Anda di halaman 1dari 28

ASAL USUL HEWAN VERTEBRATA

“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evolusi


yang diampu oleh : Sri Mulyaningsih, M.Si”

Disusun Oleh :

Reyna Hijri Nurbarkah (20544009)

Kiki Taskiah Salamah (20543008)

Aura Febriani (20546003)

Eis Samsiah Ans (20546003)

Walid Malik Ash Shidiq (20544011)

Iqlima Qurrarunada

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2023
I. PENDAHULUAN
A. Pengantar mengenai hewan vertebrata
Hewan vertebrata merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki
tulang belakang,memiliki Sejarah evolusi yang Panjang dan memikat,sejak
munculnya kehidupan dibumi,hewan vertebrata telah berkembang menjadi
berbagai bentuk dan memiliki peran kunci menjaga keseimbangan ekosistem.
Pada akhir tahun 1990 an, Paleontologis yang bekerja di China
menemukan koleksi beragam fosil berusia sekitar 515 juta tahun yang lalu dari
Chordata mula-mula yang bertransisi ke Vertebrata. Fosil-fosil ini terbentuk
saat periode ledakan Cambrian (en: Cambrian explosion), periode ini adalah
periode di mana berbagai kelompok hewan mengalami diversifikasi yang
sangat cepat. Fosil yang paling primitif adalah fosil dari Haikouella yang mirip
dengan Lancelet. Namun, hewan ini juga memiliki karakteristik Vertebrata
(walaupun belum termasuk Vertebrata), yaitu otak yang telah berkembang,
mata berukuran kecil, dan segmen-segmen otot pada tubuh, akan tetapi hewan
ini tidak mempunyai tengkorak kepala dan organ-organ telinga. Fosil-fosil
yang lain adalah Myllokunmingia dan Haikouichthys ercaicunensis.
Myllokunmingia disebut-sebut sebagai fosil Vertebrata paling tua, namun
pengelompokkan fosil ini ke dalam subfilum Vertebrata masih diperdebatkan.
Hewan ini sudah memiliki tengkorak kepala dan disebut-sebut sebagai
Chordata pertama yang memiliki kepala (yang dapat dibedakan dengan jelas).
Menurut teori evolusi, kehidupan berawal dan berevolusi di laut. Skenario
evolusi ini juga menyatakan bahwa amphibi kemudian berevolusi menjadi
reptil, makhluk yang hanya hidup didarat. Amphibi, reptil, burung dan
mamalia termasuk dalam kelompok hewan vertebrata yang diberi nama umum
Quadrupeda atau Tetrapoda. Anggapan teori evolusi berkenaan dengan
Tetrapoda adalah Hindia. Seekor anggota family Coelancanth, yang
sebelumnya digambarkan sebagai bentuk peralihan yang telah punah 70 juta
tahun yang lalu, tertangkap hidup-hidup. Kejadian yang sama pada tahun 1997
di Manado juga ditemukan Coelancanth yang sekarang dideskripsikan dengan
nama Latimeria manadoensis.Dalam buku Harun Yahya ( 2005 ) dijelaskan
bahwa alasan mendasar mengapa evolusionis membayangkan Coelacanth dan
ikan yang serupa adalah “ moyang hewan darat” adalah karena ikan-ikan ini
memiliki sirip bertulang. Mereka membayangkan bahwa sirip-sirip ini secara
bertahap menjadi kaki. Akan tetapi, ada perbedaan mendasar antara tulang
sirip ikan dan tulang kaki hewan darat seperti Ichthyostega. Tulang sirip
Coelacanth tidak menyambung ke tulang belakang, sedangkan pada
Ichyhyostega terjadi sebaliknya. Karena alasan ini pernyataan bahwa sirip
berkembang bertahap menjadi kaki sangat tidak beralasan, lebih lanjut
struktur tulang sirip Coelacanth sangat berbeda dengan tulang kaki
Ichthyostega.
Ciri-ciri Vertebrata
Tubuh vertebrata mempunyai tipe simetri bilateral dan bagian organ dalam
dilindungi oleh rangka dalam atau endoskeleton, khusus bagian otak yang
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak (kranium). Bagian terluar tubuh
vertebrata berupa kulit yang tersusun atas epidermis (lapisan luar) dan dermis
(lapisan dalam). Kulit vertebrata ada yang tertutup dengan bulu ada juga yang
tertutup dengan rambut. Organ dalam, seperti organ pencernaan, jantung, dan
pernapasan terdapat didalam suatu rongga tubuh atau selom. Vertebrata
memiliki alat tubuh yang lengkap, yang menyusun sistem organ tubuhnya
meliputi sistem pencernaan yang memanjang dari mulut hingga anus, sistem
peredaran darah tertutup (darah mengalir di dalam pembuluh darah), alat
ekskresi berupa ginjal, alat pernapasan berupa paru-paru atau insang, sepasang
alat reproduksi (kanan dan kiri) serta sistem endokrin yang berfungsi
menghasilkan hormon.
Berikut ciri-ciri lainnya dari hewan vertebrata:
1. Memiliki syaraf yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang
2. Bernafas dengan paru-paru kulit dan insang.
3. Memiliki kelenjar bundar dan endoksin yang menghasilkan hormon
pengendali.
4. Memiliki suhu tubuh yang panas dan tetap (homoiternal) atau bersuhu
tubuh dingin sesuai dengan kondisi lingkungan (poikiloternal).
5. Alat pencernaan memanjang mulai dari mulut hingga ke anus, yang
letaknya di sebelah vertran dan di belakang.
6. Berkulit epidermis (bagian luar) dan kulit endodermis (bagian dalam).
7. Alat reproduksi berpasangan, kecuali pada burung.
B. Pentingnya memahami asal usul untuk menjelaskan keanekaragaman
saat ini
Ketika kita menyelidiki asal usul hewan vertebrata, bukan hanya untuk
memuaskan rasa ingin tahu ilmiah, melainkan juga untuk memberikan
wawasan mendalam tentang keanekaragaman makhluk hidup yang kita
saksikan saat ini. Pemahaman akan asal usul ini menjadi kunci untuk
menjelaskan dan menghargai berbagai bentuk dan perilaku yang ada dalam
kelompok hewan vertebrata saat ini.
1. Konteks Evolusi :
Memahami asal usul hewan vertebrata memberikan kita pandangan
kontekstual terhadap evolusi mereka. Proses evolusi yang terus-menerus
membentuk ciri-ciri unik setiap kelompok, dari ikan yang bersisik hingga
mamalia yang menyusui.
2. Adaptasi Terhadap Lingkungan:
Melalui pengetahuan tentang asal usul, kita dapat menelusuri bagaimana
hewan vertebrata telah berevolusi dan beradaptasi terhadap berbagai
lingkungan. Dari laut dalam hingga gurun tandus, setiap kelompok vertebrata
memiliki keunggulan adaptasi yang berkaitan dengan sejarah evolusinya.
Morfologis: Ini melibatkan perubahan fisik pada struktur tubuh hewan.
Misalnya, kura-kura memiliki cangkang yang melindungi tubuhnya, dan singa
memiliki cakar yang kuat untuk berburu.
Fisiologis : Adaptasi fisiologis terjadi pada tingkat fungsi tubuh atau
organisme. Contohnya, hewan-hewan gurun dapat mengembangkan
kemampuan untuk menyimpan dan menggunakan air dengan lebih efisien.
Perilaku : Adaptasi perilaku melibatkan perubahan dalam pola perilaku
suatu spesies untuk bertahan hidup. Burung migran, sebagai contoh,
mengubah lokasi geografis mereka sesuai dengan perubahan musim untuk
mencari sumber makanan yang lebih baik.
Ekologis: Jenis adaptasi ini berkaitan dengan perubahan dalam hubungan
antara spesies dengan lingkungan dan organisme lainnya. Misalnya, beberapa
bakteri dapat membentuk hubungan simbiosis dengan organisme lain,
3. Menggali Keanekaragaman Jenis :
Keanekaragaman hewan vertebrata menjadi lebih bermakna ketika kita
dapat menyelami akar evolusi mereka. Dari ikan bertulang rawan hingga
burung terbang, setiap jenis memiliki cerita evolusi yang unik, dan
pemahaman ini memperkaya cara kita melihat keragaman hayati.
4. Menyokong Konservasi :
Pengetahuan tentang asal usul hewan vertebrata menjadi landasan penting
dalam upaya konservasi. Memahami bagaimana spesies berkembang dan
berinteraksi dengan lingkungannya membantu kita merancangstrategi
konservasi yang efektif untuk mempertahankan keragaman hayati.
5. Mendukung Penelitian Ilmiah :
Bagi ilmuwan dan peneliti, pemahaman asal usul hewan vertebrata
memberikan dasar untuk penelitian lebih lanjut. Menjelajahi sejarah evolusi
membuka pintu untuk pertanyaan baru dan penemuan yang dapat
memperkaya ilmu pengetahuan.
Melalui pemahaman asal usul, kita tidak hanya memahami bagaimana
hewan vertebrata tiba di titik saat ini tetapi juga membuka pintu untuk melihat
masa depan potensial mereka dalam perubahan lingkungan global. Sebagai
pemahaman ini berkembang, kita semakin mendalam dalam penghormatan
terhadap kehidupan di planet ini.
II. Evolusi Hidup Bersel Tunggal ke Multiseluler
A. Nenek moyang bersel tunggal
1. Asal Usul Kehidupan Bersel Tunggal :
Awal kehidupan di Bumi ditandai oleh entitas bersel tunggal,
mikroorganisme primitif seperti bakteri atau arkea. Sebagai nenek moyang
semua bentuk kehidupan, mereka membawa warisan genetik yang mendasar.
2. Karakteristik Bersel Tunggal:
Nenek moyang bersel tunggal memiliki ciri-ciri sederhana seperti
membran sel, DNA sebagai materi genetik, dan kemampuan metabolisme
dasar. Mereka hidup dalam lingkungan yang mungkin sangat berbeda dari
kondisi saat ini.
3. Adaptasi Terhadap Lingkungan:
Evolusi awal fokus pada adaptasi mikroorganisme bersel tunggal terhadap
perubahan lingkungan. Kemampuan mereka untuk bertahan dan berkembang
biak memberikan landasan bagi evolusi selanjutnya
B. Perkembangan menuju keberagaman sel dan spesialisasi
1. Perkembangan Sel Multiseluler :
Transisi menuju bentuk kehidupan multiseluler melibatkan kerjasama
antara sel-sel. Tahap ini melibatkan perkembangan struktur yang
memungkinkan kerja sama yang efektif, seperti sel-sel yang berspesialisasi.
2. Evolusi Keberagaman Struktural :
Proses evolusi membawa keberagaman dalam struktur sel. Berbagai tipe
sel berkembang untuk melaksanakan fungsi yang berbeda, menghasilkan
jaringan dan organ yang lebih kompleks.
3. Spesialisasi Fungsional:
Evolusi membawa pada spesialisasi fungsional sel dan organ. Beberapa
sel mungkin fokus pada fungsi reproduksi, sementara yang lain berkonsentrasi
pada tugas khusus seperti penyerapan nutrisi atau perlindungan.
4. Kemajuan Menuju Organisme Multiseluler Lebih Besar:
Melalui kerjasama dan spesialisasi sel, evolusi menuju organisme
multiseluler yang lebih besar dan kompleks. Ini menciptakan organisme yang
memiliki tingkat organisasi yang tinggi dan dapat beradaptasi lebih baik
dengan lingkungan.
5. Peran Evolusi Sel Multiseluler dalam Keanekaragaman Hayati:
Perkembangan sel multiseluler memainkan peran kunci dalam
memunculkan keanekaragaman hayati yang kita lihat hari ini. Organisme
multiseluler ini membentuk dasar bagi berbagai ekosistem dan rantai
makanan.
Evolusi dari nenek moyang bersel tunggal hingga ke organisme
multiseluler yang kompleks mencerminkan perjalanan panjang evolusi
kehidupan di Bumi, menciptakan landasan untuk keanekaragaman dan
kerumitan yang luar biasa

III. Permulaan Hewan Multiseluler


A. Keuntungan hidup secara koloni
1. Koloni sebagai Bentuk Awal Kerjasama :
Permulaan hewan multiseluler sering kali terkait dengan kehidupan dalam
bentuk koloni. Mikroorganisme bersel tunggal yang hidup bersama dalam
koloni dapat saling berkolaborasi untuk meningkatkan keberlangsungan
hidup.
2. Pembagian Tugas Sederhana :
Dalam koloni, mikroorganisme dapat membagi tugas sederhana, seperti
melibatkan beberapa individu untuk perlindungan, sementara yang lain
bertanggung jawab untuk mendapatkan makanan. Ini membentuk prakondisi
untuk evolusi spesialisasi sel.
3. Keuntungan Perlindungan dan Pemakanan :
Hidup secara koloni memberikan keuntungan perlindungan kolektif dan
berbagi sumber daya. Dengan bekerja sama, mereka dapat lebih efektif dalam
melawan predator dan mendapatkan nutrisi
B. Munculnya hewan bersel banyak
1. Evolusi Sel Bersel Banyak :
Proses evolusi membawa pada perkembangan sel bersel banyak atau
eukariota. Organisme ini memiliki sel-sel yang lebih kompleks dengan
nukleus dan organel, memungkinkan fungsi yang lebih khusus dan kerjasama
yang lebih kompleks.
2. Peran Sel-Sel Khusus dalam Organisme :
Munculnya sel-sel khusus atau spesialisasi memberikan organisme
kemampuan untuk menjalankan fungsi yang lebih spesifik. Ini membuka jalan
bagi evolusi organisme multiseluler yang lebih canggih.
3. Peningkatan Tingkat Organisasi :
Organisme bersel banyak berkembang melalui peningkatan tingkat
organisasi, dari jaringan hingga organ dan sistem tubuh yang lebih kompleks.
Hal ini memungkinkan adaptasi yang lebih baik terhadap berbagai kondisi
lingkungan.
4. Evolusi Hewan Multiseluler:
Proses evolusi selanjutnya membawa pada perkembangan hewan
multiseluler yang beragam, dari spons yang sederhana hingga kelompok
hewan yang lebih kompleks. Struktur dan organ yang lebih canggih
berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidup di berbagai habitat.
Dengan hidup secara koloni dan munculnya hewan bersel banyak, evolusi
membuka jalan bagi keanekaragaman bentuk kehidupan multiseluler yang
membentuk kerangka dasar ekosistem dan kehidupan di Bumi.

IV. Perkembangan Awal Hewan Berstruktur Tubuh Simetris Radial


A. Jenis Hewan Awal Dengan Simetri Radial
1. Definisi Simetri Radial :
Simetri radial adalah karakteristik struktural tubuh yang dapat dibagi
dalam beberapa garis yang berpangkal dari satu titik pusat. Pada hewan
dengan simetri radial, bagian tubuh yang sama dapat ditemukan dalam pola
yang berulang di sekitar pusat.
2. Kelompok Hewan Awal dengan Simetri Radial:
Hewan-hewan awal dengan simetri radial melibatkan kelompok seperti
Coelenterata (Cnidaria), seperti hydras dan jellyfish. Struktur tubuh mereka
menunjukkan pola simetri radial yang mencerminkan kehidupan dasar di laut
awal.
B. Adaptasi Untuk Bergerak Dan Memburu
1. Struktur Tubuh yang Memfasilitasi Gerakan :
Meskipun memiliki simetri radial, hewan-hewan ini memiliki struktur
tubuh yang dapat mendukung gerakan. Tentakel, kaki ambulakral, atau
filamen dapat ditemukan dalam pola simetri radial untuk membantu gerakan
dan penangkapan makanan.
2. Sistem Saraf Sederhana :
Adaptasi khusus untuk bergerak dan memburu mencakup perkembangan
sistem saraf yang sederhana. Walaupun belum sekompleks sistem saraf
hewan-hewan berstruktur tubuh bilateral, ini merupakan langkah awal dalam
mengembangkan respons terhadap lingkungan.
3. Strategi Memburu dan Memakan Mangsa :
Hewan-hewan dengan simetri radial umumnya menggunakan strategi
pasif atau bergerak secara lambat untuk memburu mangsa. Tentakel atau sel-
sel khusus dapat digunakan untuk menangkap plankton atau mangsa kecil
lainnya yang lewat di sekitar mereka.
4. Perkembangan Alat Pencernaan Sederhana:
Adaptasi juga melibatkan perkembangan alat pencernaan sederhana untuk
mencerna mangsa yang tertangkap. Kelenjar pencernaan atau kantong
pencernaan awal adalah contoh dari evolusi sistem pencernaan yang
mendukung kehidupan sebagai predator.
Perkembangan awal hewan berstruktur tubuh simetris radial
menggambarkan langkah pertama dalam evolusi bentuk kehidupan yang lebih
kompleks. Adaptasi untuk bergerak dan memburu merupakan respons
terhadap tuntutan lingkungan, membentuk landasan bagi perkembangan lebih
lanjut dalam keragaman bentuk tubuh hewan.

V. Munculnya Hewan Berstruktur Tubuh Simetris Bilateral


A. Keuntungan Simetri Bilateral Dalam Pergerakan Dan Memperoleh
Makanan
Hewan berstruktur tubuh simetris bilateral muncul sebagai hasil evolusi
untuk meningkatkan efisiensi dalam bergerak dan mendapatkan makanan.
Simetri bilateral mengacu pada kondisi di mana tubuh hewan dapat dibagi
menjadi dua bagian yang mirip secara cermin.
Evolutioner menghasilkan simetri bilateral karena memberikan
keuntungan adaptif. dengan adanya simetri bilateral, hewan dapat
mengembangkan organisasi tubuh yang memungkinkan gerakan yang lebih
terarah dan efisien. Ini membantu dalam kegiatan seperti mencari makan,
menghindari predator, dan menanggapi lingkungan sekitar.
Selain itu, simetri bilateral juga mendukung perkembangan sistem saraf
yang lebih kompleks. Dengan pusat kendali yang terletak di dekat tengah
tubuh, informasi sensorik dan respons motorik dapat diatur secara lebih
efektif. Ini memungkinkan hewan untuk bereaksi secara cepat terhadap
perubahan lingkungan dan mendapatkan keuntungan dalam persaingan hidup.
Secara evolusioner, hewan dengan simetri bilateral cenderung memiliki
keunggulan dalam beradaptasi dan bertahan hidup, sehingga struktur tubuh ini
menjadi umum dalam berbagai kelompok hewan, mulai dari cacing hingga
vertebrata kompleks seperti manusia.
B. Perkembangan Berbagai Jenis Hewan Dengan Simetri Bilateral
Perkembangan hewan dengan simetri bilateral melibatkan serangkaian
tahap yang kompleks selama siklus hidupnya.
Berikut adalah gambaran umum perkembangan berbagai jenis hewan dengan
simetri bilateral:
a) Embriogenesis :
Pembuahan dan Pembelahan: Dimulai dengan pembuahan sel telur oleh
sperma, membentuk zigot. ,Zigot kemudian mengalami serangkaian
pembelahan untuk membentuk blastula.
b) Gastrulasi :
Blastula berubah menjadi gastrula melalui proses gastrulasi. melibatkan
pembentukan lapisan embrionik utama: endoderm, mesoderm, dan ektoderm.
Diferensiasi Lapisan Embrioid :
Endoderm: Menjadi lapisan dalam dan memberikan asal pada organ internal
seperti saluran pencernaan.
Mesoderm: Menjadi lapisan tengah dan memberikan asal pada jaringan
penghubung, otot, dan sistem peredaran darah.
Ektoderm: Menjadi lapisan luar dan memberikan asal pada sistem saraf, kulit,
dan struktur luar lainnya.
c) Organogenesis :
Pengembangan Organ: Organ-organ utama mulai berkembang dari
lapisan-lapisan tersebut. Contohnya, dari mesoderm, struktur seperti tulang
belakang dan organ dalam muncul.
Pola Simetri: Struktur simetri bilateral mulai terbentuk, menciptakan dasar
untuk organisme yang simetris.
d) Fase Larva atau Pupa :
Beberapa hewan mengalami fase larva atau pupa, di mana mereka
mengalami transformasi besar sebelum mencapai bentuk dewasa.
e) Masa Dewasa :
Hewan mencapai bentuk dewasa setelah melewati fase perkembangan.
Mereka akan memiliki organ dan struktur tubuh yang lebih matang dan sesuai
dengan kebutuhan kehidupan dewasa, termasuk kemampuan untuk mencari
makan dan berkembang biak.
Contoh hewan dengan simetri bilateral meliputi cacing, serangga,
moluska, dan vertebrata seperti ikan, amfibi, reptil, burung, dan mamalia.
Meskipun tahapan perkembangan dapat bervariasi di antara kelompok hewan,
pola umum ini memberikan dasar bagi berbagai spesies untuk
mengembangkan struktur tubuh yang efisien dan adaptif.
VI. Tahap Awal Pembentukan Hewan Vertebrata
Tahap awal pembentukan hewan vertebrata, termasuk manusia, dimulai
dengan pembuahan dan berlanjut melalui serangkaian tahap perkembangan
embrionik. Proses ini dikenal sebagai embriogenesis.
Tahap awal pembentukan hewan vertebrata ini menciptakan dasar struktur
tubuh yang kompleks dan sangat terorganisir, memungkinkan untuk fungsi yang
lebih canggih selama kehidupan dewasa.
A. Cikal Bakal Notokorda Dan Pembentukan Sarang Vertebrata
1. Pembentukan Notochord
Pada tahap awal embriogenesis vertebrata, bagian dari mesoderm
mengalami diferensiasi untuk membentuk struktur yang disebut notochord.
Notochord terbentuk di bagian tengah embrio, berfungsi sebagai kerangka
penyangga awal dan menjadi dasar bagi perkembangan tulang belakang.
2. Pembentukan Sarang Vertebrata :
a) Notochord dan Mesoderm
Notochord membentuk sumbu tengah tubuh, dan dari sini, sel-sel
mesoderm yang berdekatan bergerak ke samping, membentuk dua pita
mesoderm yang disebut somit.
b) Somit
Somit merupakan segmen-segmen mesoderm yang berkembang di
sepanjang kedua sisi notochord. somit kemudian memberikan asal pada
struktur seperti otot, tulang belakang, dan jaringan terkait lainnya.
c) Pembentukan vertebrae
Somit yang berkembang mengalami diferensiasi lebih lanjut menjadi
vertebrae pada vertebrata yang lebih tinggi. vertebrae ini kemudian
membentuk tulang belakang atau tulang punggung yang melindungi
sumsum tulang belakang dan menyusun kerangka aksial.
d) Differensiasi Sel
Sel-sel dalam somit diferensiasi menjadi berbagai jenis sel, termasuk
prekursor otot, tulang rawan, dan jaringan lainnya .proses ini penting
untuk membentuk struktur tubuh yang kompleks dan berfungsi.
e) Pembentukan Struktur Aksial Lainnya
Selain vertebrae, mesoderm juga memberikan asal pada struktur aksial
lainnya seperti tulang rusuk, otot, dan jaringan penghubung lainnya
Pembentukan sarang vertebrata ini menggambarkan proses yang
kompleks dan sangat teratur di tingkat sel dan jaringan selama
embriogenesis. Tahap ini penting untuk membentuk dasar struktural dan
fungsional bagi vertebrata yang lebih tinggi, termasuk manusia.
B. Peranan Notokorda Dalam Evolusi Hewan Vertebrata\
Peranan notokorda dalam evolusi hewan vertebrata sangat signifikan, dan
struktur ini memiliki dampak yang mendalam pada perkembangan dan
adaptasi hewan vertebrata.
Berikut adalah beberapa peranan utama notokorda dalam evolusi hewan
vertebrata:
1. Kerangka Penyangga Awal
Notokorda berperan sebagai kerangka penyangga awal pada hewan-hewan
awal yang tidak memiliki tulang belakang.
Fungsi ini memberikan struktur dan dukungan tubuh, memungkinkan
organisme untuk tetap terorganisir dan menjaga bentuk tubuh.
2. Pengaruh pada Perkembangan Sistem Saraf
Notokorda memainkan peran penting dalam perkembangan sistem saraf.
Struktur ini memberikan sinyal dan petunjuk bagi pengembangan sistem saraf
pusat, termasuk otak dan sumsum tulang belakang. evolusi sistem saraf
vertebrata diawali oleh kemunculan notokorda.
3. Basis Pembentukan Tulang Belakang (Vertebrae)
Dalam evolusi, notokorda berkontribusi pada pembentukan vertebrae atau
tulang belakang. Vertebrae ini memberikan perlindungan terhadap sumsum
tulang belakang dan menyusun kerangka aksial tubuh, yang berkembang lebih
kompleks seiring waktu.
4. Pengaruh pada Differensiasi Sel dan Jaringan
Notokorda memberikan landasan untuk differensiasi sel dan jaringan,
memungkinkan evolusi otot, tulang rawan, dan berbagai struktur tubuh
lainnya. Peran ini berperan penting dalam menciptakan keragaman morfologis
di antara hewan vertebrata.
5. Memberikan Keuntungan dalam Pergerakan
Kehadiran notokorda menyediakan struktur tubuh yang lebih fleksibel,
memungkinkan pergerakan yang lebih efisien dan adaptasi terhadap berbagai
lingkungan. Evolusi notokorda dan tulang belakang berkaitan dengan
kemampuan hewan vertebrata untuk bergerak dengan lebih efisien.
6. Pengaruh pada Perkembangan Organisme Multiseluler
Munculnya notokorda adalah langkah kritis dalam evolusi hewan
multiseluler, membantu dalam organisasi tubuh yang lebih kompleks dan
adaptasi terhadap berbagai tantangan lingkungan.
Perkembangan notokorda dan evolusi tulang belakang menciptakan
fondasi bagi adaptasi dan keberhasilan hewan vertebrata di berbagai habitat.
Seiring waktu, struktur ini mengalami modifikasi dan penyesuaian untuk
memenuhi kebutuhan dan tantangan evolusioner yang berbeda.
VII. Era Paleozoikum: Munculnya Vertebrata Awal
Era Paleozoikum berlangsung sekitar 541 hingga 252 juta tahun yang lalu.
Dibagi menjadi enam periode, yaitu Kambrium, Ordovisium, Silurium, Devon,
Karbon dan Perm, dengan masing-masing memiliki karakteristik geologi dan
kehidupan yang berbeda.
1. Kambrium - Munculnya Hewan Multiseluler
Awal Paleozoikum, terutama pada periode Kambrium, ditandai dengan
ledakan Kambrium yang menyaksikan munculnya berbagai bentuk kehidupan
multiseluler. Organisme awal terdiri dari invertebrata seperti trilobita, moluska,
dan cacing.
2. Ordovisium - Keanekaragaman dan Pertumbuhan Invertebrata
Pada periode Ordovisium, keanekaragaman hayati terus berkembang dengan
munculnya banyak invertebrata laut seperti brachiopoda, graptolita, dan reef-
building corals.
3. Silurium dan Devon - Munculnya Vertebrata Awal
Pada Silurium dan Devon, munculnya vertebrata awal terjadi Vertebrata
pertama yang diketahui adalah ikan bertulang rawan primitif yang termasuk dalam
kelas Agnatha. Mereka belum memiliki rahang yang sejati.
4. Evolutionary Milestone - Rahang dan Pertumbuhan Tulang
Pada akhir Silurium, vertebrata berevolusi dengan munculnya ikan bertulang,
seperti Osteostraci. Ikan ini telah mengembangkan rahang dan tengkorak yang
lebih maju .kemunculan rahang memberikan vertebrata keuntungan besar dalam
mencari makan dan bertahan hidup..

(Osteotraci)
5. Karbon - Munculnya Amfibi dan Terestrialisasi :
Pada periode Karbon, terjadi terestrialisasi yang signifikan, dengan
munculnya amfibi pertama. Amfibi seperti Ichthyostega merupakan salah satu
contoh vertebrata yang mulai beradaptasi ke daratan.

Pertumbuhan dan Adaptasi :


Selama seluruh Paleozoikum, vertebrata terus berkembang dan beradaptasi
dengan lingkungan yang berubah. Kelompok vertebrata yang muncul melibatkan
ikan, amfibi, dan bentuk awal reptil.
6. Peristiwa Massa Punah Perm-Trias :
Era Paleozoikum berakhir dengan peristiwa massa punah Perm-Trias sekitar
252 juta tahun yang lalu, yang menyebabkan kepunahan signifikan bagi sebagian
besar kelompok hewan, termasuk vertebrata.
Munculnya vertebrata awal selama Era Paleozoikum adalah langkah kunci
dalam evolusi kehidupan di Bumi. menciptakan dasar bagi kelompok vertebrata
yang lebih maju, termasuk reptil, mamalia, dan burung, yang berkembang lebih
lanjut pada era-berikutnya.
A. Fosil-Fosil Ikan Primitif
Ikan adalah kelompok vertebrata pertama yang muncul dalam sejarah evolusi.
1. Agnatha - Ikan Bertulang Rawan dan Tanpa Rahang
Agnatha adalah kelompok ikan primitif yang muncul di awal evolusi.
mereka termasuk hagfish dan lamprey. Hagfish dan lamprey adalah contoh
ikan yang tidak memiliki rahang sejati dan bertulang rawan.
a. Fosil-fosil Hagfish:
Fosil-fosil hagfish sulit diidentifikasi karena tubuh mereka yang lembut
dan kurangnya struktur tulang keras. Fosil-fosil ini dapat ditemukan dalam
batuan sedimen yang membeku secara instan atau di lingkungan yang kurang
oksigen untuk memperkuat kemungkinan fosilisasi.

b. Fosil-fosil Lamprey:
Lamprey memiliki fosil-fosil yang lebih dapat diidentifikasi karena
beberapa spesies memiliki kerangka rawan dan gigi-gigi keras. Fosil lamprey
sering ditemukan di sedimen batu berumur Devon hingga Perm.

1) Osteostraci - Ikan Bertulang Awal


Osteostraci adalah kelompok ikan bertulang primitif yang muncul di akhir
Silurium dan hidup hingga Devon Awal. Fosil-fosil osteostraci
menggambarkan ikan bertulang dengan tubuh yang dilindungi oleh perisai
tulang.
2) Placodermi - Ikan Bertulang dengan Rahang
Placodermi adalah kelompok ikan bertulang yang muncul pada periode
Silurium dan menjadi dominan selama Devon dan Karbon.
Fosil-fosil placodermi mengungkap struktur rahang yang telah berevolusi,
membuat mereka kelompok ikan pertama yang memiliki rahang sejati.
3) Acanthodii - Ikan Bertulang dengan Duri
Acanthodii adalah kelompok ikan bertulang yang hidup di akhir Silurium
hingga Devon. Fosil-fosil acanthodii mencakup ikan yang memiliki duri keras di
sepanjang siripnya, memberikan perlindungan dan kemungkinan fungsi dalam
mendukung pergerakan.

4) Fosil-fosil Osteichthyes - Ikan Bertulang Sejati


Osteichthyes adalah kelompok ikan bertulang sejati yang mencakup ikan
modern seperti salmon dan trout. Fosil-fosil osteichthyes mencakup spesies yang
hidup selama Karbon dan Perm, menunjukkan evolusi karakteristik seperti sirip
berdaging dan kerangka tulang sejati.
Ikan Salmon Ikan Trout

B. Perkembangan tulang rawan dan kerangka tulang ikan


Perkembangan Tulang Rawan dan Kerangka Ikan :
1) Embriogenesis
Perkembangan tulang rawan dan kerangka ikan dimulai selama
embriogenesis, ketika embrio berkembang dari zigot menjadi bentuk yang
lebih kompleks. Bagian dari mesoderm yang berdekatan dengan notokorda
akan berkembang menjadi tulang rawan dan tulang sejati.
2) Notochord dan Mesoderm
Notokorda, struktur yang muncul selama embriogenesis, memberikan
landasan untuk pengembangan mesoderm. Mesoderm kemudian berperan
dalam membentuk struktur tulang rawan yang merupakan tahap awal
pembentukan kerangka ikan.
3) Pembentukan Tengkorak
Pada ikan, pembentukan kerangka dimulai dengan pembentukan
chondrocranium, yang merupakan bagian dari tengkorak yang berkembang
dari tulang rawan. Chondrocranium akan menyusun berbagai bagian otak dan
struktur kepala ikan.
4) Tulang Rawan
Tulang rawan adalah jenis jaringan ikat yang keras dan elastis yang
memberikan kerangka penyangga. Pada ikan, tulang rawan membentuk
struktur seperti chondrocranium, vertebrae, dan tulang rusuk.
5) Vertebrae dan Notochord
Selama perkembangan, notokorda memainkan peran penting
dalam membimbing pembentukan vertebrae. Vertebrae yang berkembang
dari notokorda memberikan dukungan dan melindungi sumsum tulang
belakang.
6) Pertumbuhan dan Adaptasi
Ikan memiliki kemampuan pertumbuhan dan adaptasi tulang rawan.
Beberapa spesies ikan dapat menggantikan tulang rawan dengan tulang sejati
seiring bertambahnya usia.
7) Adaptasi untuk Hidup di Lingkungan Berbeda
Struktur tulang rawan dan kerangka ikan dapat beradaptasi dengan
berbagai lingkungan, mulai dari perairan tawar hingga lautan dalam. Faktor-
faktor seperti tekanan hidrostatis dan kebutuhan untuk berenang efisien
mempengaruhi evolusi dan adaptasi kerangka ikan.
Perkembangan Reproduksi
Beberapa ikan, terutama Osteichthyes, mengalami perkembangan yang
kompleks selama tahap larva sebelum mencapai bentuk dewasa. Tahap larva
dapat melibatkan perubahan struktur tulang rawan menjadi tulang sejati
selama metamorfosis.
Perkembangan tulang rawan dan kerangka ikan adalah contoh penting dari
adaptasi evolusioner yang menghasilkan berbagai struktur yang
memungkinkan kelompok ini berhasil hidup dan bereproduksi dalam berbagai
lingkungan air di seluruh dunia.

VIII. Transisi dari Air ke Darat pada Amfibi:

1. Struktur Tubuh:

• Amfibi awal, seperti tetrapoda pertama, memiliki ekstremitas yang dapat


digunakan untuk merangkak di darat.
• Kulit amfibi bersifat permeabel, memungkinkan pertukaran gas dan air
dengan mudah. Ini memungkinkan amfibi bernapas melalui kulit, tetapi juga
membuatnya rentan terhadap kekeringan.

2. Perubahan Sistem Pernapasan:


• Dalam fase hidup air, amfibi bernapas melalui insang, tetapi saat hidup di
darat, mereka mengembangkan paru-paru untuk bernapas udara.
• Beberapa amfibi, seperti salamander, tetap mempertahankan kemampuan
bernapas melalui kulit, terutama selama fase hidup air.
3. Perubahan Reproduksi:
• Amfibi melakukan reproduksi secara eksternal di air. Telur diletakkan di air,
dan larva berkembang dalam air sebelum menjadi bentuk dewasa yang hidup
di darat.
• Fase metamorfosis penting dalam siklus hidup amfibi, di mana larva berubah
menjadi bentuk dewasa yang dapat hidup di darat.
4. Anatomi dan Fisiologi:
• Struktur tulang belakang dan kaki berkembang untuk mendukung gerakan di
darat.
• Amfibi mengembangkan sistem ekskresi yang efisien untuk mengatasi
perubahan dari air ke darat.

Transisi dari Air ke Darat pada Reptil:


1. Kulit dan Penutup Tubuh:
• Reptil memiliki kulit yang lebih tebal dan bersisik, yang membantu
mengurangi kehilangan air dan melindungi tubuh dari kekeringan.
• Sisik-sisik tersebut juga berperan sebagai pelindung dari predator dan
lingkungan yang keras di darat.

2. Pernapasan:
• Reptil mengandalkan paru-paru untuk bernapas udara, dan sebagian besar
memiliki kapasitas paru-paru yang lebih besar dibandingkan dengan amfibi.
• Sebagian besar reptil memiliki kapasitas untuk menahan napas dalam situasi
tertentu.

3. Reproduksi:
• Reptil melakukan reproduksi secara internal, dengan fertilisasi terjadi dalam
tubuh betina.
• Telur reptil dilengkapi dengan cangkang keras yang memungkinkan
perkembangan embrio di darat, mengurangi ketergantungan pada air.
4. Ekstremitas dan Bentuk Tubuh:
• Reptil memiliki anggota tubuh yang lebih kokoh dan kaki yang lebih
berkembang, memungkinkan gerakan yang lebih efisien di darat.
• Postur tubuh reptil seringkali lebih tegak dibandingkan dengan amfibi, yang
mendukung pergerakan di darat.
Dengan demikian, transisi dari air ke darat pada amfibi dan reptil melibatkan
sejumlah adaptasi anatomi, fisiologi, dan perilaku yang memungkinkan mereka
berhasil bertahan dan berkembang di lingkungan darat. Proses evolusi ini
merupakan langkah penting dalam sejarah kehidupan di Bumi dan membuka jalan
bagi perkembangan lebih lanjut dari kelompok hewan darat.
1. Pertama, Ikan:
• Organisme pertama yang hidup di dalam air adalah ikan. Ikan memiliki
insang untuk bernapas dan sirip untuk bergerak di dalam air.
• Struktur tubuhnya biasanya aerodinamis, dengan sisik yang melindungi
tubuh dan sirip untuk membantu dalam pergerakan.
2. Pembentukan Anggota Kaki:
• Suatu ketika, beberapa kelompok ikan mengalami perkembangan anggota
kaki atau kaki sirip yang lebih kuat.
• Beberapa kelompok ikan berkembang menjadi ikan yang dapat
menggunakan siripnya untuk "merangkak" di dasar perairan atau
berjalan-jalan singkat di atas lumpur.
3. Pelbagai Respirasi :
• Beberapa ikan juga mulai mengembangkan kemampuan untuk bernapas
udara. Organisme ini dapat menggunakan insang untuk bernapas di dalam
air dan juga memiliki kapabilitas untuk mengambil oksigen dari udara.
4. Transisi ke Lingkungan Darat:
• Seiring berjalannya waktu, ikan dengan kemampuan merangkak dan
bernapas udara mulai beradaptasi dengan lingkungan darat.
• Perubahan ini disertai dengan evolusi struktur tubuh seperti pembentukan
kaki dan pengembangan paru-paru sebagai organ pernapasan utama.
5. Munculnya Amfibi :
• Grup organisme yang mengalami perubahan ini akhirnya menjadi
kelompok amfibi, seperti kodok dan salamander.
• Amfibi masih memerlukan air untuk reproduksi karena telur mereka harus
berkembang di dalam air, tetapi mereka dapat hidup di darat untuk jangka
waktu tertentu.
6. Perkembangan Organ Peredaran Darah dan Kulit:
• Amfibi mengalami perubahan dalam sistem peredaran darah mereka
untuk mengakomodasi perpindahan dari lingkungan air ke daratan.
• Kulit amfibi menjadi semipermeabel, memungkinkan pertukaran gas dan
air dengan lingkungan sekitar.
7. Ketergantungan pada Lingkungan Terestrial :
• Amfibi mengembangkan kemampuan untuk hidup lebih lama di darat,
meskipun mereka masih memiliki ketergantungan pada air untuk
beberapa aspek kehidupan mereka.
Evolusi dari ikan ke amfibi adalah langkah penting dalam sejarah evolusi
kehidupan di daratan. Proses ini memungkinkan makhluk hidup untuk
mengeksplorasi dan menaklukkan berbagai habitat daratan, membuka jalan
bagi evolusi lebih lanjut menuju keanekaragaman hayati yang ada saat ini.

IX. Keanekaragaman Hewan Vertebrata Modern


Klasifikasi Filum Vertebrata
Hewan Vertebrata terbagi menjadi 2 superkelas yaitu kelompok Agnatha
dan Gnathostomata.
1. Agnatha (hewan tidak berahang) merupakan salah satu superkelas hewan
vertebrata. Walaupun hidup di air agnatha tidak dapat dikatakan sebagai ikan
secara biologi karena tidak berahang, siripnya tidak berpasangan, dan rangka
tubunya tersusun dari tulang rawan.
2. Gnathostomata merupakan kelompok vertebrata yang memiliki rahang.
Gnathostomata juga memiliki gigi, dan canalis semisirkularis horisontal
dibagian daklam telinga, bersamaan dengan karakter anatomi fisik dan seluler
seperti selubung mielin yang menyelubungi sel saraf. Kelompok hewan
vertebrata masih dapat digolongkan lagi menjadi kelompok-kelompok lebih
kecil berdasarkan karakteristiknya.
Berdasarkan ciri-cirinya, hewan vertebrata dibedakan menjadi lima kelas yaitu:
1. Ikan (Pisces)
2. Amfibi (Amphibi)
3. Reptil (Reptil)
4. Burung (Aves)
5. Mamalia (Mamalia)
a. Pisces
Pisces merupakan kelompok vertebrata yang hidup di perairan dengan
menggunakan sirip untuk bergerak dan menjaga keseimbangan tubuh dan
memiliki jumlah spesies yang beraneka ragam. Pisces juga dapat diartikan sebagai
hewan poikilotermik (berdarah dingin) yang paling beraneka ragam dengan
jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan
tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih
diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha,
75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang sejati (kelas Osteichthyes).
b. Amphibi

Amfibi atau amfibia (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan


bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam: yakni di air dan di
daratan. Amfibi mempunyai ciri-ciri:
1. Amfibi merupakan satu-satunya vertebrata yang mengalami metamorfosis
lengkap.
2. Telur biasanya diletakkan di dalam air atau lingkungan lembap dan dibuahi
secara eksternal.
3. Berkulit halus, tipis, berbulu, berpori. Kulit mengandung kelenjar lendir dan
kelenjar racun.
4. Amfibi adalah hewan berdarah dingin. Tidak seperti hewan berdarah panas
yang mengatur.
5. Suhu tubuh secara internal, amfibi mengatur suhu tubuh dari luar tubuh
mereka.
6. Jantung terdiri dari 3 ruang, 2 atrium, 1 ventrikel.
7. Respirasi dapat secara terpisah atau dalam kombinasi paru-paru, kulit, dan
insang.
8. Memiliki peredaran darah tertutup.
9. Kaki memiliki selaput.
10. Anggota badan memiliki ukuran bervariasi dengan anggota bagian depan
lebih kecil dari anggota bagian belakang.
Contoh amfibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta
bangsa kodok dan katak (Anura). Sesilia adalah semacam amfibia tidak berkaki
yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amphibi, yang
tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander.

c. Reptil
Reptil (binatang melata, atau dalam bahasa Latin “reptans” artinya ‘melata’
atau ‘merayap’) adalah kelompok hewan vertebrata berdarah dingin dan memiliki
sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat
tungkai) dan menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran
amniotik. Sekarang ini mereka menghidupi setiap benua kecuali Antartika. Saat
ini mereka dikelompokkan sebagai : Ordo Crocodilia (buaya, crocodile, caiman,
gavial, dan alligator): 23 spesies Ordo Sphenodontia (tuatara Selandia Baru): 2
spesies, Ordo Squamata (kadal, ular dan amphisbaenia (“worm-lizards”)): sekitar
7.900 spesies, Ordo Testudinata (kura-kura, penyu, dan terrapin): sekitar 300
spesies.27Karena beberapa reptil lebih erat terkait dengan burung dari mereka
dengan reptil lain (buaya lebih erat terkait dengan burung dari mereka untuk
kadal), banyak ilmuwan modern lebih memilih untuk membuat Reptilia menjadi
pengelompokan monofiletik dan juga termasuk burung, yang saat ini mengandung
lebih dari 10.000 spesies.
d. Aves
Aves adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki bulu dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung
kolibri yang kecil dan dapat mengepakkan sayap dengan sangat cepat, penguin
yang menyelam dengan sayapnya, hingga burung unta, yang lebih tinggi dari
manusia. Sebagian besar spesies burung di dunia mampu terbang menggunakan
sayapnya (bebek, angsa, burung gereja, pelikan, burung hantu, elang,
cenderawasih, dan masih banyak lagi), kecuali beberapa jenis burung yang
biasanya endemik di tempat tertentu, seperti burung unta, moa, kasuari, kiwi,
penguin, dan sebagainya. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 –10.200 spesies
burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves. Saat
ini, burung diketahui merupakan turunan dari kelompok dinosaurus theropoda
berbulu, dan dengan demikian merupakan satu-satunya anggota dinosaurus yang
masih hidup. Dengan demikian juga, kerabat terdekat burung yang masih hidup
adalah buaya. Burung adalah keturunan aviala purba (yang anggotanya termasuk
Archeopteryx) yang pertama kali muncul sekitar 160 juta tahun yang lalu di
tiongkok. Menurut bukti DNA, burung modern berevolusi pada priode
kapurpertengahan hingga akhir, dan melakukan deversifikasi secara cepat dan
mencolok sekitar waktu kepunahan paleogen 66 juta tahun.
e. Mamalia
Mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya
kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan
anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau "berdarah panas". Otak
mengatur sistem peredaran darah, termasuk jantung yang memiliki empat ruang.
Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek
moyang monotremata dan mamalia.

X. Kontribusi fosil dan genetika dalam penelitian asal usul hewan vertebrata
1. Analisis Filogenetik:
Menggunakan data sekuens genetik, khususnya dari gen atau sekuens
genom yang terkait dengan evolusi, para ilmuwan dapat menyusun pohon
filogenetik. Pohon filogenetik mencerminkan hubungan evolusioner antara
kelompok hewan vertebrata dan kelompok organisme lainnya.
2. Gen Homeobox dan Homologi Genetik:
Gen homeobox, seperti gen Hox, memiliki peran penting dalam pengembangan
struktur tubuh hewan. Analisis homologi genetik, yang melibatkan perbandingan gen
yang terkait antara spesies, dapat memberikan wawasan tentang hubungan
evolusioner dan perkembangan struktural hewan vertebrata.
3. Genomika Perbandingan :
Dengan menganalisis genom secara komprehensif dari berbagai hewan vertebrata,
para peneliti dapat mengidentifikasi konservasi gen tertentu yang menandakan
hubungan evolusioner. Perbandingan genom juga memungkinkan penemuan sekuens
unik yang mungkin berkaitan dengan ciri-ciri khas vertebrata.
4. Analisis Ekspresi Gen :
Meneliti pola ekspresi gen selama perkembangan embrio atau dalam berbagai
jaringan hewan dapat memberikan wawasan tentang evolusi regulasi genetik yang
mendasari pembentukan struktur vertebrata.
5. Evolusi Molekuler :
Analisis evolusi molekuler, seperti pengukuran laju perubahan sekuens DNA atau
protein, dapat membantu menentukan kapan percabangan evolusioner terjadi dan
memberikan informasi tentang keragaman genetik yang terlibat.
6. Analisis Fosil Genetik :
Dalam beberapa kasus, DNA fosil dapat diekstraksi dari sisa-sisa organisme kuno.
Analisis genetika pada sisa-sisa ini dapat memberikan informasi langsung tentang
sejarah evolusioner hewan vertebrata.
7. Analisis Rekombinasi Gen:
Studi rekombinasi genetik dapat memberikan pemahaman tentang sejauh mana
materi genetik dipertukarkan antar spesies, membantu dalam merinci hubungan
evolusioner.
KESIMPULAN
Asal usul hewan vertebrata adalah kisah evolusi yang mengagumkan, melibatkan
perjalanan panjang dari organisme bersel satu yang sederhana hingga ke makhluk-
makhluk kompleks yang mendominasi planet ini. Dengan kemampuan adaptasi yang luar
biasa, kelompok hewan vertebrata menjadi bukti keberhasilan evolusi dalam
menghasilkan keragaman kehidupan di Bumi. Sejarah panjang ini memberikan wawasan
tentang bagaimana kehidupan berkembang dari masa ke masa, membentuk keragaman
hayati yang kita lihat hari ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://sciencing.com/adaptations-reptiles-live-land-6801666.html
https://animals.mom.com/unique-traits-reptiles-3478.html
https://id.scribd.com/document/432381858/MAKALAH-EVOLUSI-VERTEBRATA
https://journals-biologists
com.translate.goog/jeb/article/219/15/2245/15448/Amphibious-fishes-evolution
and-phenotypic?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Anda mungkin juga menyukai