Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI KARAKTER TAKSONOMI

INVERTEBRATA DAN VERTEBRATA

Oleh :
Nama : Hayatun Nufus
NIM : B1A019048
Rombongan : IV
Kelompok :3
Asisten :

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang.


Invertebrata mencakup 95% spesies hewan yang telah diketahui. Mereka
menempati hampir seluruh habitat di bumi karena persebarannya sangat luas
dengan keunikan setiap ekosistem. Adaptasi berbagai lingkungan ini telah
menghasilkan keanekaragamaan bentuk yang luar biasa. Invertebrata perairan
memiliki tiga fungsi penting dalam lingkungan yaitu sebagai bioindikator
misalnya Kima (Tridacna sp.), dan Teripang (Thelenota ananas), ekonomi
penting konsumsi seperti lobster (Panulirus versicolor), dan komoditas koleksi
seperti Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus), Collector urchin (Tripneustes
sp.), dan Pencil urchin (Heterocentrotus spp.) (Luthfi, et al., 2018).
Invertebrata merupakan kelompok hewan tak bertulang belakang, sedangkan
vertebrata bertulang belakang. Avertebrata atau invertebrata memiliki struktur
morfologi dan anatomi lebih sederhana daripada kelompok hewan bertulang
belakang. Sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana
dibandingkan hewan vertebrata. Pada sebagian besar invertebrata susunan saraf
terletak di bagian ventral (perut) di bawah saluran pencernaan. Kelompok
invertebrata ada yang memiliki rangka tubuh hidroskeleton, ekseskleton atau
endoskeleton. Sedangkan pada vertebrata memiliki rangka endoskeleton. Berbeda
dengan vertebrata, hewan invertebrata tidak memiliki tengkorak yang melindungi
bagian kepala. Invertebrata memiliki celah faring yang kebanyakan berfungsi
sebagai alat pemakan suspensi, sedangkan pada vertebrata (kecuali vertebrata
bertungkai dan tetrapoda), celah faring dan dan struktur yang mendukungnya
termodifikasi untuk pertukaran gas seperti insang (Campbell, et al., 2012).
Chordata merupakan hewan bersimteri bilateral dan tergolong ke dalam klad
hewan yang dikenal sebagai Deutorostomia. Deuterostomia yang paling diketahui
selain Vertebrata adalah Echinodermata, yang mencakup bintang laut dan bulu
babi. Anggota dari Chordata antara lain, Cephalochordata, Urochordata serta
Vertebrata (Campbell, et al., 2012). Cephalochordata atau Lanselet merupakan
hewan dengan notochord yang mengalir melalui seluruh tubuh ke ujung batang.
Sedangkan Urochordata atau Tunicata merupakan hewan dengan notochord yang
hanya ada di bagian ekor (Irie, et al., 2018). Setelah evolusi bangun tubuh dasar
kordata, yang terlihat pada lansalet dan tunikata, transisi utama berikutnya pada
dalam evolusi kordata adalah kemunculan kepala. Kordata yang berkepala dikenal
sebagai kraniata (Campbell, et al., 2012).
Vertebrata pada awalnya ditempatkan sebagai subfilum dalam filum
Chordata, bersama dengan subfilum lainnya, Cephalochordata (lancelet) dan
Urochordata (ascidians). Setelah taksonomi zoologi mengalami kemajuan, perlu
dinilai kembali apakah posisi subfilum benar-benar sesuai untuk vertebrata.
Filogeni molekuler telah menunjukkan bahwa Deuterostomia terdiri dari
Ambulacraria (Echinodermata dan Hemichordata) dan Chordata
(Cephalochordata, Urochordata, dan Vertebrata), masing-masing klade diakui
sebagai filum yang saling sebanding. Studi genomik komparatif menunjukkan
bahwa vertebrata saja telah mengalami dua putaran duplikasi genom utuh, yang
membuat komposisi keluarga gennya unik. Pola kompleks tertentu dari formasi
tubuh (terutama kepala, faring, dan somit) dikenali di seluruh vertebrata, tetapi
tidak pada kelompok hewan lainnya. Berdasarkan faktor di atas lebih tepat untuk
mengenali vertebrata sebagai filum independen, bukan sebagai subfilum dari
filum Chordata (Irie, et al., 2018).
Vertebrata adalah kraniata yang bertulang belakang. Kraniata adalah kordata
yang memiliki kepala. Sistem saraf dan rangka vertebrata berasosiasi lebih
kompleks menghasilkan tengkorak yang lebih besar dan membentuk tulang
belakang. Vertebrata tak lebih dari tonjolan kecil kartilago yang tersusun secara
dorsal di sepanjang notokord. Pada kebanyakan vertebrata, vertebrata
membungkus saraf tulang belakang dan mengambil alih peran mekanik notokord.
Vertebrata akuatik juga memperoleh sirip dorsal, ventral, dan anal yang diperkuat
oleh jari-jari sirip, yang memberikan dorongan dan kontrol arah saat berenang
mencari mangsa atau menjauh dari predator. Hewan-hewan yang termasuk ke
dalam Vertebrata dibedakan ke dalam lima kelas yaitu, Pisces, Amfibi, Reptil,
Aves, dan Mamalia (Campbell, et al., 2012).
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah:


1. Mengetahui pengertian dan beberapa contoh dari karakter taksonomi hewan
invertebrata.
2. Mengetahui karakter morfologi dari beberapa jenis hewan invertebrata.
3. Mengetahui pengertian dan beberapa contoh dari karakter taksonomi
hewan Vertebrata.
4. Mengetahui karakter morfologi dari beberapa jenis hewan Vertebrata.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi adalah ilmu klasifikasi biologi yang termasuk identifikasi serta


deskripsi spesies. Taksonomi bertujuan untuk menginventarisasi semua makhluk di
bumi. Meskipun penelitian taksonomi telah dilakukan lebih dari 250 tahun, hanya
sebagian kecil dari spesies di planet kita yang telah berhasil ditemukan dan
dijelaskan. Daftar Catalogue of Life berisi sekitar ¾ dari semua spesies yang belum
dijelaskan pada Juni 2015. Faktanya sulit bagi ahli taksonomi untuk mendeskripsikan
seluruh spesies yang tidak diketahui, tapi tekanan untuk mendeskripsikan sebanyak
mungkin semakin tinggi seiring berjalannya waktu. Hal ini disebabkan karena
tingginya tingkat kepunahan yang mengancam hilangnya biodiversitas. Kegunaan
informasi taksonomi, misalnya untuk ahli ekologi dalam memantau ekosistem.
Mereka menggunakan informasi taksonomi dengan model mereka untuk mencoba
memprediksi perubahan biodiversitas di masa mendatang [ CITATION Cha15 \l 1057 ].
Sistematika didefinisikan sebagai kajian keilmuan dari jenis-jenis dan
keragaman makhluk hidup dan sebagian atau semua hubunganyang terjadi di antara
mereka. Sistematika bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
keanekaragaman suatu organisme, merekonstruksi hubungan kekerabatan antara
organisme satu terhadap organisme lainnya, mendokumentasikan perubahan -
perubahan yang terjadi selama evolusinya dan merubahnya ke dalam sebuah sistem
klasifikasi yang mencerminkan evolusinya tersebut (Radiopoetra, 1983).
Kata taksonomi dan sistematika sering digunakan sebagai padanan, dengan
pengertian yang sama. Padahal sebenarnya taksonomi dan sistematika memiliki
perbedaan yaitu taksonomi hanya membahas suatu spesies kedalam penggolangan
taksa-taksa, sedangkan sistematika membahas sampai karakter pada spesies tersebut
seperti habitat, morfologi, fisiologi, dan lain sebagainya,namun pada hakikatnya
taksonomi dan sistematika dalam pembelajarannya tidak dapat dipisahkan (Yatim,
1987).
Biosistematika memiliki tiga tingkatan yang menyangkut taksonomi dan
filogenetik yaitu :
1. Taksonomi alfa (merupakan upaya untuk menemuan, mendeskripsikan dan
pemberian nama suatu individu / spesimen),
2. Taksonomi beta ( yaitu upaya penempatan suatu spesimen / individu yang sudah
di tentukan nama ilmiahnya ke dalam suatu hirarki taksonomi),
3. Taksonomi gamma (merupakan studi variasi genetik dalam suatu spesies dengan
tujuan melihat variasi intra-populasi sampai laju evolusi dari suatu populasi)
(Radiopoetra, 1983).
Hewan-hewan dapat dicirikan dengan bangun tubuh atau body plan yang
merupakan serangkaian sifat morfologis dan perkembangannya yang terintegrasi
menjadi satu kesatuan fungsional. Banyak invertebrata memiliki tipe tubuh simetri
radial, namun ada juga yang bersimetri bilateral. Banyak hewan radial bersifat sesil
karena simetri tubuhnya membantu hewan bersentuhan dengan lingkungan secara
merata dari semua sisi, misalnya Anemon laut yang memiliki sisi atas dan sisi bawah
namun tidak memiliki ujung depan dan belakang serta sisi kanan dan kiri. Simetri
bilateral umumnya dimiliki oleh hewan yang bergerak aktif dari satu tempat ke
tempat lain, misalnya pada lobster (kelas Arthropoda) yang memiliki sisi kiri dan
kanan (Campbell, et al., 2012).
Perkembangan hewan memiliki lapisan germinal yang membentuk berbagai
macam jaringan dan organ tubuh. Lapisan germinal paling luar yang menutupi
embrio hewan disebut ekstoderm, sedangkan lapisan paling dalam disebut endoderm.
Hewan yang memiliki dua lapisan ini disebut diploblastik, misalnya pada kelas
Cnidaria. Sedangkan hewan bersimetri bilateral memiliki lapisan germinal ketiga
yaitu mesoderm yang terletak di antara ekstoderm dan endoderm. Hewan
triploblastik (hewan dengan tiga lapisan germinal) mencakup cacing pipih hingga
vertebrata (Campbell, et al., 2012).
Karakterisitik hewan dapat digolongkan berdasarkan perkembangan awal
bagian anus dan mulut yaitu Protostom dan Deuterostom. Jika lebih dahulu
pembentukan mulut (bukaan anterior) daripada anus (bukaan posterior) disebut
Protostomia, dan kelompok hewannya disebut Protostomata. Jika yang terjadi
sebaliknya disebut Deuterotomia, sedangkan kelompok hewannya disebut
Deuterostomata (Suhardi, 1983). Moluska dan Annelida memiliki perkembangan
protostom, sedangkan echinodermata hingga vertebrata memiliki perkembangan
deuterostom (Campbell, et al., 2012).
Karakteristik inventrabata yang lain juga dapat dilihat dari rongga tubuhnya.
Kebanyakan hewan triploblastik memiliki rongga tubuh (selom). Hewan avertebrata
yang tidak memiliki rongga tubuh disebut Aselomata, misalnya pada planaria.
Hewan yang memiliki rongga tubuh semu,yaitu rongga tubuh belum dilengkapi
dengan peritonieum (mesoderm) disebut Pseudoselomata, misalnya pada cacing
gilig. Hewan yang telah memiliki rongga tubuh yang sempurna, yaitu telah memiliki
peritonium di bagian luar dan dalam untuk melindungi saluran pencernaan disebut
Peritoneum visceralis atau Selomata, misalnya pada cacing tanah (Suhardi, 1983).
Invertebrata memiliki keanakaragaman yang sangat melimpah. Calcarea dan
Silicea memiliki spesies sebanyak 5500, salah satu contohnya adalah spons. Spons
merupakan hewan sesil yang tidak memiliki jaringan sejati dan pemakan suspensi.
Cnidaria mencakup koral, ubur-ubur dan hidra. Cnidaria memiliki bangun tubuh
diploblastik bersimetris radial yang mencakup rongga grastovaskuler dengan bukaan
tunggal sebagai mulut sekaligus anus. Cacing pipih atau platyhelmintes termasuk
cacing pita, cacing planaria, dan cacing hati memiliki simetri bilateral dan sistem
saraf pusat yang mengolah informasi dari struktur indra. Platyhelmintes tidak
memiliki rongga tubuh atau organ untuk sirkulasi. Rotifera memiliki ukuran
mikroskopik namun juga memiliki sistem organ terspesialisasi termasuk saluran
pencernaan. Brachiopoda mungkin disangka kima atau moluska lain, tetapi
brachiopoda memiliki tangkai unik yang menambatkan mereka dengan substratnya
(Campbell, et al., 2012)
Moluska termasuk keong, kina, cumi-cumi, dan gurita memiliki tubuh lunak
yang pada sebagian besar dilindungi oleh cangkang yang keras. Annelida atau cacing
beruas dibedakan dari cacing lain karena tubuhnya beruas, misalnya cacing tanah.
Cacing gilig memiliki banyak spesies yang menjadi parasit pada tumbuhan dan
hewan serta memiliki ciri kutikula yang keras melapisi tubuh. Arthropoda memiliki
eksoskleton yang beruas dan tonjolan yang berbuku, misalnya pada serangga,
krustasea, dan araknida. Echinodermata merupakan hewan akuatik dalam klad
deutrostomia yang bersimetri bilateral ketika masih larva, namun tidak lagi saat
dewasa. Echinodermata bergerak dan makan dengan jejaring kanal internal untuk
memompa air ke bagian-bagian tubuh yang berbeda. Hewan yang termasuk dalam
filum echinodermata antara lain dolar pasir, bintang laut, dan bulu babi (Campbell, et
al., 2012)
Karakter turunan Chordata memiliki empat karakter kunci, yaitu notokord,
batang saraf dorsal yang berongga, celah atau sibakan faring dan ekor post anal yang
berotot. Kordata memiliki notokord batang saraf dorsal yang berongga. Notokord
adalah batang longitudinal dan fleksibel yang terletak di antara saluran pencernaan
dan batang saraf yang memberikan dukungan rangka di sepanjang tubuh kordata.
Batang saraf embrio pada kordata berkembang menjadi sistem saraf pusat yaitu otak
dan sumsum tulang belakang. Saluran pencernaan kordata membentang dari mulut
hingga ke anus. Pada semua embrio kordata, serangkaian kantong yang terpisah oleh
lekukan terbentuk di sepanjang sisi faring. Pada kebanyakan kordata, lekukan ini
disebut celah atau sibakan faring. Kordata memiliki ekor yang membentang posterior
terhadap anus. Sebaliknya kebanyakan nonkordata memiliki saluran pencernaan yang
membentang hampir di sepanjang tubuh. Ekor kordata mengandung unsur rangka
dan otot (Campbell, et al., 2012).
Karakter vertebrata merupakan ciri khusus yang tidak terdapat pada
invertebrata maupun kordata non vertebrata. Karakter vertebrata antara lain cranium
(tengkorak atau kepala) yang berkembang dengan baik, tulang belakang, sepasang
mata yang disertai dengan otot mata ekstrinsik, sirip median, mulut yang membuka
ke bagian perut, dan ekor postanal. Kehadiran miotom spesifik batang juga bisa
menjadi spesifik vertebrata. Karakter dasar lainnya, termasuk tabung saraf punggung,
faring dengan pori-pori insang (atau celah), dan notochord, tersebar lebih luas di
antara chordata (Irie, et al., 2018)
Ikan merupakan hewan vertebrata aquatis yang bernafas menggunakan
insang. Oleh karena itu perubahan pada ekosistemnya akan mempengaruhi
keberadaannya. Sebagai hewan yang hidup di air, baik itu perairan tawar maupun
perairan laut menyebabkan ikan harus mengetahui kekuatan maupun arah arus, karna
ikan dilengkapi dengan organ yang disebut linea lateralis. Ikan terbagi menjadi tiga
ordo yaitu ordo Agnatha, (ikan yang tidak memiliki rahang), ordo Chondrichtyes
(ikan bertulang rawan), dan ordo Osteichtyes (ikan bertulang keras) (Primawati, et
al., 2016). Amfibi adalah vertebrata yang memiliki dua fase kehidupan pada dua
lingkungan yang berbeda. Beberapa amfibi hidup di air ketika menetas dan bernafas
dengan insang. Namun yang lain hidup di daratan sepanjang hidupnya atau ketika
dewasa dan bernafas dengan paru-paru. Amfibi terbagi dalam 3 Ordo, yaitu Caudata
(salamander), Anura (katak dan kodok) dan Gymnophiona (amfibi tak berkaki).
Reptil merupakan vertebrata yang bersisik. Fertilisasi terjadi secara internal sebelum
cangkang telur dikeluarkan. Sisik akan meminimalkan kehilangan cairan tubuh pada
kulit hewan, sehingga reptil dapat bertahan di lingkungan darat yang kering. Contoh
hewan yang termasuk kelompok reptil yaitu ular dan kadal. Amfibi dan reptil sering
dimanfaatkan sebagai makanan, sumber senyawa obat, hewan coba dalam penelitian,
indikator status suatu kerusakan lingkungan. Secara umum habibat amfibi dan reptil
terbagi menjadi 5 yakni terrestrial, arboreal, akuatik, semi akuatik, dan fossorial.
Reptil dan amfibi menghuni hampir seluruh permukaan bumi, kecuali di antartika
(Yudha, et al., 2015).
Burung adalah vertebrata yang dapat terbang. Banyak ciri burung merupakan
adaptasi untuk mempermudah burung terbang. Adaptasi paling jelas adalah sayap
dan bulu burung. Selain itu burung tidak memiliki kandung kemih dan tidak
memiliki gigi untuk mengurangi berat burung saat terbang. Mamalia adalah amniota
yang berambut dan menghasilkan susu. Semua induk mamalia menyusui anaknya.
Karakterisitik mamalia antara lain lapisan lemak di bawah kulit untuk
mempertahankan panas, otak yang lebih besar dari vertebrata lain, dan gigi yang
terdiferensiasi. Ordo mamalia antara lain, marsupilia (mamalia berkantung), euteria
(mamalia berplasenta), dan primata (Campbell, et al., 2012).
.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Media (cetak, audio, dan video) yang digunakan pada praktikum kali ini
adalah beberapa spesies Invertebrata dan Vertebrata, seperti Aplysina fistularis,
Pelagia noctiluca, Dugesia japonica, Trichinella spiralis, Aporrectodea rosea,
Octopus briareus, Janthina umbilicata, Danaus plexippus, Ocypode gaudichaudii,
Nephila kuhlii, Pisaster brevispinu.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini antara lain:


1. Materi acara praktikum (media cetak/audio/video) di Google Classroom
dipelajari.
2. Karakter pada beberapa spesimen hewan yang ada diamati.
3. Beberapa hewan invertebrata dan vertebrata yang ada diidentifikasi
berdasarkan karakter morfologi yang diamati. Hasil identifikasi hewan tersebut
dideskripsikan.
4. Tabel hasil pengamatan karakter dan identifikasi pada beberapa hewan
dilengkapi.
5. Lembar kerja dalam waktu praktikum dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. & Reece, 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Coleman, C. O., 2015. Taxonomy In Times Of The Taxonomic Impediment –


Examples From The Community Of Experts On Amphipod Crustaceans.
Journal Of Crustacean Biology, 35(6), pp. 729-740.

Irie, N., Satoh, N., & Kuratani, S., 2018. The phylum Vertebrata: a case for
zoological recognition. Zoological Letters , 4(32), pp: 1-20.

Luthfi, O. M., Dewi, C. S., Sasmitha, R. D., Alim, D. S., Putranto, D. B., & Yulianto,
F., 2018. Kelimpahan Invertebrata Di Pulau Sempu Sebagai Indeks
Bioindikator, Ekonomis Penting Konsumsi, Dan Komoditas Koleksi
Akuarium. Journal Of Fisheries And Marine Research , 3(2), pp. 137-148.

Primawati, S. N., Efendi, I., & Marnita., 2016. Identifikasi Jenis Ikan Hasil
Tangkapan Nelayan Di Pantai Jeranjang. Jurnal Pendidikan Mandala , 1(3),
pp: 73-78.

Radiopoetro, 1983. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Suhardi, 1983. Evolusi Avertebrata. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Yatim, W., 1987. Biologi Modern-Biologi Sel. Bandung: Gramedia.

Yudha, D. S., Eprilurahman, Muhtianda, I. A., Ekarini, D., & Ningsih, O. C.,2015.
Keanekaragaman Spesies Amfibi Dan Reptil Di Kawasan Suaka Margasatwa
Sermo daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal MIPA , 38 (1), pp: 7-12.

Anda mungkin juga menyukai