Anda di halaman 1dari 15

BUKTI-BUKTI ADANYA EVOLUSI

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi yang Diampuh oleh
Ibu Dr. Frida Maryati Jusuf, M.Pd

Oleh

Rosdiana Adam (431418026)

Kelas A Pendidikan Biologi

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2020
BUKTI-BUKTI ADANYA EVOLUSI
2.1 Bukti Biogeografi
Biogeografi adalah mempelajari distribusi geografi dari tanaman dan
hewan. Dengan mempelajari biogeografi kita dapat menjelaskan mengapa
spesies-spesies berdistribusi, dan apa bentuk distribusi yang diperlihatkan
mengenai habitat dan daerah asal mula mereka. Dari perjalanan Darwin
mengelilingi dunia dengan H.M.S. Beagle, ia menemukan bahwa spesies
tanaman dan hewan umumnya tidak berdistribusi jauh dari habitat yang
potensial. Studi-studi mengenai biogeografi sejak Darwin dibuktikan
berulang-ulang oleh para ilmuan.
Kesimpulan mendasar dari studi biogeografis memperlihatkan bahwa
suatu spesies baru muncul pada satu tempat dan kemudian menyebar menuju
keluar dari titik atau tempat asal. Beberapa spesies kemudian menjadi lebih
luas distribusinya, tetapi mereka tidak dapat melewati barier-barier alami yang
terpisah daerah biogeografis yang besar. Oleh karena itu, meskipun
lingkungan hidup sesungguhnya identik pada daerah biogeografi berbeda,
jarang ditempati oleh spesies yang sama. Buktinya, setiap daerah geografi
besar di dunia mempunyai karakteristik kelompok tanaman dan hewan.
Sebagai contoh, di Australia semacam kanguru (marsupial) mempunyai
kantong yang berperan sebagai tempat menyusui dan melindugi anaknya, pada
daerah biogeografi yang lain kanguru (marsupial) hampir tidak ditemukan.
Selanjutnya, catatan fosil setiap daerah menampilkan suatu garis evolusioner
kejadian-kejadian biologis yang terpisah dari semua daerah-daerah lain.
Dengan setiap garis evolusioner, banyak fosil-fosil yang telah ditemukan
dapat dibentuk atau disusun suatu spesies yang pernah hidup pada daerah
tertentu.
Bukti-bukti observasi atau pengamatan memperkuat konsep bahwa seleksi
alam berlaku, oleh kekuatan besar dari lingkungan sehingga muncul spesies
baru yang hanya dapat hidup beradaptasi atau dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi topografinya maupun kondisi iklim disekelilingnya. Sebagai buktinya,
apa yang dilihat Darwin ketika menemukan bahwa
spesies pada pulau tertentu terhalang untuk berhubungan dengan spesies pada
pulau-pulau dekat, dan bahwa spesies sepulau umumnya berhubungan dengan
spesies terdekat yang hidup sedaratan. Sebaliknya, tidak ada bukti yang
mendukung keberadaan sekelompok “island species” (spesies yang hanya ada
pada pulau tertentu) dengan karakteristik tertentu ditemukan dalam habitat-
habitat pulau lain kemanapun kita mengelilingi dunia.
Pada tingkatan yang lebih spesifik, biogeografi menunjukkan banyak
bukti-bukti menyolok yang mengarah pada kejadian evolusi konvergen
(convergent evolution). Organisme-organisme pada kenyataannya mempunyai
biogeografi berbeda-beda, meskipun diturunkan dari keturunan nenek moyang
yang sangat berbeda, memiliki kesamaan proses adaptasi pada habitat-habitat
khusus. Sebagai contoh, tanaman kaktus (famili Cactaceae) ditemukan di
gurun pasir sebelah tenggara Amerika Utara, dan di gunung pasir Andes,
tetapi tidak ada dimanapun di tempat lain. Di samping itu habitat-habitat
kering dan tandus di Afrika ditempati oleh sekelompok tanaman dari famili
Euphorbiaceae.
2.2 Bukti Paleontologi
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari fosil. Fosil adalah replika atau
peningkatan bersejarah organisme dari masa lalu, yang mengalami
mineralisasi di dalam batuan (Campbell, 2003).
Kita tahu bahwa fosil telah menimbulkan keingintahuan manusia paling
tidak sejak zaman Yunani kuno. Kecuali beberapa saja, fosil bukan merupakan
sisa-sisa organisasi yang masih hidup sekarang di bumi ini. Lalu bagaimana
dapat kita jelaskan adanya makhluk tersebut? Kadang-kadang dikatakan
adanya serangkaian penciptaan khusus yang diikuti bencana alam yang
memusnahkan organisme di seluruh dunia.
Suksesi bentuk fosil sesuai dengan apa yang diketahui dari bukti lain.
Sebagai contoh, bukti dari cabang biokimia, biologi molekuler, dan biologi sel
menempatkan prokariota sebagai nenek moyang semua kehidupan dan
memperkirakan bahwa bakteri mendahului semua kehidupan eukariota dalam
catatan fosil. Memang, fosil tertua yang diketahui adalah prokariota. Contoh
lain penampakan kronologis dari kelas-kelas hewan vertebrata yang berbeda-
beda dalam catatan fosil. Fosil ikan adalah yang paling tua dari semua
vertebrata lain, disusul kemudian oleh amfibia, diikuti oleh reptilia, kemudian
burung dan mamalia. Urutan ini sesuai dengan sejarah keturunan vertebrata
sebagaimana diungkapkan oleh banyak jenis bukti yang lain. Sebaliknya, ide
bahwa semua spesies diciptakan satu demi satu pada waktu yang hampir sama
seharusnya kelas vertebrata muncul pada catatan fosil dalam bebatuan dengan
umur yang sama, ternyata berlawanan dengan apa yang sesungguhnya diamati
oleh para ahli paleontologi.
Pandangan Darwinian mengenai kehidupan juga memperkirakan bahwa
transisi evolusioner harus meninggalkan tanda-tanda dalam catatan fosil. Para
ahli paleontologi telah menemukan banyak bentuk transisi yang
menghubungkan fosil yang lebih tua dengan spesies modern. Sebagai contoh,
serangkaian fosil mendokumentasikan perubahan bentuk dan ukuran
tengkorak yang terjadi ketika mamalia berevolusi dari reptilia. Hampir setiap
tahun, ahli paleontologi menemukan kaitan atau hubungan penting lainnya
antara bentuk modern dengan nenek moyangnya. Pada beberapa tahun
belakangan ini misalnya, para peneliti telah menemukan paus yang telah
menjadi fosil yang menghubungkan mamalia air ini dengan leluhurnya yang
hidup di daratan.
Gambar: Fosil peralihan (transisi) menghubungkan masa lalu dan masa
sekarang. Paus berkembang dari nenek moyang yang di darat, suatu transisi
evolusioner yang meninggalkan banyak tanda, termasuk bukti-bukti fosil.
Para ahli paleontologi yang melakukan penggalian di Mesir dan Pakistan
berhasil mengidentifikasi paus yang sudah punah yang memiliki tungkai
belakang. Ditunjukkan di sini adalah tulang kaki Basilosaurus yang sudah
menjadi fosil, salah satu dari paus kuno itu. Paus tersebut sudah menjadi
hewan air yang tidak lagi menggunakan kakinya untuk menyokong badannya
dan untuk berjalan. Tulang kaki fosil paus yang lebih tua yang bernama
Ambulocetus lebih kuat dan kokoh. Ambulocetus mungkin merupakan hewan
amfibia, yang hidup di darat dan di air (Campbell, 2003)
2.3 Bukti Anatomi Perbandingan
Pendekatan untuk menginterpretasi bukti-bukti paleontologi adalah
anatomi perbandingan. Para ahli anatomi perbandingan mencoba menemukan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara struktur dasar
(fundamental structure) organisme hidup. Mereka mempelajari bentuk-bentuk
struktur dasar setiap kelompok organisme. Sebagai contoh, semua hewan
vertebrata memiliki struktur dasar yang sama, yakni: suatu kerangka utama
penyanggah tengkorak dan tulang belakang; tulang rusuk yang melindungi
jantung dan paru-paru, tertancap pada tulang belakang; sepasang organ
tambahan; dan sistem peredaran darah, pernafasan atau respirasi, pencernaan,
pengeluaran yang sama. Para ahli anatomi membandingkan ciri-ciri anatomi
hewan masa kini, tetapi studi perbandingan anatomi kerangka lebih penting
bagi para paleontologi karena bukti-bukti fosil anatomi yang tersusun hampir
semua adalah metrial rangka. Kesamaan dasar dalam struktur yang diturunkan
dari nenek moyang yang umum disebut struktur homolog. Lebih jelasnya,
homologi adalah struktur dasar sama yang diturunkan secara genetik dari
nenek moyang yang umum tetapi kemudian memiliki fungsi yang berbeda.
Suatu contoh homologi yang baik adalah tulang lengan depan vertebrata.
2.4 Bukti Perbandingan Embriologi
Organisme yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat akan
mengalami tahapan yang sama dalam perkembangan embrionya. Sebagai
contoh, semua embrio vertebrata akan mengalami suatu tahapan di mana
mereka memiliki kantung insang dan rongga tulang belakang. Pada tahapan
perkembangan ini, ikan, salamander kura-kura, ayam, babi, sapi, kelinci,
manusia dan semua vertebrata lain lebih banyak kesamaannya dari
perbedaannya. Pada perkembangan selanjutnya menjadi semakin bervariasi,
akhirnya akan memiliki ciri khas dari kelasnya. Pada ikan misalnya, kantung
insang berkembang menjadi insang; pada vertebrata darat, struktur embrio
tersebut akan dimodifikasi untuk fungsi-fungsi lain, seperti saluran eustachius
yang menghubungkan telinga tengah dengan tenggorokan pada manusia.
Embriologi perbandingan sering kali membentuk homologi pada beberapa
struktur, seperti kantung insang, yang menjadi sedemikian berubah pada
perkembangan selanjutnya sehingga asal mulanya yang sama tidak lagi terlihat
dengan jelas saat membandingkan dengan bentuknya yang telah berkembang
secara lengkap.
Gambar: Perbandingan embrio vertebrata (ikan, salamander, kura-kura, ayam,
babi, sapi, kelinci, manusia) semua embrio vertebrata akan mengalami suatu
tahapan di mana mereka memiliki kantung insang pada bagian samping
tenggorokannya dan rongga tulang belakang (Strickberger, 2000).
Diilhami oleh prinsip Darwinian mengenai pewarisan yang dimodifikasi,
ahli embriologi pada akhir abad ke-19 mengemukakan pandangan yang
ekstrim "ontogeni merupakan ikhtisar filogeni". Pendapat ini menganggap
bahwa perkembangan organisme individu, atau ontogeni, merupakan ulangan
sejarah evolusioner spesies, atau filogeni. Teori rekapitulasi ini adalah suatu
pernyataan yang berlebihan. Meskipun semua vertebrata memiliki banyak ciri
perkembangan embrio yang sama, tidak benar kalau mamalia pertama-tama
mengalami tahap perkembangan ikan kemudian tahap amfibia dan seterusnya.
Ontogeni dapat memberikan petunjuk untuk filogeni, tetapi penting untuk
diingat bahwa semua tahapan perkembangan itu bisa berubah sepanjang
rentetan proses evolusi yang panjang.
2.5 Bukti Genetika/Molekuler
Teori ini dipelopori oleh George Mendel. Ia mengemukakan teori genetika
yang menyangkut adanya sejumlah sifat yang dikode oleh satu macam gen.
Dengan demikian banyaknya variasi alel menentukan kemampuan terhadap
ketahanan untuk dapat terus hidup. Hanya saja pada zaman George Mendel,
teori genetika belum dipahami dan belum diperkirakan dapat dimanfaatkan
untuk menerangkan teori yang lain. Teori genetika mengalami stagnasi hampir
selama 35 tahun sejak dikemukakan, dan baru disadari kegunaannya di awal
abad ke-20.
Temuan Mendel mempunyai implikasi penting. Karyanya membantah
adanya teori percampuran dalam keturunan (The Blending Theory of
Inheritance) yaitu, pemikiran bahwa ciri-ciri orang tua diwariskan kepada
anak dan kemudian bercampur, lalu diwariskan ke generasi berikut dalam
bentuk campuran. Di kalangan manusia, ungkapan yang menyatakan
seseorang berdarah campuran, sebenarnya berawal pada teori ini.
Eksperimen Mendel membuktikan justru kebalikannyalah yang benar;
yakni faktor genetik ciri atau sifat yang diwarisi dari orang tua hanya
bergabung untuk sementara waktu dalam diri anak, dan dalam generasi
berikutnya faktor genetik tersebut akan pecah atau memisah lagi menjadi
satuan-satuan yang ada pada induk aslinya. Perbandingan antara teori atau
hukum Mendel dengan teori percampuran sifat. Diagram tersebut
menunjukkan bahwa teori percampuran ternyata menghasilkan keseragaman,
sedangkan eksperimen Mendel menunjukkan hasil keturunan yang beragam.
Berdasarkan kedua teori tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa teori
pewarisan menurut Mendel memberi peluang kejadian evolusi biologi makluk
hidup. Boleh dibilang, beberapa bukti terbaik dari evolusi berasal dari
memeriksa molekul dan DNA yang ditemukan dalam semua makhluk hidup.
Mulai tahun 1940-an, para ilmuwan mempelajari molekul dan DNA telah
menegaskan kesimpulan tentang evolusi yang diambil dari bentuk-bentuk lain
dari bukti.
Seperti jam molekuler yang digunakan untuk menentukan seberapa dekat
dua spesies terkait dengan menghitung jumlah perbedaan antara sekuens DNA
spesies ‘atau sekuens asam amino. Jam ini kadang-kadang disebut jam gen
atau jam evolusi.
Semakin sedikit perbedaan, semakin sedikit waktu sejak spesies berpisah
satu sama lain dan mulai berkembang menjadi spesies yang berbeda (Gambar
di bawah). Misalnya, ayam dan gorila akan memiliki lebih banyak perbedaan
antara sekuens DNA dan asam amino mereka daripada gorila dan orangutan.
Itu berarti ayam dan gorila memiliki nenek moyang yang sama dalam waktu
yang sangat lama, sedangkan gorila dan orangutan memiliki leluhur yang
sama dalam waktu yang sangat dekat. Hal ini memberikan bukti tambahan
bahwa gorila dan orangutan yang lebih erat terkait daripada gorila dan ayam.
Genom, atau semua gen dari suatu organisme, telah ditentukan bagi banyak
organisme yang berbeda. Perbandingan genom memberikan informasi baru
tentang hubungan antara spesies dan bagaimana evolusi terjadi (Gambar di
bawah). Bukti molekuler evolusi juga mencakup:
1. Bahan bangunan biokimia yang sama, seperti asam amino dan nukleotida,
yang ditemukan pada semua organisme, dari bakteri sampai tanaman dan
hewan.
2. DNA dan RNA menentukan perkembangan semua organisme.
3. Persamaan dan perbedaan antara genom menegaskan adanya pola evolusi.
2.6 Bukti yang Hidup dan yang Tak Hidup
1. Bukti hidup
Bukti adanya evolusi, juga dapat dilihat dari berbagai hasil penelitian
di masa sekarang. Studi viviparitas pada gastropoda air tawar Famili
Pachychilidae menggunakan filogeni berdasar sekuensi mitokondria gen
16S, menunjukkan adanya evolusi strategi reproduksi sebagai upaya
adaptasi terhadap lingkungan. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui
bahwa hampir seluruh gastropod a air tawar memiliki nenek moyang yang
bersifat ovipar. Sedangkan pada Famili Pachychilidae memiliki sifat
seperti gastropoda air laut, yaitu menghasilkan telur dalamjumlah banyak
namun dengan jumlab kantung telur sedikit. Pembentukan telur
dalamjumlah banyak tersebut adalah salah satu bentuk adaptasi untuk
mengatasi masalah lingkungan, yaitu memperbesar peluang eksistensi
keturunan agar terhindar dari kepunahan.
Studi mengenai bubungan evolusi dengan predasi menunj ukkan
adaoya perubahan pada omamen cangkang sebagai bentuk dari pertahanan
diri dari pemangsa utama, yaitu krustasea dan ikan. Hipotesa dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin kompleks omamen
cangkang, maka gastropoda akan semakin dihindari oleh pemangsa. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya fakta, bahwa bagian cangkang yang
menjadi target perusakan oleh pemangsa adalah bagian yang tidak
memiliki ornamen. Fakta lain menunjukkan bahwa semakin muda usia
fosil yang ditemukan temyata omarnen pada cangkang gastropod a
semakin kompleks, sebagai bukti adanya adaptasi terhadap lingkungan dan
pemangsa. Pola adaptasi terse but berlangsung secara perlahan, namun
berjalan terus-menerus dan diwariskan kepada keturunannya sebagai
bagian dari evolusi.
Contoh evolusi pada gastropoda adalah yang terjadi dan masih dapat
dilihat sampai saat ini, yaitu pada kelompok siput ektoparasit pada karang
dari Famili Epitoniidae dan kelompok siput endoparasit pada karang dari
Famili Corajliopbiliidae. Kedua ilmuwan tersebut melaporkan adanya
radiasi adaptif dari kelompok siput parasit menjadi sekitar 22 spesies
untuk Famili Epitoniidae dan 16 spesies untuk Farnili Corauiophiliidae.

2. Bukti tak hidup


Bukti masa lalu (fosil) Fosil menurut asal katanya berasal dari babasa
Latinfossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah". Secara garis
besar, fosil dapat diartikan sebagai sisa-sisa atau bekasbekas makhluk
hidup yang meojadi batu atau mineral. Untuk dapat menjadi fosil, sisa-sisa
hewan atau tumbuhan tersebut, harns segera tertutup sedimen. Fosil
terbentuk dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pemah
hid up. Hal ini sering terjadi ketika tumbuhan atau hewan yang terkubur
dalam kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil yang ada jarang
terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan
mineralnya berubah secara kimiawi atau sisasisanya terlarut semua
sehingga digantikan dengan cetakan. Fosilyang paling umum adalah
kerangka kapur yang tersisa, seperti cangkang, gigi dan tulang. Fosil
jaringan lunak sangat jarang ditemukan. Ilmu yang mempelajari fosil
adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu arkeologi.
Bukti adanya fosil gastropoda telah banyak dicari oleh para pakar di
bidang paleontology, geologi maupun biologi untuk membuktikan bahwa
gastropoda telah muncul pada masa Cambrian. Bukti tertua yang baru
didapatlcan pada masa beberapa saat setelah Precambrian, yaitupadamasa
Paleozoic, periode Cambrian. Spesimen yang didapat masih dalam kondisi
yang cukup bagus dari Pegunungan Ellsworth, Amerika Barat. Fosil
gastropoda yang didapat berasal dari beberapa genus, dengan genus yang
paling umum adalah Pelagiel/a. Genus lain yang juga didapatlcan pada
masa itu antara lain Scaevogyra, Sinuopea dan Prop/ina Jenis terbesar
yang didapat berasaJ dari Pelagiella paucivoluta dan yang paling kecil
darijenis Pelagiel/a bridgei.
Beberapa waktu lebih muda setelah masa itu, juga banyak ditemukan
bukti fosil gastropoda, misalnya pada periode Premian termasuk dalam
masa Paleozoic juga. Gastropoda yang ditemukan berasal dari Subkelas
Heterostropha dan Superfamili Streptacidoidea yang memiliki ciri
teleoconch kecil dan protoconch datar. Jenis yang didapatlcan antara lain
berasal dari Genus Streptacis, Mapesella dan Laxella yang termasuk
dalamFamili Streptacidae. Selain itu, juga ditemukanjenis lain dari Genus
Donaldina, Royalel/a, Texalella, Yoospira dan Heteroaclisinadari Famili
Donaldinidae. Dari Famili Stuoraxidae ditemukan jenis dari Genus
Stuoraxis dan Straparo//us. Sedangkan dari Famili Heterosubulitidae
hanya didapatkan satu jenis dari GenusHeterosubulites. Pada masa yang
lebih muda lagi, yaitu pada masa Mesozoic periode Triasic ditemukan
bukti fosil adanya gastropod a dari beberapa famili yang termasuk dalam
Superfamili Cerithioidea, dan beberapa superfamili yang memiliki
hubungan kekerabatan yang dekat. Namun demikian, haoya beberapa
famili saja yang masih hidup pada mas a sekarang, sedangkan yang lain
telah mengalami kepunahan. Hasiloya membuktikan bahwa tidak ada
perbedaao yang signifikan antara morfologi cangkang pada masa itu
dengan morfologi cangkang yang masih hidup pada masa sekarang ini.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh fosil cangkang yang didapatkan masih dimiliki
oleb cangkang yang ada pada Gastropoda tersebut pada masa sekarang,
sehingga dapat dikatakan bahwa superfamili tersebut merupakan salah satu
kelompok fosil bidup.
Pada masa yang sarna namun pada periode berbeda, yaitu periode
Cretaceous berhasil menemukan banyak fosil dari Superfamili Trochoidea
dan Stromboidea yang didapatlcan dariAustria. Hasil dari penemuan terse
but, terdapat perbedaao hubungan kekerabatan antara basil analisa secara
genetika dengan hasil analisa berdasarkan ciri-ciri morfologi. Kurangnya
karakter morfologi karena materi fosil yang tersisa umumnya sudah tidak
utuh menjadi penyebab yang masuk akal untuk menjelaskan perbedaan
tersebut. Di lain pihak, asal muasal famili-famili yang diteliti tidak
diketahui dan hubungannya dengan Superfamili Stromboidea beluro bisa
dibuktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. 2003. Biologi Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Kimball, J. W. 1999. Biologi Edisi kelima. Jakarta: Erlangga Mahameru.
Strickberger, M. W. 2000. Evolution Third Edition. London: Jones and Barlel
Publishers.

Anda mungkin juga menyukai