure).
Keputusan Terprogram ini cukup efektif dalam menangani masalah sehari-
hari  pada organisasi seperti permintaan cuti karyawan, permintaan pembelian
peralatan kantor maupun permintaan lembur karyawan. Begitu keputusan diambil,
program menentukan proses atau prosedur yang harus diikuti ketika situasi yang
sama terulang kembali.  Aturan, prosedur maupun kebijakan yang dibuat untuk
menghadapi permasalahan rutin biasanya ditetapkan sebagai Standar Perusahaan.

 Keputusan yang tidak diprogramkan (Non-Programmed Decision)

Keputusan yang tidak diprogramkan atau Non-Programmed Decision adalah


Keputusan yang diambil pada permasalahan yang unik dan belum pernah terjadi.
Non-Program Decision tidak terstruktur dan tidak memiliki prosedur baku seperti
pada Program Decision. Karena permasalahan yang belum pernah terjadi
sebelumnya, maka diperlukan penilaian dan kreatifitas dalam pengambilan
keputusannya.
REFERENSI

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2011.

Fisher, alec. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar .Jakarta : Erlangga, 2009.

Iskandar. Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung Persada,


2009.

Johnson, Elaine, B. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifah, 2011.

Karabay, Aysegul. Evaluation of The Thesis Based on Critical Thinking     Skill In
Terms of Critical Writing Criteria, Journal of theory and      practice in
education. (11) 3, 2015.

Malmir, Ali dan Samad Shoorcheh. An Investigation of The Impact of Teaching


Critical Thinking on The Iranian EFL Learners Speaking Skills, Journal of Language
Teaching and Research (3) 4, 2012.

Nurhayati, Eti. Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,            


2011.

Sihotang, Kasdin, dkk. Critical Thinking. Jakarta: PT Pustaka Sinar


Harapan.2012.
T, Bowell & Kemp, G. Critical thinking: a concise guide. London:       Routledge,
2002.

Anda mungkin juga menyukai